• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Penelitian sebelum Pengimplementasian alat peraga Montessori

4.2.1.1 Latar Belakang Subjek

Pada bahasan mengenai latar belakang subjek akan dijabarkan mengenai kondisi sscio-cultural kelas yang meliputi fasilitas yang ada di kelas, alat peraga matematika yang ada di kelas, kebiasaan menggunakan alat peraga dan kerjasama yang terjalin antar siswa.

Dari hasil observasi kondisi sosio-cultural kelas diperoleh data bahwa keadaan kelas VB yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar terlihat bagus dan memadahi. Di dalam kelas terdapat meja, kursi untuk guru dan siswa, dua buah papan tulis kapur, almari guru, sebuah rak untuk meletakkan buku pelajaran dan hasil karya milik siswa selain itu di kelas juga dilengkapi dengan kipas angin. Hal tersebut dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa fasilitas yang ada di kelas VB terbilang lengkap dan dapat menunjang dalam kegiatan pembelajaran.

“Fasilitas yang terdapat di kelas VB antara lain terdapat lima belas meja siswa, tiga puluh kursi siswa, satu meja guru, satu kursi guru, sebuah papan tulis kapur, alat untuk menulis papan tulis yaitu kapur beserta penghapus. Pada sisi sebelah kanan kelas terdapat papan admisnistrasi kelas yang tergantung yang berisis tentang data siswa, jadwal pelajaran, daftar piket dan beberapa gambar karya milik siswa. Di sisi kiri kelas terdapat beberapa poster-poster yang terpajang ada poster tentang wayang pandawa lima, serta beberapa slogan tentang kebersihan hasil karya milik siswa. Sedangkan di tembok atas depan kelas sebuah patung garuda di bawahnya terdapat foto bapak Presiden dan Wakil presiden. Di tembok atas belakang kelas terdapat sebuah jam dinding. Di belakang kelas terdapat sebuah rak yang berisi buku tulis siswa dan buku paket Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Jawa, serta buku gambar siswa. Selain buku di sana juga terdapat

52 hasil karya seni budaya dan keterampilan siswa yang berupa bunga yang terbuat dari kertas dan sedotan, vas bunga yang terbuat dari koran serta beberapa bangun ruang kubus dan balok hasil karya milik siswa”

(O1.KSK.B1-14).

Dari fasilitas yang ada hanya ada satu alat peraga matematika yang terdapat dalam kelas yaitu berupa bangun ruang seperti balok dan kubus. Guru juga mengungkapkan di dalam wawancaranya bahwa siswa sendiri yang membuat bangun ruang kubus dan balok tersebut pada saat kegiatan pembelajaran.

“Tetapi kalau materinya tentang bangun ruang dan bangun datar biasanya siswa tak suruh membuat sendiri bangun-bangunnya menggunakan kertas karton dan mereka membuatnya di sekolah pas meteri itu mbak. Terus juga kalau pas mengenai materi jaring-jaring kubus dan balok biasanya siswa juga membuat sendiri menggunkan kertas karton, setelah mereka membuat jaring-jaringnya selesai mereka lalu membuat bangunnya” (W1.G.B62-67).

Selain alat peraga yang terdapat di dalam kelas terbatas guru menginformasikan menganai ketersediaan alat peraga matematika di sekolah, akan tetapi menurut guru alat peraga yang terdapat di sekolah tidak sesuai dengan materi pembelajaran matematika di kelas V. Maka dari itu guru mencoba membuat alat peraga matematika yang memungkinkan untuk dibuat untuk pembelajaran di kelas. Alat peraga yang pernah dibuat oleh guru berupa beberapa bangun ruang dan bangun datar.

“Di lab itu juga banyak, macem-macem alat peraga matematikanya misalnya timbangan, meteran, bilangan bulat ada, terus garis bilangan dari kayu”

(W1.G.B74-76).

“Wah saya malah belum pernah menggunakan e mbak memang disana

banyak alat peraga matematika tapi saya rasa ngga yang sesuai sama materi kelas V” (W1.G.B91-92).

“Membuat sendiri mbak, kalau memungkinkan untuk dibuat saya

membuatnya” (W1.G.B73).

“Bangun datar sama bangun ruang itu saya buat sendiri” (W1.G.B83).

Selain ketersediaan alat peraga dalam pembelajaran peneliti juga melakukan observasi pembelajaran matematika yang dilakukan selama dua kali

53 pengamatan pada tanggal 7 Februari 2014 dan tanggal 24 Februari 2014 serta melakukan wawancara dengan subjek guna mengetahui pembelajaran matematika yang berlangsung sebelum pengimplementasian alat peraga Montessori.

Pada hasil observasi menunjukkan bahwa pada proses pembelajaran guru sudah melakukan kegiatan pembelajaran pada umumnya yaitu terdapat kegiatan awal, inti dan akhir. Pada kegiatan awal guru melakukan kegiatan apersepsi dengan melakukan salam, doa dan absensi. Siswa juga sudah siap untuk mengikuti pembelajaran, hal tersebut dapat terlihat dengan kesiapan siswa, pada saat kegiatan awal siswa sudah menyiapkan alat tulis dan buku peket di atas meja.

“Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran guru menyuruh ketua kelas untuk mengumpulkan pekerjaan rumah ke depan meja guru. Guru melakukan salam kepada siswa. Mengabsen siswa siapa yang tidak hadir dan alasannya (O1.PP.B3-5) dan ....guru bertanya apakah sudah siap dalam belajar”

(O2.PP.B7-9).

“Berapa siswa sudah menyiapkan alat tulis yang berupa buku tulis, buku paket matematika, LKS serta bolpoin dan pensil di atas meja (O1.PP.B6-8) dan ...menyiapkan alat tulis” (O2.PP.B6-7).

Guru juga mengatakan pada wawancaranya bahwa sebelum masuk ke dalam materi kegiatan siswa adalah mencongak. Kegiatan ini di maksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi.

“Kadang mencongak dulu sebelum masuk ke materi sebagai apersepsi mbak”

(W1.G.B23).

Hal di atas juga terlihat pada observasi proses pembelajaran, dalam kegiatan mencongak guru memberikan soal dan siswa menjawab soal. Setelah semua soal dibacakan lalu guru menuliskan jawabannya di papan tulis dan siswa mengkoreksi hasil pekerjaan milik teman.

Setelah itu guru melakukan kegiatan mecongak dan siswa sudah siap dengan segala peralatannya. Ketika guru memberikan pertanyaan siswa segera menulisnya di buku tulis masing-masing. Seluruh siswa melakukannya. Hingga soal nomor lima selesai dibacakan mereka segera menyelesaikan soal mencongak tersebut. Setelah itu tanpa perintah dari guru siswa menukarkan jawabannya dengan teman sebangkunya. Guru menuliskan jawabnnya di papan tulis dan siswa mengkoreksi jawaban milik siswa serta menilainya (O1.PP.B8-14).

54 Selain kegiatan mencongak, guru juga menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas pada saat pembelajaran. Pada saat menyampaikan materi guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru menjelaskan materi lalu menulis materi tersebut di papan tulis, lalu menyuruh siswa menulis materi di buku catatan masing-masing.

“Kadang kita melakukan diskusi, tanya jawab, kadang mencongak dulu

sebelum masuk ke materi sebagai apersepsi mbak, terus juga maju satu per satu untuk mengerjakan soal, terus pake ceramah juga, pemberian tugas”

(W1.G.B22-24).

Lalu guru menjelaskan tentang pembagian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Dan menuliskannya di papan tulis serta memberikan contoh penyelesaian pecahan biasa dengan pecahan biasa (O2.PP.B17-18) dan ... di papan tulis (O1.PP.B20-21).

Pada saat kegiatan berlangsung siswa terlihat sangat antusias dalam menjawab pertanyaan dari guru, banyak siswa yang mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa juga tak segan-segan untuk menanyakan materi yang belum dipahaminya serta menyuruh guru untuk mengulang dalam menjelaskan materi.

Salah satu siswa mengangkat tangan dan meminta guru untuk menjelaskan ulang (O1.PP.B23-24) dan ...siswa yang mengangkat tangan dan dan menyuruh guru untuk memberikan satu soal lagi (O2.PP.B43-44).

Setelah menyampaikan materi dan siswa mencatatnya lalu guru memberikan tugas berupa mengerjakan latihan soal yang terdapat dalam buku paket. Dalam mengerjakan soal guru menyuruh siswanya untuk bekerja sama dengan teman sebangkunya. Setelah selesai mengerjakan soal guru menyuruh siswa untuk menuliskan hasilnya di papan tulis lalu membahasnya bersama-sama. guru itu lalu menyuruh siswa untuk mengerjakan soal nomor satu pada buku paket halaman 147 latihan soal 1 (O1.PP.B29-30) dan ...guru menyuruh mengerjakan soal secara berpasangan dengan teman sebangkunya (O2.PP.B53-54).

Dalam mengevaluasi hasil belajar siswa, guru selalu menilai hasil pekerjaan siswa pada setiap pertemuan. Dan pada kegiatan akhir guru selalu memberikan pekerjaan rumah kepada siswa dan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

55 ...menanyakan skor yang di peroleh oleh siswa dan pada kegiatan akhir guru menyimpulkan materi dan selalu memberi pekerjaan rumah kepada siswa (O1.PP.B67-68) dan ...hasil pekerjaannya” (O2.PP.B85-86).

Lalu guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa sebanyak 10 soal dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Lalu guru mengucapkan salam (O1.PP.B71-73) dan ...pekerjaan rumah untuk melanjutkan mengerjakan soal dalam LKS” (O2.PP.B86-88).

Dokumen terkait