• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi.

3.4.1 Observasi

Teknik pengumpulan yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah observasi. Observasi berarti memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran yang dituju Banister (dalam Haris, 2010: 131). Selain itu observasi merupakan suatu proses melihat, mengamati, dan

mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu Catwraight (dalam Haris, 2010: 131). Inti dari observasi adalah perilaku yang tampak berupa perilaku yang dapat dilihat secara langsung menggunakan mata dapat didengar serta dapat diukur guna mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari observasi adalah untuk mendiskripsikan lingkungan (state) yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas perilaku yang bermunculan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut (Haris, 2010: 132).

Metode yang digunakan peneliti dalam melakukan observasi adalah dengan menggunakan anecdotal record. Anecdotal record adalah deskripsi atau catatan rekaman tentang episode-episode atau peristiwa-peristiwa yang berlangsung dalam situasi natural alias wajar atau natural (Supratiknya, 2012). Metode anecdotal record memiliki kelebihan antara lain pemahaman yang lebih tepat dan akurat dari tingkah laku unik dan spesifik lebih mudah didapatkan. Latar belakang munculnya perilaku unik, khas, spesifik dapat dengan mudah diperoleh

41 dan di jelaskan. Dengan diperolehnya latar belakang munculnya perilaku unik dan khas tersebut akan mudah bagi peneliti dalam menarik tema-tema atau kesimpulan umum dari perilaku yang muncul (Haris, 2010: 134).

Pada penulisan anecdotal record penulis menggunakan anecdotal record tematik, sehingga ada beberapa pedoman yang digunakan untuk mecatat hal-hal yang penting sesuai dengan tema. Dalam metode anecdotal record, observer mencatat dengan teliti dan merekam perilaku-perilaku yang dianggap penting dan bermakna yang sesuai dengan tema. Catatan anekdot yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut Mehrens dan Lehman (dalam Supratiknya, 2010: 47):

a. Berupa deskripsi singkat peristiwa faktual.

b. Catatan tidak boleh mengandung inferensi atau kesimpulan, pendapat, atau penilaian dari pengamat.

c. Catatan berisi rekaman tentang critical incident atau kejadian penting terkait si murid. Penentuan nilai penting atau kurang pentingnya suatu peristiwa ditentukan oleh tujuan pengamatan.

d. Sesudah memperoleh data yang cukup memadai, pengamat boleh membuat

kesimpulan tentang adanya pola perilaku subjek yang menjadi sasaran pengamatan.

Kegiatan observasi yang dilakukan oleh peneliti sebanyak dua kali yaitu observasi pembelajaran sebelum menggunakan alat peraga Montessori dan observasi pada saat penggunaan alat peraga Montessori. Observasi pembelajaran sebelum menggunakan alat peraga Montessori terdiri dari observasi tentang kondisi sosio-cultural kelas, observasi ini bertujuan untuk mengetahui keadaan sosial dan berfokus pada ketersediaan alat peraga matematika di dalam kelas VB dan observasi kegiatan pembelajaran selama dua kali di kelas bertujuan untuk mengetahui keadaan awal kelas sebelum menggunakan alat peraga Montessori dengan berfokus pada proses pembelajaran yang berlangsung baik dari cara penyampaian materi guru, metode, media pembelajaran yang digunakan dan sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan untuk observasi pembelajaran menggunakan alat peraga Montessoridilakukan selama empat kali pertemuan, observasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku guru dan siswa

42 selama pembelajaran matematika di kelas dengan menggunakan alat peraga Montessori.

Pada observasi pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Montessori, pertemuan pertama membahas mengenai cara penggunaan alat peraga montessori serta pembelajaran mengenai sifat-sifat bangun datar persegi, persegi panjang dan segitiga. Pada pertemuan kedua membahas mengenai pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar belah ketupat dan layang-layang. Pada pertemuan ketiga membahas mengenai pembelajaran tentang sifat-sifat bangun datar jajargenjang dan trapesium dan pada pertemuan keempat membahas mengenai sifat-sifat bangun datar lingkaran.

3.4.2 Wawancara

Wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan yang dilakukan antara pencari informasi dengan sumber informasi. Wawancara dilakukan untuk mengetahui pemahaman informan mengenai sesuatu hal baik itu pengalaman, perasaan, dan pemikiran individu (Poerwandari, 1998: 146). Wawancara diartikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu Khan dan Chanell (dalam Samija, 2012: 45). Wawancara yang dilakukan dengan lebih dari satu partisipan disebut foccus group. Dengan wawancara peneliti dapat memeperoleh banyak data yang berguna bagi penelitiannya Leddy (dalam Samija, 2012: 44).

Peneliti menggunakan bentuk wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya (Sugiyono, 2011: 318). Menurut Haris (2010: 123) ciri-ciri wawancara semi terstruktur adalah:

1. Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan.

Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara adalah pertanyaan terbuka sehingga subjek lebih bebas mengemukakan jawaban apapun sepanjang tidak keluar dari konteks pembicaraan. Walaupun subjek diberi kebebasan dalam memberikan jawaban namun tetap dibatasi oleh tema dan alur pembicaraan agar pembicaraan tidak melebar ke arah yang tidak diperlukan.

43 2. Kecepatan wawancara dapat diprediksi

Pengaturan waktu dan kecepatan wawancara dalam mengatur alur dan tema pembicaraan harus diperhatikan agar tidak melebar dari konteks pembicaraan.

3. Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan atau jawaban)

Pertanyaan dan jawaban bersifat fleksibel tergantung situasi-kondisi serta alur pembicaraan akan tetapi masih ada kontrol dari peneliti yaitu tema wawancara.

4. Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata

Isi yang tertulis pada pedoman wawancara hanya berupa topik-topik pembicaraan yang mengacu pada tema yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan tujuan wawancara.

5. Tujuan wawancara untuk memahami suatu fenomena.

Pada penelitian ini, wawacara dilakukan sebanyak dua kali, yaitu wawancara sebelum menggunakan alat peraga Montessori dan wawancara sesudah menggunakan alat peraga Montessori. Wawancara ini dilakukan oleh guru bidang studi matemtika kelas V dan ketiga siswa kelas VB. Maka dari itu peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Langkah yang pertama yaitu menemui guru bidang studi matematika kelas V untuk meminta izin untuk melakukan wawancara dan bertanya kepada guru mengenai ketiga siswa yang akan menjadi subjek penelitian. Kriteria siswa yang menjadi subjek penelitian berdasarkan nilai matematika, kemampuan matematika (tinggi, sedang, rendah) dan juga siswa yang mudah berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik.

b. Langkah yang kedua adalah menyiapkan topik dan membuat daftar

pertanyaan. Selain itu juga membuat pedoman wawancara agar topik yang dibahas tidak terlalu melebar dari topik yang akan dibahas.

c. Mengatur jadwal untuk melakukan wawancara dengan keempat subjek.

44

3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang selalu berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh dokumentasi (Sugiyono, 2011: 326).

Jenis data dokumentasi adalah materi audio dan visual, data ini bisa berupa foto-foto, objek-objek, seni, video tape, atau segala jenis suara atau bunyi (Creswell, 2007: 270). Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan dokumentasi pada setiap kegiatannya. Peneliti melakukan perekaman video pada setiap kegiatan pembelajaran dan merekam hasil wawancara menggunakan handphone. Selain itu peneliti juga mengambil foto-foto pada saat kegiatan wawancara dan observasi pembelajaran ketika menggunakan alat peraga Montessori.

Dokumen terkait