• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai Pendidikan Novel Bekisar Merah

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 42-51)

commit to user

4. Nilai-nilai Pendidikan Novel Bekisar Merah

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa terjadi sebuah perubahan di desa Karangsoga (Tinggarjaya). Perubahan tersebut memang bukan perubahan dalam bidang ekonomi, namun lebih kepada kesejahteraan dan pemerataan listrik di desa-desa. Seorang pengarang tentunya tak lupa menyelipkan unsur-unsur nilai pendidikan dalam karya sastra yang diciptakannya agar bermanfaat bagi pembacanya. Dalam karya sastra tersimpan nilai atau pesan yang berisi amanat atau nasihat bagi pembacanya. Pengarang melalui karyanya, menciptakan karya sastra dengan berusaha untuk memengaruhi pola pikir pembaca dan ikut mengkaji tentang baik dan buruk, teladan yang patut ditiru sebaliknya.

Karya sastra diciptakan bukan sekadar untuk dinikmati, akan tetapi untuk dipahami dan diambil manfaatnya. Nilai-nilai pendidikan tersebut dapat dimunculkan pengarang secara langsung dan tidak langsung dalam cerita lewat perbuatan tokoh, dialog, perwatakan tokoh, dan lain-lain. Pengarang sebagai seorang manusia sosial secara otomatis akan membuat karya yang menceritakan pengalaman dan perjalanan hidupnya atau orang lain dengan bahasa figuratif dan menjadikan karya tersebut sebagai karya yang mendidik di zamannya.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka nilai pendidikan dalam novel Bekisar Merah adalah nilai pendidikan religius, moral, budi pekerti, dan sosial.

Keempat temuan tersebut akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya.

Anak-anak saya rata-rata hanya lulus SD, hanya anak kelima dan keenam yang tamat hingga SMP. Sekarang mereka bekerja, ada yang berdagang, kerja di bengkel, ada juga yang merantau ke Jakarta sebagai tukang bangunan. Tidak ada anak saya yang meneruskan menjadi seorang penyadap (Warsinah).

commit to user

Analisis yang akan dideskripsikan meliputi penjabaran mengenai contoh-contoh nilai pendidikan moral, budi pekerti, dan sosial yang terdapat dalam novel. Adapun hasil pembahasannya adalah sebagai berikut.

a. Nilai Pendidikan Religius

Nilai religius dalam karya sastra dapat menanamkan sikap pada manusia untuk tunduk dan taat kepada tuhan. Nilai religius berhubungan erat dengan agama. Agama memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia karena memiliki fungsi-fungsi sosial yang dapat meningkatkan harkat dan martabatnya. Suriasumantri (2001: 270) berpendapat bahwa nilai agama berfungsi sebagai sumber moral bagi segenap kegiatan.

Melalui tokoh Eyang Mus, nilai-nilai religius dalam Bekisar Merah disampaikan oleh Ahmad Tohari. Tokoh Eyang Mus seorang Kyai Karangsoga yang taat pada Tuhan yang selalu memberikan wejangan-wejangan dan amanat kepada para keluarga penyadap melalui tembang-tembang Jawa yang ia nyanyikan. Hal ini senada dengan Yant Mujiyanto berikut ini.

Nilai religius yang terkandung dalam novel Bekisar Merah adalah manusia akan selalu mendapat cobaan dari Tuhan untuk menguji keimanannya selama dia masih hidup. Dalam kehidupan umat manusia harus selalu ingat kepada Tuhannya dan ajaran-ajarannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

selalu eling dan nrima ing pandum, tidak mengumbar kanepson atau mengumbar keinginan. Dulu Ayah saya bilang, eling itu sadar. Eling berarti merasa tak terputus hubungan dengan Gusti Kang Murbeng Dumadi, Tuhan Yang Mengawali Segala Uju : 236).

Nilai pendidikan yang terkandung dalam Bekisar Merah menyangkut moral, religius, sosial, dalam bentuk perjuangan menempuh kehidupan yang keras. Ketabahan dalam kemiskinan, solidaritas sesama penyadap nira dan warga. Ketaatan beribadah Eyang Mus penghayatan nilai spiritual melalui tembang dan seterusnya (Yant Mujiyanto).

commit to user

Kutipan di atas menunjukkan bahwa untuk hidup tenang seseorang harus selalu ingat kepada Tuhan. Selain pada kutipan di atas, ada pula kutipan yang diungkapkan oleh tokoh religius Eyang Mus. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

sebenarnya diberi kekuatan oleh Gusti Allah untuk menepis semua hasrat atau dorongan yang sudah diketahui akibat buruknya. Orang yang sudah diberi ati wening, kebeningan hati yang selalu mengajak eling. Ketika kamu melanggar suara kebeningan hatimu sendiri, kamu bilang ora eling, lupa akan kesejatian yang selalu menganjurkan kebaikan bagi dirimu sendiri. Karena lupa akan kebaikan, kamu mendapatkan kebalikannya,

keburukan. 84).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa manusia harus selalu ingat kepada Tuhannya. Selalu ingat baik buruk segala perbuatan yang akan dikerjakan.

Dalam keadaan seburuk apapun manusia harus selalu menahan hawa nafsunya untuk menghindari berbagai keburukan.

b. Nilai Pendidikan Moral

Nilai moral dalam karya sastra dipandang sebagai amanat atau pesan.

Nilai moral juga sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan manusia yang dipandang dari nilai individu itu berada. Nilai pendidikan moral yang disampaikan Ahmad Tohari begitu apik disampaikan melalui karakter-karakter setiap tokoh yang ditampilkan. Nilai pendidikan moral tersebur dapat diterapkan oleh siapa saja dan kapan saja tanpa mengenal generasi.

Nilai pendidikan moral adalah perilaku seseorang yang berkaitan dengan hati nurani, akhlak baik atau buruk, kewajiban menjalankan tugasnya dan juga tanggung jawab. Nurgiyantoro (2005: 322) menyatakan bahwa moral dalam karya sastra, atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian yang baik. Dengan demikian, jika dalam sebuah karya ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun tokoh protagonis, tidaklah berarti bahwa

commit to user

pengarang menyarankan kepada pembaca untuk bersikap dan bertindak secara demikian.

Nilai pendidikan moral yang terkandung pada novel Bekisar Merahdapat dilihat pada kutipan wawancara dengan Fitri Rahmawaty berikut ini.

Berbagai nilai moral dalam novel Bekisar Merah disampaikan pengarang melalui karakter-karakter para tokoh dengan menggunakan nama tokoh sesuai dengan latar sosial yang dimilikinya. Seperti penggunaan nama tokoh Lasi dalam bahasa Jawa ada kata melasi, melasi sama artinya dengan kasihan.

Digambarkan oleh pengarang, tokoh Lasi dalam novel Bekisar Merah ini adalah seorang perempuan istri penyadap yang hidup dalam kemiskinan. Nasib yang menimpanya begitu bertubi.

Selama hidup dalam kemiskinan bersama suaminya yang seorang penyadap, ia tetap bersikap sabar, pasrah pada keadaan dan setia pada suami.

Citra wanita Jawa yang pasrah pada suami ada pada diri Lasi. Namun kesetiaannya dikhianati oleh suaminya, ia melarikan diri ke Jakarta. Keputusan untuk melarikan diri bukanlah suatu keputusan yang tepat untuk memecahkan masalah, namun menambah masalah baru. Lasi tak menyadari jika ia telah menjadi korban perdagangan manusia di kota besar itu. Tak hanya jadi korban perdagangan manusia, Lasi yang lugu itu harus masuk tahanan karena ia merupakan orang terdekat pelobi besar yang terjerat dalam kasus politik.

Novel ini memiliki berbagai nilai di dalamnya seperti nilai pendidikan moral bahwa seorang suami jangan mengkhianati istri, nilai pendidikan agama diperlihatkan oleh tokoh Eyang Mus, yang menjadi Kyai , dan nilai sosial tentang kemiskinan yang terus dialami oleh penyadap dengan permasalahan ketidakadilan yang dirasakan mereka. Tokoh Eyang Mus dalam novel dapat dijadikan suri tauladan oleh para pembaca agar terus taat kepada ajaran-ajaran agama. Tokoh Kanjat juga dapat dijadikan tauladan. Walaupun ia anak seorang tengkulak yang jahat dan sombong, Kanjat justru memiliki jiwa sosial yang tinggi untuk membantu para penyadap dari belenggu kemiskinan (Fitri Rahmawaty).

commit to user

Ahmad Tohari dalam menghidupkan karakter tokoh sangat rinci, imajinatif, dan sangat memperhatikan kesesuaian nama tokoh dengan karakter yang ditampilkan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara dengan Yant Mujiyanto berikut ini.

Melalui penampilan para tokoh dengan berbagai karakter kuat yang dimiliki pada tokoh-tokoh tersebut, Ahmad Tohari berharap pambaca mampu bersikap dan bertindak sesuai dengan karakter tokoh-tokoh tersebut. Akan tetapi tentunya mengikuti sikap dan karakter tokoh-tokoh yang dapat diteladani seperti tokoh Kanjat dan tokoh Eyang Mus.

c. Nilai Pendidikan Budi Pekerti

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Senada dengan itu Balitbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa budi pekerti secara konsepsional adalah budi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

Budi pekerti secara operasional merupakan suatu perilaku positif yang dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum, cara masuk dan keluar rumah dan sebagainya. Dalam menerapkan nilai-nilai budi pekerti pada kehidupan sering terjadi benturan-benturan nilai dan norma-norma yang kita rasakan. Apa yang dahulu kita anggap benar mungkin sekarang sudah menjadi salah. Apa yang dulu kita anggap tabu dibicarakan sekarang sudah menjadi

Bekisar Merah menampilkan isi cerita yang kompleks, berliku-liku, kaya perwatakan tokoh, pelukisan settingnya sangat hidup.

Penceritaan tokoh-tokohnya sangat kuat, ceritanya menyentuh, menggetarkan perasaan. Penggunaan nama-nama tokoh begitu pas dan memiliki karakter yang kuat (Yant Mujiyanto).

commit to user

suatu yang lumrah. Misalnya berbicara masalah seks, hubungan pacaran, masalah politik, masalah hak asasi manusia, dan sebagainya.

Bekisar Merah menceritakan tentang bagaimana menghormati orang tua, sopan santun kepada orang yang berkedudukan tinggi. Tokoh Lasi dalam Bekisar Merah digambar seorang perempuan desa yang taat, setia dan selalu patuh kepada perintah suami. Walaupun Darsa hanya seorang penyadap, berkecukupan, bahkan miskin, Lasi tetap setia dan taat kepada suami.

Berperilaku sopan, menghormati seorang suami. Gambaran seorang istri yang taat kepada suami, seorang perempuan Jawa yang pasrah kepada suami ada pada karakter Lasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Syamsiyah pada kutipan wawancara berikut ini.

Dalam novel Bekisar Merah diceritakan bahwa tokoh Lasi merupakan tokoh seorang istri yang taat, setia pada suami, dan pasrah terhadap kehidupan keluarga yang dialaminya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan novel berikut ini, ketika Lasi menjadi istri Pak Handarbeni.

Lasi juga akhirnya tahu bahwa sesungguhnya Handarbeni adalah laki-laki yang hampir impoten. Kelelakiannya hanya muncul bila ada obat-obatan.

Yang ini terasa menekan hati Lasi, namun tak mengapa karena pada diri Lasi masih tersisa keyakinan hidup orang Karangsoga: seorang istri harus narima, menerima suami apa adanya (Bekisar Merah: 191).

Pesan bahwa seorang istri harus menerima keadaan suami dapat dilihat pada diri Lasi. Akan tetapi di sisi lain, ketika cinta Lasi dikhianati oleh suaminya sendiri, ia bahkan melarikan diri dari Karangsoga. Melarikan diri bukanlah jalan untuk memecahkan suatu permasalahan. Hal tersebut tentu bertentangan dengan karakter tokoh Lasi yang digambarkan oleh pengarang sebagai seorang istri yang taat dan setia pada suami. Tanggapan berbeda yang diungkapkan oleh Bapak Sugiarto dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut ini.

Tokoh Lasi menggambarkan kerpihatinan seorang istri penyadap yang sesungguhnya, kepasrahan hidup dan kesetiaan pada suami. Merupakan citra perempuan Jawa yang setia dan pasrah pada suami (Syamsiyah).

commit to user

Nilai pendidikan budi pekerti yang tercermin pada tokoh Lasi dapat diambil dari nilai yang bersifat positif. Pasrah dan taat kepada suami sangatlah penting bagi seorang istri. Akan tetapi sikap pasrah tidak boleh disalah gunakan. Seseorang harus memiliki prinsip dalam hidup. Manusia harus berakhlak dan berbudi pekerti luhur.

d. Nilai Pendidikan Sosial

Nilai sosial berkaitan dengan sifat tolong-menolong, gotong royong, saling menyayangi, memberi penghargaan pada orang lain, dan demokratis yang sering ditemukan dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut adalah karakter yang bisa ditanamkan pada diri pembaca. Karakter yang diperlukan ketika hidup dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. sifat-sifat tersbut sangat berguna bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup seorang diri. Dari nilai-nilai tersebut, pembaca diajak untuk mengetahui manfaat atau dampak dari penerapan nilai sosial tersebut. Dengan meneladani nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra, kita menjadi manusia yang memiliki kesadaran tinggi untuk lebih mengedepankan kepentingan masyarakat.

Wujud nilai sosial dalam karya sastra khususnya novel dapat berbentuk macam-macam. Masalah-masalah yang berupa hubungan antarmanusia antara lain dapat berwujud kerja keras, pengorbanan, kesetiaan, pengkhianatan, kepedulian terhadap sesama, solidaritas, serta hubungan masyarakat yang melibatkan interaksi antarmanusia. Nilai pendidikan sosial yang dominan terdapat dalam novel Bekisar Merah adalah anjuran untuk selalu ingat pada Tuhan dan mengambil segala hikmah dari berbagai permasalahan yang dialami dalam hidup.

Lasi menggambarkan sosok istri yang pasrah terhadap suami, setia dan taat. Walaupun hidup miskin, ia tetap setia dengan suaminya. Akan tetapi, saat kesetiaannya dikhianati ia justru melarikan diri ke Jakarta.

Ketika di Jakarta, Lasi yang lugu dan polos dapat dikatakan tidak memiliki suatu prinsip dalam hidupnya. Ia menjadi orang lain bagi dirinya sendiri. Pasrah dijadikan gundik oleh mucikari kelas kakap seperti Bu Lanting dengan alasan hutang budi (Sugiarto).

commit to user

Bersikap adil kepada sesama, memperhatikan saudara-saudara yang berada dalam kesulitan. Artinya, meskipun kita memiliki latar belakang yang berbeda, kita harus memiliki jiwa sosial dimanapun dan kapanpun. Saling tolong-menolong terhadap sesama dan membantu mensejahterakan kehidupan sesama. Hal tersebut dapat dilihat pada tokoh Kanjat yang berusaha memperbaiki kemakmuran para penyadap di desanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut ini.

sih, sampai kapan pun tetap anak Karangsoga. Saya selalu merasa kaum penyadap di sana adalah sanak famili saya sendiri. Jadi kepahitan hidup mereka adalah keprihatinan dan beban jiwa saya juga, Kanjat terhenti. Gelisah. Pak Jirem memperhatikannya, masih dengan rasa menyesal.

boleh dibilang tak mampu berbuat sesuatu. Pak, mungkin perasaaan saya salah. Namun memang saya merasa dalam kondisi kehidupan yang dikuasai oleh perekonomian pasar bebas seperti sekarang, segala keterpihakan terhadap kehidupan pinggiran kurang mendapat dukungan. Malah, jangan-jangan obsesi saya untuk membantu para penyadap merupakan sesuatu yang sia-sia. Seperti pernah saya katakan dulu, jangan-jangan nanti ada yang menyebut saya Don

(Bekisar Merah: 176 ).

Hal tersebut senada dengan pernyataan Fitri Rahmawaty pada kutipan wawancaraberikut ini.

Nilai sosial yang terkandung dalam novel Bekisar Merah disampaikan oleh pengarang melalui tokoh Kanjat, mahasiswa yang kritis, ideologis, kreatif dan inovatif. Tokoh Kanjat yang memiliki jiwa sosial tinggi berusaha memperbaiki nasib para penyadap yang hidup di lingkungan tempat tingganya.

Nilai-nilai yang ada pada diri Kanjat merupakan nilai yang pantas untuk diteladani oleh para generasi muda saat ini.

Berdasarkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung pada novel Bekisar Merah, novel tersebut mampu dijadikan sebagai materi ajar bagi para peserta

Tokoh Kanjat juga dapat dijadikan tauladan. Walaupun ia anak seorang tengkulak yang jahat dan sombong, Kanjat justru memiliki jiwa sosial yang tinggi untuk membantu para penyadap dari belenggu kemiskinan (Fitri Rahmawaty).

commit to user

didik baik SMP, SMA, maupun SMK. Hal tersebut dapat dilihat dari pendapat Syamsiyah berikut ini.

Pendapat lain yang serupa diungkapkan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia Bapak Sugiarto berikut ini.

Kutipan di atas menunjukkan bahwa novel Bekisar Merah mampu dijadikan sebagai materi pembejaran di sekolah, tentu sesuai dengan Standar Kompetensi yang berlaku. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Yant Mujiyanto berikut ini.

Bisa. Akan tetapi guru terlebih dulu menjelaskan sekilas tentang novel Bekisar Merah. Menjelaskan konflik-konflik yang terdapat pada novel tersebut, dan mengajak siswa untuk mengambil kesimpulan atau amanat yang boleh ditiru dan tidak boleh ditiru (Syamsiyah)

Bisa. Di SMP pun bisa. Saya pernah mengajar di SMA, dan SMK.

Saya rasa novel ini dapat dijadikan materi pembelajaran dengan catatan siswa diberi pemahaman terlebih dahulu tentang permasalahan sosial yang ada pada novel Bekisar Merah. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel tersebut dapat dicontohkan kepada siswa. Misal harus memiliki jiwa sosial tinggi, bertanggunjawab, tidak lari dari masalah dan berhati-hati di manapun kita berada. Hal tersebut juga mampu memberikan gambaran akan bahaya kehidupan di kota-kota besar yang rentan dengan berbagai tindakan kriminal seperti perdangan manusia. Para siswa baik SMP, SMA maupun SMK dapat mengambil kesimpulan dari membaca novel Bekisar Merah tersebut (Sugiarto).

Bekisar Merah bisa dijadikan sebagai media pembelajaran sastra untuk SMA atau SMK dan perguruan tinggi, karena banyak terkandung pelajaran tentang hidup bermasyarakat, perjuangan, problem kehidupan yang berwarna-warni. Hal tersebut harus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Misalnya dikaitkan dengan materi apresiasi sastra berbentuk novel (Yant Mujiyanto).

commit to user

Dalam dokumen HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 42-51)

Dokumen terkait