• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
256
0
0

Teks penuh

(1)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV dalam penelitian Cinta dan Benci dalam Antologi Cerita Cekak Karya Ardini Pangastuti BN Relevansi dalam Pembelajaran Bahasa dan Moralitas Jawa di SMKN 2 Pacitan ini terdapat keseluruhan hasil penelitian serta pembahasannya. Hasil penelitian serta pambahasan tersebut mencakup bahasan yang berdasar rumusan masalah yaitu Bagaimanakah struktur cerita dalam antologi cerita cekak karya Ardini Pangastuti BN?, Bagaimanakah bentuk nilai cinta dan benci yang terdapat pada beberapa cerita dalam antologi cerita cekak karya Ardini Pangastuti BN?, dan Bagaimanakah relevansi bentuk nilai cinta dan benci dalam antologi cerita cekak dengan pembelajaran Bahasa dan Moralitas Jawa di SMKN 2 Pacitan?. Adapun hasil penelitian serta pembahasan adalah sebagai berikut :

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Struktur Sepuluh Cerita Cekak Karya Ardini Pangastuti BN.

Pada bagian ini merupakan suatu analisis struktural pada beberapa cerita cekak yang dimuat pada antologi cerita cekak karya Ardini Pangastuti BN tahun 2015. Pada penelitian ini, analisis struktural memiliki tujuan yang penting bahkan merupakan poin utama dimulainya penelitian selanjutnya. Hal ini disebabkan karena dengan langkah analisis strukturallah peneliti dapat menemukan dan memahami unsur-unsur pembentuk pada cerita cekak tersebut.

Teori yang digunakan dalam mengkaji struktur cerita cekak yang terdapat pada antologi cerita cekak karya Ardini Pangastuti BN ialah teori yang dijabarkan oleh Nurgiyantoro. Struktur cerita cekak terdiri dari unsur-unsur yaitu tema, plot/alur, tokoh/penokohan, dan latar yang terbagi menjadi latar tempat, latar waktu, serta latar sosial.

a. Tema

Tema dalam suatu cerita mewujudkan jiwa dalam cerita tersebut.

Tema bisa mencerminkan pengalaman manusia yang terjadi di kehidupan nyata. Pengalaman tersebut bisa berupa kejadian yang sering dilalui, kejadian

(2)

yang tidak bisa dilupakan dan lain sebagainya. Kejadian tersebut meliputi perasaan bahkan emosi yang dirasakan manusia seperti benci, bahagia, cinta, sedih dan lain sebagainya.

Pada cerita cekak yang terdapat di dalam antologi cerita cekak umumnya memiliki tema yang bermacam-macam. Mulai dari percintaan, masalah keluarga, kesetiakawanan, dan lain sebagainya. Begitu pula latar belakang cerita yang juga memiliki perbedaan satu sama lain. Menurut Shipley dalam Sayuti (2000:197) menjabarkan bahwa terjapat lima jenis tema, yaitu 1).tema jasmaniah (physical) yang membahas tentang keadaan jasmani manusia berkaitan hal yang dirasakan manusia, misal emosi atau perasaan. 2) tema organik (moral) yang membahas hubungan antar manusia.

Misal nasihat, petuah, ataupun pendapat. 3) tema sosial yang membahas manusia sebagai makhluk sosial yang bermasyarakat. Misalnya berkaitan dengan sesama, konflik sosial dan lain sebagainya. 4) tema egoik.yang menjabarkan reaksi pribadi manusia sebagai makhluk individu. Misal reaksi manusia terhadap konflik sosial yang dihadapinya. Dan 5) tema Ketuhanan yang menjelaskan kaitannya kondisi yang terjadi pada manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

1) Pada cerita cekak dengan judul Aku Isih Kasmaran memiliki tema percintaan. Kisah percintaan ini melibatkan sepasang muda-mudi yang pernama Pras dan Salindri. Kisah percintaan yang terjadi di desa tempat diadakannya Kuliah Kerja Nyata dimulai ketika Pras yang tidak lain anggota mahasiswa yang sedang melakukan KKN berkenalan dengan Salindri, gadis desa yang lugu. Dari perkenalan itulah Pras dan Salindri terlibat cinta yang berbeda budaya.

Perbedaan budaya yang dimaksudkan ialah Pras merupakan orang yang berdomisili di kota besar sedangkan Salindri hanyalah gadis biasa yang berasal dari desa walaupun ia sudah lama tinggal di kota.

Berpedaannya dalam segi gaya pergaulan muda-mudinya. Di kota identik dengan pergaulan yang tanpa batas, sedangkan di desa masih memegang adat dan norma yang harus dipatuhi. Hal ini tertulis pada

(3)

Kutipan:

”Alon sliramu ndengongok. Mripatmu sing kaya bal pingpong katon kaca-kaca.

“tak jaluk Mas Pras ora kuciwa. Yen mung ngaras pipi ora apa-apa.

Nanging yen lathi ora kena. Kuwi durung wancine, “ kandhamu alus sawise tak dheseg lan takpojokake.

“lha kapan aku oleh ngesun lathi?” aku peasaran. Rak ora lucu ta, mosok pacaran ing jaman saiki ora kena ngesun lathi.

Sliramu ora wangsulan, nanging malah mbedhol suket dom-doman sing akeh tinemu ing sacedhake kali. Suket kuwi mbok budheli pucuk padha pucuk banjur mbok wenehake marang aku.

Aku ora mudheng.

Karo rada setengah isin sliramu kadha, “njenengan kena ngesun lathi yen kita wis ana iketan sing resmi.”

Aku mlenggak. Nanging mung sedhela. Aku bisa maklum marang prinsipmu sing kolot, kuna, ora njamani. Merga kita pancen digedhekake ana kultur sing beda. Sanajan wis suwe mapan ng kutha, nanging sliramu tetep ora bisa ninggalake pakulinan urip ing desa sing kebak aturan lan tatanan. Tradhisi kui sajake wis kebacut mbalung sumsum, saengga sliramu tetep ora kegiwang marang budaya kutha sing luwih akeh nawakake kebebasan.“ (Ardini P.BN 2015:3-4)

Terjemahan:

‘perlahan dirimu menengadah. Matamu yang seperti bola pingpong terlihat berkaca-kaca

“kuminta mas Pras tidak kecewa. Jika hanya mencium pipi tidak apa-apa. Tapi jika bibir tidak boleh. Itu belum waktunya.” Ujarmu halus ketika kupaksa dan ku sudutkan.

“lalu kapan aku boleh mencium bibir?” aku penasaran. Tidak lucu, pacaran di jaman sekarang tidak boeh mencium bibir.

Dirimu tidak membalas, namun justru mencabuti rumput dom- doman yang banyak tumbuh di dekat sungai. Rumput itu engkau buat pucuk bertemu pucuk dan kau berikan padaku.

Aku tidak paham.

Dengan agak setengah malu dirimu berkata, “dirimu boleh mencium bibir jika kita sudah ada ikatan yang resmi”.

Aku terbelalak. Namun hanya sebentar. Aku bisa maklum terhadap prinsipmu yang kolot, kuno, tidak sesuai jaman. Karena kita memang dibesarkan pada budaya yang berbeda. Walaupun sudah lama menetap di kota, namun dirimu tetap tidak bisa meninggalkan kebiasaan hidup di desa yang penuh dengan aturan dan tatanan.

Tradisi itu kelihatannya sudah mendarah daging sehingga dirimu tetap tidak terpengaruh budaya jota yang lebih banyak menawarkan kebebasan.’ (Ardini P.BN 2015:3-4)

(4)

Namun kisah cinta tersebut haruslah terhalang karena Pras harus mempertanggung jawabkan tindakannya sebelum ia bertemu dengan Salindri. Ia menanggung beban akibat pola pergaulan tanpa batasnya.

Walaupun ia sangat mencintai Salindri dengan sangat. Namun takdir berkata lain.

2) Pada cerita cekak dengan judul Copet memiliki tema kasih sayang dalam keluarga. Walaupun judul pada cerita cekak ini memiliki kesan yang kurang begitu baik, namun kisah yang tertulis begitu mengupas tentang siapa itu ayah dan hal yang harus dilakukan pada kehidupan. Dikisahkan tokoh utama merupakan seorang pengusaha yang bisa dikatakan berhasil.

Ia merupakan suami yang selalu menjadi pekerja keras, ia pula merupakan ayah yang sangat mencintai anaknya, istrinya dan orang disekitarnya.

Namun, pada suatu saat usahanya mengalami kebangkrutan.

Pada masa inilah kasih sayang tokoh utama kepada keluarganya begitu terlihat. Ia tidak tega melihat anaknya yang sudah berhari-hari tidak bisa mendapatkan susu, sedangkan istrinya harus menahan lapar berhari- hari. Akhirnya tokoh utama melakukan tindakan yang menurutnya merupakan hal keterpaksaan. Ia melakukan tindakan mencopet.

Kebangkrutan yang harusnya tidak terjadi itu disebaban karena ada orang yang memanfaatkan sisi peduli dari tokoh utama. Tokoh utama memiliki kepedulian yang lebih terhadap sesama. Hal itu yang dimanfaatkan oleh Si Mus untuk memperdaya tokoh utama. Mus sudah dianggap sahabat bahkan saudara laki-laki oleh tokoh utama. Namun Mus memperdaya tokoh utama dengan alasan untuk kepedulian kepada warga sekitar. Hal tersebut tertulis pada perkataan Mus seperti di bawah ini :

Kutipan:

“Nanging si Mus, kancaku, terus mbujuk supaya aku nggedhekake usahaku.

“soal pemasaran gampang, mengko aku sing nangani. Usaha iki prospeke apik, lho. Karo maneh yen usaha iki digedhekake mengko rak bisa nyerot tenaga kerja luwih akeh. Idhep-idhep mbantu pemerintah, mbantu sapepadha, soale pemerintah saiki uga lagi bingung ngatasi masalah pengangguran sing mbludak,” ujare si Mus akeh-akeh.” (Ardini P.BN 2015:12)

(5)

Terjemahan:

‘Namun si Mus, temanku, terus merayu agar aku mengembangkan usahaku.

“soal pemasaran itu mudah, nanti aku yang menangani. Usaha ini prospeknya bagus, terlebih jika usaha ini dikembangkan nanti bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak. Hitung-hitung membantu pemerintah, membantu sesama, soalnya pemerintah sekarang juga bingung mengatasi masalah pengangguran yang banyak,” ucap si Mus banyak.’ (Ardini P.BN 2015:12)

3) Pada cerita cekak dengan judul Ibu memiliki tema keluarga. Digambarkan dalam cerita tersebut mengenai cinta seorang ibu kepada anak dan balasan cinta anak terhadap seorang ibu. Dengan latar belakang sang anak yang sudah menjadi seorang guru pada sebuah sekolah dasar yang begitu cinta terhadap ibunya. Terlebih setelah apa yang dilaluinya bersama sang ibu.

Saat itu Dwiani sedang memeriksa karya siswanya mengenai karangan dengan tema ibu. Ia kemudian teringat akan ibunya yang ada di rumah sendirian, Dwiani selalu memikiran ibunya. Terlebih setelah dulu ketika Dwiani duduk dibangku kelas 3 SMA, ia menjadi sangat dekat dengan ibunya. Ibunya menganggap saat itu Dwiani sudah cukup dewasa untuk mengetahui keadaan keluarganya. Dengan sang ayah sudah menikah lagi dengan wanita lain di perantauan hingga kiriman uang yang sudah tidak sesering ketika ayahnya baru beberapa tahun pergi merantau.

Mulai saat itulah ia semakin menyayangi ibunya, bagaimanapun juga ibunyalah yang selalu ada hingga sekarang ini Dwiani berhasil menjadi guru. Karena semenjak keadaan yang tidak mengenakkan itulah ibunya yang menjadi tumpuan hidup. Ibunya yang berjuang menghidupi Dwiani , menyekolahkan Dwiani setinggi mungkin. Hal itulah yang membuat Dwiani menyayangi ibunya lebih dari siapapun. Dan iapun ingin selalu membahagiakan ibunya dan berbakti pada ibunya, perhatiannyapun selalu tercurah pada ibunya.

Kutipan:

“Saiki mung kari Dwiani lan ibune sing ana kamar rumah sakit.

“aku ora apa-apa Wi, tenan.” Ngono terus kandhane ibune.

Nanging Dwiani tetep kuwatir nyawang kahanane ibune sing katon

(6)

kelaran katitik saka pasuryane sing pucet iku. Ing batin Dwiani ndedonga , muga-muga ibune enggal diparingi sehat lan panjang umur. Merga dheweke isih mbutuhake paraga ibu kanggo papan semendhe, isih mbutuhake tuntunan lan… Dwiani durung siap yen kudu kelangan ibune. Ibu sing banget diasihi lan dibekteni. Lan nganti tekan saiki Dwiani uga rumangsa durung bisa mbales kabecikan marang ibune kinasih kuwi.” (Ardini P.BN 2015:26)

. Terjemahan:

‘Sekarang hanya tinggal Dwiani dan ibunya yang berada di kamar rumah sakit.

“aku tidak apa-apa Wi, sungguh,” begitu saja ujar ibunya. Namun Dwiani tetap kawatir melihat keadaan ibunya yang terlihat kesakitan terberkas pada wajah yang pucat itu. di batin Dwiani berdoa, semoga ibunya lekas diberikan kesehatan dan panjang umur. Karena dirinya masih membutuhkan tokoh ibu untuk tempat bersandar, masih membutuhkan tuntunan dan… Dwiani belum siap jika harus kehilangan ibunya, ibu yang sangat dikasihi dan ia baktikan. Dan sampai sekarang Dwiani juga merasa belum bisa membalas kebaikan pada ibunya tercinta itu.’ (Ardini P.BN 2015:26)

.

4) Pada cerita cekak dengan judul Kuwur memiliki tema percintaan. Kisah ini melibatkan tokoh utama dengan suaminya. Diceritakan bahwa tokoh utama merasakah gundah ketika ia mendapati suatu pesan pendek di telepon genggam milik suaminya dimana pesan itu bukan darinya. Dengan isi pesan yang berhasil membuat pikirannya kalut, ia pun mencoba menghibur dirinya dengan menapaki jalan serta mengunjungi tempat- tempat dimana ia biasa datangi bersama suaminya.

Setelah seharian tokoh utama berusaha untuk mengobati kekalutannya, ia kemudian pulang dan disambut oleh suaminya.

Kekalutannya tersebut disebabkan karena tokoh utama tidak habis pikir bahwa suaminya tega berbuat khianat. Namun tokoh utama tidak tahu bahwa itu semua adalah suatu kejutan ulang tahun pernikahan dari suaminya untuk tokoh utama. Sedangkan nomor seluler yang digunakan untuk mengirim pesan singkat iru adalah nomor sekaligus telepon genggam baru kado untuk tokoh utama dari sang suami.

Kutipan:

“Atiku isih panas marang isine SMS.

(7)

“isih nesu, ta? Cemburu?” dheweke malah cengengesan . “aku seneng yen sliramu cemburu. Kuwi ateges sliramu tresna tenan marang aku. Ngerti ora, SMS sing mbok waca kuwi satemene saka hapemu dhewe. Aku nukokake sliramu kanggo ngganti hapemu sing ilang. Yen ora percaya coba nomere cocokna.” Dheweke ngetokake hape saka papan panyimpenan, banjur diwenehake marang aku.”

(Ardini P.BN 2015:33) Terjemahan:

‘Hatiku masih panas dengan isi SMS itu.

“masih marah ya? Cemburu?” dirinya justru senyum senyum sendiri . “aku senang jika dirimu cemburu. Itu berarti dirimu benar- benar cinta kepadaku. Taukah, SMS yang kau baca itu sebenarnya dari hpmu sendiri. Aku membelikanmu untuk mengganti hpmu yang hilang. Jika tidak percaya coba cocokan nomernya.” Dirinya megeluarkan hp dari tempat penyimpanan, alu diberikan padaku.’

(Ardini P.BN 2015:33)

5) Pada cerita cekak dengan judul Tresna Kang Putih memiliki tema percintaan. Diceritakan tokoh utama yang awalnya merasa tidak tertarik kepada seorang pria yang berpenampilan serba tidak tertata. Berlatar belakang profesi sebagai jurnalis mewajibkan tokoh utama selalu ada dan siap untuk melauan tugas peliputan berita. Dari hal tersebutlah ia dan pria yang ia katakan tidak menarik tersebut sering bertemu, dan disitulah awal cerita cinta mereka berdua terangkai.

Bermula dari pertemuan di acara-acara budaya, berlanjut pada obrolan-obrolan yang sering terjadi. Ada suatu perasaan yang muncul pada diri tokoh utama. Ia merasa rindu jika saja ia tidak bertemu dengan pria itu. Tokoh utama juga merasakan cemburu pada saat pria tersebut didekati wanita lain yang sering bertandang ke rumah pria itu. Dari hal tersebutlah diceritakan tokoh utamamerasa sebal dan berpamitan pulang.

Dengan kejadian tersebut, kesadaran cinta antara tokoh utama dan pria tersebut akhirnya terungkap. Pria tersebut merasa sepeninggal tokoh utama, hatinya tidaklah tenang. Pria tersebut merasa ada hal yang hilang dan ia mengungkapkan tiba-tiba ia merasa takut kehilangan tokoh utama.

Kutipan:

“Dheweke ngadeg ana ngarep lawang karo mlengeh mamerake eseme.

(8)

“Kok…?!” aku mung isa nyengkerutake bathukku. “Tamune ditinggal, ya?” pitakonku ngacarani dheweke mlebu.

“iya kepeksa tak tinggal. Soale nalika lunga mau ekspresimu aneh.

Aku dadi ora jenjem. Jujur, ujug-ujug wae aku dadi wedi kelangan.”

Kandhane karo manther nyawang aku kanthi mripat sing edhum.”

(Ardini P.BN 2015:52-53)

Tejemahan :

‘Dirinya berdiri di depan pintu dengan memamerkan senyumnya.

“Kok…?!” aku hanya bisa mengerutkan dahi. “Tamunya ditinggal ya?” tanyaku setelah mempersiahkan masuk.

“iya terpaksa kutinggal. Soalnya ketika pergi tadi ekspresimu aneh.

Aku menjadi tidak jenak. Jujur, tiba-tiba saja aku jadi takut kehilangan.” Ucapnya dengan memandangku dengan pandangan yang teduh.’ (Ardini P.BN 2015:52-53)

Demikian juga pengakuan dari tokoh utama Kutipan:

“Dina-dina candhake angen-angenku ora tau lowong saka dheweke.

Mbayangake dheweke, mikirake dheweke, atiku wis mekrok kebak aruming kembang. Apa maneh yen ketemu adhep-adhepan karo dheweke. Biyuh… dhadhaku rasane mbeseseg ora kuwat ngamot rasa sing ngebaki ing njerone. Rasa tresna sing angel dijabarake, kejaba amung dirasakake.” (Ardini P.BN 2015:53)

Terjemahan:

‘Hari-hari selanjutnya angan-anganku tidak pernah kosong dari dirinya. Membayangkannya, memikirkannya, hatiku berbunga penuh dengan harum bunga. Apa lagi jika bertemu berhadapan dengannya.

Oh.. dadaku terasa sesak tidak kuat memuat rasa yang memenuhi di dalamnya. Rasa cinta yang sulit dijabarkan, kecuali hanya dirasakan.’ (Ardini P.BN 2015:53)

6) Pada cerita cekak dengan judul Aku Pamit memiliki tema cinta dalam keluarga. bermula ketika tokoh utama yang mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai buruh di suatu pabrik, dengan harapan ia mendapat pesangon untuk melunasi hutangnya dan untuk memulai usaha kecil- kecilan. Namun semua hal yang diharapkannya tidaklah bisa terwujud karena pesangon yang diberikan hanya tidak seberapa banyak. Ia pun merasa bahwa ia sajalah yang menghadapi permasalahan hidup ini sendirian.

(9)

Pemikiran-pemikirannya lah yang sempit membuat ia pun juga bertindak tanpa berpikir panjang. Tokoh utama merasa sudah tidak sanggup hidup lagi di dunia. Sehingga ia menginginkan mengakhiri hidupnya saja. Ia tidak memikirkan bagaimana nasib istri dan anaknya kelak. Istri yang begitu mencintainya dan anaknya semata wayang yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ayah.

Namun Arini yang tidak lain istri dari tokoh utama ini mengetahui apa yang diinginkan sang suami. Arini pun mencoba menyadarkan suaminya untuk tidak berpikiran pendek. Dengan penuh kasih sayang Arini mencoba meyakinkan tokoh utama bahwa ia masih butuh sang suami, bukan hanya untuk Bethari anaknya.

Kutipan:

“Pikiranku mung tansah ngrantes saplok diPHK.

“pak, aku isih mbutuhake njenengan. Ora kanggo Bethari. Nanging kanggo awakku dhewe. Saora-orane yen bisa nyawang njenengan najan kaya apa wae wujude, aku isih duwe semangat kanggo nerusake urip. Ora rumangsa ta yen aku tresna?” ujare bojoku sawise sawetara amem.” (Ardini P.BN 2015:65)

Terjemahan:

‘ Pikiranku hanya selalu murung setelah diPHK.

“pak, aku masih membutuhkan dirimu. Bukan untuk Bethari. Namun untuk diriku sendiri. Setidak-tidaknya jika bisa memandangmu walau seperti apa wujudnya, aku masih mempunyai seangat untuk melanjutkan hidup. Tidak merasakah jika aku cinta?” kata istriku setelah reda tangisnya.’ (Ardini P.BN 2015:65)

7) Pada cerita cekak dengan judul Maturnuwun Udan memiliki tema percintaan yang terjadi pada pada tokoh utama (Ais) dengan pimpinan tempatnya bekerja (Pras). Kisah cinta ini memiliki latar belakang profesionalitas kerja di suatu perusahaan yang mengharuskan efisiensi kerja yang tinggi. Pada cerita ini digambarkan Ais yang merupakan karyawati di perusahaan itu menaruh hati pada sosok Pras yang ia ibaratkan sebagai sosok pria yang kaku bagaikan robot, tidak romantis dan terkesan egois. Ais tidak bisa menyingkirkan perasaan itu karena ia telah terpesona pada sosok pria tersebut. Ais pun mulai berharap akan cintanya tebalas, namun seiring waktu ia belum juga bisa menerima balasan cinta

(10)

dari Pras.

Suatu ketika Ais merasa dirinya tidaklah bisa memperoleh cinta Pras. Terlebih ia sering memergoki Pras sering pergi keluar bersama Tyas yang merupakan direktris baru menggantikan direktur lama yang pensiun.

Bahkan ada kabar jika diantara mereka berdua terjalin hubungan khusus.

Hal itulah yang menyebabkan Ais merasa kalah bersaing dengan Tyas.

Karena Ais merasa Tyas melebihi semua yang ada pada diri Ais.

Pada saat Ais merasa sudah akan memupus harapannya untuk memperoleh cinta dari Pras, pada saat itulah titik balik kisah perasaan cinta Ais terjawab. Saat suasana redup mendung disertai hujan, Ais dan Pras berada pada tempat yang sama, dan pada saat itulah kejelasan cinta mereka berdua terungkap. Walaupun menurut Ais sosok Pras begitu egois dan tidak romantis, namun pada saat itu Pras bisa membuat cinta Ais semakin menggebu. Pras menyatakan cinta pada Ais dan lebih dari itu, Pras melamar Ais. Hal itu tertulis pada (Ardini P.BN 2015:103 dan 105)

Kutipan:

“Nanging…

“sadurunge aku ninggalake kutha iki aku kepengin ketemu womg tuwamu.”

“ketemu wong tuwaku?”

“He-em.”

“Ana apa?”

“Aku kepengin nglamar anake wadon.”

“nglamar?” aku mlorok. Rasane aku kaya ora percaya marang pangrunguku. “sasuwene iki awake dhewe rak durung tau pacaran,”

protesku.” (Ardini P.BN 2015:103)

“ning njenengan durung nate kandha tresna marang aku.”

“apa kudu?”

Aku mathuk mantep.

“yen ngono saiki aku arep kandha. Aku tresna sliramu, Ais.” Kok aras mripatku kanthi kebak rasa.” (Ardini P.BN 2015:105)

Terjemahan:

‘Namun…

“sebelum aku meninggalkan kota ini aku ingin bertemu orang tuamu.”

“bertemu orang tuaku?”

“He-em.”

“Ada apa?”

(11)

“Aku ingin melamar anak perempuannya.”

“melamar?” aku terbelalak. Rasanya aku seperti tidak percaya pada pendengaranku. “selama ini kita belum pernah pacaran,”

protesku.’ (Ardini P.BN 2015:103)

“namun dirimu belum pernah menyatakan cinta padaku.”

“apa harus?”

Aku menganggukkan kepala.

“jika begitu sekarang aku akan menyatakan. Aku cinta kamu Ais.”

Kau pandang mataku dengan sepenuh rasa.’ (Ardini P.BN 2015:105)

8) Pada cerita cekak dengan judul Garwa memiliki tema percintaan, tepatnya kasih sayang pasangan suami istri. Diceritakan dalam cerita bahwa hubungan Risti yang tidak lain tokoh utama dengan suaminya yang bernama Wisnu sangatlah mesra. Hubungan yang mereka bina setiap hari selalu romantis, sehingga terkadang membuat orang lain merasa iri.

Suatu waktu keadaan mesra itu mengalami benturan ketika Sekar yang merupakan teman dekat dari Risti membuat berita dan informasi tentang tanda pasangan selingkuh, dan hal tersebut pasti kebenarannya.

Namun informasi tersebut memancing rasa penasaran Risti pada suaminya.

Risti merasa ada yang disembunyikan oleh Wisnu, karena akhir-akhir ini Wisnu begitu mesra pada Risti . Puncak dari rasa penasaran Risti ketika Wisnu pulang larut malam, yang diiringi dengan sikap Risti yang dingin pada Wisnu.

Pada saat itupun Wisnu bisa menjelaskan pada istrinya dengan penuh kesabaran dan penuh kasih sayang. Wisnu menjelaskan jika Risti memang sedang cemburu dan ia suka akan hal tersebut. Namun Wisnu juga merasa tersiksa jika istrinya tersebut bersikap dingin pada Wisnu.

Kutipan:

“Risti madhep marang Wisnu, nanging lambene karo mecucu.

“aku seneng sliramu cemburu. Senajan olehmu cemburu tanpa alesan. Kuwi mratandhani yen sliramu tresna tenan marang aku.”

(Ardini P.BN 2015:135)

“lho, apa ora oleh? Sliramu rak garwaku ta? Garwa kuwi tegese sigaraning nyawa. Aku nganggep sliramu mujudake perangan saka awakku. Sairing lumakune wektu, tresnaku marang sliramu saya tuwuh ngrembaka, saya gembleng, saya wutuh. Aku wis ora tau nganggep kowe kuwi wong liya, yen aku nresnani sliramu padha

(12)

karo aku nresnani awakku dhewe, awakku jroning wujud sing seje.

Dadi wis ora ana ruwang sing kesisa kanggo sing liya. Yen sliramu nesu-nesu tanpa sebab kaya iku, jujur aku kesiksa.” (Ardini P.BN 2015:136)

Terjemahan:

‘Risti menghadap Wisnu, namun dengan cemberut.

“aku senang kamu cemburu, walau cemburumu tanpa alasan. Itu tanda jika kamu sungguh cinta kepadaku.” (Ardini P.BN 2015:135)

“lho, apa tidak boleh? Dirimu kan istriku ? istri itu berarti sebagian nyawa. Aku menganggap dirimu mewujudkan bagian dari diriku.

Seiring berjalannya waktu, cintaku kepada dirimu semakin tumbuh, semakin jelas. Aku sudah tidak perna menganggap dirimu itu orang lain, jika aku mencintai dirimu sama seperti aku mencintai diriku sendiri, diriku dalam wujud yang berbeda. Jadi sudah tidak ada ruang yang tersisa untuk yang lain. Jika dirimu marah marah tanpa sebab seperti itu. Jujur aku tersiksa.’ (Ardini P.BN 2015:136)

9) Pada cerita cekak dengan judul Janji lan Gumerite Sepur Wengi memiliki tema kesetiaan cinta. Diceritakan pada cerita kisah cinta Palupi sebagai tokoh utama dengan sosok Pras yang merupakan seorang prajurit TNI. Cinta antara mereka berdua diuji pada saat awal kisah mereka. Pras akan ditugaskan di garda depan menjaga keutuhan NKRI. Pras ditugaskan di daerah konflik Aceh yang pada saat itu masih terdapat kelompok separatis GAM. Pras berjanji pada Palupi bahwa lima belas purnama lagi ia akan datang menemuinya.

Janji Pras pada Palupi dirasa telah berlalu. Palupi masih saja menunggu Pras walaupun sudah lewat dari janjinya. Surat yang biasanya ia terima dari Pras sudah tidak lagi diterimanya. Palupi juga mencoba mencari informasi mengenai keberadaan Pras, namun tidak ada hasil yang bisa membuat hatinya lega. Palupi melewati hari-harinya dengan penuh harap untuk bisa bertemu dengan Pras lagi.

Pada saat malam pukul 10 lewat, Pras berkunjung ke rumah Palupi . Palupi hanya bisa terpaku akan kehadiran Pras, pria yang ia tunggu- tunggu. Palupi mencurahkan segala hal yang ia rasakan pada Pras. Palupi pun juga mempertanyakan mengapa Pras tega menggantung perasaan Palupi . Pada saat itu juga Pras menjelaskan keadaan yang sesungguhnya

(13)

pada Palupi . Kenyataan bahwa ia tidak berani menemui Palupi dengan keadaan yang ia alami saat itu. Pras terkena peluru pada kakinya yang diharuskan untuk diamputasi. Pras takut Palupi tidak akan menerimanya apa adanya, namun Palupi tetap mau menerima Pras apa adanya. Palupi setia menunggu Pras karena ia cinta pada Pras sepenuh hati.

Kutipan:

“Aku ora ngerti kudu wangsulan apa. Dak sawang sliramu kanthi sawutuhe tresna, pengin tak sedhekake sirahku ing dhadhamu kanggo nyuntak sakabehe rasa sing kesisa. Nanging kuwi ora taktindakake. Mas Pras, sawangen aku, sawangen mripatku. Tanpa aku kudu kandha, mesthine sliramu ngerti yen tresnaku suci. Aku ora perduli marang cacate sikilmu, aku mung kepengin atimu sawutuhe kanggo aku. Kuwi wae, batinku.” (Ardini P.BN 2015:146)

Terjemahan:

‘Aku tidak mengerti harus bicara apa. Kupandang dirimu dengan sepenuh cinta, ingi ku sandarkan kepalaku di dadamu intuk mencurahkan seluruh rasa yang tersisa. Namun itu tidak kulakukan.

Mas Pras, lihat aku, lihatlah mataku. Tanpa aku harus memberi tahu, harusnya dirimu mengerti jika cintaku suci. Aku tidak peduli dengan kakimu cacat, aku hanya ingin hatimu seutuhnya untukku.

Itu saja , batinku.’ (Ardini P.BN 2015:146)

10) Pada cerita cekak dengan judul Rembulan Surem memiliki tema cinta terlarang dengan latar belakang profesional. Cerita ini melibatkan Adhisti yang merupakan tokoh utama dan dalam cerita sebagai sekretaris di suatu perusahaan. Selanjutnya Anton yang merupakan pimpinan perusahaan tempat Adhisti bekerja. Cinta diantara mereka berdua terjalin dikarenakan mereka berdua sering kali bertemu karena tuntutan pekerjaan.

Dalam cerita tergambarkan bahwa Adhisti ingin menyudahi perjalanan cintanya dengan Anton. Alasan Adhisti tidak lain ialah status yang mereka sandang saat ini. Anton merupakan sosok yang telah memiliki istri yang setia dan keluarga yang sangat membutuhkannya.

Sedangkan Adhisti berfikir ia tidak akan mendapat tempat di kehidupan Anton. Ia juga tidak ingin menyakiti wanita lain apa lagi menjadi penyebab permasalahan rumah tangga orang lain.

(14)

Kutipan ;

“Pitakonku bodho.

“aja takon kaya iku, Mas. Pitakonan kuwi mung bakal saya natoni aku lan panjenengan. Njenengan kudu menggalih kanthi jero lan ati wening. Ana sing luwih penting tinimbang tresna ing antarane kita.

yaiku masalah tanggungjawab moral. Aku sadhar, senajan dikayangapa tresnaku marang panjenengan, kita ora selawase bisa nikmati katresnan sing tanpa masa dhepan. Merga panjenengan wis kaiket ing tanggungjawab seje, pinangka baak, pinangka guru laki saka wanita liya lan uga minangka kepala keluarga. saupama sesambungan iki tetep kita terusake, banjur posisiki ana ngendi?”.

(Ardini P.BN 2015:161)

Terjemahan ;

‘Pertanyaaku bodoh.

“jangan bertanya seperti itu , mas. Pertanyaan itu hanya akan lebih melukaiku dan dirimu. Dirimu harus merenungi dengan hati bersih.

Ada yang lebih penting dibandingkan cinta di antara kita. yaitu masalah tanggung jawab. Utamanya tanggungjawab moral. Aku sadar, walaupun seperti apa cintaku kepada dirimu, kita tidak selamanya menikmati cinta yang tanpa masadepan. Karena dirimu sudah terikat di tanggungjawab lain, sebagai ayah, sebagai guru laki-laki dari wanita lain dan juga sebagai kepala keluarga. Misal hubungan ini tetap kita teruskan, lalu posisiku ada di mana?.’(Ardini P.BN 2015:161)

b. Plot / Alur

Alur merupakan wujud dari garis besar suatu cerita, alur menentukan keberlangsungan dan pemahaman cerita terhadap pembacanya. Penjabaran alur yang terdapat pada beberapa cerita cekak yang ada pada antologi cerita cekak terkelompok pada :

1) Bagian Awal, Tengah, dan Akhir.

a) Bagian Awal

Pada bagian awal cerita cekak Aku Isih Kasmaran Menggambarkan bahwa sosok Pras tiba-tiba merasakan rindu pada saat ia menjelajahi hutan yang ia lakukan pada masa lalu. Ia memutar kembali kenangan saat itu ia bersama Salindri, seorang gadis pujaan hatinya.

Bersama mereka menikmati suasana alam, semilir angin serta harum bunga pinus.

(15)

Kutipan:

“Ujug ujug wae aku kangen blusukan ing alas. Kangen marang sumilire angin sing sok-sok nakal lan usil, nampegi pipi lan ngosak asik rambut sing wis dijungkati rapi saengga dadi madhul madhul ora karuwan. Aku uga kangen marang ocehe manuk alasan lan aruming kembang pinus. Luwih saka kuwi aku kangen marang esemmu.

Kangen bisa reruntungan maneh mecaki dalan tikus sing biasa diliwati dening tukang nderes tlutuh pinus.” (Ardini P.BN 2015:1) Terjemahan:

‘Tiba tiba saja aku rindu menjelajah di hutan, rindu dengan semilir angin yang jahil, menerpa pipi dan mengacak acak rambut yang sudah disisir rapi sehingga menjadi berantakan tidak karuan. Aku juga rindu pada suara burung hutan dan harumnya bunga pinus. Lebih dari itu, aku juga rindu pada senyummu. Rindu bisa berjalan bersama melintasi jalan setapak yang biasa dilewati oleh pencari getah pinus.’

(Ardini P.BN 2015:1)

Pada bagian awal cerita cekak Copet menceritakan lamunan tokoh utama mengenang kejadian yang ia lalui. Ia tidak menyangka bahwa ia akan mengalami perputaran roda yang begitu cepat. Sebelumnya ia merupakan seorang juragan, dalam sekejap ia menjadi orang yang tidak punya apa-apa.

Kutipan:

“dadi copet? Ngimpi wae ora tau mbayangake. Apa maneh nganti duwe cita-cita nyopet. Wadhuh! Kuwi babar pisan ora tau mampir ing pikiran. Nanging puteran rodha nasip wis nggiles aku tanpa rasa welas. Aku sing maune juragan ujug-ujug malih dadi kere. Wis kere isih keblekan utang sapirang-pirang. Ora ngira. Nasib pancen ora bisa diramal. Yen dhong beja, rejeki teka kaya semut mambu gula. Suwalike yen lagi tiba apes, bisa ngenes kaya aku ngene iki.”

(Ardini P.BN 2015:10) Terjemahan:

‘Menjadi copet? Bermimpi saja tidak pernah terbayangkan. Apa lagi sampai memiliki cita-cita nyopet. Wadhuh! Hal itu tidak pernah ada di pikiran. Namun putaran roda nasin sudah melindasku tanpa ampun. Aku yang tadinya juragan tiba-tiba berubah menjadi orang tidak punya. Sudah miskin masih menanggung banyak hutang. Tidak mengira. Nasib memang tidak bisa diramalkan. Jika beruntung, rejeki datang seperti semut mencium aroma gula. Sebaliknya jika sial, bisa sangat sial seperti aku saat ini.’ (Ardini P.BN 2015:10)

(16)

Pada bagian awal cerita cekak Ibu menceritakan Dwiani yang mencoba mengingat kembali hal-hal yang terjadi ketika ia berada pada masa seusia murid-muridnya. Ia teringat pernah membicarakan tentang ibunya jika ibunya galak. Ia juga teringat ketika ia pernah mogok makan sampai dibuatkan makanan kesukaannya supaya ia mau makan.

Kutipan:

“Dheweke nyoba metani awake dhewe. Dieling-eling jaman cilikane biyen nalika dheweke isih saumuran murid-muride kuwi.

Dwiani pungkasane mesem dhewe. Biyen dheweke uga tau ngrasani karo kancane yen ibune galak. Yen dheweke wegah dikongkon utawa ora kepeneran anggone tandhang gawe, iya mesthi disrengeni. Dwiani sok mangkel yen mentas disrengeni ngono kae.

Sok mutung kanthi cara mogok mangan. Mengko ibune banjur ngarih-arih dheweke kanggo mangan. Ora mung kuwi. Nagning uga digawekake lawuh sing enak, lawuh karemane supaya dheweke gelem mangan.” (Ardini P.BN 2015:19)

Terjemahan:

‘Dirinya mencoba mengkoreksi diri. Diingat-ingat masa kecilnya dahulu ketika dirinya masih seumuran murid-muridnya itu. Setelah itu Dwiani hanya tersenyum sendiri. Dulu dirinya juga pernah membicarakan dengan temannya jika ibunya galak. Jika dirinya tidak mau dimintai tolong atau tidak pas pekerjaannya pasti kena omel. Dwiani kadang kesal jika setelah dimarahi seperti itu.

Kadang ngambek dengan cara mogok makan. Nanti ibunya merayunya supaya makan. Tidak hanya itu. Tapi juga dibuatkan lauk yang enak, lauk keinginannya supaya dirinya mau makan.’

(Ardini P.BN 2015:19)

Pada bagian awal cerita cekak Kuwur menceritakan ketika tokoh utama berada pada sebuah toko busana, di mana tokoh utama kemudian mengenang kejadian tujubelas tahun sebelumnya ketika ia berbulan madu dengan suaminya.

Kutipan:

“Ing sawijining toko busana aku mandheg. Mripatku kepaku marang nduwuran abang jambu sing dipajang ing etalase.

Dhuwuran abang jambu kuwi ngelingake aku marang sliramu nalika sepisanan nukokake klambi aku. Kuwi dumadi 17 taun kepungkur. Nalika kita arep bulan madu sawise resepsi pengantenan sing ngentekake wektu.” (Ardini P.BN 2015:27)

(17)

Terjemahan:

‘Di salah satu toko busana aku berhenti. Mataku tertuju pada baju merah jambu yang dipajang di etalase. Baju merah jambu itu mengingatkanku pada dirimu ketika pertama kali dirimu membelikanku baju. Itu terjadi 17 tahun yang lalu. Ketika kita akan berbulan madu setelah resepsi pernikahan yang menghabiskan waktu.' (Ardini P.BN 2015:27)

Pada bagian awal cerita cekak Tresna Kang Putih menceritakan ketika tokoh utama mengenang kembali pada saat pertama kali bertemu dengan suaminya. Ia tidak pernah membayangkan bahwa sang seniman adalah jodohnya. Karena pada awalnya tokoh utama merasa sangat tidak tertarik pada sosok sang seniman yang penampilannya tidak tertata, ketinggalan jaman, bahkan ia memakai jaket kumal yang entah sudah berapa bulan tidak tersentuh sabun.

Kutipan:

“Sepisanan ketemu, aku ora nate mbayangake yen dheweke bakal dadi jatu kramaku. Nggon rupa wae aku wis ora ketarik, apa maneh ketambahan penampilane sing semrawut. Rambut gondrong acak- acakan, jean butut sing wis ketinggalan jaman, kaos oblong kebak tulisan ditutupi jaket letheg sing embuh wis pirang sasi ora mambu sabun. Pokoke jian jadhul banget. Ora modhis babar pisan.”

(Ardini P.BN 2015:45) Terjemahan:

‘Pertama kali bertemu, aku tidak pernah membayangkan jika dirinya yang akan menjadi pendampingku. Dari sisi wajah saja aku sudah tidak tertarik, apa lagi ditambah penampilannya yang tidak karuan. Rambut gondrong acak-acakan, jean butut yang sudah ketinggalan jaman, kaos oblong penuh tulisan ditutupi jaket kumal yang entah sudah berapa bulan tidak dicuci. Intinya sungguh sangat jadul. Tidak modis sama sekali.’ (Ardini P.BN 2015:45)

Pada bagian awal cerita cekak Aku Pamit menceritakan masa ketika pada saat krismon yang terjadi sepuluh tahun yang lalu. Masa itu adalah masa di mana banyak terjadi gonjang-ganjing ekonomi yang menyebabkan banyak perusahaan yang gulung tikar. Di balik keadaan itu juga terjadi suatu pemutusan kontrak kerja perusahaan dengan para pekerjanya.

(18)

Kutipan:

“Diwiwiti saka krismon sing dumadi ing negaraku kinasih luwih saka sepuluh taun kepungkur. Krismon sing ora tau mlebu petungan kuwi pranyata kuwawa njungkir walikake kahanan. Nuwuhake gonjang-ganjing ekonomi sing ora karu-karuwan, ngrontokake meh sakabehe sendhi-sendhi panguripan. Akeh perusahaan sing kolaps alias kukut. Sing isih kuwat ngadeg kondhisine uga akeh sing ora sehat banget-banget yen ora kena diarani megap-megap.

Perusahaan panggonanku nyambut gawe, golek pangupa jiwa uga ngalami nasip sing meh padha. Kanggo njagani murih ora nganti ambruk, perusahaan kepeksa nganakake rasionalisasi gedhen- gedhenan. Rasionalisasi kanthi pawadan efisiensi perusahaan mau jan-jane mung cara alus saka tembung PHK (pemutusan hubungan kerja). Para karyawan dijanjeni mengko yen perusahaan wis sehat bakal diwenehi kesempatan kanggo makarya maneh. Nanging prakteke ora mangkono.” (Ardini P.BN 2015:56)

Terjemahan:

‘Dimulai dari krismon yang terjadi di negaraku tercinta lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Krismon yang tidak pernah masuk dalam perhitungan itu ternyata sanggup memutar balikkan keadaan.

Menumbuhkan gonjang-ganjing ekonomi hingga tidak tertata, merontokkan hampir semua sendi kehidupan. Banyak perusahaan yang bangkrut. Yang sanggup berdiri kondisinya juga tidak sehat.

Perusahaan tempaku bekerja mencari kehidupan juga mengalami hal yang sama. Untuk menjaga agar tidak bangkrut, perusahaan terpaksa mengadakan rasionalisasi besar-besaran. Rasionalisasi dengan tujuan efisiensi perusahaan sebenarnya hanya cara halus dari kata PHK (pemutusan hubungan kerja). Para karyawan diberi janji nanti jika perusahaan sudah sehat akan diberi kesempatan untuk bekerja lagi. Namun kenyataannya tidak seperti itu.’ (Ardini P.BN 2015:56)

Pada bagian awal cerita cekak Maturnuwun Udan menceritakan bahwa saat itu hari telah beranjak sore, dan keadaan saat itu hujan deras.

Sementara jas hujan yang Ais miliki tertinggal di rumah. Ia teringat bahwa jas hujannya tertinggal di rumah ketika ia berangkat tadi pagi setelah setengah perjalanannya ke kantor. Ia tidak mempermasalahkan itu karena dikiranya pada saat pagi hari langit terlihat cerah mungkin sorenya juga akan cerah.

Kutipan:

“Sore kuwi udane deres banget. Kawit awan jan-jane udan olehe tumiba. Nganti wektune jam bali kantor pranyata tetep durung

(19)

mendha. Malah kepara saya deres, banyu kaya disuntak saka langit. Kamangka jas udanku keri ora kegawa. Wingi sore mentas takanggo, banjur takisis ana mburi. Esuke nalika aku arep budhal kantor malah lali. Kelingan wis tekan tengah dalan. Ning aku wegah mbaleni. Tak pikir ora bakal udan. Awit langite katon terang. Jebule … kahanan alam pancen ora bisa dipredhiksi. Esuk ketoke ya padhang, jebul awane peteng. Langit ora gelem dijak kompromi.” (Ardini P.BN 2015:99)

Terjemahan:

‘Sore itu hujan sangat deras. Sebenarnya hujan itu sedari siang, sampai waktu jam pulang kantor belum reda dan semakin deras, air seperti dituang dari langit. Sementara jas hujanku tertinggal.

Kemarin sore setelah kupakai, ku jemur di belakang rumah.

Besoknya ketika aku akan berangkat ke kantor, teringat ketika sudah sampai tengah jalan. Namun aku enggan untuk mengambilnya. Ku kira tidak akan hujan. Terlihat langit terang benderang, ternyata keadaan alam tidak bisa diperkirakan. Pagi terlihat cerah ternyata siangnya gelap. Langit tidak bisa diajak kompromi.’(Ardini P.BN 2015:99)

Pada bagian awal cerita cekak Garwa menceritakan bahwa Risti yang semula murung karena urusan pekerjaan yang dirasa pimpinannya masih kurang sempurna, tiba-tiba berubah menjadi berseri-seri karena sebuah sms dari sosok istimewa yang tidak lain adalah suaminya.

Kutipan:

“Kaya sing dirasakake wektu iki, rasane mangkel, sebel lan uga kesel. Wis direwangi kethayalan golek liputan, direwangi kudanan lan kepanasan, isih dipaido dening pimpinan. Endi sing jare tulisan kurang nunjem, foto kurang fokus lan bla-bla-bla liyane. Pokoke anaa wae alasan kanggo maido. Nanging jan-jane Risti ngerti yen undherane perkara satemene dudu kuwi. Ana alasan sing sifate pribadi ing antarane dheweke lan pimpinane kuwi.

“kok praupanmu ujug-ujug dadi sumringah, apa merga sms sing mentas mlebu kuwi mau?” pitakone Sekar sing lungguhe paling cedhak karo mejane.” (Ardini P.BN 2015:126-127)

Terjemahan:

‘Seperti yang dirasakan waktu ini, rasanya jengkel, sebal dan juga lelah. Sudah disempatkan mondar-mandir mencari liputan, sudah kehujanan dan kepanasan, masih juga disalahkan oleh pimpinan.

Katanya tulisan yang kurang tajam, foto kurang fokus dan bla bla bla lainnya. Pokoknya ada sala alasan untuk mencari kesalahan.

Namun sebenarnya Risti tahu jika akar permasalahannya sebenarnya bukan itu. Ada alasan yang sifatnya pribadi di antara

(20)

dirinya dan pimpinannya itu.

“kok wajahmu tiba-tiba berseri-seri, apa karena sms yang baru saja masuk itu tadi?” tanya Sekar yang tempat duduknya paling dekat dengan mejanya.’ (Ardini P.BN 2015:126-127)

Pada bagian awal cerita cekak Janji Lan Gumerite Sepur Wengi menceritakan bahwa Palupi mengenang kejadian yang ia alami saat bertemu untuk pertama kali dengan Pras. Palupi seakan tidak bisa berbicara, kaku, ia merasakan seperti tersengat aliran listrik dengan tegangan beribu-ribu volt. Setelah kejadian itu, Palupi menggambarkan jika hari-harinya tidak bisa lepas dari bayang-bayang Pras.

Kutipan:

“Tratap! Jantungku nitir seru ora karuhan. Iku kang dakrasakake nalika ketemu sliramu sepisanan. Nalika kok ulungake tanganmu lan kita sesalaman, aku ora bisa kumecap apa-apa. Lambeku kaya kekunci mati. Nganti arep nyebutake jeneng wae ora bisa. Sliramu ngerti apa sebabe? Ah, jane aku isin arep blaka. Aja digeguyu ya?

Nalika tanganku kok gegem iku, awakku rasane kaya kesetrum listrik ewon volt. Ana geter aneh kang nlusup ing dhadha, banjur sumebar ing saranduning angga. Aku ngrasakake sensasi kang endah. Sawenehe perasaan kang durung nate dakrasakake. Aku mbatin, apa iki sing diarani kasmaran? Embuh!

Sing dakngerteni, dina-dina sabajure atiku kebak dening wewayanganmu. Aku ora bisa ndhelikake rasa kangenku. Kudu dakakoni yen aku kesengsem marang sliramu.” (Ardini P.BN 2015:138)

Terjemahan:

‘Deg! Jantungku berdetak keras tidak menentu. Itu yang sedang kurasakan ketika bertemu dirimu pertama kali. Ketika kau ulurkan tanganmu dan kita berjabat tangan, aku tidak bisa berbicara apa- apa. Mulutku seperti terkunci. Sampai mau menyebutkan nama saja tidak bisa. Dirimu tahu apa sebabnya? Ah, sebenarnya aku malu ingin jujur. Jangan ditertawakan ya?. Ketika tanganku kau genggam itu, tubuhku terasa seperti tersetrum beribu-ribu volt. Ada getar aneh yang menelusup ke dada, lalu menyebar ke segala arah.

Aku merasakan sensasi yang indah. Sebuah perasaan yang belum pernah kurasakan. Aku berbicara dalam hari apa ini yang dinamakan jatuh cinta? Entah!

Yang ku pahami, hari-hari setelah itu hatiku penuh dengan bayanganmu. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa rinduku. Harus kuakui jika aku jatuh cinta padamu.’ (Ardini P.BN 2015:138)

(21)

Pada bagian awal cerita cekak Rembulan Surem menceritakan ketika Adhisti berniat untuk mengundhurkan diri dari kantor tempatnya bekerja. Ia menemui Anton yang tidak lain bosnya dan ingin mengutarakan keinginannya. Adhisti masuk ke ruangan Anton yang sebelumnya telah dipersilahkan oleh Anton. Namun baru pertama kali pada saat itu ia merasakan serba salah dan jantungnya berdebar dengan kencang saat ia berhadapan dengan Anton.

Kutipan:

“Swara anteb saka njero ruwangan.

Adhisti mlebu. Pinangka sekretaris satemene dheweke kulina mlebu metu ing ruwangane Anton. Nanging sepisan iki rasane kok rada minggrag-minggring arep ngadhep priya iku. Atine dheg- dhegan.” (Ardini P.BN 2015:156)

Terjemahan:

‘Terdengar suara jelas dari dalam ruangan. Adhisti masuk. Sebagai sekretaris, sebenarnya ia biasa keluar masuk ruangan Anton.

Namun baru pertama kali ini rasanya agak ragu-ragu untuk menghadap pria itu. Hatinya berdegup kencang.’ (Ardini P.BN 2015:156)

b) Bagian Tengah

Pada bagian tengah cerita cekak Aku Isih Kasmaran menggambarkan pada saat Pras semakin jauh mengingat kejadian pada masa lalu tersebut, tiba-tiba pintu ruangan kantornya diketuk oleh sekretarisnya yang memberitahukan ada tamu yang ingin bertemu dengan dirinya.

Kutipan:

“Swara kethukan lirih ing lawang iku mbuyarake lamunanku.

“masuk!”

“wonten tamu ingkang kepengin pinanggih Bapak.” Kandhane Hesti, sekretarisku mung anguk-anguk saka lawang.” (Ardini P.BN 2015:5)

Terjemahan:

‘Terdengar pelan suara ketukan di pintu itu membuyarkan lamunanku.

“masuk”

“ada tamu yang ingin bertemu dengan bapak.” Ucap Hesti, sekretarisku yang hanya menampakkan kepalanya dari pintu.’

(Ardini P.BN 2015:5)

(22)

Pada bagian tengah cerita cekak Copet menceritakan tokoh utama merasa hal menimpanya saat itu memang buah perbuatannya, dan ia merasa itu juga kesalahannya. Ia terlalu percaya pada orang lain tanpa perhitungan sama sekali.namun ternyata balasan yang ia terima tidak menyenangkan.

Kutipan:

“Yen takrasak-rasakake, kabeh kedadeyan iki ya merga saka kesalahanku dhewe. Salahku, merga kebangeten anggonku percaya marang liyan. Aku percaya sawutuhe marang kanca sing wis takanggep kaya sedulur. Jebul kaya ngene iki kawusanane.

Saupama aku ngerti yen kancaku kuwi mung bakal nyengsarakake uripku, ora bakal aku ngladeni bambujuke.” (Ardini P.BN 2015:12)

Terjemahan:

‘Jika kurasa-rasakan, semua kejadian ini karena buah dari kesalahanku sendiri. Salahku, karena terlalu percaya terhadap orang lain. Aku percaya seutuhnya pada temanku yang sudah ku anggap seperti saudara. Ternyata seperti ini akhirnya. Seandainya aku tahu jika temanku itu hanya akan menyengsarakan hidupku, pasti tidak bakal aku melayani bujuknya.’ (Ardini P.BN 2015:12)

Pada bagian tengah cerita cekak Ibu menceritakan kegiatan Dwiani ketika ia duduk di bangku kelas 3 SMA yang ia lakukan sampai kuliah.dari pagi ia sudah membantu ibunya dari membersihkan rumah, bahkan membantu ibunya mempersiapkan dagangan yang akan dibawanya untuk dititipkan di warung pinggir jalan yang ia lalui ke sekolah.

Kutipan:

“Esuk tangi jedhul sawise nindakake sholat Subuh langsung nyandhak sapu, banjur ngrewangi ibune madhahi jajan sing arep disetorake menyang warung-warung. Kadhang karo budhal sekolah dheweke nyangking dagangane ibune sing bisa dicangking dititipake ing warung-warung sing dilewati. Mengko baline uga mangkono. Njupuki wadhah-wadhah jajan mau sinambi nariki dhuwite kanggo dagangan sing kepayon. Dene sing ora payu digawa bali. Mangkono iku dilakoni Dwiani nganti dheweke rampung olehe kuliah.” (Ardini P.BN 2015:22)

Terjemahan:

‘Bangun pagi setelah melaksanakan shoolat Subuh langsung

(23)

mengambil sapu, selanjutnya membantu ibunya mengemasi makanan ringan yang akan disetorka ke warung-warung. Kadhang sambil berangkat sekolah ia membawa dagangan ibunya yang bisa ia bawa dang dititipkan di warung-warung yang ia lewati. Nanti pada saat pulang juga begitu. Mengambil wadah makanan ringan dan mengambil uang untuk dagangan yang laku. Jika ada yang tidak laku dibawa pulang. Begitu yang dilakukan Dwiani sampai dirinya selesai kuliah.’ (Ardini P.BN 2015:22)

Pada bagian tengah cerita cekak Kuwur menceritakan hal yang dilalui tokoh utama ketika pikirannya sedang kalut. Diceritakan ia sedang menapaki daerah yang sering ia lalui dengan suaminya. Tokoh utama mengunjungi tempat-tempat dimana ia sering menghabiskan waktu bersama sang suami.

Kutipan:

“Metu saka toko, aku bali nerusake laku. Mlipir-mlipir ing antarane bakul kaki lima sing padha nggelar dagangane ing emperan toko. Ing sangarepe Perpustakaan Daerah aku mandheg banjur mlebu. Persis kaya sing tansah takakoni saben aku sakloron laku ing laladan iku.

Ora suwe anggonku lungguh ing perpus. Merga wetengku krasa mlilit lan pijer njerit-njerit njaluk diisi.” (Ardini P.BN 2015:30) Terjemahan:

‘Keluar dari toko, aku kembali meneruskan perjalanan. Berjalan diantara pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya di emperang toko. Di depan perpustakaan daerah aku berhenti lalu masuk. Sama seperti yang selalu kulakukan setiam kita berdua berjalan di tempat itu.

Tidak lama aku duduk di perpus. Karena perutku terasa melilit dan seakan menjerit-jerit minta diisi.’ (Ardini P.BN 2015:30)

Pada bagian tengah cerita cekak Tresna Kang Putih menceritakan ketika tokoh utama merasakan cemburu pada saat melihat sang seniman didekati wanita lain. Ia pun teringat akan apa yang telah disampaikan oleh Lina pada awal kali dikenalkan pada sang seniman. Lina memberitahukan bahwa sang seniman memang terkenal sebagai play boy.

Kutipan:

“Edan! Dumadakan wae aku rumangsa cemburu. Apa ta sing menarik saka dheweke kok akeh cewek sing kedanan marang dheweke? Aku dadi kelingan piwelinge Lina nalika ngenalake aku

(24)

marang dheweke biyen.” (Ardini P.BN 2015:51) Terjemahan:

‘Gila! Tiba-tiba saja aku merasa cemburu. Memang apa yang menarik dari dirinya kok banyak gadis yang tergila-gila pada dirinya? Aku teringat kata-kata dari Lina ketika mengenalkanku pada dirinya dulu.’ (Ardini P.BN 2015:51)

Pada bagian tengah cerita cekak Aku Pamit menceritakan mengenai keadaan kantor yang dirasakan oleh tokoh utama semakin tidak kondusif. Hal tersebut membuat prestasi kerja tokoh utama merosot.

Kemudia tokoh utama mengundurkan diri dari perusahaan tersebut dengan harapan mendapat pesangon untuk membuka usaha kecil-kecilan. Namun hal tersebut tidak sesuai harapan.

Kutipan:

“Swasana kantor sing saya ora kondusif marakake aku ora bisa nyambut gawe kanthi jenjem. Prestasi kerjaku mlorot lan bola-bali aku diundhang ing ruwangan Bos. Tinimbang tansah nampa peringatan terus-terusan pungkasane aku mengundurkan diri kanthi suka rena. Petungan ku yen aku metu paling ora isih bakal nampa pesangon sing paling ora bisa tak anggo nyaur utang lan bukak usaha cilik-cilikan. Ee…jebul petunganku luput, mleset adoh.

Pesangon sing tak tampa jumlahe ora mingsra.” (Ardini P.BN 2015:58-59)

Terjemahan:

‘Suasana kantor yang semakin tidak kondusif menjadikan aku tidak bisa bekerja dengan nyaman. Prestasi kerjaku merosot dan aku sering diundang ke ruangan bos. Jika selalu menerima peringatan, lebih baik aku mengundurkan diri dengan suka rela. Perhitunganku jika aku keluar paling tidak masih menerima pesangon yang mungkin bisa kupakai membayar hutang dan buka usaha kecil- kecilan. Ee… ternyata perhitunganku salah, meleset jauh. Pesangon yang kuterima jumlahnya tidak seberapa.’ (Ardini P.BN 2015:58- 59)

Pada bagian tengah cerita cekak Maturnuwun Udan menceritakan mengenai percakapan antara Ais dengan bosnya. Percakapan tersebut seputar keinginan bosnya untuk melamar Ais. Namun Ais sempat mengajukan protes jika selama ini mereka tidak pernah menjalin cinta.

Kutipan:

(25)

“Nanging…

“sadurunge aku ninggalake kutha iki aku kepengin ketemu womg tuwamu.”

“ketemu wong tuwaku?”

“He-em.”

“Ana apa?”

“Aku kepengin nglamar anake wadon.”

“nglamar?” aku mlorok. Rasane aku kaya ora percaya marang pangrunguku. “sasuwene iki awake dhewe rak durung tau pacaran,”

protesku.” (Ardini P.BN 2015:103) Terjemahan:

‘Namun…

“sebelum aku meninggalkan kota ini aku ingi bertemu orang tuamu.”

“bertemu orang tuaku?”

“iya,”

“ada apa?”

“aku ingin melamar anak perempuannya.”

“melamar?” aku terbelalak. Rasanya aku tidak percaya pada apa yang kudengar. “selama ini kita belum pernah pacaran,” protesku.’

(Ardini P.BN 2015:103)

Pada bagian tengah cerita cekak Garwa menceritakan jika Wisnu menuliskan surat untuk memberitahukan kepada istrinya bahwa ia ada kepentingan untuk diskusi di angkringan Mas Bardi. Namun Risti curiga, hatinya merasa tidak nyaman. Sehingga Risti menunggu kepulangan Wisnu hingga larut malam.

Kutipan:

“Risti malah saya cubriya sawise maca surasane pesen iku. Atine sing wis ora kepenak dadi saya ora kepenak.

Kliwat tengah wengi sing lanang lagi teka. Satemene Risti wis ngantuk banget. Nanging kepeksa tetep ngenteni tekane sing lanang, pengin ngerti tekane jam pira.

“kok nganti wengi, Mas?” pitakone Risti nyoba disabar-sabarake.”

(Ardini P.BN 2015:132) Terjemahan:

‘Risti semakin curiga setelah membaca pesan itu. Hatinya yang sudah tidak nyaman semakin tidak nyaman.

Beranjak tengah malam suaminya baru pulang. Sebenarnya Risti sudah sangat mengantuk. Namun terpaksa tetap menunggu suaminya sampai rumah, ingin tahu datangnya pukul berapa.

“kok sampai malam, Mas?” tanya Risti mencoba sabar.’ (Ardini

(26)

P.BN 2015:132)

Pada bagian tengah cerita cekak Janji Lan Gumerite Sepur Wengi menceritakan bahwa Palupi ingat jika Pras telah berjanji dalam waktu limabelas purnama lagi ia akan datang. Pada saat menunggu kedatangan Pras adalah masa yang paling membosankan yang dialami Palupi , namun surat-surat dari Pras dapat menjadi penghibur untuk sementara.Palupi mencoba maklum dengna tugas yang diemban Pras yang pada saat itu ditugaskan di konflik antara NKRI dengan GAM.

Kutipan:

“limalas purnama maneh aku bakal teka. Muga-muga sliramu kanti ngenteni,” kandhamu sadurunge niggalake omahku.

Nunggu mujudake pakaryan sing paling mboseni. Nanging surat- suratmu sing ajeg teka nyambangi aku saben sasi, paling ora bisa aweh panglipur kanggo sauntara. Aku nyoba maklumi tugasmu sing ora entheng minangka tentara Republik Indonesia sing kudu berjuang ing garda depan, njaga keutuhan wilayah NKRI mujudake rega mati. Wektu iku sliramu ditugaske ing wilayah konflik, ing Aceh. Kala semana pancen durung ana bedhamen karo GAM, sing tansah ngrongrong kawibawan negara.” (Ardini P.BN 2015:141) Terjemahan:

‘lima belas purnama lagi aku akan datang. Semoga dirimu sabar menanti,” ucapmu sebelum meninggalkan rumahku.

Menunggu merupakan pekerjaan yang paling membosankan.

Namun surat-suratmu yang selalu datang menghampiriku setiap bulan, paling tidak bisa memberikan penghibur untuk sementara waktu. Aku mencoba memaklumi tugasmu yang tidak mudah sebagai tentara Republik Indonesia yang harus berjuang di garda terdepan, menjaga keutuhan NKRI mewujudkan harga mati. Waktu itu dirimu ditugaskan di wilayah konflik di aceh. Saat itu memang belum ada perdamaian dengan GAM, yang selalu merongrong kewibawaan negara.’ (Ardini P.BN 2015:141)

Pada bagian tengah cerita cekak Rembulan Surem menceritakan rasa penasaran Anton terhadap alasan Adhisti untuk keluar dari pekerjaan di kantornya. Ia kemudian mengajak Adhisti membicarakan masalah tersebut pada saat jam istirahat sekalian mencari makan.

Kutipan:

“Rasa penasaran njalari Anton ora kanti yen ndadak kudu ngenteni tutup kantor kanggo ngrembug masalahe karo Adhisti .

(27)

“dina iki rak ora ana jadwal sing penting, ta?” pitakone karo narik tangane saka pundhake Adhisti .

“ora. Mulane aku wani matur masalah iki karo njenengan.”

“yen ngono ayo metu. Sedhela maneh rak wis wektune istirahat.

Kita bisa karo mesisan golek mangan”.

“nanging…?” Adhisti gojag-gajeg.

“ora ana nanging. Aku isih bosmu. Surat pengunduran diri durung taktandhatangani.”kandhane Anton tegas.

Adhsiti ora bisa suwala. Dheweke kepeksa ngetutake Anton metu niggalake kantor “Adi Karya”, perusahaan sing bergerak ing bidang property lan penyediaan alat-alat kantor.” (Ardini P.BN 2015:159)

Terjemahan:

‘Rasa penasaran membuat Anton tidak sabar jika harus menunggu kantor tutup untuk membahas masalahnya dengan Adhisti .

“hari ini tidak ada jadwal yang penting, kan?” pertanyaannya dengan menarik tangannya dari bahu Adhisti .

“tidak. Oleh sebab itu aku berani bicara masalah ini dengan dirimu.”

“jika seperti itu ayo keluar. Sebentar lagi sudah masuk waktu istirahat. Kita bisa mencari angin sambil mencari makan”.

“tapi…?” Adhisti ragu.

“tidak ada kata tapi. Aku masih bosmu. Surat pengunduran diri belum aku tandatangani.” Ucap Anton tegas.

Adhisti tidak bisa beralasan. Dirinya terpaksa mengikuti Anton keluar meninggalkan kantor “Adi Karya”, perusahaan yang bergerak di bidang property dan penyediaan alat-alat kantor.’

(Ardini P.BN 2015:159)

c) Bagian Akhir

Pada bagian akhir cerita cekak Aku Isih Kasmaran menceritakan Pras meminta Salindri untuk datang lagi dalam kurun waktu seminggu.

Pras memiliki komitmen untuk membantu Salindri sebagai penebus kesalahan yang pernah ia lakukan pada Salindri. Saat Salindri berpamitan pulang, Pras merasakan ada bagian darinya yang ikut hilang pergi darinya.

Ia mengantarkan kepergian Salindri sampai depan pintu.

Kutipan:

“Lambeku muni kaya mangkono, atiku kandha beda, “kango sliramu, aku ora bakal owel ngeculake dhuwit semono. Idhep-idhep kanggo nebus kesalahanku.”

Sawise rampung keperluane, Indri pamitan bali. Aku ngeterake saka ngarep lawang. Nyawang dheweke mlaku ngadoh, rasane kaya ana sing ilang saka perangan awakku. Apa iki pratandha aku isih

(28)

kasmaran ?” (Ardini P.BN 2015:9) Terjemahan:

‘Bibirku bicara seperti itu, namun hatiku berbicara beda.

“untukmu, aku tidak keberatan memberikan uang sebanyak itu, paling tidak untuk menebus kesalahaku.”

Setelah selesai keperluannya, indri pamit undur diri, aku mengantarkannya sampai depan pintu. Melihat dirinya berjalan menjauh, rasanya seperti ada yang hilang dari diriku. Apa ini tanda aku masih cinta ?’ (Ardini P.BN 2015:9)

Pada bagian akhir cerita cekak Copet menceritakan tentang tokoh utama dan istrinya berniat untuk mengembalikan uang copetannya dahuu, namun didapatinya rumah Pak Lamisa yang kosong. Namun tokoh utama tetap berniat untuk mengembalikan uang itu dengan harapan Pak Lamisa mau memaafkan dirinya.

Kutipan:

“Nalika ing dina candhake aku lan bojoku sowan ing daleme Pak Lamisa , jebul omah kuwi tinemu kosong. Miturut tanggane, Pak Lamisa sakkulawarga wis pindhah dhek sewulan kepungkur. Omah kuwi ming omah kontrakan. Piyambake ora bisa manggon ing omah kuwi maneh merga ora kuwat mbayar sewa kontrakan. Wis setaun kliwat ora dibayar mulane dikongkon lunga karo sing duwe omah.

Aku njegreg. Gek-gek dhuwit sing tak copet kae mujudake dhuwit pasedhiyan kanggo mbayar kontrakan. Aku rumangsa dosa merga wis gawe sengsarane wong liya. Nanging aku tetep nduweni tekad kanggo nebus kesalahanku senajan apa wae resikone. Muga-muga Pak Lamisa jembar atine lan gelem ngapura sakabehe keluputanku.” (Ardini P.BN 2015:17)

Terjemahan:

‘Ketika di hari selanjutnya aku dan istriku bertamu di rumahnya Pak Lamisa , ternyata rumah itu didapatinya kosong. Menurut tetangganya, Pak Lamisa sekeluarga sudah pindah sebulan yang lalu. Rumah itu hanya kontrakan. Beliau tidak bisa menempati rumah itu lagi karena tidak kuat membayar sewa kontrakan. Sudah setahun lebih tidak dibayar jadi diminta pergi oleh orang yang mempunyai rumah itu.

Aku terpaku. Jangan-jangan uang yang kucopet itu merupakan uang untuk persediaan untuk membayar kontrakan. Aku merasa bersalah karena membuat sengsara orang lain. Namun aku tetap memiliki tekad untuk menebus kesalahanku walau apa saja resikonya. Semoga Pak Lamisa lapang hatinya dan mau memaafkan semua kesalahanku.’ (Ardini P.BN 2015:17)

(29)

Pada bagian akhir cerita cekak Ibu menceritakan ketika Dwiani setelah menitipkan tugas untuk kelas Vb pada teman gurunya, ia berpamitan pulang. Pada saat sudah di tengah perjalanan pulang ada telepon yang mengabarkan ibunya sedang ada di rumah sakit. Ibunya terjatuh di kamar mandi sehingga langsung dilarikan ke rumahsakit oleh tetangganya.

Kutipan:

“Sawise nitipake tugas kanggo kelas Vb marang Bu Sulfa, Dwiani banjur pamitan bali. Ing dalan sepedhamotore dikebut daya-daya enggal tekan ngomah. Nanging durung nganti tekan omah hape ing tase muni. Dwiani minggirake sepedha motore banjur mandheg.

tilpun saka tanggane, ngabari yen ibune saiki ana rumah sakit pusat. Mau tinemu tiba ing jramban kulah. Untung isih bisa mbengok njaluk tulung, dadi Bu Tutik, tanggane pepet pager sing pindhahan saka kutha iku krungu.” (Ardini P.BN 2015:24-25) Terjemahan:

‘Setelah menitipkan tugas untuk kelas Vb kepada Bu Sulfa. Dwiani kemudian pamitan pulang. Di jalan sepedamotornya dikendarai cepat supaya cepat sampai rumah. Namun ditengah perjalanan hp di tasnya berbunyi. Dwiani menepikan sepeda motornya lalu berhenti. panggilan dari tetangganya, mengabarkan jika ibunya sekarang ada di rumah sakit pusat. Tadi ditemukan jatuh di depan kamar mandi. Untung saja masih bisa teriak minta tolong, jadi Bu Tutik, tetangganya samping pagar yang baru pindah dari kota itu mendengar.’ (Ardini P.BN 2015:24-25)

Pada bagian akhir cerita cekak Kuwur menceritakan ketika suami tokoh utama memberikan hp yang masih baru pada istrinya. Kemudian oleh tokoh utama diperiksanya pada memori pesan masuk untuk membuktikan apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut. Suami tokoh utama memang sengaja membuat kejutan untuk tokoh utama, ia menyatakan senang bisa membuat kejutan untuk ulang tahun perkawinannya yang ke tujuh belas.

Kutipan:

“Atiku isih panas marang isine SMS.

isih nesu, ta? Cemburu?” dheweke malah cengengesan. “aku seneng yen sliramu cemburu. Kuwi ateges sliramu tresna tenan marang aku. Ngerti ora, SMS sing mbok waca kuwi satemene saka

(30)

hapemu dhewe. Aku nukokake sliramu kanggo ngganti hapemu sing ilang. Yen ora percaya coba nomere cocokna.” Dheweke ngetokake hape saka papan panyimpenan, banjur diwenehake marang aku.

Hape kuwi isih anyar. Aku langsung niliki kotak memory, ing berita terkirim, ing kono ana SMS sing unine persis kaya sing tak waca wingi kae.

“Priye?”

“njenengan pancen sontoloyo tenan. Ngerti ora, gara-gara SMS kuwi pikiranku dadi kuwur. Meh wae aku minggat, ora tahan ndulu njenengan sing wis nyoba khianat.” Takjiwit lengene kanthi gemes.

“aku seneng bisa gawe kejutan ing ultah perkawinan kita sing kaping pitulas iki.” Dheweke ngguyu nggleges.” (Ardini P.BN 2015:33-34)

Terjemahan:

‘Hatiku masih panas dengan isi SMS itu.

“masih marah kah? Cemburu?” dirinya tersenyum sendiri. “aku senang jika kamu cemburu. Itu berarti dirimu sungguh cinta padaku. Tahukah SMS yang kamu baca itu sebenarnya dari hpmu sendiri. Aku membelikannya untukmu untuk mengganti hpmu yang hilang. Jika tidak percaya coba nomernya km cocokkan.” Dirinya mengeluarkan hp dari tempat penyimpanan, lalu diberikan padaku.

Hp itu masih baru. Aku langsung memeriksa kotak memory di berita terkirim, di situ ada SMS yang bunyinya sama dengan yang kubaca kemarin.

“bagaimana?”

“dirimu memang menyebalkan. Tahu apa tidak, gara-gara SMS itu pikiranku jadi kalut. Hampir saja aku pergi, tidak tahan tahu dirimu yang sudah mencoba berkhianat.” Kucubit lengannya dengan gemas.

“aku senang bisa membuat kejutan di ultah perkawinan kita yang ke tujuhbelas ini.” Dirinya tertawa lepas.’ (Ardini P.BN 2015:33- 34)

Pada bagian akhir cerita cekak Tresna Kang Putih menceritakan ketika tokoh utama menceritakan setelah cintanya pada sang seniman bagai gayung bersambut, ia mengibaratkan hari hari setelah itu angan- angannya penuh dengan diri sang seniman. Hatinya seakan akan penuh dengan bunga yang bermekaran. Ia merasakan cinta yang sangat mendalam pada hari-hari itu.

Kutipan:

“Dina-dina candhake angen-angenku ora tau lowong saka dheweke. Mbayangake dheweke, mikirake dheweke, atiku wis mekrok kebak aruming kembang. Apa maneh yen ketemua adhep-

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu sifatnya mendeskripsikan realitas sebagaimana mestinya dengan bahasa argumentasi, sebagaimana doa Nabi : Allahumma arinil al asya’a kama hiya (Ya Allah perlihatkan kepadaku

c) aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkrit atau situasi khusus, abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Misalnya siswa

Segenap Dosen, Staff dan Karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, yang telah memperkenalkan pada penulis akan luasnya ilmu

Sehingga %ada /$mlah ,airan ang mening&a# ma&a #er/adi %ening&a#an maximum flooding  ... BAB

Pada akhirnya, kita yang telah dilatih oleh Tuhan melalui Roh- Nya untuk selalu hidup sesuai dengan kehendak-Nya, dapat mengendalikan diri sepenuhnya selalu bertindak sesuai dengan

Pengadaan alat peraga Montessori di Sekolah Dasar nampaknya masih belum menjadi harapan karena ketersediaan alat peraga di Sekolah Dasar sendiri masih perlu mendapat

Pada dasarnya cara kerja dari alat ini hampir sama dengan termometer tanah berumput yaitu jika suhunya naik maka air raksa dalam reservoir akan naik dan menunjukkan skala pada

Berda- sarkan pengujian, aplikasi ini pada umumnya dapat digunakan dengan baik sesuai batasan yang ditetapkan Google, tetapi untuk kinerja yang baik perlu server dengan