BAB II KAJIAN TEORI
B. Leaflet
1. Pengertian Leaflet
Menurut Sumantri (2015 : 333-334), Leaflet adalah bahan cetak berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Biasanya terdiri dari satu sampai dua lembar saja dengan cetakan dua muka atau timbal balik. Yang menjadi ciri khas dari leaflet ini adalah adanya lipatan yang membentuk beberapa bagian leaflet seolah-olah memiliki halaman tersendiri.
Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahan yang sederhana, singkat, serta mudah dipahami. Dengan tampilan yang menarik seperti ini akan lebih menarik bagi para pembaca. Ditambah lagi leaflet bisa disebarkan kepada khalayak ramai, serta penggunaannya tidak terbatas waktu dan tempat.
Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi dari kompetensi
dasar. Biasanya dalam setiap lembaran leaflet terdiri atas satu sampai dua indikator pembahasan materi. Materinya disusun berdasarkan tahapan teori kognitif bruner, serta dilengkapi dengan soal-soal yang memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda.
2. Tujuan Penggunaan Leaflet
Penggunaan leaflet diharapkan mampu mengubah kondisi pembelajaran dari yang biasa guru menentukan “apa yang dipelajari”
menjadi “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”. Proses pembelajaran dengan memanfaatkan leaflet diharapkan siswa lebih berpartisipasi aktif. Melalui penggunaan leaflet guru lebih terstruktur dalam membimbing siswa.
Penggunaan leaflet dalam proses pembelajaran memberi manfaat yang signifikan. Materi yang disajikan lebih ringkas, mudah dipahami, dan sistematis. Pembelajaran menggunakan leaflet memberikan peluang kepada peserta didik sehingga mereka belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, dan tidak menimbulkan kebosanan. Peserta didik dengan mudah membawa leaflet kemana saja, menjadi pegangan, dan pendalaman materi menjadi lebih mudah (Weni dan Rosmaini, 2018 : 251 - 264).
3. Karakteristik Leaflet
Menurut Riswinarni dan Sulisworo (2016 : 173 - 177) terdapat 3 karakteristik yang dimiliki oleh sebuah leaflet. Pertama, leaflet hanya terdiri atas 200 – 400 huruf dengan tulisan cetak. Ini berarti materi yang disajikan berupa ringkasan dengan bahasa yang sederhana. Kedua, leaflet biasanya didesain dengan warna-warni dan gambar-gambar atraktif. Ini ditujukan untuk menarik motivasi belajar siswa menggunakan leaflet.
Ketiga, leaflet berukuran sebesar kertas HVS A4 panjang 20x30 cm dan
dilipat sesuai dengan kebutuhan sehingga bisa dibaca dengan sekali pandang. Ukuran tulisannya jelas sehingga bisa dibaca secara langsung, setiap halamannya terdiri atas dua sampai tiga lipatan dan setiap kolom lipatannya itu memiliki topiknya masing-masing.
Leaflet terdiri atas beberapa kolom. Setiap lembaran leaflet terbagi
atas tiga kolom atau tiga lipatan. Setiap lipatan pada leaflet memberikan sajian materi yang berbeda. Sehingga untuk satu lembar leaflet siswa bisa mendapatkan informasi yang cukup untuk pengetahuannya.
4. Kelebihan dan Kekurangan Leaflet a. Kelebihan Leaflet
Terdapat empat kelebihan dari leaflet sebagai bahan ajar menurut Falasifah (2014 : 14 - 17). Pertama, siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Materi pelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat maupun yang lamban memahami. Namun tujuan utama yang diharapkan adalah siswa mampu untuk menguasai materi pembelajaran.
Kedua, di samping dapat mengulangi materi dalam media
berbentuk cetakan, siswa juga dapat mengikuti urutan pikiran secara logis. Leaflet dirancang sesuai dengan tahapan kognitif siswa, bahasa yang digunakan sederhana, dan siswa bisa mendapatkan pembelajaran yang bermakna.
Ketiga, Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak yang
dikemas sedemikian rupa dapat menambah daya tarik, serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan. Semakin tertarik siswa untuk membaca suatu bahan ajar maka proses pembelajaranpun akan menjadi lebih efektif. Untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan motivasi membaca siswa salah satunya lewat leaflet ini.
Keempat, Dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Leaflet
bisa digunakan tanpa adanya keterbatasan tempat dan waktu, sehingga
leaflet bisa digunakan setiap saat sebagai bahan rujukan dan sebagai
bahan diskusi untuk kesempatan yang berbeda.
Menurut Winarso dan Yulianti (2017), leaflet sangat sederhana dan memiliki penampilan yang menarik. Selain itu leaflet juga memberikan pemahaman bagi siswa bahwa matematika itu tidak serumit buku teks yang tebal, tapi matematika itu bisa dikemas menjadi suatu hal yang menarik dan indah.
Sedangkan menurut Riswinarni dan Sulisworo (2016) terdapat empat kelebihan leaflet, yaitu : (1) leaflet lebih efektif dalam
meningkatkan pengetahuan siswa, (2) leaflet praktis dan mudah dibawa, (3) bisa digunakan untuk belajar mandiri, dan (4) leaflet mudah dibuat, diperbanyak, diperbaiki dan mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran.
b. Kekurangan Leaflet
Meskipun banyak kelebihan yang dimiliki leaflet sebagai bahan ajar, tetapi leaflet juga memiliki kekurangannya. Menurut Falasifah (2014 : 14 - 17) terdapat dua kekurangan leaflet. Pertama, Biaya percetakan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi, gambar, dan foto yang berwarna. Semakin bagus desain yang dirancang pada
leaflet maka akan semakin banyak biaya yang digunakan untuk
percetakannya. Kedua, proses mendesain media tergantung kepada kemampuan merancang peneliti. Jika desain leaflet yang dibuat peneliti kurang menarik, maka siswa yang membacapun tidak terlalu tertarik dengan leaflet ini. Apabila tulisannya terlalu kecil dan susunannya kurang menarik, kebanyakan siswa akan malas untuk membacanya. Untuk itu leaflet harus dirancang dengan baik, agar sesuai dengan kebutuhan siswa.
Sedangkan menurut Harini (2016) terdapat 3 kekurangan leaflet yaitu : pertama, leaflet mudah hilang dan rusak. Karena hanya berbentuk lembaran kertas yang tidak dijilid, tentu hal ini tidak menjadi jaminan jika leaflet ini akan masih ada dan utuh jika digunakan unuk pembelajaran dengan waktu yang lama. Kedua,
leaflet dapat menjadi kertas percuma, kecuali guru secara aktif
melibatkan siswa dalam membaca dan menggunakan materi yang ada pada leaflet. Ketiga, pesan yang disampaikan pada leaflet sangat terbatas.
5. Prinsip Penyusunan Leaflet
Menurut Riswinarni dan Sulisworo (2016 : 173 - 177), terdapat beberapa prinsip penyusunan leaflet. Pertama, Untuk mengingatkan kembali hal-hal yang sudah dipelajari, biasanya leaflet diberikan kepada sasaran setelah selesai pelajaran agar memperkuat ide yang disampaikan. Tidak hanya itu, leaflet juga bisa digunakan pada awal pembelajaran agar lebih menarik motivasi belajar siswa.
Kedua, leaflet disusun berdasarkan analisis kebutuhan siswa,
kurikulum, kajian materi dan pedoman penyusunan bahan ajar. Isi dari
leaflet harus dapat dimengerti oleh siswa, materi disusun berdasarkan
tahapan teori bruner sehingga memberikan informasi secara jelas dan lengkap dengan hal-hal yang penting sebagai informasi, dan padat pengetahuan.
6. Komponen Leafet
Komponen dari penyusunan leaflet memiliki perbedaan dalam setiap penyusunannya tergantung kepada materi dan dasar penyusunan menurut masing-masing peneliti. Berikut ini disajikan beberapa komponen leaflet berdasarkan beberapa jurnal. Menurut Winarso dan Yulianti (2017) leaflet terdiri atas 6 komponen yaitu : (1) judul, (2) tujuan pembelajaran, (3) materi tahap enaktif, (4) motivasi belajar, (5) materi tahap ikonik, (6) materi tahap simbolik, (7) contoh soal, dan (8) latihan soal.
Menurut Agustianingsih dan Rosmaini (2017) leaflet terdiri atas 5 komponen yaitu : (1) judul, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) materi, dan (5) kuis. Sedangkan menurut Riswinarni dan Sulisworo (2016) leaflet terdiri atas 8 komponen yaitu : (1) judul, (2) standar kompetensi, (3) kompetensi dasar, (4) indikator, (5) tujuan pembelajaran, (6) materi, (7) latihan, dan (8) penilaian.
Berdasarkan komponen leaflet diatas, dalam penelitian ini komponen
leaflet berbasis teori bruner yang penulis kembangkan diambil dan
komponen leaflet yang peneliti kembangkan memiliki pebedaan dari komponen-komponen leaflet yang ada. Leaflet berbasis teori bruner yang peneliti kembangkan terdiri atas tujuh komponen, yaitu :
Pertama, Judul sub bab biasanya disesuaikan dengan materi yang
akan dikembangkan dalam leaflet. Judul bisa dibuat berdasarkan kompetensi dasar ataupun berdasarkan indikator yang dituju. Dalam penyusunan leaflet peneliti hanya akan menggunakan lima judul sub bab saja.
Kedua, standar isi terdiri dari : kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum 2013 revisi. Dalam perancangannya kompetensi dan tujuan belajar ini terletak pada kolom pertama leaflet beserta dengan judul subbab yang dikembangkan.
Ketiga, Materi dikemas dengan sederhana dan ringkas. Susunan
materi pembelajaran di dalam leaflet disusun berdasarkan teori bruner yaitu : tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Pada halaman ketiga adalah tahap enaktif, halaman keempat adalah tahap ikonik dan halaman kelima adalah tahap simbolik.
Keempat, leaflet memiliki Informasi pendukung. Informasi
pendukung berupa kejelasan bahasa dan tampilan serta penyusunan materi yang padat, menarik, memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Dengan disusun berdasarkan tahapan teori bruner, siswa akan mudah memahami materi sesuai dengan kemampuan belajar mereka masing-masing.
Kelima, leaflet memiliki contoh soal. Contoh soal diberikan untuk
mempermudah siswa memahami materi. Dalam penyusunannya contoh soal dijadikan sebagai acuan untuk memahami konsep SPLDV yang penyelesaiannya melalui teori bruner.
Keenam, leaflet memiliki latihan soal. Untuk soal latihan peneliti
hanya akan memberikan 2 soal dengan bentuk soal yang dengan tujuan agar peserta didik bisa menguasai materi.
Ketujuh, leaflet dilengkapi dengan motivasi belajar. Motivasi
diberikan untuk menambah semangat belajar siswa, menambah keinginan untuk belajar, dan meningkatkan keinginan membaca siswa. Dalam penyusunan leaflet motivasi terletak pada setiap halaman terakhir leaflet. Motivasi yang diberikan sesuai dengan kondisi belajar siswa.