• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Kajian Teori

1) Latihan

2. Latihan football circuit dengan dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3

terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max)pada pemain sepakbola.

3. Seseorang dengan latihan interval yang tidak sama akan memberikan pengaruh yang berbeda pada peningkatan volume oksigen maksimal (O2

max).

4. Pemberian bentuk latihan dengan prinsip beban bertambah (the principle of progressive ressistance) yang berbeda dapat mempengaruhi peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max).

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak menimbulkan penafsiran yang salah, perlu pembatasan penelitian yang menjadikan pusat penelitian semakin jelas yaitu;

1. Pengaruh latihan continuous circuit dengan rasio kerja-istirahat 1: 2 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola. 2. Pengaruh latihan continuous circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:3 terhadap

peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola. 3. Pengaruh latihan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 terhadap

peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola. 4. Pengaruh latihan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:3 terhadap

peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola. 5. Pengaruh Interaksi latihan continuous circuit dan football circuit dengan rasio

kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola.

commit to user

D. Rumusan Masalah

Prestasi seseorang merupakan perwujudan dari out put suatu proses latihan yang juga tidak bisa terlepas dari in put proses tersebut. Berkaitan dengan proses latihan continuous circuit dan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terdapat beberapa permasalah yang berhasil dirumuskan yang perlu dicermati sebagai berikut;

1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan continuous circuit dan football circuit terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola?

2. Adakah perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola antara metode latihan sirkuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan rasio kerja-kerja-istirahat 1:3?

3. Adakah pengaruh interaksi antara latihan circuit dengan rasio kerja-istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola?

commit to user

E. Tujuan Penelitian

Suatu bentuk kegiatan yang sifatnya ilmiah harus mempunyai tujuan yang jelas, apalagi dalam kegiatan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan continuous circuit dan football circuit terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pemain sepak bola antara metode latihan sirkuit dengan rasio kerja-istirahat 1: 2 dan rasio kerja -istirahat 1:3.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara latihan circuit dengan rasio kerja-istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola.

commit to user

F. Manfaat Penelitian

Keberhasilan suatu hasil karya ilmiah dapat dilihat dari seberapa besar manfaat yang diberikan untuk dapat dinikmati oleh orang lain (pelaku olahraga). Semakin besar manfaat yang diberikan semakin berhasil pula hasil karya yang telah diciptakan. Begitu pula latihan continuous circuit dan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap perkembangan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola. Metode ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga dalam metode melatih khususnya dalam meningkatkan volume oksigen maksimal (O2 max).

Bagi para pelatih akan lebih memudahkan dalam proses melatih untuk mencapai prestasi, dan bagi proses latihan itu sendiri akan lebih kreatif, inovatif dan produktif dalam pencapaian kualitas latihan dan hasil latihan yang lebih baik.

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Karakteristik Permainan Sepakbola

1) Permainan Sepakbola.

Permainan sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh dua regu yang berlawanan dimana tiap regu yang melakukan permainan di dalam lapangan terdiri dari 11 orang dan berusaha memasukkan bola sebanyak mungkin ke gawang lawan, sedangkan pemain pengganti sebanyak-banyaknya maksimal 7 orang, sehingga tiap regu paling banyak terdiri dari 18 orang pemain. Permainan sepakbola dimainkan di atas lapangan berumput yang sengaja diadakan untuk itu, baik di lapangan terbuka maupun di ruangan tertutup ( Sudjarwo, dkk. 2005; 4). Pada hakekatnya, tiap-tiap regu mempunyai kesempatan untuk menyerang dan memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan sedapat mungkin untuk tidak kemasukan. Secara garis besar permainan sepak bola dilakukan dengan mempergunakan empat unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni : mengoper dan menghentikan bola (passing and controling), menggiring bola (dribbling), memainkan bola dengan kepala (heading) serta menembak (shooting). Keempat unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan yang memungkinkan permainan sepakbola hidup dan bervariasi. Misalnya, dalam teknik mengoper dan menghentikan bola terdapat beberapa cara seperti : operan jarak jauh (loong pass), operan jarak dekat (short pass), menghentikan bola dengan kepala, dengan dada dan kaki dan lain sebagainya.

commit to user

Sebagai bagian dari cabang olahraga terbuka, sepakbola merupakan jenis permainan yang tidak dapat diramalkan (unpredictable). Implikasi dari adanya situasi yang tidak dapat diramalkan (unpredictable) tersebut “memaksa” pemain yang terlibat dalam permainan ini harus pandai-pandai memilih dan memutuskan suatu gerakan ketika berada dalam situasi bermain. Pembiasaan menilik pola gerak yang “paling efektif” diserasikan dengan kemampuan individunya, menjadi prasyarat memadai. Kemampuan untuk mengambil satu keputusan tersebut sungguh mungkin akan jadi pemicu keberhasilan, terutama jika didukung oleh kemampuan berpikir atlet. Pemberian kesempatan untuk “bereksplorasi’ bagi atlet dalam proses latihan gerak memungkinkan atlet lebih siap untuk mengantisipasi segala kemungkinan dalam situasi yang serba tak terduga.

2) Pergerakan olahraga modern serta karakteristik perkembangan fisik

dan gerak

a. Pergerakan olahraga modern

Membahas tentang olahraga, maka terdapat sekian banyak karakte-ristik yang dapat diungkapkan. Pernyataan ini berdasarkan kenyataan bahwa karakteristik olahraga secara langsung berkaitan dengan ciri-ciri perilaku manusia dan dengan berbagai macam kegiatannya di masyara-kat. Memang ada orang yang beranggapan bahwa kegiatan olahraga ter-pisah dari kehidupan nyata, terlepas dari kepercayaan, nilai- nilai, atau norma-norma yang melandasi perilaku manusia. Kalau kita telaah secara

commit to user

mendalam, maka kegiatan olahraga merupakan bagian yang tak terpisah dari semua aspek kehidupan manusia. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pelaksanaan olahraga pada tingkat individual, kelompok, atau komunitas dipengaruhi langsung oleh aspek biologis, psikis, dan lingkungan sosial budaya. Karena itu, deskripsi tentang karakteristik olahraga perlu diungkapkan berdasarkan sudut pandang yang luas. Apalagi dipandang sebagai suatu kebutuhan hidup.

Rusli Lutan, 1991 dalam Iwan ( 2009; 8) mengatakan, kebutuhan bergerak yang spesifik yang dilakukan secara sadar dan bertujuan sangat diperlukan oleh manusia. Gerak itu merupakan keniscayaan dan tergolong kebutuhan dasar seperti halnya makan dan minum. Karena bergerak, manusia mampu bertahan hidup dan melalui gerak itulah manusia mencapai beberapa tujuan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan sosial. Apabila manusia menderita kekurangan gerak maka manusia akan mengalami pelbagai kelainan fisik, mental, atau sosial. Kekurangan gerak yang diderita manusia itu disebut hipokinesia, atau penyakit kurang gerak. Kurang gerak ini sering timbul karena ulah manusia itu sendiri. Di sepanjang kehidupannya, manusia selalu berusaha agar bisa hidup lebih nyaman dan lebih ringan. Dorongan ini menyebabkan kebudayaan berkembang, terutama teknologi yang maju dengan pesat. Akibatnya ialah kehidupan manusia menjadi lebih ringan, mudah, dan nyaman. Namun di sisi lain kehidupan modern yang dikuasai oleh otomatisasi itu yang mengambil alih penyelesaian tugas atau kerja dengan tenaga manusia justru membuat manusia menjadi malas untuk bergerak. Hal ini misalnya

commit to user

nampak dalam bidang transportasi di darat yakni orang lebih suka naik kendaraan ketimbang berjalan kaki. Kondisi inilah yang sering menimbulkan wabah penyakit kurang gerak yang juga dapat dialami olah kaum intelektual mahasiswa yang hanya sibuk belajar, duduk dan diam tanpa aktivitas jasmaniah yang memadai.

Bergerak wajib bagi manusia. Pelakunya akan memperoleh manfaat posisif sedangkan yang tidak bergerak akan memperoleh efek samping yang akan ditimbulkannya. Namun syarat utama yang perlu diperhatikan ialah aktivitas jasmaniah itu dilakukan secara teratur, terkendali, dan terarah. Alasannya ialah karena sebagian gerak manusia, terutama olahraga harus dipelajari dan dibina dengan memperhatikan berbagai kaidah seperti kebutuhan dan perkembangan manusia itu sendiri.

Pembentukan gerak yang tak teratur, tak terkendali, dan tak terarah dapat membahayakan keselamatan manusia. Inilah sisi lain dari pendidikan gerak yang secara umum disebut pendidikan jasmani. Pendidikan tanpa arah atau salah arah akan menghasilkan demagogi. Hal ini berlaku bagi pendidikan jasmani. Karena itu pendidikan jasmani bertujuan membina manusia seutuhnya meliputi aspek jasmaniah, intelektual, emosional, sosial, dan mental-spiritual melalui peman-faatan gerak yang teratur, terkendali dan terarah dengan memperhatikan aspek kemanusiaan.

Gerak manusia berkembang sesuai dengan daya kreasinya. Gerak pada manusia tidak sekedar aktivitas jasmani tanpa kesadaran, tapi lebih banyak

commit to user

didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Berkaitan dengan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa olahraga merupakan salah satu dari puncak kreasi manusia. Dan melalui kegiatan tersebut, manusia menyempurnakan pertumbuhan fisik dan psikisnya. Olahraga tidak bisa semata-mata ditelaah dari aspek biologis, tapi juga dari aspek psikologis. Gerak manusia tidaklah semata-mata sebagai rangkaian gerak tubuh atau anggota badan dalam ruang dan waktu. Gejala tersebut tidak cukup ditinjau dari sudut fungsi psikologis tubuh manusia. Akan tetapi, salah satu tinjauan penting tentang gerak sebagai sari olahraga adalah tinjauan dari aspek biologis. Para ahli ilmu faal misalnya, memahami gerak manusia sebagai satu kaitan dari sekelompok fungsi dalam sistem anatomi. Tubuh manusia membutuhkan pemulihan guna memperoleh keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi (Bompa. 2009; 97 ).

b. Karakteristik perkembangan fisik dan gerak

a) Perkembangan fisik.

Karakteristik individu dalam berkembang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, faktor-faktor tersebut sangat beragam dan bervariasi, sehingga menyebabkan karakteristik fisik yang berbeda-beda pada setiap individu.

Faktor fisik di dalamnya meliputi proporsi tubuh dan kapasitas fisik dari anggota-anggota tubuh mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya mencapai prestasi yang tinggi dalam olahraga. Postur tubuh yang ideal dan tingkat kesiapan fisik yang baik akan mendukung penguasaan teknik gerakan yang tinggi oleh para atlet, sehingga faktor fisik menjadi salah satu

commit to user

unsur yang harus diperhatikan dalam usaha mengembangkan keterampilan gerak olahraga, karena kesiapan di dalam belajar gerak dipengaruhi oleh gabungan faktor biologis, lingkungan dan faktor fisik seseorang (Gallahue dan ozmun, 1998 : 52)

Sehubungan dengan penelitian penelitian ini, yang akan dilakukan pada Perguruan Tinggi (dewasa muda yang dimulai dari umur 18 tahun) (Kathleen M. Hawood, 1986 : 8). Pada masa dewasa muda ini atlet sudah siap dinyatakan secara fisik untuk menghadapi berbagai gerakan yang akan dilakukan. Karena siklus perkembangan fisik sebelumnya telah dilalui yaitu; prenatal, neonate, infancy, adolescence. Perkembangan biologis yang kompleks terjadi pada masa periodisasi masa remaja (adolescence) yaitu meliputi percepatan pertumbuhan, perubahan bentuk tubuh, perubahan dalam komposisi tubuh, kematangan ciri-ciri seks primer dan, perkembangan pada system pernafasan dan kerja jantung serta perkembangan system syaraf dan endokrin akan memberikan manfaat terutama dalam memprakarsai perubahan kapasitas fisiologis (Kathleen M. Hawood, 1986 : 1 -34).

b). Perkembangan gerak.

Seperti halnya peranan kesiapan fisik (cardiovascular), faktor kesiapan atlet dalam menggerakkan anggota bagian-bagian tubuh sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan atau prestasi dalam bidang olahraga. Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa dewasa muda cendrung diakibatkan karena efek yang ditimbulkan dari aktifitas yang dilakukan sebelumnya. Pada masa ini sudah terjadi peningkatan yang cukup

commit to user

berarti dalam kemampuan gerak, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan kemampuan kerja organ fisiologis yang lebih efisien. Sugiyanto dan Sudjarwo (1994 : 119) mengatakan bahwa; peningkatan kemampuan gerak tersebut dapat diidentifikasi dalam bentuk, yaitu gerakan yang dilakukan dengan mekanika tubuh yang efisien, lancar dan terkontrol, serta pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi dan bertenaga. (Gallahue dan Ozmun, 1998 : 284 - 293). Sistem kerja cadiovascular adalah salah satu bagian penting dalam peningkatan kemampuan gerakan yang dilakukan.

Perkembangan gerak bukan merupakan proses statis, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan tugas-tugas fisik (Gallahue dan Ozmun, 1998 : 60). Dari uraian ini, maka apabila tugas-tugas fisik yang diberikan mampu mestimulasi perkembangan gerak dengan memodifikasi metode latihan yang sesuai dengan kebutuhan atlet pemain sepakbola tentu akan memberikan implikasi positif terhadap perkembangan gerak atau prestasi mereka.

3) Volume Oksigen Maksimal (VO2 max).

VO2 max adalah kemampuan seseorang untuk menghirup, mengedarkan dan menggunakan oksigen (O2) selama kegiatan maksimal. Energi yang dibutuhkan pada saat aktivitas atau berolahraga merupakan energi yang dihasilkan melalui sistem aerobik. Porsi dari masing-masing sistem tergantung dari intensitas latihannya (McArdle,1986; 190). Pada saat melakukan pengerahan tenaga maksimal (melakukan aktivitas fisik atau latihan fisik dengan intensitas tinggi yang cukup lama hingga lelah), maka

commit to user

energi yang dikeluarkan persatuan waktu merupakan energi maksimum yang dikenal sebagai keluaran energi maksimal (Mc Ardle, 1986; 192) Daya aerobik maksimal lazim disebut VO2 max, yaitu banyaknya ambilan (konsumsi) oksigen persatuan waktu pada saat tubuh melakukan pengerahan tenaga maksimum ( Jansen, 1987; Rushall, 1990; Soekarman, 1992 dalam Iwan. 2009; 66).

Berdasarkan hasil penelitian pada atlet yang berprestasi pada olahraga daya tinggi, ditemukan VO2 max yang tinggi, yaitu di atas 50 cc O2/kg.BB/menit atau superior. Kapasitas aerobik maksimal biasanya dinyatakan sebagai “ maksimal oksigen uptake” dan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang prestasi kerja atau ketahanan fisik seseorang (Kent. 1994 dalam Iwan 2009; 67). VO2 max merupakan faktor yang dominan terhadap kemampuan tubuh seseorang. Kemampuan aerobik pada hakekatnya merupakan gambaran besarnya kemampuan motorik (motoric power) dari proses aerobik seseorang. Dengan demikian, seseorang akan besar kemampuannya untuk memikul beban kerja yang berat dan lebih cepat pulih kesegaran fisiknya sesudah bekerja. Penggunaan oksigen maksimal merupakan faktor yang menentukan suksesnya penampilan daya tahan, yaitu pengangkutan dan penggunaan oksigen maksimal oleh otot. Pada titik dimana pemakaian oksigen maksimal dicapai, maka konsumsi oksigen tidak meningkat lagi, walaupun beban diperberat, ini disebut penggunaan oksigen maksimal atau VO2 max (McArdle, 1986; 192).

commit to user

Oksigen diperlukan untuk oksidasi karbohidrat maupun lemak menjadi energi yang siap pakai dalam tubuh yaitu Adenosin Tri Pospat (ATP). Jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh jaringan itu bervariasi banyak faktor yang mempengaruhinya seperti: jenis kelamin, umur dan tingkat aktivitas seseorang. Pada keadaan istirahat rata-rata oksigen yang dikonsumsi itu sekitar 0,2 - 0,3 liter permenit, dan dapat meningkat menjadi 3 - 6 liter permenit saat latihan yang maksimal. Volume oksigen maksimal yang dapat di-konsumsi oleh jaringan selama melakukan latihan permenit disebut " oxygen consumption" atau volume oksigen maksimal atau VO2max., ”V” menunjukkan volume, 02 menyatakan oksigen, titik di atas huruf "V" menyatakan per satuan waktu biasanya permenit dan max menyatakan jumlah maksimal oksigen yang dikonsumsi jaringan (Fox, 1984: 234 - 6).

Pendapat lain menyebutkan volume oksigen maksimal (V02max) dengan istilah "ma xima l oxygen upta ke" yang diartikan sebagal volume oksigen maksimal yang dapat ditangkap, diedarkan dan dipakai oleh tubuh selama aktivitas fisik. Satuan yang dipakai biasanya mililiter perkilogram berat badan permenit (Bompa, 2009 : 289-292)

Selama otot bekerja akan memerlukan banyak oksigen. Oksigen dapat dicukupi melalui dua jalan yaitu meningkatkan jumlah darah yang mengalir ke dalam jaringan (curah dan meningkatkan kapasitas ekstraksi oksigen). Pada atlet endurance terjadi perubahan biokimia maupun seluler sehingga meningkatkan ekstraksi oksigen oleh otot. Seorang

commit to user

atlet endurance untuk mencukupi kebutuhan oksigen cukup dengan volume darah yang sedikit dengan kemampuan ekskstraksi yang tinggi (Fox, 1984: 235-7).

Volume oksigen maksimal juga dipengaruhi oleh komposisi tubuh, umur maupun jenis kelamin. Pada kedua jenis kelamin V02ma x mencapai puncaknya sekitar umur 15 - 20 tahun dan setelah umur 30 tahun mulai menurun sekitar 10% per dekade. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terprogram dapat meningkatkan V02ma x sekitar 5% - 20% (Foss, 1998: 298 - 300). Proses fisiologis yang menggambarkan hubungan antara V02ma x dengan curah jantung, pengangkutan oksigen dan ekstraksi oksigen dirumuskan oleh Fick sebagai berikut;

Keterangan:

Q = Curah jantung (cardiac out put). HR = Denyut jantung (heart rate).

SV = volume sekuncup jantung (stroke volume) a – v O2 diff = Selisih kadar oksigen antara anteri dengan vena

(anterio – venous O2 difference)

Vo2 = Volume oksigen yang dikonsumsi jaringan.

V02 = Q x a – v O2 diff

commit to user

Q menggambarkan kemampuan pengangkutan oksigen a – v O2 diff menggambarkan kemampuan jaringan untuk ekstraksi oksigen. Pengukuran volume oksigen maksimal pada orang yang sama dan alat yang sama menghasilkan suatu nilai dengan standard deviasi sebesar 3% (Astrand, P. 1970: 30 - 41).

Pada setip kerja atau pembebanan terhadap tubuh, diperlukan energi. Energi yang siap pakai dalam tubuh kita berupa ATP (Adenosis Tri Pospat). Energi hasil dari pemecahan ATP ini diperlukan untuk kepentingan dasar fisiologis yaitu sebagai: a) energi mekanik misalnya untuk kontraksi otot, b) energi untuk transport aktif berbagai zat melalui membran, misalnya transport aktif natrium, kalium, pemasukan glukosa ke dalam sel, c) energi untuk sintesis zat kimia dalam tubuh misalnya untuk sintesis DNA, RNA, sintesis glikogen dari glukosa (Ardle, 1986: 65). Karena ATP merupakan satu-satunya sumber energi dalam tubuh yang siap digunakan, maka tanpa ATP kegiatan fisiologis dalam tubuh akan berhenti.

Jumlah ATP di dalam tubuh sangat terbatas, sehingga untuk kerja yang berkesinambungan ATP harus diresintesis. Untuk resintesis ATP dapat melalui dua jalur, yaitu melalui proses aerobik dan anaerobik. Proses aerobik artin ya menggunakan oksigen (pada kerja dengan intensitas rendah, waktu lama) proses anaerobik artinya tanpa menggunakan oksigen (pada kerja dengan intensitas tinggi, waktu pendek). Proses aerobik hanya terjadi di dalam mitokhondria. Sumber ATP berasal dari makanan kita yang berupa karbohidrat, lemak, dan protein yang

-commit to user

kemudian diolah oleh tubuh kita secara mekanis maupun kimiawi. Sistem energianaerobik terdiri dari dua jalur yaitu: a) sistem ATP – PC atau sistem alaktasid dan b) sistem glikolisis anaerobik yang menghasilkan asam laktat sehingga disebut juga sistem laktat (Clenaghan, Pate R. Rotella, 1984: 11- 4).

Sistem ATP-PC disebut juga sistem Phosphagen. Pada olahraga yang memerlukan intensitas yang sangat tinggi dalam waktu pendek seperti lari 100 meter, angkat berat yang diperlukan persediaan energi yang sangat cepat, dan ini hanya dapat dipenuhi melalui ATP yang sudah tersedia dalam otot. Apabila ATP sudah habis, ATP habis diresintesis menggunakan energi dari pemecahan PC. Pospo Creatin (PC) yang tersedia dalam otot dalam jumlah terbatas, apabila pecah akan keluar energi, dan energi yang keluar dari PC ini digunakan untuk resintesis ATP (Fox, 1984: 11-21).

a) Sistem Anaerobik (1) Sistem ATP-PC Molekul ATP Adenosine Molekul ATP :

Pemecahan ATP :

Energi dari pemecahan ATP untuk energi mekanik, sintesis zat, transport aktif.

Pemecahan PC : PC Pi + Creatin + energi

Energi untuk : resintesis ATP, yaitu energi + Pi + ADP ATP.

Adenosin P P P

commit to user

(2) Sistem glikolisis anaerobik atau sistem LA. Berasal dari pemecahan glikogen dalam otot tanpa menggunakan oksigen dan setiap satu molekul glikogen hanya menghasilkan 3 ATP, sedangkan apabila pemecahan glikogen menggunakan oksigen menghasilkan 39 ATP.

Pemecahan glikogen; (C 6H1 206)n 2C3,H603 + energi

Glikogen asam laktat

Energi untuk: energi + 3ADP + 3 Pi 3ATP

b) Sistem energi aerobik dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

(1) Glikolisis aerobik: pemecahan glikogen atau glukose dengan menggunakan oksigen pada tahap permulaan hanya menghasilkan 2 ATP (glukose) atau 3 ATP (glikogen).

(C6H1206)n 2C3H403 +energi

Glikogen asam piruivat

energi. + 3 ADP + 3Pi 3 ATP

(2) Siklus Kreb: Asam piruvat selanjutnya dipecah dengan pertolongan Co enzym A asam piruvat + Co enzym A acetyl A + 2CO2, + 4H

(3) Sistem transport elektron: kelanjutan pemecahan glikogen adalah terbentuknva H2O yang dihasilkan dari persenyawaan H+ yang terjadi dalam siklus Kreb serta 02, yang kita hirup. Rangkaian reaksi sampai terjadinva H20 disebut sistem transport elektron yang terjadi di dalam dinding dalam mitokhondria.

commit to user 4H + 4e + 02 2 H2O

Pada umumnya sistem energi yang digunakan pada berbagai cabang olahraga tidak murni menggunakan sistem anaerobik saja atau aerobik saja, melainkan terjadi campuran. Namun sistem energi predominan yang digunakan pada olahraga intensitas tinggi waktu pendek adalah anaerobik, sedangkan untuk olahraga endur a nce adalah aerobik (Fox, 1984:31). Menurut (Fox, 1984: 35) membagi sistem energi predominan menjadi 4 bagian berdasarkan lamanya penampilan yaitu:

(1).Waktu penampilan kurang dari 30 detik, predominan energi adalah ATP – PC Contoh kegiatan: lari 100 meter, tolak peluru, memukul bola tenis, golf.

(2).Waktu penampilan 30 detik – 1,5 menit, predominan energi ATP – PC + LA Contoh kegiatan: lari cepat 200-400 meter, renang 100 meter. (3).Waktu penampilan 1,5 menit-3 menit, predominan energi : LA + 02.

Contoh kegiatan: lari 800 meter, senam, tinju (3 menit/ronde), gulat (2 menit/ronde).

(4).Waktu penampilan lebih dari 3 menit, predominan energi adalah O2. Contoh kegiatan: balap sepeda , lari maraton, joging.

commit to user

4) Sistem Energi

a. ATP (Adenosine Tri Phosphate)

Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh untuk keperluan energi berikutnya.

Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Maksimum pada Berbagai Durasi serta Sistem Penyediaan Energi untuk Aktivitas (Janssen, 1987:14)

Durasi Aerob/Anaerob Energi Observasi

1 – 4 detik Anaerob, alaktik ATP -

4 – 20 detik Anaerob, alaktik ATP + PC -

20 – 45 detik Anaerob, alaktik + Anaerob

ATP + PC + glikogen otot

Dengan meningkatnya durasi, produksi laktat

Dokumen terkait