• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Latar Belakang Subjek

Ali mengalami kecacatan selama 3 tahun. Kecacatan yang dialami tergolong parapleghia dan mengenai bagian pinggang hingga kaki. Salah satu kaki Ali juga lebih pendek 5 cm dari ukuran kaki sebenarnya. Ali membutuhkan waktu sekitar 1 tahun untuk dapat menerima kecacatan pada

fisiknya. Proses penerimaan diri ini tidak terjadi dengan mudah, Ali sendiri mengalami kondisi psikis yang kurang baik sehingga sempat memunculkan keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Ali mengalami perasaan down ketika mengetahui dirinya divonis cacat dengan tingkat yang berat dan patah tulang sehingga harus tergantung dengan kursi roda seumur hidup. Terlebih kecacatan yang dialami ini membuat dirinya harus kehilangan orang yang dicintai seperti pacar dan teman-temannya. Selain itu, Ali juga harus menjalani pola hidup yang sangat berbeda dari kondisi sewaktu masih normal dulu. Ali harus membiasakan diri dengan kondisi barunya dimana dirinya berusaha untuk belajar mandiri dengan kecacatan itu.

Usaha yang dilakukan Ali memang tidak berjalan mulus. Ali terus belajar untuk dapat melakukan berbagai kegiatan sendiri baik itu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ali sering terjatuh ketika melakukan perpindahan tetapi ia tidak putus asa dengan berusaha menikmati kerasnya lantai dan terluka. Kecacatan juga merenggut kesempatan Ali untuk melanjutkan kuliah dan kesukaannya terhadap komputer. Hal tersebut membuat perasaan down ini muncul berulang kali terutama ketika pikiran Ali sedang tidak fokus. Ali merasa bahwa kecacatan yang dialami merupakan hukuman karena dulu ia adalah anak yang tidak patuh terhadap orang tua. Ali juga menganggap kalau pergaulan yang ia jalani ketika masih normal dulu itu tidak baik.

Akan tetapi, keluarga sangat mengerti dengan kondisi Ali dan membantu memberi dukungan serta kasih sayang yang tulus meskipun Ali

sudah cacat dan pernah berperilaku tidak baik. Dukungan serta kehadiran dari keluarga secara terus menerus inilah yang ikut membantu Ali untuk bisa bangkit dan berjuang menjalani hidup dengan kecacatan. Ali menyadari bahwa dirinya salah sehingga kecacatan membuat dirinya menjadi sadar akan pentingnya kehidupan saat ini. Ali sudah dapat membangun hubungan yang baik dengan keluarga. Secara perlahan Ali pun mampu mencapai penerimaan diri dan menikmati kecacatan yang dialami. Ali juga memiliki berbagai cita-cita yang ingin ia capai yakni dapat bekerja ataupun kembali meneruskan kuliahnya meskipun dalam keadaan cacat dan terbatas.

Begitu pula dengan Budi kecacatannya tergolong parapleghia dan mengenai bagian dada sampai kaki. Kecacatan yang dialami Budi tergolong tingkat yang berat. Budi sudah mengalami kecacatan selama 8 tahun. Sama hal nya dengan Ali, Budi awalnya kesulitan untuk menerima kondisi fisiknya yang menjadi cacat dan mengalami keterpurukan hingga muncul keinginan untuk bunuh diri. Budi membutuhkan waktu 10 bulan hingga akhirnya mampu menerima diri dengan baik. Awalnya Budi merasa berat, down dan menyesal dengan kecacatan yang harus ia alami. Tingkat kecacatan yang dialami membuat Budi mengalami kesulitan untuk mengurusi kebutuhan pribadinya seperti urusan ke belakang. Selain itu, Budi menjadi tanggungan ibunya karena ia tidak dapat bekerja lagi sebagai koki. Hubungan Budi dengan kakak-kakaknya pun sempat mengalami kerenggangan. Ketergantungannya terhadap alat bantu yaitu kursi roda pernah membuatnya merasa tidak nyaman apalagi jika harus berhadapan dengan anak kecil yang selalu memperhatikannya. Budi

merasa bahwa ia harus menjaga perasaan keluarga dengan tidak pergi terlalu jauh dari rumah karena hal ini dapat memunculkan penilaian negatif dari para tetangga. Tetangga di sekitar rumah Budi menganggap bahwa keluarga tidak dapat mengurusi Budi dengan baik karena kecacatan yang dialami.

Perasaan down yang dialami awalnya membuat Budi menjadi lebih pendiam dan sering menghabiskan waktunya di dalam kamar atau menonton tv untuk menghibur diri. Budi merasa kecacatan ini ialah hukuman untuknya. Namun, suatu saat Budi menemukan kenyamanan setelah mendatangi seorang habib dan berusaha menenangkan perasaannya. Budi mendapatkan nasihat dari habib yang mengatakan bahwa kecacatan yang dialami merupakan sebuah karunia. Awalnya Budi merasa bahwa perkataan habib tersebut hanya untuk membesarkan hatinya hingga Budi menyadari bahwa kecacatan ini bukanlah sebuah hukuman melainkan karunia yang membawa dirinya menjadi seseorang yang lebih baik lagi.

Mulai dari hal inilah Budi perlahan dapat menerima diri yang cacat. Budi menyadari bahwa kondisi fisiknya sudah cacat sehingga tidak muncul perasaan iri terhadap orang lain yang normal. Budi merasa bahwa dulu dirinya juga pernah merasakan posisi sebagai orang normal. Berbagai penilaian dari banyak orang mengenai kecacatannya tidak dipedulikan oleh Budi. Budi tetap berusaha membuktikan bahwa ia tetap bisa melakukan banyak hal dengan kecacatannya tanpa harus mendapatkan pujian dari orang lain. Budi sangat mesyukuri kondisinya saat ini meskipun dirinya cacat. Hubungan dengan kakak-kakak juga sudah membaik dan Budi menjadi seseorang yang lebih

religius. Salah satu harapan terbesar Budi ialah memiliki cita-cita untuk membangun usaha sendiri demi kondisi ekonominya agar tidak terus tergantung dengan ibu.

Berbeda dengan Toni yang sudah mampu menerima kecacatannya dengan baik dikarenakan sudah dari kecil mengalami cacat fisik. Kecacatan fisik ini dialami sejak berusia 1 tahun dan tergolong berat. Toni tidak dapat berjalan bukan disebabkan oleh mati rasa pada kedua kakinya tetapi perkembangan kaki Toni tidak normal karena selalu disuntik oleh obat-obatan. Oleh karena itu, muncul perasaan terbiasa dalam diri Toni karena ia sudah menjalani hidup dengan kecacatan fisik selama bertahun-tahun. Akan tetapi, kecacatan ini tetap membuat Toni merasa kesulitan dalam beraktifitas menjalin hubungan sosial baik dengan keluarga, teman maupun pacar. Disamping itu, Toni mengalami kesulitan dalam merawat diri karena cacat dan tidak memiliki alat bantu sehingga Toni harus merangkak untuk menggerakan tubuhnya. Toni juga merasa sedih dan down karena kecacatan ini membuat ibunya menjadi susah dan sedih. Terlebih lagi muncul respon dari anggota keluarga lain yang tidak mau menerima Toni dengan baik. Toni merasa bahwa dirinya harus berkembang dan tidak boleh terus menjadi beban bagi ibunya akhirnya toni berani pergi ke jogja untuk masuk ke sebuah rehabilitasi.

Adanya bantuan berupa kursi roda dari seorang tetangga dapat mempermudah Toni dalam beraktifitas. Selain itu, Toni menjadi semakin lebih percaya diri untuk bergaul dengan teman-teman karena mudah untuk bergerak dibantu oleh kursi roda tersebut. Hal ini juga mempengaruhi Toni untuk

semakin lebih menerima dirinya dan terus berusaha untuk menjadi sosok yang lebih berguna dan mandiri. Semua ini ia lakukan demi membahagiakan keluarga khususnya ibu. Toni rupanya juga memiliki keisnginan untuk berkeluarga dan membuka usaha di masa depan. Toni merasa bahwa ia pun bisa mengalami hal yang sama seperti salah seorang temannya yang cacat dimana temannya ini sudah menikah dan membangun sebuah keluarga. Toni merasa terinspirasi terhadap kehidupan temannya tersebut.

Tabel Rangkuman Latar Belakang Subjek

Ali Budi Toni

Lama kecacatan

3 tahun 8 tahun 22 tahun

Tingkat keparahan kecacatan

Berat Berat Berat

Lama proses pencapaian penerimaan diri

1 tahun 10 bulan Sudah cacat sejak kecil; sudah terbiasa Penyebab kecacatan Kecelakaan lalu lintas Kecelakaan lalu lintas Penggunaan obat-obatan yang berlebih

Bagian tubuh yang cacat

Pinggang-kaki,

parapleghia, salah satu kaki lebih

pendek 5 cm Dada-kaki, parapleghia Anggota tubuh tidak berkembang dengan baik

Dokumen terkait