• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Circuit dan Football Circuit terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal ( O2 Max)Pemain Sepakbola Mahasiswa Ditinjau dari Rasio Kerja Istirahat 1 2 dan 1 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Circuit dan Football Circuit terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal ( O2 Max)Pemain Sepakbola Mahasiswa Ditinjau dari Rasio Kerja Istirahat 1 2 dan 1 3"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (ÞO2max) PEMAIN SEPAKBOLA MAHASISWA DITINJAU DARI

RASIO KERJA-ISTIRAHAT 1:2 DAN 1:3

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Diajukan Oleh

I Komang Sukarata Adnyana A120809016

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN CONTINUOUS CIRCUIT DAN FOOTBALL CIRCUIT

TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (ÞO2max) PEMAIN SEPAKBOLA MAHASISWA DITINJAU DARI

RASIO KERJA-ISTIRAHAT 1:2 DAN 1:3

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha)

Diajukan oleh

I Komang Sukarata Adnyana A120809016

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tangggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto

Nip. 194911081976091001

---, 2011

Pembimbing II Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd Nip. 196007271987021001

---, 2011

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan, Pascasarjana UNS

(3)

commit to user

iii TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (ÞO2max)

PEMAIN SEPAKBOLA MAHASISWA DITINJAU DARI

RASIO KERJA-ISTIRAHAT 1:2 DAN 1:3

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha)

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D NIP. 195708201985031004

(4)

commit to user

iv Nama : I Komang Sukarata Adnyana

NIM : A120809016

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Circuit dan F ootball Circuit terhadap Peningkatan

Volume Oksigen Maksimal ( O2Max)Pemain Sepakbola Mahasiswa Ditinjau dari

Rasio Kerja-Istirahat 1:2 dan 1:3” , adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari

tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

“MOTTO”

BAHAGIALAH Kamu JIKA MAMPU

“MENGALAHKAN” DIRI SENDIRI”

‘Keberhasilan Sejati Seseorang Sebenarnya Adalah Bukan Disaat

Kita Bisa Menaklukan “Lingkungan” Tetapi Disaat

Kita Bisa Menaklukan Diri Sendiri’

(6)

commit to user

vi

‘KATA PERSEMBAHAN’

Dengan Ketulusan dan Kerendahan Hati, Karya Tulis (TESIS) Ini

Kupersembahkan Kepada:

1.

KEDUA ORANG TUAKU TERCINTA ;

I MADE YASA DAN NI KETUT NAKTI

2.

SAUDARA/SAUDARIKU TERSAYANG ;

* NI WAYAN NARIANTI BESERTA KELUARGA

* NI MADE TINI BESERTA KELUARGA

* ADIKKU I KETUT MANDIKA BESERTA KELUARGA

* ADIKKU I WAYAN DIARTA

3.

ISTRIKU TERCINTA LUH WEDA WATI ARIANI, S.Pd

4.

Teman –teman seperjuangan yang sudah

(7)

commit to user

vii KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Continuous Circuit dan Football Circuit Terhadap peningkatan volume oksigen maksimal(Þo2max) pemain sepakbola mahasiswaditinjau dari rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3”. dalam rangka meneyelesaikan pendidikan Program Magister. Berkat petunjuk, bimbingan dan arahan dari Prof. Dr. Sugiyanto dan Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd. Serta bantuan dari berbagai pihak segala kesulitan dan tantangan dalam proses penyelesaian tesis dapat teratasi. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Much. Syamsulhadi, Sp, KJ, (K), selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. I Ketut Sudiana, M.Pd, selaku Rektor Universitas Pendidikan Ganesha,

yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data dalam menyelesaikan

penulisan tesis ini.

3. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd, Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memotivasi penulis

(8)

commit to user

viii yang telah memberikan ijin dalam pengambilan data pada mahasiswa FOK yang

mengambil mata kuliah pembinaan prestasi sepakbola.

6. Prof. Dr. Sugiyanto, selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan

bimbingan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

7. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini.

8. Keluarga tercinta serta orang yang paling dekat dihati yang telah menjadi motivasi

tersendiri bagi penulis untuk meyelesaikan studi Program Pascasarjana di

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9. Para mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, UNDIKSHA (Uviversitas

Pendidikan Ganesha), yang telah bersedia menjadi sample pengambilan data ini.

10.Teman sejawat dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat

dan hidayat-Nya kepada kita semua.

Surakarta, Desember 2011 Penulis

(9)

commit to user

ix

HALAMAN HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

(10)

commit to user

x

A. Kajian Teori ... 11

1. Karakteristik Permainan Sepakbola ... 11

1) Permainan Sepakbola ... 11

2) Pergerakan Olahraga Modern serta Karakteristik ... 12

a. Pergerakan Olahraga Modern ... 12

b. Karakteristik Perkembangan Fisik dan Gerak ... 15

3) Volume Oksigen Maksimal (ÞO2 max) ... 17

4) Sistem Energi ... 25

a. ATP (Adenosin Tri Phosphate) ... 25

b. Sistem ATP-PC (Adenosin Tri Phosphate – PhospoCreatin) ... 28

c. Sistem LA (Laktid Acid) ... 28

d. Sistem Aerob ... 29

2. Metode Latihan ... 35

1) Latihan ... 35

a. Tujuan Latihan ... 36

b. Batasan Latihan. ... 38

c. Prinsip-prinsip Dasar Latihan. ... 40

d. Intensitas, Volume, Densitas dan Frekuensi Latihan. .... 44

2) Metode Latihan Sirkuit (Circuit Training) ... 58

a. Metode Latihan Sirkuit Berlanjut ... 60

(11)

commit to user

xi

1) Rasio Kerja-istirahat 1:2 ... 88

2) Rasio Kerja-istirahat 1:3 ... 88

B. Penelitian Yang Relevan ... 89

C. Kerangkan Berpikir ... 90

D. Hipotesis ... 94

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 95

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 95

1. Tempat Penelitian ... 95

2. Waktu Penelitian ... 95

B. Metode Penelitian ... 95

C. Variabel Penelitian ... 97

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 97

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 99

1. Populasi Penelitian ... 99

2. Sampel Penelitian ... 99

F. Kerangka Operasional Penelitian ... 102

G. Teknik Pengumpulan Data ... 103

H. Teknik Analisis Data ... 105

1. Uji Normalitas ... 105

2. Uji Homogenitas ... 107

(12)

commit to user

xii

A. Deskripsi Data ... 111

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 115

1. Uji Normalitas ... 115

2. Uji Homogenitas ... 116

C. Pengujian Hipotesis ... 117

1. Pengujian Hipotesis I ... 119

2. Pengujian Hipotesis II ... 120

3. Pengujian Hipotesis III ... 120

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 121

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 130

A. Kesimpulan ... 130

B. Implikasi ... 131

C. Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 138

(13)

commit to user

xiii HALAMAN

Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Maksimum pada Berbagai Durasi

serta Sistem Penyediaan Energi untuk Aktivitas ... 25

Tabel 2. Berbagai Substrat untuk Pasok Energi dan Ciri-Cirinya ... 26

Tabel 3. Kapasitas ATP dan Jumlah Tenaga / Menit dalam Sistem Energi ... 28

Tabel 4. Ukuran Intensitas untuk Latihan Kecepatan dan

Kekuatan ... 45

Tabel 5. Lima Daerah Intensitas Untuk Olahraga Siklik ... 46

Tabel 6. Empat Daerah Intensitas Berdasarkan Reaksi Denyut

Jantung terhadap Beban Latiha ... . 52

Tabel 7. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval

Berdasarkan “Waktu” Latihan ... 78

Tabel 8. Informasi Penting untuk Penulisan Resep Latihan Interval

Berdasarkan “Jarak” Latihan ... 79

Tabel 9. Berbagai Cabang Olahraga, Aktivitas dan Sistem-Sistem Energi

yang Utama ... 81

Tabel 10. Berbagai metode latihan dan Pengembangan Sistem Energi Utama. 82

Tabel 11. Berbagai Metode Latihan dan Penggunaan Sistem Energi Utama

untuk Kegiatan Berbagai Olahraga ... 85

Tabel 12. Prediksi Pulih Asal dan Diet ... 87

(14)

commit to user

xiv The Cooper Institute for Aerobics Research, Dallas TX,

Revised 1997 Printed in Advance Fitness Assessment &

Exercise Prescription, 3rd Edition, Vivian H. Heyward ... ... 104

Tabel 15. Ringkasan ANAVA Rancangan Faktorial 2 X 2... 109

Tabel 16. Deskiripsi Data Hasil Tes Kemampuan Volume Oksigen Maksimal

(ÞO2 max) Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode

Latihan dan Rasio Kerja-Istirahat... 111

Tabel 17. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data... 115

Tabel 18. Ringkasan uji Homogenitas Data... 116

Tabel 19. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kemampuan Volume Oksigen Maksimal

Berdasarkan Rasio Waktu Kerja-Istirahat pada Metode Latihan

Sirkuit ... 117

Tabel 20. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Metode Latihan Sirkuit

(A1 dan A2) ... 118

Tabel 21. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Rasio Waktu Kerja-Istirahat

(B1 dan B2) ... 118

Tabel 22. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Jalur ... 118

Tabel 23. Ringkasan Hasil Uji Newman-Keul Setelah Analisis Varians ... 119

Tabel 24. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor A dan B

(15)

commit to user

xv

HALAMAN GAMBAR 1. Penyediaan ATP ... 26

GAMBAR 2. Penyediaan ATP ... 27

GAMBAR 3. Oksigen Asam Laktat ( Glikolisis Anaerobic) ... 29

GAMBAR 4. Kurva Denyut Nadi Laktat ... 34

GAMBAR 5. Prinsip Beban Bertambah ... 41

GAMBAR 6. Prinsip Beban Berlebih ... 42

GAMBAR 7 Efek Latihan. ... 43

GAMBAR 8 Sirkuit Berlanjut. ... 64

GAMBAR 9 Sirkuit Sepakbola. ... 71

GAMBAR 10 Proses Interval Kerja dan Interval Istirahat. ... 84

GAMBAR 11. Kerangka Operasional Penelitian ... 102

GAMBAR 12. Teknik Pelaksanaan Multiple Fitness Test... 103

GAMBAR 13. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir Kemampuan Volume Oksigen Maksimal ( ÞO2 max ) Tiap Kelompok Berdasarkan Metode Latihan dan Rasio Kerja-Istirahat... 113

GAMBAR 14. Histogram Nilai Yang Dicapai Dalam Kemampuan Volume Oksigen Maksimal (ÞO2 max) pada Tiap Kelompok Perlakuan.. 114

(16)

commit to user

xvi

HALAMAN Lampiran 01. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 140

Lampiran 02. Prosedur Pengumpulan Data ... 144

Lampiran 03. Program Latihan ... 147

Lampiran 04. Program latihan individu ... 161

Lampiran 05. Data Hasil Free Test dan Post Test ... 165

Lampiran 06. Sample Penelitian ... 167

Lampiran 07. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Oksige Maksimal (ÞO2 max)... 169

Lampiran 07. Uji Normalitas Data Dengan Chi Kuadrat ... 171

Lampiran 09. Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis Variansi ... 175

Lampiran 10. Hasil Perhitungan Data Untuk Analis Varians ... 176

Lampiran 11. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlett ... 177

Lampiran 12. Analisis Varians ... 179

Lampiran 13. Daftar f ... 180

Lampiran 14. Foto Pengambilan Data ... 181

Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 186

Lampiran 16. Surat Pemberian Ijin Penelitian ... 187

(17)

commit to user

xvii I Komang Sukarata Adnyana A120809016. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Sirkuit berlanjut dan sirkuit sepakbola terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (ÞO2 max) pemain sepakbola mahasiswa ditinjau dari Rasio Waktu Kerja-Istirahat 1:2 dan 1:3. TESIS. Program Pascasarjana UNS, Januari 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dan sirkuit sepakbola (football

circuit) terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (ÞO2 max) pada pemain

Penelitian ini termasuk “eksperimen lapangan” dengan rancangan faktorial 2 X 2. Sampel penelitian sebanyak 40 orang. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok eksperimen yaitu; (1) kelompok eksperimen 1 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit berlanjut dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2, (2) kelompok eksperimen 2 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit berlanjut dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:3, (3) kelompok eksperimen 3 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit sepakbola dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2, (4) kelompok eksperimen 4 (N=10 orang) dengan metode latihan sirkuit sepakbola dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:3. Kelompok eksperimen 1 melakukan latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:2 (work relief), kelompok eksperimen 2 melakukan latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:3 (work relief), kelompok eksperimen 3 melakukan latihan sirkuit sepakbola (football circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:2 (work relief), kelompok eksperimen 4 melakukan latihan sirkuit sepakbola (football circuit) dengan diselingi interval istirahat 1:3 (work relief). Latihan dalam penelitian dilakukan 3 kali setiap minggu, selama 24 kali pertemuan.

Data Volume Oksigen Maksimal (ÞO2 max) sebelum dan sesudah perlakuan dianalisis secara statistika dengan menggunakan Analisis Varians 2 jalur pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh metode latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dan

sirkuit sepakbola (football circuit) terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (ÞO2 max). Masing-masing; untuk metode latihan sirkuit berlanjut adalah 2,32 dan untuk metode latihan sirkuit sepakbola adalah 2,715.

2. Ada perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (ÞO2 max) pada pemain sepakbola antara rasio kerja-istirahat 1:2 dengan rasio kerja-istirahat 1:3. Masing-masing; untuk rasio waktu kerja-istirahat 1:2 adalah 1,715 dan rasio waktu kerja-istirahat 1:3 adalah 3,32.

3. Tidak ada pengaruh interaksi antara metode latihan sirkuit dan rasio waktu kerja – istirahat terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (ÞO2 max) pada pemain sepakbola.

(18)

commit to user

xviii I Komang Sukarata Adnyana. A120908016. The Effects of continuous and football circuit training method for The Increase Of Maximal Oxygen Volume (ÞO2 max)of students football players observed by 1:2 and 1:3 Resting-Working Ratio. THESIS. Postgraduate Program of The Sebelas Maret University of Surakarta, January 2011.

The aims of the research is to find out: (1) the differences between the effects of continuous circuit training method and football circuit training method on the The number of sample involved in the research was 40 people which was divided into 4 groups namely (1) experiment group 1 (10 people) with continuous circuit training method and 1:2 working-resting ratio (2) experiment group 2 (10 people) with continuous circuit training method and 1:3 working-resting ratio (3) Experiment group 3 (10 people) with football circuit training method and 1:2 working-resting ratio (4) experiment group 4 with football circuit training method and 1:3 working-resting ratio

Group experiment 1 did the continuous circuit training with interval of 1:2 work relief. The second group did the same training but was given 1:3 break interval. Group 3 and 4, however, did the football circuit training with 1:2 and 1:3 work relief interval respectively. The training was conducted three times per week, covered in 24 meetings.

Thus, the data of Maximal Oxygen Volume (ÞO2 max) before and after the treatment was analysed statistically through two way Variant Analysis at 5% significance level. Based on the analysis, a conclusion can be drawn as follows:

1. There is significant difference on the increase of Maximal Oxygen Volume (ÞO2

max) as the effects of using the continuous circuit training method and football circuit training method. With the continous circuit training method, the increase of Maximal Oxygen Volume reaches 2,32. On the other hand, with the football circuit training method, the increase reaches 2,715.

2. There is significant difference on the increase of Maximal Oxygen Volume (ÞO2 max) of football players as the effects of giving the 1:2 and 1:3 working-resting time ratios. With 1:2 working-working-resting ratio the increase reaches 1,715 and with 1:3 working-resting ratio the increase reaches 3,32.

3. There is not interaction effects between circuit training methods used and working-resting time ratios given on the increase of Maximal Oxygen Volume (ÞO2 max) of football players.

(19)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebugaran dan prestasi seorang atlet atau olahragawan sifatnya tidak

statis, tetapi berubah-ubah sesuai dengan aktivitas fisik yang dilakukan khususnya

latihan olahraga. Latihan kondisi fisik diperlukan untuk mencapai kebugaran

jasmani dan prestasi, yang disesuaikan dengan tuntutan masing-masing cabang

olahraga yaitu dengan latihan yang direncanakan, sistematik, berjenjang,

meningkat (progresif overload) dan berkelanjutan, untuk mencapai standar yang

telah ditentukan (Bompa, 1999 : 45). Untuk menyusun program latihan fisik yang

tepat dan mencapai sasaran dalam cabang olahraga tertentu, selengkapnya harus

memperhatikan prinsip-prinsip dasar latihan keseluruhan yaitu; (1) beban

berlebih (the overload principle), (2) prinsip beban bertambah (the principle of

progressive ressistance), (3) prinsip latihan beraturan (the principle of arrange

ment of exercise), (4) prinsip kekhususan (the principle of specificity), (5) prinsip

individualisme (the principle of individuality), (6) prinsip pulih asal (reversible

principle), dan (7) prinsip beragam (variety principle). Salah satu prinsip yang

perlu mendapat perhatian khusus yaitu prinsip beban bertambah (the principle of

progressive ressistance). Bompa (1999 : 46) mengatakan pencapaian peningkatan

seorang atlet adalah suatu hasil yang langsung menyangkut jumlah dan mutu

latihan. Dari langkah awal/atlet pemula (inisiasi) sampai pada atlet yang

berkualitas, beban kerja dalam latihan harus meningkat secara berangsur-angsur

menurut kemampuan psikologis dan fisiologis individu. Dalam olahraga, sasaran

(20)

commit to user

latihan utama adalah meningkatkan potensi fungsi organ (fisiologis), di dalam

peningkatan beban latihan harus tidak tinggi. Ozalin 1971 dalam Bompa, (1999 :

46 - 47) menyatakan bahwa suatu peningkatan dalam beban harus sekitar 3%

sampai 6% dari suatu kemampuan maksimum atlet.

Olahraga sepakbola merupakan bentuk olahraga yang memerlukan

koordinasi semua organ tubuh, dan kebugaran jasmani yang prima. Kebugaran

jasmani yang prima akan berimplikasi pada kecepatan, kelentukan, keakuratan,

kelincahan, power, dan daya tahan yang prima pula. Teknik bermain sepakbola

merupakan dasar bagi setiap pemain ,diantaranya operan dan tahan bola (passing

and control), menggiring bola (driblling), memainkan bola dengan kepala

(heading), menembakan bola ke gawang (shooting) (Nurhasan 2001: 157-163).

Kondisi fisik pemain dituntut selalu prima. Sepakbola juga memerlukan

pamantapan kondisi lokomotor untuk mendapatkan ketahanan otot. Bahkan sangat

perlu pemantapan kondisi jantung dan pernafasan, kelentukan dan relaksasi yang

dinamis. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan

kebugaran jasmani yang optimal. Unsur yang paling penting pada kebugaran

jasmani adalah daya tahan kardiorespirasi. Konsumsi oksigen maksimal

(O2 max) dipakai sebagai parameter derajat kebugaran jasmani yang menopang terciptanya koordinasi gerak lain yang diperlukan pada spesifikasi dalam cabang

olahraga sepakbola.

Permainan sepakbola pada saat ini merupakan olahraga yang sangat

populer di dunia termasuk di Indonesia. Untuk dapat bersaing ke tingkat pemain

(21)

commit to user

kebugaran dan kesehatan yang bagus. Pemain sepakbola khususnya di Undiksha

masih belum bisa menunjukan prestasi yang bagus. Ini dapat dilihat dari prestasi

yang mampu dicapai dalam kompetisi baik di tingkat daerah maupun nasional,

serta sedikitnya jumlah pemain yang dapat berkiprah di ajang Liga Nasional.

Dengan mencermati permasalahan tersebut di atas maka sangat di perlukan

pendekatan latihan dan metode latihan yang tepat. Untuk melatih pemain

sepakbola terutama dalam meningkatkan kapasitas aerobik maksimal (O2 max) yang pada nantinya dapat menopang terciptanya koordinasi gerak lain yang

diperlukan pada spesifikasi dalam cabang olahraga sepakbola seperti; kecepatan,

kelentukan, keakuratan, kelincahan, power, dan daya tahan kardiovaskuler adalah

dengan penerapan pelatihan sirkuit (Circuit Training).

Latihan sirkuit (Circuit Training) merupakan salah satu metode

pengkondisian yang pada mulanya dipelopori oleh Morgan dan Admson pada

tahun 1953 di University of Leeds Inggris (Harsono, 1988 : 227). Latihan sirkuit

(Circuit Training) adalah program dengan berbagai jenis beban kerja yang

dilakukan secara simultan dan terus menerus dengan diselingi istirahat pada

pergantian jenis beban kerja tersebut. Program latihan ini sangat baik, karena

dapat membentuk berbagai kondisi fisik secara serempak. Tetapi beberapa faktor

yang harus diperhatikan ( Hazeldine, 1985 : 18) adalah; (1) antara delapan sampai

lima belas pos yang berbeda yang paling umum. Masing-Masing latihan perlu

memilih untuk potensinya di dalam mengembangkan; kualitas, apakah itu untuk

kebugaran secara umum dan yang berhububungan dengan kekuatan. (2)

(22)

paru-commit to user

paru dan peredaran sistem yang akan dilatih, (3) banyaknya pos dalam latihan

yang akan digunakan berhubungan dengan alat dan fasilitasnya, sesuai dengan

hasil yang diharapkan (4) latihan yang diberikan harus disesuaikan sedemikian

rupa sehingga mampu untuk melaksanakan pengulangan sebanyak mungkin

dengan kira-kira interval 60 detik dalam tiap pos sehingga menimbulkan

kelelahan yang cukup berarti, (5) dalam pemilihan organisasi waktu istirahat

(interval) sangat penting guna proses pemuliahan proses fisiologis seperti proses

sistem energi sepanjang latihan, (6) sangat memungkinkan menghitung

banyaknya pengulangan yang dilakukan dalam waktu tertentu dengan batasan

waktu yang dilakukan dalam setiap penyelesaian antar set di semua pos, sehingga

membantu monitoring kemajuan dan motivasi dalam pelaksanaan latihan.

Bentuk latihan sirkuit (Circuit Training) memiliki tiga karakteristik yaitu;

1). meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dan kebugaran otot. 2). menerapkan

prinsip tahanan progresif. 3). memungkinkan banyak individu berlatih dalam

waktu yang sama, didasarkan pada kemampuan tiap individu, dan memperoleh

latihan maksimal dalam waktu pendek. Pelaksanaan program latihan sirkuit

(Circuit Training) terdiri dari beberapa pos. Dalam penelitian ini akan memakai

latihan sirkuit berlanjut (continuous circuit) dengan 10 pos yaitu; 1) vault over the

buck, 2) double-footed jumps over a bench, working forward, 3) two forward rolls

on mats, working forwards, 4) steeplechase jump, 5) sprint ten metres between

two skittles, 6) continuous run up three box, 7) throught voult over the horse, 8)

Crab walk ten matres between two skittles, 9) jump to touchfootball net or

(23)

commit to user

metre apart ( Hazeldine, 1985 : 25), dan menggunakan latihan sirkuit sepakbola

(football circuit) dengan 12 pos yaitu; 1) sprint and head, 2) throw in, 3)

dribbling, 4) wallbar knee raise, 5) dribbling and return, 6) astride jumps, 7)

abdominal curl, 8) shutlle run, 9) back extention 10)hurdle jump, 11) straight

arm overthrow, 12) leg curl. ( Hazeldine, 1985 : 27-29)

Berdasarkan beberapa kajian ilmiah yang telah diungkapkan secara

teoritis; yaitu latihan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip dasar latihan

(salah satunya prinsip beban bertambah (the principle of progressive ressistance))

dengan memperhatikan interval waktu istirahat. Maka dalam penelitian ini akan

mengkaji pengaruh latihan sirkuit (continuous circuit) dan (football circuit)

dengan rasio waktu kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap peningkatan volume

oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola Undiksha singaraja.

B. Identifikasi Masalah.

Pengembangan metode latihan dan evaluasi berdasarkan metode latihan

yang tepat merupakan perwujudan dari pengembangan dan kemajuan metode

latihan dalam olahraga. Pelatih yang baik adalah pelatih yang tidak hanya

mengacu pada pengalaman pada saat menjadi atlet, tetapi berpedoman dengan

kelemahan-kelemahan yang terjadi dengan dasar ilmiah, sehingga tidak

menghambat peningkatan latihan bahkan merusak penampilan (performance)

(24)

commit to user

Inovasi dalam bidang metodologi latihan yang mengkaji pada

pengembangan teori dan metodologi serta penemuan baru dalam bentuk hasil

penelitian secara ilmiah yang relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi adalah perlu mendapat perhatian, sehingga produk yang dihasilkan

dapat dimanfaaatkan untuk kemajuan olahraga.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah-masalah yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Latihan continuous circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap

perkembangan volume oksigen maksimal (O2 max)pada pemain sepakbola. 2. Latihan football circuit dengan dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3

terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max)pada pemain sepakbola.

3. Seseorang dengan latihan interval yang tidak sama akan memberikan

pengaruh yang berbeda pada peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max).

4. Pemberian bentuk latihan dengan prinsip beban bertambah (the principle of

progressive ressistance) yang berbeda dapat mempengaruhi peningkatan

volume oksigen maksimal (O2 max).

(25)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak menimbulkan

penafsiran yang salah, perlu pembatasan penelitian yang menjadikan pusat

penelitian semakin jelas yaitu;

1. Pengaruh latihan continuous circuit dengan rasio kerja-istirahat 1: 2 terhadap

peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola. 2. Pengaruh latihan continuous circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:3 terhadap

peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola. 3. Pengaruh latihan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 terhadap

peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola. 4. Pengaruh latihan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:3 terhadap

peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola. 5. Pengaruh Interaksi latihan continuous circuit dan football circuit dengan rasio

kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap peningkatan volume oksigen maksimal

(26)

commit to user

D. Rumusan Masalah

Prestasi seseorang merupakan perwujudan dari out put suatu proses latihan

yang juga tidak bisa terlepas dari in put proses tersebut. Berkaitan dengan proses

latihan continuous circuit dan football circuit dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan

1:3 terdapat beberapa permasalah yang berhasil dirumuskan yang perlu dicermati

sebagai berikut;

1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan continuous circuit dan football

circuit terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola?

2. Adakah perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola antara metode latihan sirkuit dengan rasio

kerja-istirahat 1:2 dan rasio kerja-kerja-istirahat 1:3?

3. Adakah pengaruh interaksi antara latihan circuit dengan rasio kerja-istirahat

(27)

commit to user

E. Tujuan Penelitian

Suatu bentuk kegiatan yang sifatnya ilmiah harus mempunyai tujuan yang

jelas, apalagi dalam kegiatan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan continuous circuit dan

football circuit terhadap peningkatan volume oksigen maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil peningkatan volume oksigen maksimal

(O2 max) pemain sepak bola antara metode latihan sirkuit dengan rasio kerja-istirahat 1: 2 dan rasio kerja -istirahat 1:3.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara latihan circuit dengan rasio

(28)

commit to user

F. Manfaat Penelitian

Keberhasilan suatu hasil karya ilmiah dapat dilihat dari seberapa besar

manfaat yang diberikan untuk dapat dinikmati oleh orang lain (pelaku olahraga).

Semakin besar manfaat yang diberikan semakin berhasil pula hasil karya yang

telah diciptakan. Begitu pula latihan continuous circuit dan football circuit

dengan rasio kerja-istirahat 1:2 dan 1:3 terhadap perkembangan volume oksigen

maksimal (O2 max) pada pemain sepakbola. Metode ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi olahraga dalam metode melatih khususnya dalam meningkatkan volume

oksigen maksimal (O2 max).

Bagi para pelatih akan lebih memudahkan dalam proses melatih untuk

mencapai prestasi, dan bagi proses latihan itu sendiri akan lebih kreatif, inovatif

(29)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Karakteristik Permainan Sepakbola

1) Permainan Sepakbola.

Permainan sepakbola adalah permainan yang dimainkan oleh dua regu yang

berlawanan dimana tiap regu yang melakukan permainan di dalam lapangan

terdiri dari 11 orang dan berusaha memasukkan bola sebanyak mungkin ke

gawang lawan, sedangkan pemain pengganti sebanyak-banyaknya maksimal 7

orang, sehingga tiap regu paling banyak terdiri dari 18 orang pemain. Permainan

sepakbola dimainkan di atas lapangan berumput yang sengaja diadakan untuk itu,

baik di lapangan terbuka maupun di ruangan tertutup ( Sudjarwo, dkk. 2005; 4). Pada hakekatnya, tiap-tiap regu mempunyai kesempatan untuk menyerang dan

memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan sedapat mungkin

untuk tidak kemasukan. Secara garis besar permainan sepak bola dilakukan

dengan mempergunakan empat unsur teknik yang menjadi pokok permainan,

yakni : mengoper dan menghentikan bola (passing and controling), menggiring

bola (dribbling), memainkan bola dengan kepala (heading) serta menembak

(shooting). Keempat unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik

lanjutan yang memungkinkan permainan sepakbola hidup dan bervariasi.

Misalnya, dalam teknik mengoper dan menghentikan bola terdapat beberapa cara

seperti : operan jarak jauh (loong pass), operan jarak dekat (short pass),

menghentikan bola dengan kepala, dengan dada dan kaki dan lain sebagainya.

(30)

commit to user

Sebagai bagian dari cabang olahraga terbuka, sepakbola merupakan jenis

permainan yang tidak dapat diramalkan (unpredictable). Implikasi dari adanya

situasi yang tidak dapat diramalkan (unpredictable) tersebut “memaksa” pemain

yang terlibat dalam permainan ini harus pandai-pandai memilih dan memutuskan

suatu gerakan ketika berada dalam situasi bermain. Pembiasaan menilik pola

gerak yang “paling efektif” diserasikan dengan kemampuan individunya, menjadi

prasyarat memadai. Kemampuan untuk mengambil satu keputusan tersebut

sungguh mungkin akan jadi pemicu keberhasilan, terutama jika didukung oleh

kemampuan berpikir atlet. Pemberian kesempatan untuk “bereksplorasi’ bagi atlet

dalam proses latihan gerak memungkinkan atlet lebih siap untuk mengantisipasi

segala kemungkinan dalam situasi yang serba tak terduga.

2) Pergerakan olahraga modern serta karakteristik perkembangan fisik

dan gerak

a. Pergerakan olahraga modern

Membahas tentang olahraga, maka terdapat sekian banyak

karakte-ristik yang dapat diungkapkan. Pernyataan ini berdasarkan kenyataan

bahwa karakteristik olahraga secara langsung berkaitan dengan ciri-ciri

perilaku manusia dan dengan berbagai macam kegiatannya di

masyara-kat. Memang ada orang yang beranggapan bahwa kegiatan olahraga

ter-pisah dari kehidupan nyata, terlepas dari kepercayaan, nilai- nilai, atau

(31)

commit to user

mendalam, maka kegiatan olahraga merupakan bagian yang tak terpisah

dari semua aspek kehidupan manusia. Dalam pengertian yang lebih

spesifik, pelaksanaan olahraga pada tingkat individual, kelompok,

atau komunitas dipengaruhi langsung oleh aspek biologis, psikis, dan

lingkungan sosial budaya. Karena itu, deskripsi tentang karakteristik

olahraga perlu diungkapkan berdasarkan sudut pandang yang luas. Apalagi

dipandang sebagai suatu kebutuhan hidup.

Rusli Lutan, 1991 dalam Iwan ( 2009; 8) mengatakan, kebutuhan

bergerak yang spesifik yang dilakukan secara sadar dan bertujuan sangat

diperlukan oleh manusia. Gerak itu merupakan keniscayaan dan tergolong

kebutuhan dasar seperti halnya makan dan minum. Karena bergerak, manusia

mampu bertahan hidup dan melalui gerak itulah manusia mencapai beberapa tujuan

seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan sosial. Apabila manusia

menderita kekurangan gerak maka manusia akan mengalami pelbagai kelainan

fisik, mental, atau sosial. Kekurangan gerak yang diderita manusia itu disebut

hipokinesia, atau penyakit kurang gerak. Kurang gerak ini sering timbul karena

ulah manusia itu sendiri. Di sepanjang kehidupannya, manusia selalu berusaha agar

bisa hidup lebih nyaman dan lebih ringan. Dorongan ini menyebabkan

kebudayaan berkembang, terutama teknologi yang maju dengan pesat.

Akibatnya ialah kehidupan manusia menjadi lebih ringan, mudah, dan

nyaman. Namun di sisi lain kehidupan modern yang dikuasai oleh otomatisasi

itu yang mengambil alih penyelesaian tugas atau kerja dengan tenaga manusia

(32)

commit to user

nampak dalam bidang transportasi di darat yakni orang lebih suka naik

kendaraan ketimbang berjalan kaki. Kondisi inilah yang sering menimbulkan

wabah penyakit kurang gerak yang juga dapat dialami olah kaum intelektual

mahasiswa yang hanya sibuk belajar, duduk dan diam tanpa aktivitas

jasmaniah yang memadai.

Bergerak wajib bagi manusia. Pelakunya akan memperoleh manfaat

posisif sedangkan yang tidak bergerak akan memperoleh efek samping yang

akan ditimbulkannya. Namun syarat utama yang perlu diperhatikan ialah

aktivitas jasmaniah itu dilakukan secara teratur, terkendali, dan terarah.

Alasannya ialah karena sebagian gerak manusia, terutama olahraga harus

dipelajari dan dibina dengan memperhatikan berbagai kaidah seperti kebutuhan

dan perkembangan manusia itu sendiri.

Pembentukan gerak yang tak teratur, tak terkendali, dan tak terarah dapat

membahayakan keselamatan manusia. Inilah sisi lain dari pendidikan gerak yang

secara umum disebut pendidikan jasmani. Pendidikan tanpa arah atau salah arah

akan menghasilkan demagogi. Hal ini berlaku bagi pendidikan jasmani. Karena

itu pendidikan jasmani bertujuan membina manusia seutuhnya meliputi aspek

jasmaniah, intelektual, emosional, sosial, dan mental-spiritual melalui

peman-faatan gerak yang teratur, terkendali dan terarah dengan memperhatikan aspek

kemanusiaan.

Gerak manusia berkembang sesuai dengan daya kreasinya. Gerak pada

(33)

commit to user

didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Berkaitan dengan uraian di atas,

dapat kita simpulkan bahwa olahraga merupakan salah satu dari puncak kreasi

manusia. Dan melalui kegiatan tersebut, manusia menyempurnakan

pertumbuhan fisik dan psikisnya. Olahraga tidak bisa semata-mata ditelaah dari

aspek biologis, tapi juga dari aspek psikologis. Gerak manusia tidaklah

semata-mata sebagai rangkaian gerak tubuh atau anggota badan dalam ruang dan waktu.

Gejala tersebut tidak cukup ditinjau dari sudut fungsi psikologis tubuh manusia.

Akan tetapi, salah satu tinjauan penting tentang gerak sebagai sari olahraga

adalah tinjauan dari aspek biologis. Para ahli ilmu faal misalnya, memahami

gerak manusia sebagai satu kaitan dari sekelompok fungsi dalam sistem

anatomi. Tubuh manusia membutuhkan pemulihan guna memperoleh

keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi (Bompa. 2009; 97 ).

b. Karakteristik perkembangan fisik dan gerak

a) Perkembangan fisik.

Karakteristik individu dalam berkembang dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal, faktor-faktor tersebut sangat beragam dan bervariasi,

sehingga menyebabkan karakteristik fisik yang berbeda-beda pada setiap

individu.

Faktor fisik di dalamnya meliputi proporsi tubuh dan kapasitas fisik

dari anggota-anggota tubuh mempunyai peranan yang sangat besar dalam

upaya mencapai prestasi yang tinggi dalam olahraga. Postur tubuh yang ideal

dan tingkat kesiapan fisik yang baik akan mendukung penguasaan teknik

(34)

commit to user

unsur yang harus diperhatikan dalam usaha mengembangkan keterampilan

gerak olahraga, karena kesiapan di dalam belajar gerak dipengaruhi oleh

gabungan faktor biologis, lingkungan dan faktor fisik seseorang (Gallahue

dan ozmun, 1998 : 52)

Sehubungan dengan penelitian penelitian ini, yang akan dilakukan

pada Perguruan Tinggi (dewasa muda yang dimulai dari umur 18 tahun)

(Kathleen M. Hawood, 1986 : 8). Pada masa dewasa muda ini atlet sudah siap

dinyatakan secara fisik untuk menghadapi berbagai gerakan yang akan

dilakukan. Karena siklus perkembangan fisik sebelumnya telah dilalui yaitu;

prenatal, neonate, infancy, adolescence. Perkembangan biologis yang

kompleks terjadi pada masa periodisasi masa remaja (adolescence) yaitu

meliputi percepatan pertumbuhan, perubahan bentuk tubuh, perubahan dalam

komposisi tubuh, kematangan ciri-ciri seks primer dan, perkembangan pada

system pernafasan dan kerja jantung serta perkembangan system syaraf dan

endokrin akan memberikan manfaat terutama dalam memprakarsai perubahan

kapasitas fisiologis (Kathleen M. Hawood, 1986 : 1 -34).

b). Perkembangan gerak.

Seperti halnya peranan kesiapan fisik (cardiovascular), faktor kesiapan

atlet dalam menggerakkan anggota bagian-bagian tubuh sangat diperlukan

dalam menunjang keberhasilan atau prestasi dalam bidang olahraga.

Perubahan-perubahan dalam penampilan gerak pada masa dewasa muda

cendrung diakibatkan karena efek yang ditimbulkan dari aktifitas yang

(35)

commit to user

berarti dalam kemampuan gerak, hal ini disebabkan karena adanya

peningkatan kemampuan kerja organ fisiologis yang lebih efisien. Sugiyanto

dan Sudjarwo (1994 : 119) mengatakan bahwa; peningkatan kemampuan

gerak tersebut dapat diidentifikasi dalam bentuk, yaitu gerakan yang

dilakukan dengan mekanika tubuh yang efisien, lancar dan terkontrol, serta

pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi dan bertenaga. (Gallahue dan

Ozmun, 1998 : 284 - 293). Sistem kerja cadiovascular adalah salah satu

bagian penting dalam peningkatan kemampuan gerakan yang dilakukan.

Perkembangan gerak bukan merupakan proses statis, tidak hanya

dipengaruhi oleh faktor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan dan tugas-tugas fisik (Gallahue dan Ozmun, 1998 : 60). Dari

uraian ini, maka apabila tugas-tugas fisik yang diberikan mampu mestimulasi

perkembangan gerak dengan memodifikasi metode latihan yang sesuai

dengan kebutuhan atlet pemain sepakbola tentu akan memberikan implikasi

positif terhadap perkembangan gerak atau prestasi mereka.

3) Volume Oksigen Maksimal (VO2 max).

VO2 max adalah kemampuan seseorang untuk menghirup,

mengedarkan dan menggunakan oksigen (O2) selama kegiatan maksimal.

Energi yang dibutuhkan pada saat aktivitas atau berolahraga merupakan

energi yang dihasilkan melalui sistem aerobik. Porsi dari masing-masing

sistem tergantung dari intensitas latihannya (McArdle,1986; 190). Pada saat

melakukan pengerahan tenaga maksimal (melakukan aktivitas fisik atau

(36)

commit to user

energi yang dikeluarkan persatuan waktu merupakan energi maksimum yang

dikenal sebagai keluaran energi maksimal (Mc Ardle, 1986; 192) Daya

aerobik maksimal lazim disebut VO2 max, yaitu banyaknya ambilan

(konsumsi) oksigen persatuan waktu pada saat tubuh melakukan pengerahan

tenaga maksimum ( Jansen, 1987; Rushall, 1990; Soekarman, 1992 dalam

Iwan. 2009; 66).

Berdasarkan hasil penelitian pada atlet yang berprestasi pada olahraga

daya tinggi, ditemukan VO2 max yang tinggi, yaitu di atas 50 cc O2/kg.BB/menit atau superior. Kapasitas aerobik maksimal biasanya

dinyatakan sebagai “ maksimal oksigen uptake” dan merupakan salah satu

faktor penting untuk menunjang prestasi kerja atau ketahanan fisik seseorang

(Kent. 1994 dalam Iwan 2009; 67). VO2 max merupakan faktor yang dominan terhadap kemampuan tubuh seseorang. Kemampuan aerobik pada hakekatnya

merupakan gambaran besarnya kemampuan motorik (motoric power) dari

proses aerobik seseorang. Dengan demikian, seseorang akan besar

kemampuannya untuk memikul beban kerja yang berat dan lebih cepat pulih

kesegaran fisiknya sesudah bekerja. Penggunaan oksigen maksimal

merupakan faktor yang menentukan suksesnya penampilan daya tahan, yaitu

pengangkutan dan penggunaan oksigen maksimal oleh otot. Pada titik dimana

pemakaian oksigen maksimal dicapai, maka konsumsi oksigen tidak

meningkat lagi, walaupun beban diperberat, ini disebut penggunaan oksigen

(37)

commit to user

Oksigen diperlukan untuk oksidasi karbohidrat maupun lemak

menjadi energi yang siap pakai dalam tubuh yaitu Adenosin Tri Pospat

(ATP). Jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh jaringan itu bervariasi

banyak faktor yang mempengaruhinya seperti: jenis kelamin, umur dan

tingkat aktivitas seseorang. Pada keadaan istirahat rata-rata oksigen yang

dikonsumsi itu sekitar 0,2 - 0,3 liter permenit, dan dapat meningkat menjadi

3 - 6 liter permenit saat latihan yang maksimal. Volume oksigen

maksimal yang dapat di-konsumsi oleh jaringan selama melakukan latihan

permenit disebut " oxygen consumption" atau volume oksigen

maksimal atau VO2max., ”V” menunjukkan volume, 02 menyatakan

oksigen, titik di atas huruf "V" menyatakan per satuan waktu biasanya

permenit dan max menyatakan jumlah maksimal oksigen yang dikonsumsi

jaringan (Fox, 1984: 234 - 6).

Pendapat lain menyebutkan volume oksigen maksimal (V02max)

dengan istilah "ma xima l oxygen upta ke" yang diartikan sebagal volume

oksigen maksimal yang dapat ditangkap, diedarkan dan dipakai oleh tubuh

selama aktivitas fisik. Satuan yang dipakai biasanya mililiter perkilogram

berat badan permenit (Bompa, 2009 : 289-292)

Selama otot bekerja akan memerlukan banyak oksigen. Oksigen

dapat dicukupi melalui dua jalan yaitu meningkatkan jumlah darah yang

mengalir ke dalam jaringan (curah dan meningkatkan kapasitas

ekstraksi oksigen). Pada atlet endurance terjadi perubahan biokimia

(38)

commit to user

atlet endurance untuk mencukupi kebutuhan oksigen cukup dengan volume

darah yang sedikit dengan kemampuan ekskstraksi yang tinggi (Fox, 1984:

235-7).

Volume oksigen maksimal juga dipengaruhi oleh komposisi tubuh,

umur maupun jenis kelamin. Pada kedua jenis kelamin V02ma x mencapai

puncaknya sekitar umur 15 - 20 tahun dan setelah umur 30 tahun mulai

menurun sekitar 10% per dekade. Latihan fisik yang dilakukan secara

teratur dan terprogram dapat meningkatkan V02ma x sekitar 5% - 20%

(Foss, 1998: 298 - 300). Proses fisiologis yang menggambarkan hubungan

antara V02ma x dengan curah jantung, pengangkutan oksigen dan ekstraksi

oksigen dirumuskan oleh Fick sebagai berikut;

Keterangan:

Q = Curah jantung (cardiac out put). HR = Denyut jantung (heart rate).

SV = volume sekuncup jantung (stroke volume) a – v O2 diff = Selisih kadar oksigen antara anteri dengan vena

(anterio – venous O2 difference)

Vo2 = Volume oksigen yang dikonsumsi jaringan.

V02 = Q x a – v O2 diff

(39)

commit to user

Q menggambarkan kemampuan pengangkutan oksigen a – v O2 diff

menggambarkan kemampuan jaringan untuk ekstraksi oksigen. Pengukuran

volume oksigen maksimal pada orang yang sama dan alat yang sama

menghasilkan suatu nilai dengan standard deviasi sebesar 3% (Astrand, P.

1970: 30 - 41).

Pada setip kerja atau pembebanan terhadap tubuh, diperlukan

energi. Energi yang siap pakai dalam tubuh kita berupa ATP (Adenosis Tri

Pospat). Energi hasil dari pemecahan ATP ini diperlukan untuk kepentingan

dasar fisiologis yaitu sebagai: a) energi mekanik misalnya untuk kontraksi

otot, b) energi untuk transport aktif berbagai zat melalui membran,

misalnya transport aktif natrium, kalium, pemasukan glukosa ke dalam

sel, c) energi untuk sintesis zat kimia dalam tubuh misalnya untuk sintesis

DNA, RNA, sintesis glikogen dari glukosa (Ardle, 1986: 65). Karena ATP

merupakan satu-satunya sumber energi dalam tubuh yang siap

digunakan, maka tanpa ATP kegiatan fisiologis dalam tubuh akan berhenti.

Jumlah ATP di dalam tubuh sangat terbatas, sehingga

untuk kerja yang berkesinambungan ATP harus diresintesis. Untuk

resintesis ATP dapat melalui dua jalur, yaitu melalui proses aerobik

dan anaerobik. Proses aerobik artin ya menggunakan oksigen (pada

kerja dengan intensitas rendah, waktu lama) proses anaerobik artinya

tanpa menggunakan oksigen (pada kerja dengan intensitas tinggi, waktu

pendek). Proses aerobik hanya terjadi di dalam mitokhondria. Sumber ATP

(40)

-commit to user

kemudian diolah oleh tubuh kita secara mekanis maupun kimiawi. Sistem

energianaerobik terdiri dari dua jalur yaitu: a) sistem ATP – PC atau sistem

alaktasid dan b) sistem glikolisis anaerobik yang menghasilkan asam laktat

sehingga disebut juga sistem laktat (Clenaghan, Pate R. Rotella, 1984: 11- 4).

Sistem ATP-PC disebut juga sistem Phosphagen. Pada olahraga yang

memerlukan intensitas yang sangat tinggi dalam waktu pendek seperti lari

100 meter, angkat berat yang diperlukan persediaan energi yang sangat cepat,

dan ini hanya dapat dipenuhi melalui ATP yang sudah tersedia dalam

otot. Apabila ATP sudah habis, ATP habis diresintesis menggunakan

energi dari pemecahan PC. Pospo Creatin (PC) yang tersedia dalam otot

dalam jumlah terbatas, apabila pecah akan keluar energi, dan energi yang

keluar dari PC ini digunakan untuk resintesis ATP (Fox, 1984: 11-21).

a) Sistem Anaerobik

(1) Sistem ATP-PC

Molekul ATP Adenosine

Molekul ATP :

Pemecahan ATP :

Energi dari pemecahan ATP untuk energi mekanik, sintesis zat, transport

aktif.

Pemecahan PC : PC Pi + Creatin + energi

Energi untuk : resintesis ATP, yaitu energi + Pi + ADP ATP.

Adenosin P P P

(41)

commit to user

(2) Sistem glikolisis anaerobik atau sistem LA. Berasal dari pemecahan

glikogen dalam otot tanpa menggunakan oksigen dan setiap satu molekul

glikogen hanya menghasilkan 3 ATP, sedangkan apabila pemecahan

glikogen menggunakan oksigen menghasilkan 39 ATP.

Pemecahan glikogen; (C 6H1 206)n 2C3,H603 + energi

Glikogen asam laktat

Energi untuk: energi + 3ADP + 3 Pi 3ATP

b) Sistem energi aerobik dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

(1) Glikolisis aerobik: pemecahan glikogen atau glukose dengan

menggunakan oksigen pada tahap permulaan hanya menghasilkan 2 ATP

(glukose) atau 3 ATP (glikogen).

(C6H1206)n 2C3H403 +energi

Glikogen asam piruivat

energi. + 3 ADP + 3Pi 3 ATP

(2) Siklus Kreb: Asam piruvat selanjutnya dipecah dengan pertolongan Co

enzym A asam piruvat + Co enzym A acetyl A + 2CO2, + 4H

(3) Sistem transport elektron: kelanjutan pemecahan glikogen adalah

terbentuknva H2O yang dihasilkan dari persenyawaan H+ yang terjadi

dalam siklus Kreb serta 02, yang kita hirup. Rangkaian reaksi

sampai terjadinva H20 disebut sistem transport elektron yang terjadi

(42)

commit to user 4H + 4e + 02 2 H2O

Pada umumnya sistem energi yang digunakan pada berbagai cabang

olahraga tidak murni menggunakan sistem anaerobik saja atau aerobik

saja, melainkan terjadi campuran. Namun sistem energi predominan yang

digunakan pada olahraga intensitas tinggi waktu pendek adalah anaerobik,

sedangkan untuk olahraga endur a nce adalah aerobik (Fox, 1984:31).

Menurut (Fox, 1984: 35) membagi sistem energi predominan menjadi 4

bagian berdasarkan lamanya penampilan yaitu:

(1).Waktu penampilan kurang dari 30 detik, predominan energi adalah

ATP – PC Contoh kegiatan: lari 100 meter, tolak peluru, memukul

bola tenis, golf.

(2).Waktu penampilan 30 detik – 1,5 menit, predominan energi ATP – PC

+ LA Contoh kegiatan: lari cepat 200-400 meter, renang 100 meter.

(3).Waktu penampilan 1,5 menit-3 menit, predominan energi : LA + 02.

Contoh kegiatan: lari 800 meter, senam, tinju (3

menit/ronde), gulat (2 menit/ronde).

(4).Waktu penampilan lebih dari 3 menit, predominan energi adalah O2.

(43)

commit to user

4) Sistem Energi

a. ATP (Adenosine Tri Phosphate)

Sumber energi yang sewaktu-waktu harus memenuhi kebutuhan untuk

aktivitas otot adalah ATP. Bahan ini disimpan dalam jumlah yang terbatas dalam

otot, dan diisi kembali bila diperlukan, dari bahan-bahan yang ada dalam tubuh

untuk keperluan energi berikutnya.

Tabel 1. Klasifikasi Aktivitas Maksimum pada Berbagai Durasi serta Sistem Penyediaan Energi untuk Aktivitas (Janssen, 1987:14)

Durasi Aerob/Anaerob Energi Observasi

1 – 4 detik Anaerob, alaktik ATP -

+ anaerob, laktik Glikogen otot

Dengan meningkatnya

Sumber energi terpenting untuk melakukan olahraga secara intensif adalah

karbohidrat. Karbohidrat mampu menyediakan energi terbanyak per unit waktu.

Bilamana intensitas eksersi lebih rendah, pembakaran lemak mulai memegang

(44)

commit to user

Tabel 2. Berbagai Substrat untuk Pasok Energi dan Ciri-cirinya

Substrat Dekomposisi Ketersediaan Kecepatan produksi energi Kreatin fosfat (CP) Anaerob, alaktik Sangat terbatas Sangat cepat

Glikogen/glukosa Anaerob, laktik Terbatas Cepat Glukosa/glikogen Aerob, alaktik Terbatas Lambat

Asam lemak Aerob, alaktik Tak terbatas Sangat lambat

ATP dapat diberikan kepada sel otot dalam tiga cara, dua diantaranya

secara anaerob, maksudnya adalah oksigen tidak mutlak diperlukan dalam

menghasilkan ATP, yaitu sistem ATP-PC dan sistem LA, yang ketiganya adalah

sistem aerob (memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP) (Smith, J,

1983:184). ATP (Adenosin Tri Phosfat) dapat disediakan melalui 3 cara seperti

gambar berikut;

Gambar 1. Penyediaan ATP (Foss, Marle L, 1998:19)

Semua energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh berasal

dari ATP-ATP yang banyak terdapat dalam otot. Apabila otot berlatih lebih

banyak, maka persediaan ATP lebih besar. Padahal yang tersedia dalam otot

sangat terbatas jumlahnya, maka untuk dapat berkontraksi berulang-ulang ATP ATP

ATP-PC Stropes

Laktic Acid

(45)

commit to user

yang digunakan otot harus dibentuk kembali. Pembentukan ATP kembali

(resistensis ATP) juga diperlukan energi. Supaya otot dapat berkontraksi dengan

cepat atau kuat maka ATP harus dibentuk lebih cepat guna membantu

pembentukan ATP lebih cepat ada senyawa. Phospho Creatin (PC) yang terdapat

dalam otot. Phospho Creatin adalah senyawa kimia yang mengandung fosfat (P),

maka senyawa tersebut disebut sebagai “Phosphagen system” . Apabila PC pecah

akan keluar energi, pemecahan ini tidak memerlukan oksigen PC ini jumlahnya

sangat sedikit tetapi PC merupakan sumber energi yang tercepat untuk

membentuk ATP kembali.

Gambar 2. Penyediaan ATP (Foss, Marle L, 1998:21)

Dengan latihan yang cepat dan berat, jumlah ATP-PC tersebut dapat

ditingkatkan. Energi yang tersedia dalam sistem ATP-PC hanya untuk bekerja

yang cepat dan energi cepat habis. Untuk pembentukan ATP lagi kalau cadangan

PC habis, maka dilakukan pemecahan glukosa tanpa oksigen atau disebut sebagai

“ Anaerobics glycolisis”.

Creatin P

P

ADP-PI-ATP E

(46)

commit to user

Tabel 3. Kapasitas ATP dan Jumlah Tenaga / Menit dalam Sistem Energi

Sistem Energi Kapasitas ATP (jumlah mol)

Tenaga Mol/Menit

Timbunan phospagen / ATP-PC 0,6 3,6

Glikolisis anaerobics 1,2 1,6

Erobics - 1,0

b. Sistem ATP-PC (Adenosine Tri Phosphate – Phospo Creatine)

Untuk energi yang digunakan mendadak, misalnya sampai 10 detik, ATP

segera diperoleh dari PC, suatu bahan yang tersedia di dalam otot rangka. Latihan

dapat meningkatkan jumlah ATP dan PC yang dapat dipakai untuk kegiatan

jangka pendek, kebutuhan energi yang besar dalam “sprint”. Kerugian sistem ini

adalah terlalu sedikitnya jumlah simpanan bahan tersebut.

c. Sistem LA (Laktic Acid)

Apabila simpanan ATP dan PC menyusut maka energi untuk jangka

pendek berikutnya diperoleh dari metabolisme anaerob glikogen. Dalam sistem

anaerob yang kedua, glikogen dipecah menjadi asam laktat (Lactic acid). ATP

untuk kegiatan dengan intensitas tinggi yang berlangsung sampai 3 menit dapat

dipenuhi oleh sistem LA. Latihan yang dapat meningkatkan produksi ATP dari

sistem anaerob ini akan menghasilkan potensi untuk kegiatan yang berat yang

berlangsung antara 1-3 menit. Akan tetapi dalam proses ini asam laktat tertimbun

dalam otot dan darah, yang dapat menimbulkan gejala kelelahan.

Sistem glikolisis anaerobik lebih rumit di banding dengan ATP-PC (2

reaksi). Ciri-cirinya sebagai berikut;

1) Menyebabkan terbentuknya asam laktat yang dapat menyebabkan kelelahan.

(47)

commit to user 3) Hanya menggunakan karbohidrat.

4) Memberikan energi untuk resistensi beberapa molekul ATP saja.

Glykogen asam laktat + energi

Gambar 3. Oksigen Asam Laktat (Glikolisis Anaerobics) (Foss, Marle L. 1998:23)

Reaksi tidak effisien, dari 1 mol (180 gram) glikogen hanya terbentuk 3

mol ATP, sedangkan kalau dengan pertolongan 02 akan manghasilkan 39 mol

ATP.

d. Sistem Aerob

Apabila aktivitas dengan intensitas rendah yang dilakukan lebih dari satu

menit, oksigen digunakan dalam suplai aerobik untuk memproduksi ATP yang

digunakan untuk kontraksi otot. Efektivitas penggunaan oksigen tergantung pada

sumber bahan lemak dan dan glikogen di dalam otot. Makin lama aktivitas

dilakukan suplai aerobik makin penting, dan sumber bahan bakar lemak semakin

penting.

Glicogen

Energi

Laktid acid

(48)

commit to user

Dalam kaitannya dengan sistem energi yang telah diuraikan, kebanyakan

cabang olahraga menggunakan secara kombinasi. Kegitan fisik dalam jangka

waktu singkat dan eksplosif sebagian besar energi diperoleh dari sistem anaerobik

(ATP-PC dan LA), sedangkan kegitan fisik yang dalam jangka waktu yang lama,

energi dicukupi dari sistem aerobik. Olahraga ketahanan yang tidak memerlukan

gerakan yang cepat pembentukan ATP terjadi dengan metabolisme aerobik.

Apabila cukup 02 maka 1 mol glikogen dipecah secara sempurna menjadi C02 dan

H20, serta mengeluarkan energi yang cukup untuk resintesa 39 mol ATP. Reaksi

tersebut diperlukan beratus-ratus reaksi kimia serta pertolongan beratus-ratus

enzim, dengan demikian sangat rumit dibandingkan dengan sistem anaerobik.

Metabolisme aerobik ini meskipun terjadi di otot, tetapi letaknya agak jauh

dari mekanisme kontraksi, oleh karena itu pengaruhnya juga lebih lambat dan

tidak dapat digunakan secara tepat. Rekasi kimia aerob terjadi didalam

“metochondria”. Pengetahuan mengenai persediaan energi dan penggunaan itu

sangat penting bagi seorang pelatih maupun atlet. Perlu diketahui tentang sistem

energi utama pada pembentukan energi.

Pada umumnya olahraga tidak murni menggunakan energi anaerob atau

aerob saja, namun biasanya campur. Tetapi yang perlu dipahami adalah sistem

energi utama. Olahraga cepat “anaerob”, olahraga endurance jangka panjang dan

kontinyu “aerob”.

Latihan aerob telah dinyatakan yang membedakan antara peningkatan VO2

maxdan ketahanan aerob. VO2 max yang utama adalah kemampuan jantung

(49)

commit to user

kemampuan sel-sel untuk menyerap oksigen. Ada beberapa pendapat peningkatan

VO2 max antara lain; ada ahli yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan VO2

max dengan latihan aerob, dengan alasan bahwa latihan aerob sudah ada

pembebanan yang meningkatkan kerja jantung. Tetapi ada pula yang mengatakan

bahwa untuk meningkatkan VO2 max melalui latihan anaerob dengan alasan

latihan anaerob dapat diberikan beban maksimal pada sistem jantung dan paru.

Pembebanan submaksimal sudah dapat meningkatkan VO2 max, tetapi beban

submaksimal ini sebagian sudah merupakan peristiwa anaerob. Jadi sebaiknya

untuk meningkatkan VO2 maxdilakukan latihan anaerob dengan interval istirahat

(rest relief interval).

Dalam program latihan anaerobik terdapat dua macam beban latihan

(loading) yang harus diketahui, yakni beban luar (outer load) dan beban dalam

(inner load). Beban luar menyangkut; volume, intensitas, frekuensi, pulih asal,

serta ritme dan durasi, sedangkan beban dalam berkaitan dengan efek fisiologis

kenaikan denyut nadi karena beban luar. Beban dalam disini dikatakan maksimal

jika denyut nadi seseorang setelah melakukan satu unit latihan meningkat 2,5 –

3,5 kali denyut nadi normal per-menit.

Latihan diketahui bahwa latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan

terukur dengan dosis dan waktu yang cukup, menyebabkan perubahan fisiologis

yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan

memperbaiki penampilan atau prestasi fisik. Menurut Fox, Edward L. Richard

(50)

commit to user

terjadi akibat latihan fisik diklasifikasikan menjadi tiga macam perubahan antara

lain;

1) Perubahan yang terjadi pada tingkat jaringan, yakni perubahan yang

behubungan dengan biokimia.

2) Perubahan yang terjadi secara sistematik, yakni perubahan pada sistem

sirkulasi dan respirasi, termasuk sistem pengangkutan oksigen.

3) Perubahan lain yang terjadi pada komposisi tubuh, kadar kolesterol darah dan

trigleserida, perubahan tekanan darah, dan perubahan yang berkenaan dengan

aklimatisasi panas.

Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi menunjukkan bahwa tidak

semua pengaruh latihan dapat diharapkan dari program latihan tunggal.

Pengaruh latihan adalah khusus, yakni sesuai dengan program latihan yang

digunakan, apakah itu perogram latihan aerob (endurance) atau anaerob

(sprint). Pengaruh latihan anaerob secara khusus akan dikemukakan, hal ini

mengingat penelitian menngunakan program latihan anaerob.

1) Perubahan-perubahan biokimia.

Perbaikan penampilan dalam olahraga seperti sprint di satu sisi belum

dapat dijelaskan oleh adaptasi dalam metabolisme anaerob akibat latihan.

Disisi lain bentuk-bentuk latihan anaerob digunakan dalam cabang

olahraga untuk menimbulkan adaptasi pada serabut-serabut otot. Terutama

disini karena meningkatkan phosfate kaya energi dan glikogen

intramuscular yang bergabung untuk meningkatkan aktifitas dari beberapa

(51)

commit to user

Menurut Fox, Edward L. Richard W. Bower, Marle L. (1984:327)

mengatakan perubahan biokimia yang terjadi dalam sistem anaerob

meliputi perubahan-perubahan;

a). Meningkatkan cadangan ATP dan PC dalam otot.

b). Peningkatan enzim-enzim anaerob dan aerob dan jadi dilaktasi jantung

dan hipertropi otot jantung. Kecuali hipertropi dan dilaktasi jantung

akibat latihan terjadi pula perubahan-perubahan;

(1).Turunnya frekwensi detak jantung.

(2).Bertambahnya volume sekuncup.

(3).Kenaikan frekwensi yang lebih kecil pada waktu latihan.

(4).Permulihan kembali ke frekwensi dan desakan pada waktu istirahat

berlangsung lebih cepat.

2) Perubahan-perubahan lain yang terjadi dalam latihan.

Disamping perubahan biokimia dan perubahan kardiorespiratori, latihan

juga menghasilkan perubahan-perubahan lain yang penting seperti;

a). Perubahan dalam komposisi tubuh.

b). Perubahan dalam kadar kolesterol dan trigleserida.

c). Perubahan dalam tekanan darah.

d). Perubahan dalam aklimatisasi panas.

e). Perubahan dalam jaringan-jaringan penghubung (Fox, Edward L.

Richard W. Bower, Marle L. 1984:347)

Perubahan terpenting sesudah latihan adalah bergesernya titik defleksi ke

(52)

commit to user

180 detak denyut nadi per-menit. Suatu exercise dengan intensitas di atas denyut

nadi titik defleksi akan menghasilkan penimbunan asam laktat. Kapasitas aerob

yang besar memungkinkan atlet mempertahankan eksersi yang lebih lama pada

ritme atau face yang lebih tinggi. Sistem anaerob dimanfaatkan hanya untuk

eksersi-eksersi endurance dengan intensitas yang sangat tinggi, dengan

konsekwensi terjadi penimbunan laktat (Janssen, 1987:24). Kurva denyut nadi

laktat untuk setiap individu berbeda. Perubahan keadaan kondisi sangat

mempengaruhi pola kurve.

Gambar 4. Kurva Denyut Nadi Laktat (Janssen, 1987:24) 130 180 detak DN per-menit

Nilai ambang anaerob terlatih

Gambar

Tabel 1.  Klasifikasi Aktivitas Maksimum pada Berbagai Durasi serta Sistem       Penyediaan Energi untuk Aktivitas (Janssen, 1987:14)
Gambar 1. Penyediaan ATP (Foss, Marle L, 1998:19)
Gambar 2. Penyediaan ATP (Foss, Marle L, 1998:21)
Gambar 3. Oksigen Asam Laktat ( Glikolisis Anaerobics) (Foss, Marle L. 1998:23)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karenanya, perkandangan terbuka yang dimiliki Waeran Farm dengan lokasi yang berbatasan langsung dengan persawahan akan sangat memungkinkan ternak unggas

Abdullah dan Hui (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa iklim komunikasi, komunikasi pengawasan, integrasi organisasi, kualitas media, komunikasi dengan atasan,

Kehilangan berat (weight loss) baja untuk kondisi perlakuan panas meningkat dengan naiknya suhu pemanasan (Gambar 1a, 1b dan 2), mengindikasikan bahwa besi yang

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Dalam perkembangan tren fashion berjilbab sekarang ini, internet menjadi media yang paling banyak digunakan oleh para wanita berjilbab untuk mencari informasi dan

Berdasarkan paparan hasil penelitian mengenai pengguna jasa, dapat diketahui bahwa perilaku masyarakat Kota Semarang yang mendukung pelaksanaan tugas Bidang

[r]