• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KEJAWANAN, CIREBON, JAWA BARAT)

1.1. Latar Belakang

Perikanan Indonesia menjadi salah satu sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan baik pada sektor budidaya, perikanan tangkap maupun pengolahan. Sebagai negara dengan luas laut sekitar 7,9 juta km2 dan garis pantai sepanjang 80.791 km didukung luas pertambakan dan kolam ikan yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Dibandingkan luas daratannya yang hanya 1,9 juta km2 ternyata Indonesia memiliki luas laut 81 persen dari seluruh luas wilayah Indonesia, sehingga bukan tidak mungkin bila indonesia dapat menguasai bisnis perikanan dunia (Dahuri et al. 2001).

Berdasarkan Review of National Fisheries (2007), volume produksi perikanan tangkap nasional pada tahun 2007 lebih didominasi oleh penangkapan ikan dengan persentase yang cukup besar yaitu 89,4 persen. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Volume Produksi Perikanan Tangkap Nasional Berdasarkan Jenis

Sumber : Review of National Fisheries (2007)

Dengan dukungan kondisi alam tersebut, Indonesia sangat berpotensi dalam melakukan kegiatan budidaya ikan sepanjang tahun. Ikan menjadi salah satu produk dari komoditi perikanan yang masih menjadi unggulan untuk pengembangan di sektor usaha budidaya maupun pengolahan baik itu untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Rata-rata volume ekspor produk dari sektor perikanan termasuk ikan dan olahannya mengalami perkembangan yang cukup baik meskipun mengalami fluktuasi setiap tahun dan hal ini dapat dilihat melalui Tabel 1.

Binatang Berkulit

Keras; 6,69% Binatang Lunak; 3,62% Binatang Air

Lainnya; 0,18% Tanaman Air ;

0,10%

Ikan ; 89,41%

2 Tabel 1. Rata-rata Volume Ekspor Non-minyak dan Gas Per Tahun (Dalam

Ratusan Ton)

Produk 2007 2008 2009 2010 2011* Daging dan olahan daging 0,75 0,75 0,83 0,83 2,76 Hasil susu dan telur 3,25 5,42 4,17 4,17 3,9 Ikan, kerang-kerangan, moluska dan

olahannya 75,3 71,17 63,67 73,67 69,0 Gandum dan olahan gandum 21,67 29,25 17,0 19,67 14,7 Buah-buahan dan sayuran 85,83 83,25 82,17 79,2 86,9 Gula, olahan gula dan madu 41,08 82,08 46,1 42,83 57,7 Kopi, teh, coklat dan rempah-rempah 86,3 101,5 107,58 106,83 84,2

Keterangan:

* : Data sementara

Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Diacu Dalam Bank Indonesia (2011)

Ikan, kerang-kerangan, moluska dan olahannya memiliki rata-rata volume ekspor yang cukup besar bila dibandingkan ekspor produk non-minyak yang lainnya. Berdasarkan sumber Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, tahun 2007 rata- rata volume ekspor mencapai 7.530 ton. Namun, mengalami penurunan hingga tahun 2009, yaitu mencapai 6.367 ton. Kemudian meningkat kembali di tahun 2010 menjadi 7.367 ton. Meskipun mengalami fluktuasi, namun hal ini mengindikasikan bahwa produk periknan Indonesia masih tetap diminati yang terbukti dengan meningkatnya rata-rata volume ekspor pada tahun 2010.

Fluktuasi ini diakibatkan oleh produksi perikanan yang bersifat musiman dan masa panen yang terbatas dalam periode tertentu yang relatif singkat. Barang hasil perikanan berupa bahan makanan yang mempunyai sifat mudah rusak. Masalah ini membutuhkan usaha atau perawatan khusus dalam proses pemasarannya untuk mempertahankan mutu salah satunya adalah melalui pembekuan (Hanafiah A. M. dan Saefuddin A. M. 1983).

Penyumbang devisa negara tidak hanya dari ikan dalam bentuk fresh product, ikan yang telah mengalami pengolahan juga menjadi daya tarik tersendiri. Industri pengolahan ikan merupakan salah satu bagian dari agroindustri perikanan yang juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan mutu makanan rakyat Indonesia. Saat ini, industri pengolahan ikan baik dalam skala besar, menengah maupun kecil terdiri dari industri pembekuan ikan, pengasapan, pemindangan, pengawetan, tepung ikan dan lain sebagainya. Pada tahun 2007 sebanyak 58,9 persen hasil penangkapan laut dipasarkan dalam bentuk segar dan sekitar 16 persen dipasarkan dalam bentuk bekuan, hal ini membuat masih

3 terbukanya peluang untuk meningkatkan pasar produk ikan beku dengan memanfaatkan bahan baku ikan segar yang diproduksi hampir setengahnya yang dapat dilihat berdasarkan Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Produksi Penangkapan di Laut Berdasarkan Perlakuan

Sumber: Review national fisheries (2007)

Produk ikan beku banyak dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan luar negeri. Salah satu negara yang menjadi tujuan ekspor produk ikan beku dari Indonesia adalah Cina dengan volume ekspor yang cukup tinggi. Tahun 2010 volume ekspor ikan Indonesia sebesar 112.870 ton dengan nilai ekspor 48.749.557 dolar AS. Volume ekspor ikan Indonesia menurun di tahun 2011 menjadi 107.502 ton, namun hal ini berbeda dengan nilai ekspor ikan Indonesia yang semakin meningkat menjadi 65.829.341 dolar AS. Hal ini merupakan indikasi semakin baiknya nilai jual produk perikanan Indonesia ke Cina. Fluktuasi ini dapat dilihat melalui Tabel 2.

Tabel 2. Ekspor Ikan Termasuk Ikan Beku Indonesia ke Beberapa Negara Tahun 2010-2011

No. Negara Tujuan Nilai (US$) Volume (Kg)

2010 2011 2010 2011 1 Thailand 75.525.584 78.706.248 172.596.787 138.009.721 2 Rep.Rakyat Cina 48.749.557 65.829.341 112.869.967 107.502.015 3 Jepang 37.758.982 65.053.655 26.631.064 33.284.703 4 Vietnam 30.415.179 49.022.751 21.824.061 30.862.375 5 Amerika Serikat 38.335.722 34.899.949 8.338.286 5.767.800 6 Spanyol 1.657.252 21.761.896 688.678 7.205.966 7 Korea Selatan 14.665.382 18.624.322 13.777.290 8.619.621 8 Taiwan 13.098.349 11.066.225 17.586.716 10.445.697 9 Singapura 11.428.786 10.941.791 5.550.051 28.097.478 10 Italia 1.243.708 8.538.790 421.295 1.923.940

Sumber: Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian dan Perdagangan (2012)

Pengeringan/ Penggaraman; 15,1% Pemindangan; 3,5% Peragian; 0,8% Pengasapan; 2,2% Pembekuan; 16,0% Pengalengan; 1,3% Tepung Ikan; 1,3% Pengawetan Lainnya; 0,9% Dipasarkan Segar; 58,9%

4 Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2004), Indonesia memiliki 327 sentra agroindustri perikanan dengan sentra utamanya di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.

Cirebon merupakan daerah pesisir pantai Laut Jawa yang berada di wilayah Jawa Barat dan terkenal sebagai sentra perikanan. Cirebon juga sering disebut sebagai salah satu kota pelabuhan tertua di Indonesia dengan budaya bahari masyarakat yang kuat. Daerah Cirebon menyediakan kemurahan sumber daya berupa laut yang dapat dimanfaatkan untuk dapat menghasilkan produk perikanan maupun turunannya.1 Cirebon merupakan salah satu daerah yang memiliki industri pengolah ikan dengan volume produksi terbesar kedua setelah Indramayu. Besarnya volume produksi yang dihasilkan dari industri pengolah ikan di daerah Cirebon sebesar 28.338,94 ton.2

Tabel 3. Daerah Sebaran Industri Pengolah Ikan di Jawa Barat Tahun 2005

Sumber: Bank Indonesia (2005)

Dinas Kelautan, Pertanian, Perikanan dan Perkebunan Kota Cirebon (2009), Cirebon memiliki lima eksportir pengolah hasil laut, empat eksportir berlokasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, yaitu PT Pan Putera Samudera dan PD Sambu. Dua lainnya berlokasi di Kelurahan Panjunan

1

DKP. 2011. Prospek Perikanan Masih Cerah. http://www.dkp.go.id /archives /c/58 /3514/ prospek- perikanan-masih-cerah/[27 Desember 2011]

2 Bank Indonesia. 2007. Daerah Sebaran Industri Ikan di Jawa Barat. http://www.bi.go.id/

sipuk/id/dss/comodity.asp [27 Desember 2011]

Kabupaten/Kota Volume (Ton)

Bekasi 1324,58 Ciamis 2460 Cianjur 89,3 Cirebon 24268,84 Garut 7298,16 Indramayu 65937,43 Karawang 10769,7 Kota Cirebon 4070,1 Subang 16143,95 Sukabumi 9124,14 Tasikmalaya 361,7

5 yaitu PT Sheraton dan PD Jaya Sakti serta PT Biotech Surindo dibidang pengelolaan Chitin untuk bahan baku Chitosan.3

Salah satu perusahaan pengolahan ikan yang terdapat di Cirebon adalah PD Sambu. PD Sambu merupakan perusahaan dagang yang memproduksi olahan ikan dalam bentuk beku untuk tujuan ekspor. Negara yang menjadi tujuan utama perusahaan adalah Cina dan sebagian ke Hongkong serta beberapa negara Asia lainnya. Adapun produk yang diproduksi diantaranya ikan mata goyang dalam bentuk utuh atau potong kepala, ikan kurisi dalam bentuk utuh atau potong kepala, ikan acang-acang, ikan kakap merah, ikan layur, tenggiri, bawal dan ikan remang. Sebagai perusahaan yang berorientasi ekspor, tentunya memerlukan tatanan manajemen bisnis yang tepat dalam menjalankan usahanya. Untuk mencapai tujuan perusahaan diperlukan langkah awal, yaitu dengan menyusun strategi bisnis yang tepat.

Strategi bisnis yang tepat juga diperlukan agar mendapatkan keuntungan yang maksimal, serta dapat meraih dan mempertahankan pangsa pasar dalam kondisi yang sangat kompetitif. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap analisis yang terkait dengan penyusunan strategi, dimana hasil dari pengkajian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan usaha ini ke depannya.