• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Waktu

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 109-142)

a) Dalam cerita cekak dengan judul Aku Isih Kasmaran memiliki beberapa latar waktu yang dijadikan pendukung jalannya cerita, yaitu:

(1) Sore

Diceritakan bahwa Pras masih mengingat ketika ia dan Salindri berjalan beriringan menikmati indah pemandangan di suatu sore. Hal ini tergambarkan pada

Kutipan:

“Isih gumawang ing mripatku, nalika kita mlaku reruntungan nikmati endahe sesawangan ing sore kuwi. Esemmu sing pait madu lan mripatmu sig cemlorot endah bener-beer nggeterake atiku.”

(Ardini P.BN 2015:2) Terjemahan:

‘Masih membayang di mataku, ketika kita berjalan bersama menikmati indahnya pemandangan di sore itu. Senyummu yang pahit madu dan matamu yang bersinar indah benar benar menggetarkan hatiku.’ (Ardini P.BN 2015:2)

(2) Hampir Lima Tahun

Diceritakan bahwa Pras berjanji pada Salindri untuk segera melamarnya. Namun janji itu tidak dapat dipenuhi oleh Pras hingga hampir lima tahun. Hal tersebut tergambarkan pada

Kutipan:

“aku arep berjuang, Indri. Supaya kita enggal cepet bisa nyawiji.

Ehmm… maksudku aku bisa cepet nglamar sliramu.” Aku isih kelingan janji sing tak ucapake ing wektu iku. Janji sing kanggomu mung ateges gomal, merga tekan seprene, meh limang taun, aku durung bisa utawa malah ora bisa nepati janji kuwi.” (Ardini P.BN 2015:4)

Terjemahan:

‘aku akan berjuang, Indri. Supaya kita bisa cepat menjadi satu.

Ehmm… maksudku aku bisa cepat melamarmu.” Aku masih teringat janji itu yang kuucapkan di waktu itu. Janji yang bagimu hanya omongkosong, karena sampai saat ini, hampir lima tahun, aku belum bisa atau tidak bisa menepati janji itu.’ (Ardini P.BN 2015:4)

(3) Sebelum Bertemu Salindri

Diceritakan bahwa Pras harus bertanggungjawab terhadap perbuatannya sebelum bertemu dengan Salindri. Ia harus bertanggungjawab sebagai ayah dari anak yang baru dilahirkan wanita lain. Hal ini tergambarkan pada

Kutipan:

“Jalaran sabaline saka KKN iku aku diadhepake marang persoalan pelik, wohing saka tumindakku sadurunge aku ketemu sliramu.”

(Ardini P.BN 2015:4)

Terjemahan:

‘Karena sepulang dari KKN itu aku dihadapkan pada persoalan pelik, buah dari tindakanku sebelum aku bertemu dengan dirimu’

(Ardini P.BN 2015:4)

(4) Lima Menit (limang menit)

Diceritakan bahwa tidak sampai lima menit sekretaris Pras mempersilahkan tamu untuk menghadap, pintu ruangan Pras diketuk.

Hal ini tergambar pada

Kutipan:

“Ora nganti limang menit lawang ruang kerjaku bali dithothok.

“Silahkan, mangga…?!”

. (Ardini P.BN 2015:6) Terjemahan :

‘Tidak sampai lima menit pintu ruang kerjaku kembali diketuk

“silahkan, mati..?!’

(Ardini P.BN 2015:6)

(5) Masa Lalu

Diceritakan bahwa Pras bertemu dengan Salindri lagi. Salindri diibaratkan oleh Pras sebagai wanita dari masa lalu yang selalu hadir dalam angannya di siang dan malam. Hal ini tergambarkan pada Kutipan:

“Salindri! Wanita sing mbukak lawang iku pancen indri utawa lengkape Salindri Saraswati. Wanita saka masa lalu sing tansah ngrenggani angenku rina lan wengi.” (Ardini P.BN 2015:6)

Terjemahan:

‘Salindri! Wanita yang membuka pintu itu memang indri atau lengkapnya Salindri Saraswati. Wanita dari masa lau yang selalu mengisi anganku siang dan malam.’ (Ardini P.BN 2015:6)

(6) Siang Malam

Diceritakan bahwa Pras bertemu dengan Salindri lagi. Salindri diibaratkan oleh Pras sebagai wanita dari masa lalu yang selalu hadir dalam angannya di siang dan malam. Hal ini tergambarkan pada Kutipan:

“Salindri! Wanita sing mbukak lawang iku pancen indri utawa lengkape Salindri Saraswati. Wanita saka masa lalu sing tansah ngrenggani angenku rina lan wengi.” (Ardini P.BN 2015:6)

Terjemahan:

‘Salindri! Wanita yang membuka pintu itu memang indri atau lengkapnya Salindri Saraswati. Wanita dari masa lau yang selalu mengisi anganku siang dan malam. ‘(Ardini P.BN 2015:6)

(7) Dahulu (wingi-wingi)

Salindri menegaskan pada Pras jika saja Pras memiliki salah

kepada Salindri, maka Salindri telah memaafkannya dari dahulu. Hal ini tergambarkan pada

Kutipan:

“Ewa mangkono yen njenengan rumangsa salah, kabeh wis dak apura kawit wingi-wingi,” kandhane indri kanthi tatag.” (Ardini P.BN 2015:7)

Terjemahan:

‘walau begitu jika kamu merasa salah, semua itu sudah kumaafkan sejak dulu,” ucao indri dengan pasti.’ (Ardini P.BN 2015:7)

(8) Seminggu mendatang (seminggu-minggu)

Diceritakan bahwa Pras meminta Salindri untuk datang kurang lebih seminggu lagi untuk mengetahui keputusan dari perusahaan. Hal ini tergambar pada

Kutipan:

“Ya coba teka mrene seminggu-minggu maneh. Kita deleng wae mengk kepriye keputusane.” . (Ardini P.BN 2015:9)

Terjemahan:

‘Ya coba datang ke siini seminggu lagi. Kita lihat saja bagaimana keputusannya.’ (Ardini P.BN 2015:9)

b) Dalam cerita cekak dengan judul Copet memiliki beberapa latar waktu yang dijadikan pendukung jalannya cerita, yaitu:

(1) Tiba-tiba (ujug-ujug)

Diceritakan bahwa tokoh utama sebelumnya adalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Namun ia tiba-tiba menjadi orang yang tidak punya apa-apa. Hal ini tergambarkan pada

Kutipan:

“Nanging puteran rodha nasip wis nggiles aku tanpa rasa welas.

Aku sing maune juragan ujug-ujug malih dadi kere. Wis kere isih keblekan utang sapirang-pirang.” (Ardini P.BN 2015:10)

Terjemahan:

‘Namun putaran roda nasin sudah melindasku tanpa ampun. Aku yang tadinya juragan tiba-tiba berubah menjadi orang tidak punya.

Sudah miskin masih menanggung banyak hutang.’ (Ardini P.BN 2015:10)

(2) Tiga Hari (telung ndina)

Diceritakan tokoh utama merasa iba melihat anak dan istrinya kelaparan karena sudah tiga hari tidak makan nasi. Hal ini tergambarkan pada

Kutipan:

“Aku ora bisa tawakal weruh anak lanojoku padha keluwen, merga wis telung ndina ora klebon upa.” (Ardini P.BN 2015:10)

Terjemahan:

‘Aku tidak isa tawakal mengetahui anak dan istriku kelaparan karena sudah tiga hari tidak makan.” (Ardini P.BN 2015:10)

(3) Akan Tidur (nalika ngarepake turu)

Diceritakan bahwa hanya air dan singkong sepotong untuk pengganjal perut ketika akan tidur. Hal ini tergambarkan pada

Kutipan:

“Ming isi banyu lan tela satengkel kanggo ganjel weteng nalika ngarepake turu.” (Ardini P.BN 2015:10)

Terjemahan:

‘Hanya isi air dan ubi sepotong untuk pengganjal perut ketika akan tidur.’ (Ardini P.BN 2015:10)

(4) Beberapa Hari (pirang-pirang ndina)

Diceritakan bahwa tokoh utama sudah beberapa hari berfikir tentang memperbesar perusahaan. Harapnya paling tidak ia bisa menolong sesama dengan memberi kesempatan kerja pada sesama. Hal ini tergambar pada

Kutipan:

“Pirang-pirang ndina aku ngenam-nam pikiran saupama perusahaan iki digedhekake, apese aku bisa nulungi wong selawenan kanggo oleh kesempatan kerja.” (Ardini P.BN 2015:14) Terjemahan:

‘Beberapa hari aku merangkai pikiran seandainya perusahaan ini dikembangkan, paling tidak aku bisa menolong kurang lebih duapuluh lima orang untuk mendapat kesempatan kerja.’ (Ardini P.BN 2015:14)

(5) Lama-lama (suwe-suwe)

Diceritakan bahwa tokoh utama mulai curiga pada Mus. Lama-kelamaan pembayaran tidak lancar seperti ada yang tidak beres. Hal ini tergambarkan pada

Kutipan:

“Nanging suwe-suwe bayarane kok saya seret saya seret. Aku wiwit cubriya, gek-gek ana sing ora beres.” (Ardini P.BN 2015:15) Terjemahan:

‘Namun lama kelamaan bayarannya kok semakin tidak lancar. Aku mulai curiga. Mungkin ada yang tidak beres.’ (Ardini P.BN 2015:15)

(6) Ketika Keadaan Sepi (nalika kahanan lagi sepi)

Diceritakan bahwa tokoh utama mengembalikan KTP milik orang yang dicopetnya ke rumahya. Tokoh utama melemparkannya ke teras rumah ketika keadaan sedang sepi. Hal ini tergambar pada Kutipan:

“Aku ngerti alamate wonge. Wong biyen aku dhewe sing mbalikake KTP-ne mrana. Takuncalake ing terase nalika kahanan lagi sepi.”

(Ardini P.BN 2015:16) Terjemahan:

‘Aku tahu alamat orang itu. kan dulu aku sendiri yang mengembalikan KTPnya. Kulemparkan di teras ketika keadaan sedang sepi.’ (Ardini P.BN 2015:16)

(7) Hari berikutnya (dina candhake)

Diceritakan bahwa keesokan harinya tokoh utama dengan istrinya berkunjung ke rumah pak Lamisa , namun rumah tersebut kosong. Hal tersebut tergambarkan pada

Kutipan:

“Nalika ing dina candhake aku lan bojoku sowan ing daleme Pak Lamisa , jebul omah kuwi tinemu kosong.” (Ardini P.BN 2015:17) Terjemahan:

‘Ketika di hari selanjutnya aku dan istriku bertamu di rumahnya Pak Lamisa , ternyata rumah itu didapatinya kosong.’ (Ardini

P.BN 2015:17)

(8) Sebulan yang Lalu (sewulan kepungkur)

Diceritakan bahwa Pak Lamisa telah pindah dari rumah kontrakan tersebut sebulan sebelumnya. Hal ini tergambarkan pada Kutipan:

“Miturut tanggane, Pak Lamisa sakkulawarga wis pindhah dhek sewulan kepungkur.” (Ardini P.BN 2015:17)

Terjemahan:

‘Menurut tetangganya, Pak Lamisa sekeluarga sudah pindah sebulan yang lalu.’ (Ardini P.BN 2015:17)

(9) Setahun berlalu

Diceritakan bahwa Pak Lamisa sudah tidak mampu membayar beaya kotrakan semenjak setahun yang lalu. Sehingga Pak Lamisa harus pindah dari kontrakan tersebut. Hal tersebut tergambar pada Kutipan:

“Piyambake ora bisa manggon ing omah kuwi maneh merga ora kuwat mbayar sewa kontrakan. Wis setaun kliwat ora dibayar mulane dikongkon lunga karo sing duwe omah.” (Ardini P.BN 2015:17)

Terjemahan:

‘Beliau tidak bisa menempati rumah itu lagi karena tidak kuat membayar sewa kontrakan. Sudah setahun lebih tidak dibayar jadi diminta pergi oleh orang yang mempunyai rumah itu.’ (Ardini P.BN 2015:17)

c) Dalam cerita cekak dengan judul Ibu memiliki beberapa latar waktu yang dijadikan pendukung jalannya cerita, yaitu:

(1) Kemarin Ketika Pelajaran Bahasa Jawa

Diceritakan Dwiani memberikan tugas pada murid-muridnya untuk membuat tulisan mengenai Ibu ketika pelajaran bahasa Jawa.

hal ini tergambarkan pada Kutipan:

“Dwiani mesem maca asil tulisan murid-muride. Wingi nalika pelajaran bahasa Jawa bocah-bocah ditugasi ngarang kanthi tema

Ibu.” (Ardini P.BN 2015:18) Terjemahan:

‘Dwiani tersenyum membaca hasil tulisan murid-muridnya.

Kemarin ketika pelajaran bahasa Jawa anak-anak ditugasi mengarang dengan tema ibu.’ (Ardini P.BN 2015:18)

(2) Keesokan hari (sesuke)

Diceritakan bahwa Dwiani memberikan tugas pada murid-muridnya untuk membuat tulisan mengenai Ibu. Karena waktu yang dirasa tidak cukup, maka tugas tersebut dikerjakan di rumah dan dikumpulkan keesokan harinya. Hal tersebut tergambar pada

Kutipan:

“Merga wektune ora nyandhak tugas mau dikongkon nggarap ing ngomah lan sesuke lagi dikumpulake.” (Ardini P.BN 2015:18) Terjemahan:

‘Karena waktunya tidak cukup tugas tadi diminta dikerjakan di rumah dan besoknya baru dikumpulkan.’ (Ardini P.BN 2015:18)

(3) Semetara waktu (sauntara)

Diceritakan bahwa Dwiani membaca hasil karangan murid-muridnya satu persatu. Sementara waktu murid-muridnya sedang mengerjakan matematika, sehingga suasana kelas menjadi hening. Hal ini tergambar pada

Kutipan:

“Mbaka siji karangane murid-muride iku diwaca. Sauntara bocah-bocah kelas Vb sing diwaleni kuwi lagi padha sengkut nggarap matematika. Swasana kelas amem.” (Ardini P.BN 2015:18)

Terjemahan:

‘Satu persatu karangannya murid-muridnya itu dibaca. Sementara anak-anak kelas Vb yang menjadi tanggungjawabnya itu sedang serius mengerjakan matematika. Suasana kelas tenang.’ (Ardini P.BN 2015:18)

(4) Ketika masa kecil (jaman cilikane)

Diceritakan bahwa Dwiani mengingat masa-masa dimana ia seumuran dengan murid-muridnya itu. Ia juga pernah mengatakan jika

ibunya galak. Hal itu tergambar pada Kutipan:

“Dieling-eling jaman cilikane biyen nalikadheweke isih saumuran murid-muride kuwi. Dwiani pungkasane mesem dhewe. Biyen dheweke uga tau ngrasani karo kancane yen ibune galak.” (Ardini P.BN 2015:19)

Terjemahan:

‘Diingat-ingat masa kecilnya dahulu ketika dirinya masih seumuran murid-muridnya itu. Setelah itu Dwiani hanya tersenyum sendiri.

Dulu dirinya juga pernah membicarakan dengan temannya jika ibunya galak.’ (Ardini P.BN 2015:19)

(5) Ketika masa sekolah.

Diceritakan bahwa masa ketika Dwiani menginjak SMP, kesannya pada ibunya tidak beda dengan saat ketika ia masih SD.

Namun pada saat ia menginjak kelas 3 SMA, kesannya pada ibunya berubah total dan itu tidak akan dilupakan oleh Dwiani .hal tersebut tergambar pada

Kutipan:

“Nalika Dwiani mlebu SMP, kesane marang ibune ora beda karo nalika isih ana SD. Nanging nalika wiwit munggah kelas telu SMA, Dwiani duweni kesan singseje marang ibune. Ana kenangan sing isih nabet ing ati sing ora gampang dilalekake kanggo selawase.”

(Ardini P.BN 2015:19-20) Terjemahan:

‘Ketika Dwiani masuk SMP, kesannya kepada ibunya tidak beda dengan ketika aada di SD. Namun ketika mulai masuk kelas tiga SMA, Dwiani mempunyai kesan yang berbeda kepada ibunya. Ada kenangan yang masih membekas di hatu yang tidak mudah dilupakan untuk selamanya.’ (Ardini P.BN 2015:19-20)

(6) Lama-kelamaan (suwe-suwe)

Diceritakan ibunya Dwiani lama-kelamaan tidak tahan terhadap keadaan yang sedang dialami. Bukan hanya terkait masalah hati, namun juga kebutuhan lahiriah yang tidak terpenuhi. Hal ini tergambar pada

Kutipan:

“Satemene ibune wis suwe ngerti yen bapake duwe dhemenan,

nanging isih tetep nyoba bertahan demi anak wadon siji-sijine kang ora liya dheweke. Nanging suwe-suwe ibune rumangsa ora tahan. Iki ora mung prekara ati sing panas, panase ati wanita sing diloro, nanging uga gegayutan karo masalah kebutuhan lahiriah sing wiwit seret.” (Ardini P.BN 2015:20)

Terjemahan:

‘Sebenarnya ibunya sudah lama tahu jika bapaknya punya wanita idaman lain, namun masih tetap mencoba untuk bertahan demi anak perempuan satu-satunya tidak lain dirinya. Namun lama-lama ibunya merasa tidak tahan. Ini bukan hanya soal hati yang panas, panasnya hati wanita yang diduakan, namun juga berhubungan dengan kebutuhan lahiriah yang sudah tidak lancar.’ (Ardini P.BN 2015:20)

(7) Selama Ini

Diceritakan bahwa selama ini ibunya Dwiani tidak mau jujur tentang ayahnya Dwiani . Ibunya Dwiani sangat pintar menyembunyikan apa yang dirasakan dari Dwiani . Hal tersebut tergambar pada

Kutipan:

“Dhadhane sesak dening tangis. O… ya gene sasuwene iki ibune ora tau gelem blaka. Ora tau ngendika apa-apa soal bapake sing ora urus kuwi. Ibune pinter banget ndhelikake perasaane ing sangarepe.” (Ardini P.BN 2015:21)

Terjemahan:

‘Dadanya sesak oleh tangis. O.. mengapa selama ini ibunya tidak pernah terbuka. Tidak pernah berbicara apa-apa soal bapaknya yang tidak peduli itu. ibunya pitar menyembunyikan perasaan di deoannya.’ (Ardini P.BN 2015:21)

(8) Pagi Hari

Diceritakan bahwa Dwiani ketika saat padi hari setelah selesai mengerjakan sholat subuh, langsung membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini tergambar pada

Kutipan:

“Esuk tangi jedhul sawise nindakake sholat Subuh langsung nyandhak sapu, banjurngrewangi ibune madhahi jajan sing arep disetorake menyang warung-warung.” (Ardini P.BN 2015:22) Terjemahan:

‘Bangun pagi setelah melaksanakan shoolat Subuh langsung mengambil sapu, selanjutnya membantu ibunya mengemasi makanan ringan yang akan disetorka ke warung-warung.’ (Ardini P.BN 2015:22)

(9) Waktu Istirahat

Diceritakan bahwa setelah bel waktu istirahat berbunyi, Dwiani mengajak murid-muridnya untuk keluar kelas. Hal ini tergambar pada Kutipan:

“ayo garapane ditutup dhisik. Saiki wektune ngaso, ta? Kabeh kudu metu, ora kena ana njero kelas,” kandhane Dwiani marang murid-muride.” (Ardini P.BN 2015:22)

Kutipan:

‘ayo pekerjaannya ditutup dulu. Sekarang waktunya istirahat, kan?

Semua harus keluar, tidak boleh ada di dalam kelas,” ucap Dwiani kepada murid-muridnya.’ (Ardini P.BN 2015:22)

(10) Dua Hari

Diceritakan bahwa sudah dua hari ibunya Dwiani merasa tidak enak badan. Namun ketika akan diantar ke dokter, ibunya tidak mau.

Hal ini tergambar pada Kutipan:

“Embuh saka dayane tulisane murid-muride mau, utawa ibune pancen lagi ngangen-angendheweke. Wis rong ndina iki ibune sambat ora kepenak awake. Nanging diterake menyang dhokter ora gelem.” (Ardini P.BN 2015:23-24)

Terjemahan:

‘Entah dari kekuatan tulisan murid-muridnya tadi, atau ibunya memang sedang merindukannya. Sudah dua hari ini ibunya mengeluh tidak enak badan. Namun diantar ke dokter tidak mau.’

(Ardini P.BN 2015:23-24)

d) Dalam cerita cekak dengan judul Kuwur memiliki beberapa latar waktu yang dijadikan pendukung jalannya cerita, yaitu:

(1) 17 Tahun yang Lalu

Diceritakan bahwa tokoh utama teringat ketika suaminya membelikannya baju untuk yang pertama kali. Itu terjadi sudah 17 tahun yang lalu ketika akan berbulan madu. Hal ini tergambar pada

Kutipan:

“Dhuwuran abang jambu kuwi ngelingake aku marang sliramu nalika sepisanan nukokake klambi aku. Kuwi dumadi 17 taun kepungkur, nalika kita arep bulan madu sawise resepsi pengantenan sing ngentekake wektu.” (Ardini P.BN 2015:27) Terjemahan:

‘Baju merah jambu itu mengingatkanku pada dirimu ketika pertama kali dirimu membelikanku baju. Itu terjadi 17 tahun yang lalu.

Ketika kita akan berbulan madu setelah resepsi pernikahan yang menghabiskan waktu.’ (Ardini P.BN 2015:27)

(2) Malam Pengantin

Diceritakan bahwa suami tokoh utama kehilangan minat pada malam pengantinnya. karena kelelahan melanda badannya. Hal ini tergambarkan pada

Kutipan:

“Lan sliramu uga kandha menawa kelangan mood ing malem penganten kita, merga rasa lungkrah dumadakan nyerang raga saka sikil tumekane sirah.

“ora apa-apa, toh sesuk isih ana wektu,” panglipurku sing luwih taktujokake marang awakku dhewe.” (Ardini P.BN 2015:27) Terjemahan:

‘Dan dirimu juga berkata jika kehilangan minat di malam pengantin kita, karena rasa lelah tiba-tiba menyerag raga dari kaki sampai kepala.

“tidak apa-apa, toh besok masih ada waktu,” penghiburku yang lebih kutujukan pada diriku sendiri.’ (Ardini P.BN 2015:27)

(3) Masih Ada waktu

Diceritakan bahwa suami tokoh utama kehilangan minat pada malam pengantinnya. karena kelelahan melanda badannya. Tokoh utama menghibur diri dengan beranggapan masih ada waktu lain Hal ini tergambarkan pada

Kutipan:

“Lan sliramu uga kandha menawa kelangan mood ing malem penganten kita, merga rasa lungkrah dumadakan nyerang raga saka sikil tumekane sirah.

“ora apa-apa, toh sesuk isih ana wektu,” panglipurku sing luwih taktujokake marang awakku dhewe.” (Ardini P.BN 2015:27)

Terjemahan:

‘Dan dirimu juga berkata jika kehilangan minat di malam pengantin kita, karena rasa lelah tiba-tiba menyerag raga dari kaki sampai kepala.

“tidak apa-apa, toh besok masih ada waktu,” penghiburku yang lebih kutujukan pada diriku sendiri.’ (Ardini P.BN 2015:27)

(4) Malam Itu

Diceritakan bahwa hanya nyamuk dan cicak yang tahu apa yang terjadi malam itu. Hal tersebut tergambarkan pada

Kutipan:

“Lan mung lemut lan cecak sing ngerti apa kang kita tindakake ing wengi kuwi…” (Ardini P.BN 2015:27)

Terjemahan:

‘Dan hanya nyamuk dan cicak yang mengerti apa yang kita lakukan di malam itu …’ (Ardini P.BN 2015:27)

(5) Ketika di Kantor

Diceritakan bahwa saat itu tokoh utama beserta rekan-rekannya sedang memilih warna yang pas untuk interior baru kantornya. Mereka juga membahas bab psikologi dan filosofi warna. Hal tersebut tergambar pada

Kutipan:

“aku paling ora seneng marang werna ungu. Kesane nglangut.”

Dumeling swarane Rika, kancaku ing sawenehe LSM, nalika ing kantor padha mbahas babagan psikologi lan filosofi werna sing dipacak ing sawenehe majalah interior. Wektu iku aku lan kanca-kanca kalebu Rika lagi milih werna sing pas kanggo interior kantor anyar.” (Ardini P.BN 2015:29)

Terjamahan :

‘aku sangat tidak senang pada warna ungu. Kesannya membosankan” suara gerutu Rika, temanku selama di LSM, kettika di kantor membahas bab psikologi dan filosofi warna yang ditulis di sebuah majalah interior. Waktu itu aku dan teman-teman termasuk Rika baru memilih warna yang pas untuk kantor baru.’ (Ardini P.BN 2015:29)

(6) Tidak Lama

Diceritakan bahwa tokoh utama berada di Perpustakaan Daerah.

Ia ke tempat itu untuk mengenang apa yang sering ia lakukan dengan suaminya. Ia tidak lama di dalam Perpustakaan Daerah tersebut karena ia merasa lapar. Hal tersebut tergambar pada

Kutipan:

“Ing sangarepe Perpustakaan Daerah aku mandheg banjur mlebu.

Persis kaya sing tansah taklakoni saben aku sakloron mlaku ing laladan iku.

Ora suwe anggonku lungguh ing Perpus. Merga wetengku krasa mlilit lan pijer jerit-jerit njaluk diisi.” (Ardini P.BN 2015:30) Terjemahan:

‘Di depan perpustakaan daerah aku berhenti lalu masuk. Sama seperti yang selalu kulakukan setiam kita berdua berjalan di tempat itu.

Tidak lama aku duduk di perpus. Karena perutku terasa melilit dan seakan menjerit-jerit minta diisi.’ (Ardini P.BN 2015:30)

(7) Setiap Bulan

Diceritakan bahwa selama tujuhbelas tahun berumah tangga, hampir setiap bulan tokoh utama dan suaminya selalu menelusuri jalan malioboro itu. Hal tersebut tergambar pada

Kutipan:

“Akeh kenangan endah sing kececeran ing kene. Soale sajroning pitulas taun awake dhewe mangun bebrayan, meh saben wulan mesthi tansah mecaki sadawane dalan iki.” (Ardini P.BN 2015:31) Terjemahan:

‘Banyak kenangan indah yang tercecer di sini. Karena dalam tujuhbelas tahun kita membangun rumahtangga, hampir setiap bulan pasti selalu menelusuri sepanjang jalan ini.’ (Ardini P.BN 2015:31)

(8) Sore Hari

Diceritakan bahwa tokoh utama yang sebelumnya sedang makan diselingi menikmati minuman hangat, merasa hari sudah beranjak sore.

Ia memutuskan untuk pulang dengan mengendarai taksi. Hal tersebut tergambar pada

Kutipan:

“Srengenge wis ngglewang ing imbang kulon nalika aku mutusake bali. Ing njero taksi sing tak tumpaki wewayanganmu uga isih tetep

setya ngancani.” (Ardini P.BN 2015:31) Terjemahan:

‘Sinar mentari sudah condong di langit barat ketika aku memutuskan pulang. Di dalam taksi yang kutumpangi bayangmu juga masih setia menemani.’ (Ardini P.BN 2015:31)

(9) Ulang Tahun Pernikahan

Diceritakan bahwa suami dari tokoh utama membuat kejutan untuk peringatan tujuhbelas tahun pernikahannya. Hal ini tergambar pada

Kutipan:

“aku seneng bisa gawe kejutan ing ulang tahun perkawinan kita sing kaping pitulas iki. Dheweke ngguyu mlenges.” (Ardini P.BN 2015:34)

Terjemahan:

‘aku senang bisa membuat kejutan di ultah perkawinan kita yang ke tujuhbelas ini. Dirinya tertawa lepas.’ (Ardini P.BN 2015:34)

e) Dalam cerita cekak dengan judul Tresna Kang Putih memiliki beberapa latar waktu yang dijadikan pendukung jalannya cerita, yaitu:

(1) Beberapa Bulan

Diceritakan bahwa penampilan seniman tidak membuat tokoh utama tertarik. Salah satunya disebabkan oleh jaket lusuh yang entah berapa bula tidak pernah dicuci. Hal ini tergambar pada

Kutipan:

“Nggon rupa wae aku wis ora ketarik, apa maneh ketambahan penampilane sing semrawut. Rambut gondrong acak-acakan, jean butut sing wis ketinggalan jaman, kaos oblong kebak tulisan ditutupi jaket letheg sing embuh wis pirang sasi ora mambu sabun.

Pokoke jian jadhul banget. Ora modhis babar pisan.” (Ardini P.BN 2015:45)

Terjemahan:

‘Dari sisi wajah saja aku sudah tidak tertarik, apa lagi ditambah penampilannya yang tidak karuan. Rambut gondrong acak-acakan, jean butut yang sudah ketinggalan jaman, kaos oblong penuh tulisan ditutupi jaket kumal yang entah sudah berapa bulan tidak dicuci. Intinya sungguh sangat jadul. Tidak modis sama sekali.’

‘Dari sisi wajah saja aku sudah tidak tertarik, apa lagi ditambah penampilannya yang tidak karuan. Rambut gondrong acak-acakan, jean butut yang sudah ketinggalan jaman, kaos oblong penuh tulisan ditutupi jaket kumal yang entah sudah berapa bulan tidak dicuci. Intinya sungguh sangat jadul. Tidak modis sama sekali.’

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 109-142)