• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II UNSUR ALUR, TOKOH DAN PENOKOHAN SERTA LATAR ROMAN

2.4.1 Latar Tempat

2.4.1.1 Latar Tempat Luas

Latar tempat secara luas adalah Papua dan Jerman. Namun, latar tempat yang paling banyak ditampilkan dalam roman Isinga adalah Papua. Latar tempat dalam roman Isinga secara keseluruhan adalah kampung Aitubu, kampung Hobone, Yebikon dan distrik Yar dan Jerman. Keenam tempat ini akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut:

A.Kampung Aitubu

Kampung Aitubu adalah tempat tinggal Irewa dan Meage dan disungai Warsor mereka bertemu. Di kampung inilah Irewa dan Meage sekolah di sekolah setahun yang dipimpin oleh pendeta Ruben. Kedua remaja ini saling jatuh cinta pada pandangan pertama sehingga Meage memutuskan untuk melamar dan menikahi Irewa.

Meage dan Irewa tampak bahagia tetapi tidak lama karena Malom menculik Irewa. Meage menghilang dan Irewa menikah dengan Malom dan kehidupan Irewa menjadi berat karena ia harus mengurus keluarganya. Berikut kutipannya:

30)Suatu hari lain, ada seorang dari Hobone memukuli orang Aitubu. Orang- orang Aitubu tambah marah. Tapi pada pertemuan di rumah Yowi induk perkampungan Aitubu, Bapa Labobar menenagkan mereka. Lalu, di waktu yang berbeda lagi, seorang pemuda Aitubu dibunuh oleh pemuda Hobone bernama Kwamki. Dan terakhir, yang terbaru, adalah itu: malom dari Hobone menculik Irewa! (Herliany, 2015:34-35).

B.Kampung Hobone

Kampung Hobone merupakan tempat tinggal Malom dan akan menjadi tempat tinggal baru bagi Irewa setelah menjadi istrinya Malom. Di kampung Hobone Irewa di citrakan sebagai perempuan yang mampu menyesuaikan diri, belajar menjadi seorang perempuan yang kuat dan bisa menyesuaikan diri dengan mama-mama dan masyarakat Hobone.

Irewa bertanggung jawab terhadap suami dan anak-anaknya, dan ia juga perempuan yang kuat sehingga ia bisa melakukan pekerjaan yang dilakukan laki-laki seperti memilih kayu bakar, menangkap ikan dengan jaring, membersihkan kebun sagu, betatas dan sayuran. Berikut kutipannya:

31)Begitulah, Irewa langsung mempelajari banyak hal. Hal yang benar-benar baru baginya adalah seputar danau. Mama Fos Malom memberi tahu, perempuan Hobone menangkap ikan dengan mengunakan jaring. Jalanya harus dibuat sendiri dan kalau rusak harus diperbaiki sendiri.Kadang ada juga orang Hobone yang menangkap ikan pada malam hari. Lebih sulit pasti. Juga dingin dan gelap. Untuk penerang, mereka membawa obor yang terbuat dari pelepah sagu atau pelepah kelapa. Cara yang lain adalah dengan menyelam. Irewa yang pernah hampir mendapat celaka du Sungai Warsor sangat ketakutan dengan soal menyelam ini. Namun Mama Fod mengatakan, “Semua perempuan Hobone bisa menyelam dan kamu juga harus bsia. Sekarang kamu oranh Hobone,” katanya (Herliany, 2015:59-60). 47

C.Distrik Yar

Distrik Yar merupakan tempat tinggal baru Irewa dan Malom, mereka berpindah tempat karena Malom ingin lebih dekat dengan perempuan mudah di kota. Namun, pindahnya mereka ke distrik Yar merubah kehidupan Irewa menjadi lebih baik. Di kota ini Irewa bekerja sama dengan ibu Selvi dan ia memulai kehidupannya sebagai seorang guru. Irewa membawa pengaruh positif yang baik kepada perempuan-perempuan di distrik Yar di ruang Marya. Berikut kutipannya:

32)Suatu hari, ada pendatang dari perkampungan lain mencari-cari erumah yang bisa dijual. Pendatang dan keluarganya itu akan pindah ke daerah tempat Malom dan Irewa tinggal. Malom tadinya tidak punya pikiran untuk pindah rumah. tapi, mendengar hal itu, ia jadi tertarik. Ia berpikit, kalau saja ia pindah ke pusat “kota” distrik, maka ia tak harus pulang ke rumahnya yang jauh itu. Ia akan bisa lebih sering berada di dekat teman-temanya. Kebutuhan hidupnya untuk minum-minum dan kesenangan lain juga lebih tersedia di Distrik Yar. Maka, Malom lalu menjual rumahnya ke oarang yan membutuhkan itu. Ia lalu membeli sebuah rumah baru di “kota” distrik. Tak perlu rumah bagus.Cukup kecil saja. Asal dia bisa tidur. Yang lebih penting, ia bisa memegang uang sisa yang banyak. Malom menyimpan sisanya untuk dirinya sendiri (Herliany, 2015:184).

D.Jerman

Jerman merupakan tempat tinggal dokter Leon dan mama Lea orangtua asuh Meage. Kedua orangtua angkat Meage memintanya ke Jerman karena mereka tahu Meage mendapat perlakuan kasar dari polisi yang diakibatkan dari keterlibatannya di musik Farandus. Meage ke Jerman dan disana ia belajar bahasa Jerman dan tahu banyak hal menyangkut pertukangan, tanaman bunga, dan ternak ayam dan ia juga sering menjelajahi hutan. Di Jerman Meage dan Jingi bertemu lagi pada hari karnaval. Berikut buktinya:

33)Di depan, di samping kiri pagar, ada bengkel kerja berupa rumah kecil. Ini merupakan tempat Bapa Leon sehari-hari mengerjakan hal-hal di bidang pertukangan. Alat pertunkangannya lengkap. Di Jerman Meage juga sering ke tempat-tempat yang ada hutannya. Ia seperti menyatu dengan tempat yang seperti itu. Tak hanya hutan yang ada di dekat rumah Bapa Leon saja.

Jingi dan Meage bertemu di Aaschen, yang merupakan kota di Jerman yang berada di tengah, antara koln dan Maastrich...(Herliany, 2015: 73-74 &200).

2.4.1.2 Latar Tempat Secara Sempit A.Sekolah

Sekolah merupakan tempat Irewa, Meage dan masyarakat Aitubu mengikuti pelajaran dan kalau hari minggu sekolah itu dijadikan sebagai tempat beribadah. Di sekolah ini juga Meage dan Irewa dipertemukan. Berikut kutipannya:

34)Sekolah ini dibangun di perkampungan Aitubu bagian tengah. Yakni di Dusu Kapo, di mana Bapa Labobar juga tinggal di situ. Pada awal tahun pelajaran sekolah hanya menerima lima beras siswa...(Herliany, 2015:16). B.Rumah Sakit

Rumah sakit adalah tempat Irewa dirawat karena ia mengalami keguguran dan terserang penyakit sifilis. Di rumah sakit ini juga suster Wawuntu memberitahukan kepada Mama Kame bahwa Jingi adalah saudara kembarnya Irewa. Jingi merawat saudara kembarnya hingga sehat tetapi ada perbedaan diantara mereka. Awalnya Mama Kame memilih Irewa untuk dirawat sedangkan Jingi dibuang karena Irewa yang lebih kuat daripada Jingi. Namun, ketika dewasa Jingilah yang lebih sehat, kuat dan tanpak muda. Berikut kutipannya:

35)Irewa lalu dibawa ke rumah sakit yang letaknya tak jauh dari tempat Mama Kame tinggal. Sudah ada listrik sekarang di Aitubu. Pendeta Ruben dan Dokter Leon yang membuatnya. Mereka mengukur aliran sebuah sungai yang tepat. Lalu aliran itu diubah jadi tenaga listrik dengan bantuan mesin turbi air. Dibantu perempuan muda tadi. Suster Wawuntu sibuk melakukan pertolongan pada Irewa di sebuah ruangan khusus. Kondosi Irewa kritis. Keguguran dan malaria.“Jingi, Irewa dan Mama Kame, sebetulnya adalah sebuah keluarga. Ibu-anak,” kata Suster Wawuntu tenang (Herliany, 2015:84-85).

C.Sungai Warsor

Sungai Warsor memiliki air yang jernih dan tampak menyenangkan bagi anak kecil. Sungai Warsor adalah tempat Irewa dan Meage bertemu dan tubuh mereka saling berdekatan sehingga kedua remaja ini merasakan sesuatu yang aneh. Sejak itulah Meage dan Irewa jatuh hati dan Meage melamar Irewa. Berikut kutipannya:

36)Sungai Warsor memang tampak menyenangkan bagi seorang anak. Sungai itu panjang. Airnya jernih. Tepat pada saat itu, Meage sedang akan melangkah ke atas jembatan, menuju pulang ke tempat tinggalnya yang terletak di sebelah sungai itu. Ke Dusun Eryas. Ia melihat tubuh perempuan dan tangan yang menggapai-gapai. Meage berlari. Cepat. Sigap. Turun dan langsung masuk ke tengah sungai. Betisnya kuat menapak ke dasar sungai. Tangan Irewa ditarik. Tubunhya didekap. Lalu digendong ke pinggir...(Herliany, 2015:17-18).

D.Rumah Yowi dan Humia

Rumah yowi merupakan tempat tinggal bagi laki-laki atau tempat perkumpulan warga. Anak lelaki yang sudah mengikuti upacara wit dan muruwal dapat dipisahkan dari keluarganya dan tinggal dirumah Yowi. Di rumah yowi para anak laki-laki di latih cara berburu dan berperang. Rumah Humia merupakan tempat tinggal bagi para perempuan. Berikut kutipannya:

37)Sejak itu, anak-anak kecil itu boleh tinggal di yowi.Yowi bisa berarti rumah dalam arti tempat tinggal. Juga bisa berarti perkumpulan warga atau sejumlah orang yang ada di dusun itu. Sekaligus dengan begitu, seorang anak kecil laki-laki juga dipisahkan dari keluarganya. Humia adalah rumah yang ditinggali keluarga....(Herliany, 2015:10-13).

E.Kebun

Kebun adalah tempat Irewa menanam benih berupa betatas dan sayuran untuk di makan dan sebagian dijual ke pasar dan uangnya digunakan untuk keperluan keluarganya. Malom memiliki kebun sagu tersebar dibeberapa tempat dan tugasnya hanya membuka dan yang membersihkannya itu Irewa karena hal ini merupakan tugas perempuan. Berikut kutipannya:

38) Kebun sagu milik Malom tersebar di beberapa tempat. Salah satunya adalah yang baru saja dibuka oleh Malom dan dibantu para laki-laki Dusun

39)Aslinya memang “hutan” sagu, tapi orang Hobone lebih senang menyebutnya kebun. Setelah kebun sagu dibuka oleh para laki-laki sedusun, selanjutnya kebun harus diurus oleh seorang perempuan. Ini tugas Irewa.Pagi itu Irewa akan berangkat ke kebun sayur.Kemarin ia sudah berencana akan membuat lubang di kebun. Lalu menanam benih. Juga akan mencabut rumput liar...(Herliany, 2015: 60-61).

F. Pasar

Pasar merupakan tempat Irewa menyewa kios dan tempat Irewa menjual hasil kebun miliknya dan juga menjual sayur dan buah dari perempuan-perempuan kampung tersebut. Hasil penjualannya dipasar digunakan untuk mencukupi kebutuhan dalam keluarganya. Berikut kutipannya:

40)...Untuk menghidupi keluarga, Irewa lalu menjual dua ekor babinya itu. Uangnya dipakai untuk beberapa keperluan. Untuk sewa kios di pasar. Sedikit untuk mencicil utang pedagang pasar waktu Ansel masuk SMA. Sedikit untuk pegangan biaya hidup dengan anak-anaknya. Sejak saat itu, Irewa tak lagi menjual hasil kebun miliknya sendiri, tapi menjual sayur, buah dan lainnya milik para perempuan di kampung-kampung. (Herliany, 2015:183-184).

G.Ruang Marya

Ruang Marya adalah tempat yang didirikan oleh ibu Selvi, ruang Marya dalam bahasa yang berarti busur dan panahnya adalah para perempuan. Ruang Marya adalah tempat yang digunakan untuk melakukan kegiatan. Tempat ini juga digunakan untuk semua perempuan berbicara satu sama lain dan saling tukar-menukar informasi dan tempat Irewa mengajarkan anak-anak remaja membuat noken. Berikut kutipannya:

41)Ruang Marya juga dipakai untuk kegiatan lainnya. Tempat baru bagi para perempuan untuk berbicara satu sama lain. Juga tukar-menukar informasi. Irewa yang mengatur semua itu...(Herliany, 2015:194).

Dokumen terkait