• Tidak ada hasil yang ditemukan

a Layanan Jasa Lingkungan Pulau Jawa

Dalam dokumen Draf RPPLH Nasional (Halaman 42-47)

DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP NASIONAL

D. Indikasi Daya Dukung dan Daya Tampung Tiap Ekoregion 1 Kawasan Ekoregion Pulau Jawa

D.1. a Layanan Jasa Lingkungan Pulau Jawa

Ekoregion pulau Jawa memberikan jasa layanan ekosistem sebagai berikut:

• Jasa Penyimpan air,

• Jasa Pengaturan Tata Air dan Banjir

• Jasa Penyedia pangan

Wilayah jasa penyimpan air di Pulau Jawa tersebar di 1) dataran fluvial di pesisir utara Jawa Barat, di sebagian pesisir utara jawa tengah dan banten, 2) pegunungan vulkanik di jawa barat, jawa tengah, jawa timur dan 3) pegunungan solusional karst di sebagian pesisir selatan jawa tengah.

Gambar 2.15 Peta Indikasi Jasa Lingkungan Utama di Ekoregion Jawa

Sumber : KLHK, Atlas Peta Indikasi Daya Dukung Nasional 2015

Sedangkan untuk Jasa Tata Air dan Banjir tinggi di Ekoregion Pulau Jawa tersebar di daerah pegunungan/perbukitan vulkanik di pulau Jawa yang saat ini masih berstatus sebagai kawasan hutan. Sebagai catchment area, wilayah- wilayah tersebut akan menahan air hujan dan menyalurkan air ke daerah hilir secara bertahap.

Pulau Jawa yang memiliki banyak gunung berapi aktif, menjadikan ekoregionnya didominasi oleh dataran vulkanik dan fluvial yang sangat subur untuk dijadikan lahan sawah dan tanaman semusim lainnya. Secara umum hampir seluruh Ekoregion Jawa memiliki jasa lingkungan penyedia bahan pangan, baik dari lahan kering maupun lahan basah. Ekoregion Jawa memiliki kawasan budidaya yang luas, untuk persawahan terhampar pada ekoregion dengan karakteristik dataran fluvial dan dataran vulkanik. Sedangkan kawasan budidaya lahan kering terhampar pada ekoregion dengan karakteristik perbukitan.

Ekoregion Jawa memiliki luas sawah 3,44 juta ha atau 42,35% dari luas sawah nasional, dengan produktifitas paling tinggi sebesar 57,4 ku/ha, dan dalam satu tahun menghasilkan padi sebanyak 37,49 juta ton atau 52,59 % dari produksi nasional (BPS, 2014). Kawasan persawahan mayoritas terletak pada dataran fluvial dan dataran pantai atau di Ekoregion Jawa bagian Utara, sedangkan persawahan yang terletak di daerah perbukitan luasannya relatif lebih kecil dan tersebar pada Ekoregion Jawa bagian Tengah. Namun demikian jasa lingkungan ini terancam keberadaannya, terutama untuk pertanian lahan basah di dataran fluvial, dataran vulkanik, dan dataran pantai karena alih fungsi lahan. Jasa lingkungan penyedia pangan Pulau Jawa hampir sama lokasinya dengan jasa lingkungan penyedia air, umumnya kawasan budidaya pertanian membutuhkan ketersediaan unsur hara tinggi dan air berlimpah. D.1.b Trend Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2000-2014

Luas ekoregion Jawa yang hanya berkisar 6,5% dari luas daratan di Indonesia tapi menampung hampir 57% dari total penduduk Indonesia. Pada umumnya penduduk bermukim di dataran fluvial dan dataran vulkanik yang memiliki tanah subur dan tersedia air yang melimpah, hal ini menjadikan ekoregion Jawa memiliki tekanan lingkungan yang tinggi karena populasi manusia-nya. Permasalahan alih fungsi lahan terjadi di daerah perbatasan antara hutan dengan kawasan budidaya dan kawasan budidaya dengan kawasan pemukiman. Lokasi yang memiliki potensi besar terjadinya alih fungsi lahan di Ekoregion Jawa memiliki ciri lokasi sebagai berikut :

terjadi pada ekoregion dengan karakteristik perbukitan vulkanik. Perbukitan vulkanik ini merupakan kawasan budidaya lahan kering (seperti kebun). Kawasan yang memiliki potensi besar alih fungsi lahan dari hutan menjadi kawasan budidaya diantaranya berada di :

o Banten di Kawasan Utara Cilegon-Serang-Pandeglang.

o Jawa Barat di Kawasan Bogor-Cianjur-Sukabumi, Kawasan Jawa Barat

Selatan.

o Jawa Tengah di Kawasan Utara Purwokerto – Purbalingga, Kawasan

Timur Wonosobo, Kawasan Magelang – Temanggung – Unggaran, Kawasan Utara Sleman, Kawasan Lereng Gn. Merapi dan Merbabu di Wonogiri – Magetan – Sragen- Karanganyar.

o Jawa Timur di Kawasan Batu, Kawasan Selatan Mojokerto, Kawasan

Utara Lumajang – Jembar.

• Alih fungsi lahan dari kawasan budidaya menjadi kawasan industri/pemukiman mayoritas terjadi pada dataran fluvial, dataran pantai, dataran struktural dan dataran vulkanik. Dataran fluvial pada umumnya merupakan kawasan budidaya lahan basah (persawahan), sedangkan di dataran pantai pada umumnya merupakan kawasan budidaya pertambakan. Kawasan yang memiliki potensi besar terjadinya alih fungsi lahan dari kawasan budidaya menjadi kawasan industri/pemukiman diantaranya berada di :

o Dataran vulkanik, dataran fluvial dan dataran pantai di Kawasan Pantai

Utara mulai dari Cilegon hingga Pekalongan

o Dataran fluvial dan dataran pantai di Kawasan Pantai Utara dari Kendal

– Semarang – Demak – Jepara – Kudus – Pati – Rembang - Purwodadi.

o Dataran Struktural, dataran fluvial, dan dataran pantai di Kawasan

Lamongan – Gresik –Surabaya- Sidoarjo.

o Dataran Vulkanik di Jawa Timur pada Kawasan Madiun – Ngawi

-Ponorogo, Nganjuk - Kediri – Tulungagung – Blitar - Jombang, Kepanjen – Malang – Purworejo – Probolinggo, Lumajang-Jembar, Bondowoso, dan Banyuwangi.

o Dataran Vulkanik di Jawa Tengah dan Yogyakarta pada Kawasan Bantul

– Yogyakarta – Klaten – Surakarta –Sragen.

o Dataran fluvial di Jawa Tengah pada Kawasan Kebumen-Purworejo,

Purbalingga-Purworejo.

dan Tasikmalaya – Ciamis.

o Perbukitan vulkanik di Jawa Barat di Kawasan Bogor-Cianjur-

Sukabumi.

Trend perubahan tutupan lahan dari tahun 2000 ke 2014 menunjukan:

1. Wilayah permukiman bertambuh hampir sebesar 200 ribu hektar Perkembangan wilayah pemukiman ini dipicu oleh pertumbuhan penduduk dan juga perkembangan kawasan industri sekunder/tersier. Perkembangan wilayah pemukiman yang sangat signifikan terdapat di kawasan Jabodetabek, kota Yogayakarta dan Surabaya serta pesisir utara Tuban. Sementara perkembangan kota Bandung dan Semarang terlihat sedang. 2. Alih fungsi hutan primer menjadi hutan sekunder serta lahan pertanian

kering mencapai 274 ribu hektar. Alih fungsi hutan primer terbanyak terjadi Provinsi Jawa Timur di kawasan kota Malang dan sekitarnya. Adapun beberapa kawasan hutan seperti dikawasan Bogor-Puncak-Cianjur dan kawasan pegunungan di Jawa Tengah sudah mengalami kondisi mengkhawatirkan sejak tahun 2000.

3. Peningkatan luasan lahan pertanian kering yang berasal dari tanah terbuka dan juga kawasan hutan sebesar hampir 300 ribu hektar.

4. Ketersedian sawah sebagai lumbung pangan di pulau Jawa tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan. Namun demikian konversi sawah menjadi areal penggunaan lain mencapai 203 ribu hektar dari total 3,9 juta hektar

Dalam dokumen Draf RPPLH Nasional (Halaman 42-47)

Dokumen terkait