• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Perilaku Guru

2. Etika Kepribadian Guru

Sebagai jabatan profesi, guru memiliki kode etik. Kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari. Kode etik profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyyarakat. Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dari profesi pendidik. Kode etik guru Indonesia dirumuskan sebagai kumpulan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun secara sistematis dalam suatu sistem yang bulat.

Dalam hal ini, sebagaimana telah disebutkan dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa:

Guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar membimbing dan mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam pendidikan, anak usia dini, jalur pendidikan formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Dilihat dari tugas dan tanggunb jawab guru, maka pada hakikatnya tugas dan tanggung jawab yang di embannya adalah perwujudan dari amanah Allah, amanah orang tua, bahkan amanah dari masyarakat dan pemerintah. Dengan demikian amanah yang diamanatkan kepadanya mutlak harus dipertanggungjawabkan.

Allah SWT. Berfirman (QS. An-Nisa (4): 58) :

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (Kementrian Agama, 2013: 87)

Karena pentingnya tugas dan tanggung jawab yang di amanatkan kepada guru dalam mengantarkan peserta didiknya agar berhasil sebagaimana di harapkan, menurut (soetjibto1999). maka guru perlu memiliki etika kepribadian atau kode etika antara lain:

a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangun yang berjiwa Pancasila.

b. Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

c. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik , tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubwungan dengan orang tua murid sebaik –baiknya bagi kepentingan anak didik.

e. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan.

f. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu Profesinya .

g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan.

h. Guru bersama –sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru Profesional sebagai sarana pengapdiannya.

i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang Pendidikan.

Dari kepribadian seorang guru diatas dapat diketahui bahwa kepribadian itu bisa membangkitkan semangat, tekun dalam menjalankan tugas, senang memberi manfaat kepada murid menghormati peraturan sekolah sehingga membuat murid bersifat lemah lembut memberanikan mereka, mendorong pada cinta pekerjaan, memajukan berfikir secara bebas tetapi terbatas yang bisa membantu membentuk pribadi menguatkan kepribadian menguatkan kehendak membiasakan percaya pada diri sendiri.

Suksesnya seorang guru tergantung dari kepribadian, luasnya ilmu tentang materi pelajaran serta banyaknya pengalaman. Tugas seorang guru itu sangat berat, tidak mampu dilaksanakan kecuali apabila kuat kepribadiannya, cinta dengan tugas, ikhlas dalam mengerjakan, memelihara waktu murid, cinta kebenaran, adil dalam pergaulan. Ada yang mengatakan bahwa masa depan anak-anak di tangan guru dan di tangan gurulah terbentuknya umat.

3. Syarat-Syarat Kepribadian Guru Dalam Islam

Syarat-syarat yang harus di miliki guru pada umumnya dan khususnya guru agama Islam dikemukakan oleh para pakar pendidikan Islam antara lain:

Ramayulis, (2005: 121) Mengatakan bahwa :

“Persyaratan seorang pendidik terdiri dari tiga macam, yakni syarat yang berkenaan dengan dirinya sendiri, syarat yang berkenaan dengan pelajaran dan syarat yang berkenaan dengan peserta didiknya”.

1. Syarat yang berkenaan dengan dirinya.

Berkanaan dengan diri guru.di antaranya dituntut untuk senang tiasa sadar akan pengawasan Allah terhadapnya dalam segala perkataan dan perbuatan selama memegang amanat ilmiah yang di amanatkan oleh Alllah SWT.Karenanya ia tidak boleh menghianati amanat itu,dan harus merendahkan diri kepada Allah SWT, dan hendaknya memelihara kemuliaan ilmu. Diantara syarat-syarat adalah:

a. Guru hendaknya bersifat zuhud;

b. Guru hendaknya tamak terhadap kesenangan duniawi;

c. Guru hendaknya tidak mengkomersialkan ilmunya untuk kepentingan sesaat;

d. Guru hendaknya menghindari hal-hal yang hina menurut pandangan syara;

e. Guru hendaknya menjauhi hal-hal yang mendatangkan fitnah;

f. Guru hendaknya senantiasa memelihara syiar-syiar islam;

g. Guru hendaknya senantiasa bersabar dan tegar dalam menghadapi celaan dan cobaan-cobaan;

h. Guru hendaknya memelihara akhlak al-karimah;

i. Guru hendaknya senantiasa mengisi waktu-waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat;

j. Guru hendaknya selalu tekun menambah ilmunya.

2. Syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran diantara syaratnya adalah:

a. Guru hendaknya senantiasa bersih dari hadas (kotoran) ebelum keluar rumah untuk menajar .

b. Guru hendaknya nengenakan pakaian yang bersih dan rapi . c. Guru hendaknya berdoa agar tidak tersesak dan menyesatkan d. Guru hendaknya mengajarkan pelajaran sesuai dengan

keahlianya.

e. Guru hendaknya memiliki amanah ilmiah

f. Gurun hendaknya bersikap bijak dalam seluruh proses pembelajaran.

g. Guru hendaknya menutup kegiata dalam proses pembelajaran dengan kata-kata Wallahu a’lam (Allah Yang Maha Tahu).

3. Syarat berkenaan dengan peserta didik.

Syarat-syarat yang berkaitan dengan peserta didik antara lain:

a. Guru hendaknya mengajardengan berniat untuk mendapat ridha Allah.

b. Guru hendak senantiasa menghidupkan syarah.

c. Guru hendaknya senantiasa menegakan kebenaran dan melenyap kan kebatilan.

d. Guru hendaknya menyebar luaskan ilmu.

e. Guru hendaknya mencintaipeserta didiknya.

f. Guru hendaknya memotivasi peserta didiknya.

g. Guru hendaknya mempersiapkan pelajaran yang mudah dipahami.

h. Guru hendaknya bersikap adail terhadap semua peserta didiknya.

i. Guru hebdaknya memperhatikan tingkat perkembangan dan pemahaman peserta didik.

j. Guru hendaknya melakukan evaluasi terhadap kegiatan peserta didik.

Muhammad Athiyah al-abrasyi (1979: 63-64) mengemukakan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik sebagai berikut:

1. Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mancari keridhaan Allah semata.

2. Bersih tubuhnya, jauh dari dosa, jauh dari sifat riya’

3. Ikhlas dalam kepercayaan keikhlasan dan kejujuran seorang guru dalam pekerjaanya .

4. Bersifat pemaaf terhadap muridnya ia sanggup menahan diri, lapan hati sabar dan tidak pemarah karena masalah sepelehmemiliki kepribadian dan mempunyai harga diri.

5. Mencintai murud-muridnya seperti mencintai anaknya sendiridan memikirkan keadaan mereka seperti memikirkan anak-anaknya sendiri.

6. Mengetahui tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan dan pemikiran Smurid-muridnya, agar tidak keliruh dalam mendidiknya.

7. Menguasai mata pelajaran yang akan diberikannya serta memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran tersebut.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah unsur utama dalam keseluruhan proses pembelajaran. Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi pembicaraan yang omong kosong. Peran dan fungsi yang cukup berat untuk diemban ini tentu saja membutuhkan sosok seorang

guru atau pendidikan yang utuh dan tahu dengan kewajiban dan tanggungjawab sebagai seorang pendidik.Selain mahir dibidangnya, seorang guru tentu saja dituntut untuk menjadi figur yang baik, prilaku seorang guru senantiasa menjadi sorotan masyarakat terutama para muridnya, tidak sedikit murid yang mengagumi gurunya bukan hanya karena kepintaran dibidang ilmunya, tetapi justru karena prilakunya yang baik, bersikap ramah, adil dan jujur kepada murid-muridnya.

Hal lain yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar dapat menjadi teladan yang baik adalah dengan selalu mengadakan muhasabah pada diri sendiri, mengoreksi akan kekurangan-kekurangan diri dan berusaha untuk memperbaikinya karena bagaimana mungkin guru akan menjadi teladan sedangkan dirinya penuh dengan kekurangan, bagaimana mungkin guru dapat menundukan kekurangan-kekurangan itu sedangkan dirinya cenderung kepada akhlak yang tercela, bagaimana mungkin guru dapat menasehati murid-muridnya sedangkan dirinya belum mencerminkan kesempurnaan akhlak.

C. Perilaku Guru Dalam Tinjauan Psikologi Pendidikan

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkan melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh dari

harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi.

Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi.

Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh kesalahan. Menurut Mulyasa, (2005: 20) kesalahan-kesalahan itu antara lain:

1. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, 2. Menunggu peserta didik berperilaku negatif, 3. Menggunakan destruktif discipline,

4. Mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,

5. Merasa diri paling pandai di kelasnya, 6. Tidak adil (diskriminatif), serta

7. Memaksakan hak peserta didik.

Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 Tentang Dosen dan Guru, yakni:

1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,

2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,

3. Kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,

4. Azwar, (2000: 15) mengatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan beri nteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respon hanya akan timbul, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang dikehendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif negati, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.

Sedangkan perilaku merupakan bentuk tindakan nyata seseorang sebagai akibat dari adanya aksi respon dan reaksi. Menurut Azwar (2000: 16) sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata namun juga ditentukan faktor eksternal lainnya.

Menurut penuturan R.Tantiningsih dalam Wawasan 14 Mei 2005, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar beberapa sikap dan perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan dapat hindari, diantaranya:

Pertama, menyiapakan tenaga pendidik yang benar-benar profesional yang dapat menghormati siswa secara utuh. Kedua, guru merupakan key succes faktor dalam keberhasilan budi pekerti. Dari guru siswa mendapatkan action exercise dari pembelajaran yang diberikan. Guru sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam bersikap dan berperilaku. Ketiga, Budi pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di sekolah. Kempat, adanya kerjasama dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan orang tua.

Terkait dengan hal di atas, dalam Ronnie, (2005: 62) hasil temuan dari universitas Harvard bahwa 85 % dari sebab-sebab kesuksesan, pencapaian sasaran, promosi jabatan, dan lain-lain adalah karena

sikap-sikap seseorang. Hanya 15 % disebabkan oleh keahlian atau kompetensi teknis yang dimiliki.

Namun sayangnya justru kemampuan yang bersifat teknis ini yang menjadi primadona dalam istisusi pendidikan yang dianggap modern sekarang ini. Bahkan kompetensi teknis ini dijadikan basis utama dari proses belajar mengajar. Jelas hal ini bukan solusi, bahkan akan membuat permasalahan semakin menjadi. Semakin menggelembung dan semakin sulit untuk diatasi.

Menurut Danni Ronnie M, (2005: 17-20) ada enam belas pilar agar guru dapat mengajar dengan hati. Keenam belas pilar tersebut menekankan pada sikap dan perilaku pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik. Enam belas pilar pembentukan karakter yang harus dimiliki seorang guru, antara lain:

1. Kasih sayang, 2. Penghargaan,

3. Pemberian ruang untuk mengembangkan diri, 4. Kepercayaan,

5. Kerjasama, 6. Saling berbagi, 7. Saling memotivasi, 8. Saling mendengarkan,

9. Saling berinteraksi secara positif, 10. Saling menanamkan nilai-nilai moral,

11. Saling mengingatkan dengan ketulusan hati, 12. Saling menularkan antusiasme,

13. Saling menggali potensi diri,

14. Saling mengajari dengan kerendahan hati, 15. Saling menginsiprasi,

16. Saling menghormati perbedaan.

Jika para pendidik menyadari dan memiliki menerapkan 16 pilar pembangunan karakter tersebut jelas akan memberikan sumbangsih yang luar biasa kepada masyarakat dan negaranya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap dan perilaku guru yang profesional adalah mampu menjadi teladan bagi para peserta didik, mampu mengembangkan kompetensi dalam dirinya, dan mampu mengembangkan potensi para peserta didik. Sikap dan perilaku guru yang profesional mencakup enam belas pilar dalam pembangun karakter. Keenam belas pilar tersebut, yakni kasih sayang, penghargaan, pemberian ruang untuk mengembangkan diri, kepercayaan, kerjasama, saling berbagi, saling memotivasi, saling mendengarkan, saling berinteraksi secara positif, saling menanamkan nilai-nilai moral, saling mengingatkan dengan ketulusan hati, saling menularkan antusiasme, saling menggali potensi diri, saling mengajari dengan kerendahan hati, saling menginsiprasi, saling menghormati perbedaan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (Field research) dengan pendekatan kualitatif dan dan dianalisis secara deskriptif kualitatif ialah salah satu cara penelitian dengan menggambarkan dan menginterprestasi suatu ojek dengan kenyataan yang ada tanpa dilebih-lebihkan.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini yaitu di SD Inpres Parasangan Beru Kec.

Bangkala Barat Kab. Jeneponto. Dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut efektif untuk mendapatkan data dan juga lokasi tersebut strategis dapat di jangkau oleh kendaraan umum . untuk mengetahui sikap /perilaku guru di SD Inpres Parasangan Beru apakah sudah sesuai dengan tinjauan psikologi pendidikan atau tidak. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa di SD Inpres Parasangan Beru Kab. Jeneponto.

C. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 97), Variabel adalah “gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian”. Pada penelitian ini ada dua

27

variabel yang diteliti. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan dari judul penelitian yaitu Psikologi Pendidikan Tentang Perilaku Guru di SD Inpres Parasangan Beru Kec. Bangkala Barat Kab. Jeneponto.

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (x) dalam penelitian ini adalah Studi Psikologi Pendidikan sedangkan variabel terikatnya (y) adalah Perilaku Guru.

D. Defenisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalah pahaman dan untuk menyamakan presepsi, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan defenisi variabel penelitian agar tidak terjadi penafsiran yang keliru.

1. Studi Psikologi pendidikan adalah tinjauan tertulis tentang bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang.

2. Perilaku guru adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek.Guru sebagai pendidik propesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam pendidikan ,anak usia

dini, jalur pendidikan formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku guru yang adalah mampu menjadi teladan bagi para peserta didik, mampu mengembangkan kompetensi dalam dirinya, dan mampu mengembangkan potensi para peserta didik.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Penentuan jumlah populasi dalam suatu penelitian merupakan salah satu langkah penting karena dalam populasi diharapkan diperoleh data yang diperlukan. Untuk mengetahui secara jelas populasi yang akan dijadikan objek penelitian, terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian populasi menurut Suharsimi Arikunto (2002:108)

“Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupaka penelitian populasi. Jika kita haya akan meneliti sebagaian dari populasi, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersenut disebut penelitian sampel”

R. Margono, (2007 : 106) menjelaskan bahwa ‘Populasi adalah Seluruh data yang menjadi perthatian penelitian dalam suatu ruang lingkup dalam waktu yang ditentukan, menurutnya populasi’.

Sedangkan Sugiono (2003: 90) mengemukakan populasi adalah

“Wilayah generalisasi yang tersiri atas objek, subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang dikatakan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dijadikan sumber data yang memiliki karakteristik penelitian yang terdapat di lokasi penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan siswa di SD Inpres Parasangan beru Kec. Bangkala Barat Kab Jeneponto. Dengan jumla h siswa adalah 159 jumlah guru nya adalah 9 Dalam hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel I Keadaan Populasi

Sumber data : hasil observasi awal data dokumentasi SD inpres parasangan beru kec.Bangkala Barat Kab. Jeneponto Tahun 2013-2014.

2. Sampel

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan proses pengumpulan data, maka peneliti perlu membatasi jumlah subjek penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis mengacu kepada prinsip penentuan

No. Guru dan Siswa Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki perempuan

1. Guru 2 7 9

2. Siswa Kelas I 14 11 25

Siswa Kelas II 14 12 26

Siswa Kelas III 15 15 30

Siswa Kelas IV 15 14 29

Siswa Kelas V 12 11 23

Siswa Kelas VI 13 13 26

Jumlah 85 83 168

sampel penelitian yang dikemukakan Suharsimi Arikunto, (2002: 139) bahwa sampel adalah “bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)”.

Sedangkan menurut Margono, (2007: 99) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pada dasarnya penentuan sampel dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi atau keterangan-keterangan mengenai hal yang diteliti dengan cara meneliti sebagian populasi yang telah dipilih dan dianggap dapat mewakili semua populasi yang ada.

Dari uraian d iatas maka tekhnik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah tekhnik purposive sampling yakni pengambilan sampel dilakukan secara langsung kepada semua guru dan pada siswa kelas VI dengan pokok pikiran bahwa :

Kelas VI merupakan tingkat kelas di SD Inpres Parasangan beru Kec.

Bangkala Barat Kab. Jeneponto yang memiliki tingkat kemampuan yang tinggi mampu merespon penelitian ini dan memiliki tingkat pembelajaran yang sudah maksimal.

Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu jumlah guru 9 dan siswa kelas VI 26 orang untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel II Keadaan Sampel

No. Guru dan Siswa Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan

1. Guru 2 7 9

2. Siswa Kelas VI 13 13 26

Jumlah 15 20 35

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian.

Adapun instrumen yang penulis akan pergunakan dalam penelitian untuk mengetahui studi psikologi pendidikan tentang perilaku Guru di SD Inpres Parasangan beru Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto. Tersebut terdiri atas pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, dan cacatan dokumentasi.

1. Pedoman observasi

Alat ini dimaksudkan adalah pengamatan dan pencacatan secara sistematis terhadap fenomena atau gejala-gejala pada objek penelitian. Atau cara pengumpulan data dengan mengamati lengsung kelapangan.

2. Pedoman wawancara

Penelitian yang tujuan nya untuk memperolh data atau keterangan secara langsung dari instrumen. Wawancara sering pula di sebut intervie, yaitu pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secaa lisan untuk di jawab secara lisan pula.

3. Catatan Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengambilan data yang di peroleh melalui arsip dan dokumen-dokumen yang di lakukan untuk melakukan data yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode pengumpulan data. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara saksama dan sistematis mengenai gejal-gejala yang akan diteliti.

2. Wawancara, yaitu melakukan wawancara secara langsung kepada guru dan siswa atau pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini.

3. Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen atau sumber-sumber yang berkaitan dengan objek penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Analis terhadap data penelitian dilakukan bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskiriptif dan analisis inferensial.

Menurut Arikunto, (2002: 246) analisis deskriptif yaitu:

Teknik analisis data yang digunakan untuk menggambarkan data hasil penelitian lapangan dengan menggunakan metode pengolahan data menurut sifat kuantitatif sebuah data. Analisis statistic deskriptif disini digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan tehnik Analisis data Deskriptif Kualitatif dalam bentuk:

1. Analisis Induktif: Tehnik analisis bentuk ini merupakan tehnik berfikir atau menganalisis data dengan memulai dari masalah dan hal-hal yang bersifat khusus, kemudian melakukan analisis terhadap data tersebut sampai menarik kesimpulan secara umum.

2. Deduktif: tehnik analisis bentuk ini merupakan tehnik berfikir atau menganalisis data dengan memulai dari hal-hal yang bersifat umum, kemudian menuju pada penarikan kesimpulan secara khusus.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SD Inpres Parasangan Beru

1. Sejarah Berdirinya SD Inpres Parasangan Beru

Dokumen terkait