• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Sosial Budaya Masyarakat Pembaca

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 36-42)

commit to user

3. Latar Belakang Sosial Budaya Masyarakat Pembaca

Sejauh mana sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan dan perkembangan sosial. Menurut Eagleton semua karya sastra pada dasarnya ditulis kembali pada zamannya, sehingga karya sastra memiliki relevansi dengan masyarakat masa kini 3: 12). Karya sastra bukan semata-mata cerita, melainkan penceritaan, sebagai teks, sifatnya aktivitas.

Bahkan menurut Barthes (1970: 4), karya sastra mesti ditulis (writterly), bukan semata-mata dibaca. Menurut Barthes, karya sastra dengan demikian bukan struktur, melainkan strukturasi karena di dalam karya sastra pembaca. Adanya

commit to user

pembaca yang berbeda-beda menurut generai tersebut, maka kekinian bukan hanya sekarang, melainkan terjadi pada setiap zaman, generasi, angkatan, bahkan pada setiap saat karya sastra diteliti, ketika diaktualisasikan.

Atas dasar uraian di atas, maka masyarakat sebagai masalah pokok sosiologi sastra dapat digolongkan ke dalam tiga macam masyarakat sebagai berikut.

1. Masyarakat yang merupakan latar belakang produksi karya;

2. masyarakat yang terkandung dalam karya; dan

3. masyarakat yang merupakan latar belakang pembaca (2010: 277).

Manfaat karya sastra terhadap masyarakat adalah menyebarluaskan aspek-aspek kemasyarakatan demikian juga kebudayaan, sehingga setiap khazanah dikenal oleh masyarakat yang lain. Sosiologi sastra dalam hubungan ini adalah bagaimana suatu karya dihasilkan oleh masyarakat tertentu, Ratna (2011: 197).

Berdasarkan pendapat di atas, penulis mendeskripsikan sosiologi pembaca Bekisar Merah ke dalam tiga pembahasan berikut.

a. Latar Sosial

Bekisar Merah diciptakan untuk segala kalangan masyarakat. Siapapun diperbolehkan membaca dan mengomentari novel tersebut. Dalam penggambaran kemiskinan yang dialami oleh keluarga para penyadap, dan berbagai kepedihan hidup, Ahmad Tohari berharap bahwa masyarakat mampu merasakan kepedihan melalui novel tersebut. Dengan masyarakat pembaca mampu merasakan apa yang digambarkan oleh pengarang, tentu akan merubah ideologi para pembaca. Keingintahuan mereka tentang profesi penyadap tentu mampu menarik perhatian mereka akan pemecahan masalah yang dialami oleh keluarga para penyadap tersebut.

Masyarakat pembaca adalah masyarakat yang heterogen atau beragam.

Mereka berasal dari latar belakang, profesi, ruang, dan waktu yang berbeda-beda. Dengan demikian tentu akan timbul berbagai tanggapan atau penilaian terhadap novel Bekisar Merah. Pebedaan nilai-nilai tersebut tentu akan menciptakan sebuah perubahan nilai-nilai karya yang lebih beragam.

Tanggapan pembaca akan berubah dari generasi ke generasi, baik secara individu maupun kelompok.

commit to user

Pada penelitian ini penulis mewawancarai beberapa masyarakat pembaca yang memiliki perbedaan latar belakang dan profesi. Hal tersebut dilakukan agar muncul pendapat yang beragam dan mampu ditarik dalam sebuah kesimpulan yang sama, yaitu dengan tujuan untuk menemukan estetika karya novel Bekisar Merah dalam masyarakat.

b. Tanggapan Pembaca

Novel Bekisar Merah pertama lahir pada tahun 1993. Bagian kedua dari novel Bekisar Merah adalah novel Belantik yang terbit pada tahun 2003.

Hingga sampai saat ini novel tersebut masih dicetak ulang, sampai dengan cetakan terakhir yaitu pada tahun 2011. Hal tersebut tentu tak lepas dari besarnya keinginan masyarakat untuk membaca dan tentunya memberi penilaian atau tangapan pada novel Bekisar Merah tersebut.

Novel Bekisar Merah merupakan novel yang sarat dengan permasalahan sosial. Permasalahan sosial yang di angkat bukan hanya sekadar permasalahan sosial masa lampau. Akan tetapi justru permasalahan sosial yang hingga saat ini masih terjadi di dalam masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan wawancara yang dilakukan penulis dengan Fitri Rahmawaty selaku Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia berikut ini

Tanggapan lain juga diutarakan oleh Syamsiyah, pesiunan Guru SD yang bertempat tinggal di Tinggarjaya (Karangsoga). Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

Kesan saya terhadap novel Bekisar Merah adalah pengambilan setting yang detail. Pengarangnya mengetahui latar sosial masyarakat Banyumas mulai dari kehidupan sehari-hari sampai kesulitan-kesulitan yang dihadapi masyarakatnya dengan rinci.

Novel Bekisar Merah pantas dibaca oleh berbagai kalangan masyarakat. Permasalahan yang diangkat bersifat segar, sampai saat ini masih banyak masyarakat yang hidup miskin, dan banyak juga kasus perdagangan perempuan atau trafficking. Sedangkan pesan saya setelah membaca adalah lebih baik lagi kalau novelnya dijadikan film. Jika dijadikan film, pasti banyak masyarakat yang antuasias (Fitri Rahmawaty).

commit to user

Berdasarkan dua kutipan di atas, dapat dikatan tanggapan yang sama pada novel Bekisar Merah, bahwa novel Bekisar Merah dapat dibaca oleh kalangan manapun. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Yant Mujiyanto sebagai seorang Dosen dan Sastrawan dalam kutipan wawancara berikut ini.

Ketiga tanggapan di atas memiliki perbedaan ruang dan waktu. Hal itu tentu mampu menyimpulkan bahwa novel Bekisar Merah merupakan novel yang menceritakan kehidupan sosial kemiskinan para penyadap dan berbagai macam permasalahan secara estetis dan hidup. Masalah kemiskinan adalah masalah yang belum dapat diatasi sampai saat ini. Gambaran kemiskinan para penyadap yang ditampilkan oleh Ahmad Tohari dinilai apa adanya. hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara dengan Yant Mujiyanto berikut ini.

Saya kurang paham dengan alur dan setting novel Bekisar Merah.

Namun jika ditanya sudah pernah membacanya, tentu pernah namun kurang menguasai detail alur didalamnya. Di sini saya bersikap netral, sebagai tenaga pendidik, novel Bekisar Merah merupakan novel yang bagus berisi tentang pesan-pesan moral di dalamnya.

Novel tersebut bisa dibaca oleh siapapun. Bahwa kemiskinan dan kasus perdagangan perempuan saat ini masih terjadi di manapun.

Betul jika novel ini dikatakan bagus, walaupun sudah terbit lama tetapi masih bersifat segar dan layak untuk dibaca siapa saja (Syamsiyah).

Pengetahuan tentang penyadap nira justru saya peroleh dari Putrinda Eva Listyana Dewi, sang peneliti. Tidak paham benar diri saya tentang kehidupan penyadap nira. Tidak pernah betemu dan melihat mereka. Kesan saya tentang mereka, para penyadap nira merupakan pejuang-pejuang kehidupan yang tangguh, termasuk profesi atau jalan mencari nafkah yang penuh risiko dengan imbalan yang sangat kecil (Yant Mujiyanto).

Bekisar Merah karya Ahmad Tohari adalah novel yang bagus, berbobot, kaya nilai-nilai sosial, etis, estetis, membuka wawasan pembaca tentang masalah kemiskinan, kehidupan masyarakat pedesaan, tingkah-tingkah orang-orang kecil, dan seterusnya.

Bekisar Merah menampilkan isi cerita yang kompleks, berliku-liku, kaya perwatakan tokoh, pelukisan settingnya sangat hidup.

Penceritaan tokoh-tokohnya sangat kuat, ceritanya menyentuh, menggetarkan perasaan (Yant Mujiyanto).

commit to user

Berprofesi sebagai penyadap nira tidaklah mudah. Mereka para penyadap nira harus berjuang demi memenuhi kebutuhan keluarga dengan menghadapi risiko terberat walaupun hasil yang diterima sangat tidak adil dan tidak manusiawi. Kesan senada diungkapkan oleh Fitri Rahmawaty dalam kutipan wawancara berikut ini

Gambaran kemiskinan para penyadap memang diuraikan oleh Ahmad Tohari secara lengkap, rinci, dan tepat. Tidak hanya kemiskinan, masalah sosial lain yang diuraikan oleh Ahmad Tohari begitu beragam dan hidup.

Melalui penggambaran tokoh yang masing-masing memiliki karakter kuat membuah novel Bekisar Merah makin dinikmati oleh pembaca. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

c. Perkembangan Sosial

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengarang, terjadi perubahan sosial yang signifikan pada masyarakat tempat tinggalnya. Banyak investor-investor asing yang menanam modal. Di daerah tempat tinggalnya kini sudah

Masalah sosial yang muncul pada novel menurut saya seperti kemiskinan dan trafficking. Kemiskinan dapat dilihat dari masyarakat penyadap nira yang mempunyai pendapatan yang sangat minim dari hasil penjualan gula Jawa yang hanya cukup untuk makan sehari (Fitri Rahmawaty).

Ya, bagi narasumber, masalah sosial yang diungkapkan pengarang sungguh-sungguh menyentuh hati nurani. Terasa benar membentangkan realitas kehidupan yang kurang, penderitaan Lasi yang sangat dalam, sepak terjang kapasitas yang menyebalkan (Pak Tir). Juga tentang seluk beluk sosial Bunek, Bu Koneng, Bu Lanting, Pardi, Eyang Mus, suami istri Wiryaji. Penggambaran dunia penyadap nira yang memprihatinkan, bahkan lika-liku dunia prostitusi dan sebagainya. Sosiologi Bekisar Merah berupa penghadiran kehidupan para penyadap nira, termasuk adat istiadat yang tahayul yang mengelilinginya, dunia prostitusi dan perpialangan atau mucikari. Namun adapula sikap kritis mahasiswa dalm tokoh Kanjat, dunia politik para pejabat yang korup dan hedonistik. Bisnis kolega atas dan seterusnya (Yant Mujiyanto).

commit to user

mulai ada suatu pencerahan. Kini semua warga dapat menikmati fasilitas listrik yang diberi oleh pemerintah daerah. Rupanya pemerintah daerah sedikit demi sedikit memperhatikan kemakmuran warganya, walaupun bukan dalam bidang ekonomi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Warsinah berikut ini.

Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman yang kian modern banyak para keluarga penyadap yang bekerja di kota-kota besar atau merantau.

Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara dengan Ibu Jumirah berikut ini.

Disamping pendapat dari Ibu Jumirah tersebut dapat dilihat dari segi sumber daya manusianya Ahmad Tohari mengungkapkan bahwa di daerah tempat tinggalnya sudah mengalami penurunan dalam produksi gula kelapa.

Hal tersebut dikarenakan berkurangnya para petani penyadap nira. Saat ini penyadap yang masih aktif adalah penyadap yang berusia lanjut. Tidak ada penerus bagi mereka untuk menyadap pohon-pohon kelapa yang mereka miliki.hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut ini.

Masih. Sampai sekarang juga masih. Pemerintah tidak pernah perhatian kepada nasib kami para penyadap. Tapi alhamdulillah pemerintah sudah memberi aliran listrik di desa ini, jadi kami bisa menikmati listrik (Warsinah).

Semakin berkembangnya zaman, para penyadap di desa ini kian berkurang. Mereka para penyadap tua sudah mulai merubah pola pikir mereka untuk memperbaiki nasib. Anak-anak para penyadap tidak ada yang mau meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai penyadap. Mereka banyak yang merantau ke kota besar seperti Jakarta, bekerja sebagai buruh bangunan atau pembantu rumah tangga. Penyadap yang tersisa saat ini adalah mereka para penyadap yang sudah berusia tua

(Ahmad Tohari).

Ponakan-ponakan saya ada empat, sudah besar semua. Mereka hanya tamat SD. Anak pertama dan kedua laki-laki kerja di Jakarta sebagai kuli bangunan, anak ketiga dan keempat perempuan, menjadi pembantu rumah tangga dan berjualan dawet di pasar. Alhamdulillah hidup mereka sedikit lebih baik dari pada saat mereka masih kecil.

(Jumirah).

commit to user

Pernyataan Ahmad Tohari di atas diungkapkan berdasarkan fenomena masyarakat yang terjadi di tempat tinggalnya. Hal senada diungkapkan oleh istri penyadap nira Ibu Warsinah berikut ini.

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 36-42)

Dokumen terkait