• Tidak ada hasil yang ditemukan

B.2.ii Latar Belakang Responden Menjadi Korban Eksploitasi Seksual Komersil

ANALISA DATA DAN INTERPRETAS

IV. B.2.ii Latar Belakang Responden Menjadi Korban Eksploitasi Seksual Komersil

Lia menjadi pekerja seks komersil sektor prostitusi semenjak tiga Maret 2004. Pelakunya adalah ayah kandung Lia sendiri. Saat itu usia Lia baru menginjak 13 tahun dan masih duduk dibangku kelas 2 SMP. Sebelum dipekerjakan paksa menjadi pekerja seks komsersil (PSK) sektor prostitusi, Lia terlebih dahulu diperkosa oleh ayah tirinya sendiri yang awalnya ia anggap sebagai pelindung dirinya dan ibunya. Namun siapa sangka, anggapan tersebut tidaklah sesuai dengan kenyataan yang diterima Lia. Pekerjaan sang ibu yang menuntutnya harus sering bepergian keluar kota dalam waktu yang lumayan lama, membuat sang ayah tiri semakin leluasa melakukan perbuatan bejatnya kepada anak tirinya tersebut. Apalah daya Lia, gadis itu selalu berada dibawah ancaman sang ayah tiri saat dirinya mendapat perlakuan tidak layak dari sang ayah. Tak jarang juga senjata tajam digunakan sang ayah untuk mengancam Lia agar Lia tidak menceritakan apa yang telah ia alami.

“bulan tiga kak, tahun 2004 itulah.. mamak jarang dirumah, dari situlah kak..pertama bapak tiriku itu yang merkosa aku kak..diancamnya aku,

dibilangnya mau bunuh aku sama mamak kalo aku teriak ato ngadu sama keluargaku kak..”

(R.2/W.1/b.111-121/h.3)

Karena tidak tahan menjadi budak nafsu sang ayah tiri, Lia sempat pergi kerumah salah seorang kerabatya yang berada di kota K. Akan tetapi, seolah terbayang-bayang ancaman sang ayah tiri, Lia pun tidak berani menceritakan apa yang telah ia alami selama dirinya tinggal berdua bersama ayah tirinya. Tak lama berselang, ibu kandung Lia yang baru kembali dari kota M datang menjemput Lia dirumah kerabat mereka. Ibunya yang tidak mengetahui nasib tragis yang dialami anak tunggalnya tersebut beralasan jika dirinya sendirian dirumah mereka dan tidak ada yang menemani. Akihirnya, Lia kembali pulang bersama ibunya kerumah mereka. Pada saat itu, ayah tirinya memang tidak ada dirumah, sehingga Lia merasa aman.

Tiga hari berselang, sang ayah tiri kembali kerumah mereka, rasa taukut kembali menyergap diri Lia, ditambah lagi keesokan harinya ibunya kembali harus berjualan ke kota M. Tinggallah Lia dan ayah tirinya, berdua dirumah mereka. Rupanya nasib buruk masih ingin menghampiri Lia. Sehari setelah ibu kandungnya pergi untuk berjualan, Lia diajak ayah tirinya untuk pergi ke daerah Pajak S, dimana tempat tersebut merupakan daerah lokalisasi yang menyediakan wanita-wanita serta pondok-pondok untuk disewakan kepada lelaki hidung belang. Rupanya ayah tirinya tidak puas jika hanya mencicipi tubuh Lia sendiri saja, dia kemudian menjualnya kepada seorang lelaki yang menurut Lia berusia 30 tahun dan sudah menunggu ditempat tersebut. Setelah lelaki hidung belang itu

selesai melakukan “tugasnya” ia pun memberi Lia uang sebanyak seratus ribu rupiah.

“diajaknya aku kedaerah (responden menyebutkan nama daerah dimana dia pertama kali dijual oleh ayah tirinya)..udah ada yang nunggu disitu kak, laki-laki..kurasa 30’an umurnya..itulah pertama kali aku dijual bapak tiriku..habis aku diperkosanya..aku dikasih laki-laki itu duit kak..seratus ribu..sama bapak mungkin lebih banyak lagi..”

(R.2/W.1/b.300-314/h.8)

Selama dua setengah bulan, Lia harus terpaksa melayani para lelaki hidung belang dan selama itu pula sang ibu tidak mengetahui perbuatan busuk suaminya tersebut telah membahayakan anak kandungnya. Tak jarang pula selama dua setengah bulan tesebut, Lia mendapat kekerasans ecara fisik yang dilakukan ayah tirinya kepada dirinya, dan Lia tak mampu berbuat banyak selain hanya menangis. Tetapi semua perilaku bejat ayah tirinya akan berubah ketika snag istri dan ibu kandung Lia ada diantara mereka. Sikap baik yang selalu dilihat oleh ibu kandun Lia tersebutlah yang membuatnya sama sekali tidak menaruh curiga kepada suaminya tersebut.

Kisah pahit dan sedih Lia mencapai klimaksnya ketika sang ibu yang curiga melihat perubahan tubuh anaknya tersebut. Sebagai wanita yang berpengalaman, tentunya sang ibu tidak begitu saja percaya ketika Lia mengatakan jika dirinya hanya mengalami masuk angin, apa lagi menurut ibunya, beberapa kali ia memergoki Lia sedang mual-mual terutama di pagi hari. Untuk mengobati rasa penasaran sang ibu, akhirnya Lia dibawa ke puskesmas dekat tempat tinggalnya. Hasilnya sungguh mengejutkan ibunya, namun tidak mengejut kan Lia. Lia dinyatakan positif hamil.

“mamakku yang curiga kak..karna pernah diliatnya’nya aku muntah- muntah..hehmm maklum lah..mungkin lebih paham dia..tak tau apa ku yang di tengoknya..dia tanya itu sama aku..pertamanya aku bantah, karna takut aku dimarahi mamak..karna aku tak ngaku, mamak ku pun tak percaya..hehmm dibawanya aku ke puskesmas..adaperawatnya

disitu..dipegangnya perutku, barulah positip aku lagi hamil..tapi karna masih gak yakin dikasihlah aku alat tes kehamilan itu kak..hasilnya pun hamil juga”

(R.2/W.1/b.411-431/h.10)

Setelah diintrogasi dan tetap tidak mau mengakui siapa bapak dari anak yang ia kandung, Lia akhirnya “diamankan” terlebih dahulu dirumah salah satu kerabatnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada diri Lia. Dirumah kerabatnya, barulah Lia mengakui semua yang telah terjadi kepada paman dan bibinya. Alangkah terkejutnya paman dan bibi Lia yang mendengar penuturan yang keluar langsung dari Lia sendiri. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, akhirnya paman dan sepupu Lia langsung bergegas pergi dan melaporkan peristiwa yang menimpa Lia.

Keesokan harinya Lia dan keluarganya mendatangi kantor polisi untuk memberikan keterangan terkait kasus yang ia alami. Setelah selesai memberikan keterangan kepada pihak kepolisian, Lia dan keluarganya diperbolehkan pulang sedangkan ayah tirinya dikembalikan ke ruang tahanannya. Namun jalan lain ditempuh oleh ayah tiri Lia, ayah tirinya memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara mengantung dirinya dengan menggunakan tali jaket didalam kamar mandi kantor polisi tempat dirinya ditahan. Alhasil ayah tirinya berhasil melakukan rencananya dan tewas dengan cara tergantung sementara kasus tersebut ditutup.

Namun masalahnya tidak berhenti sampai disitu, benih yang ada didalam kandungan Lia terus berkembang dan tidak diketahui siapa ayah kandungnya. Berkat dukungan serta semangat dari keluarganya, Lia akhirnya tetap mempertahankan janin yang ada didalam kandungannya dan memilih tinggal bersama salah satu kerabatnya dikota K selama ia hamil sampai anaknya berusia satu tahun.