• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latihan Keterampilan Psikologis

LATIHAN KETERAMPILAN PSIKOLOGIS DALAM EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA

B. Latihan Keterampilan Psikologis

1. Pengertian Latihan Keterampilan Psikologis

Latihan keterampilan psikologis adalah latihan keterampilan mental atau psikologis yang sistematik dan konsisten dengan tujuan untuk meningkatkan penampilan, kesenangan, atau kepuasan diri lebih besar dalam aktivitas jasmani dan olahraga11. Sama halnya dengan keterampilan fisik dan teknik yang memerlukan latihan secara teratur dan perbaikan melalui ribuan kali latihan, latihan keterampilan psikologis juga memerlukan hal yang sama.

Siswa tidak bisa serta-merta menguasai teknik menjaga fokus dan konsentrasi, teknik mengatur kecemasan dan antusias, teknik menjaga kepercayaan diri atau meningkatkan motivasi begitu saja. Diperlukan latihan berulang-ulang dengan teknik tertentu untuk menguasai keterampilan psikologis tersebut.

Misalnya, seorang pemain sepakbola berada dalam kondisi tekanan tinggi karena harus melakukan tendangan pinalti yang menentukan menang-tidaknya timnya. Dengan mengatakan “relax” kepada pemain, seorang pelatih tidak akan mendapat respon relax tersebut dan pemain juga tidak dapat relax begitu saja. Pemain perlu tahu bagaimana cara untuk relax melalui latihan.

11 Weinberg, R.S. & Gould, D. 2003. Foundation of sport and exercise psychology third edition page 242. USA: Human Kinetics.

Oleh karena itu, latihan keterampilan psikologis menempati posisi penting dalam struktur program latihan ekstrakurikuler olahraga.

2. Tahapan Latihan Keterampilan Psikologis

Terdapat tiga tahapan dalam latihan keterampilan psikologis, yaitu: (a) fase edukasi, (b) fase akuisisi, dan (c) fase latihan12.

a. Fase Edukasi

Seseorang akan semangat dan bersungguh-sungguh mempelajari sesuatu jika mengetahui manfaatnya. Demikian pula para siswa, mereka akan bersemangat dan bersungguh-sungguh mempelajari latihan keterampilan psikologis jika mereka mengetahui manfaatnya. Oleh karena itu, fase edukasi menjadi fase penting dalam tahapan latihan keterampilan psikologis. Pada fase edukasi, atlet akan dengan cepat memahami bagaimana pentingnya menguasai keterampilan psikologis dan bagaimana keterampilan tersebut mempengaruhi penampilan mereka.

Cara pertama adalah bertanya pada siswa tentang pendapat mereka mengenai bagaimana pentingnya latihan keterampilan psikologis bagi penampilan olahraga mereka. Kebanyakan akan menjawab sangat penting.

Pertanyaan selanjutnya adalah “Seberapa sering anda mempraktikkan latihan keterampilan psikologis jika dibandingkan dengan latihan keterampilan fisik dan teknik?” Biasanya jawabannya adalah hampir tidak pernah. Langkah selanjutnya adalah menjelaskan bagaimana keterampilan psikologis dapat dipelajari, sama halnya dengan keterampilan fisik dan teknik. Inti utama yang harus dijelaskan pelatih adalah mengenai pentingnya mengembangkan latihan keterampilan psikologis. Misalnya, ketika hendak mengajarkan keterampilan mengatur tingkat antusias, pelatih dapat menjelaskan penyebab kecemasan dan antusias, serta hubungan antara antusias dan penampilan. Kemudian Anda menyampaikan pada peserta didik agar mereka belajar menemukan level optimal antusiasnya.

12 Weinberg, R.S. & Gould, D. 2003. Foundation of sport and exercise psychology third edition page 247-248. USA: Human Kinetics.

Ken Ravinzza, konsultan latihan mental top, menggunakan cara inovatif dengan mengkondisikan atlet menggunakan analogi lampu lalu-lintas dalam berpikir mengenai penampilan mereka (lampu hijau, lampu kuning, dan lampu merah). Pada situasi lampu hijau, atlet tampil baik dan berperan tanpa banyak “kesadaran”, layaknya autopilot dan penampilannya berjalan mengalir. Pada situasi lampu kuning, atlet berjuang dan perlu hati-hati terhadap pikiran buruk yang bersifat destruktif yang dapat mempengaruhi penampilannya. Pada kondisi ini, atlet perlu melakukan strategi fokus kembali agar kembali ke “track”. Pada situasi lampu merah, atlet benar-benar dalam masalah dan tampil sangat buruk. Strategi coping sangat dibutuhkan pada situasi ini, atau jika atlet benar-benar kewalahan maka ia perlu keluar dari pertandingan, mendapatkan relaksasi total, baru kemudian aktif kembali. Dengan kesadaran atas situasi lampu hijau, kuning, atau merah maka atlet belajar kapan latihan keterampilan psikologis berguna dan bagaimana untuk memonitor status mental diri sendiri.

b. Fase Akuisisi

Fase ini berfokus pada strategi dan teknik untuk belajar berbagai keterampilan psikologis. Pertemuan formal dan informal dilakukan untuk mempelajari keterampilan tersebut. Misalnya dalam pengembangan keterampilan pengaturan antusias, dilakukan pertemuan formal yang fokus pada pernyataan coping positif untuk menggantikan pernyataan negatif diri yang muncul alam kondisi kompetisi yang berat. Sesi formal ini dapat diikuti dengan sesi informal yang dilakukan secara individu untuk melatih atlet bagaimana cara menggunakan coping positif dalam setting kompetisi sesungguhnya.

Tiap atlet memerlukan strategi spesifik berdasar pada kebutuhan dan kemampuan unik masing-masing. Misalnya diperlukan strategi pengurangan kecemasan yang tepat sesuai dengan masalah yang dialami individu. Atlet yang memiliki rasa khawatir terlalu tinggi mengenai kegagalan (kecemasan kognitif), maka atlet ini perlu strategi dasar kognitif untuk mengubah pola

berpikir atlet. Sementara itu, atlet yang mengalami peningkatan tegangan otot (kecemasan somatik) perlu mendapat teknik relaksasi berbasis fisik, seperti relaksasi progresif.

c. Fase Latihan

Fase latihan memiliki tiga tujuan utama yaitu(1) mengotomatisasi keterampilan melalui latihan, (2) mengajarkan pada siswa untuk secara sistematik mengintegrasikan keterampilan psikologis dalam situasi penampilan, dan (3) untuk mensimulasikan keterampilan yang ingin diaplikasikan siswa dalam kompetisi sesungguhnya.

Misalnya untuk mengembangkan keterampilan pengaturan antusias, atlet akan memulai fase latihan setelah menjadi ahli dalam keterampilan relaksasi dan coping kognitif. Pelatih dapat membimbing atlet melalui imaginasi situasi kompetisi yang membutuhkan keterampilan relaksasi dan coping. Selama fase latihan, siswa berkembang dari tadinya melakukan latihan imagery terbimbing yaitu membayangkan situasi pertandingan beserta masalah-masalahnya dan latihan mengatasinya dengan panduan pelatih kemudian meningkat pada latihan imagery mandiri. Akhirnya, atlet dapat mengintegrasikan strategi mengontrol masalah-masalah psikologis dalam latihan untuk digunakan dalam kompetisi sesungguhnya.

Selama fase latihan, penting bagi atlet untuk memiliki buku catatan yang digunakan untuk merekam keefektifan latihan keterampilan psikologis yang telah dipelajari. Buku catatan akan membantu mengetahui perkembangan atlet secara sistematik dan memberi umpan balik untuk peningkatan. Misalnya, segera setelah latihan keterampilan psikologis, atlet menulis mengenai tegangan yang mereka rasakan, prosedur relaksasi yang mereka gunakan, dan apakah teknik relaksasi yang dilakukan membantu.

Tabel 2 berikut merupakan contoh dari keterampilan psikologis beserta tujuan dan hasil yang diharapkan.

Tabel 3

Contoh Keterampilan Psikologis, Tujuan, dan Hasil Tujuan 1: Sikap mental

Selalu berikan 100% Tetap berpikir positif meskipun setelah

Sumber: Winberg & Gould (2003: 257)