• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

3.3. Lean Six Sigma

Lean Six Sigma merupakan salah satu aplikasi ilmu teknik untuk meningkatkan laju perusahaan, di mana kombinasinya dengan Six Sigma ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan di fokuskan pada persoalan pelanggan selain itu dapat meminimalisasi waktu menunggu proses.

Lean Six Sigma merupakan kombinasi antara Lean dan Six Sigma dapat didefenisikan sebagai suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas- aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activities) melalui peningkatan terus menerus secara radikal (radical continuous improvement) untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma.6

6

Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007, hlm.92.

Lean Six Sigma merupakan penggabungan antara Lean dan Six Sigma dalam upaya peningkatan kualitas di perusahaan. Adapun alasan yang mendasari adalah :

1. Lean berfokus pada minimasi pemborosan yang terjadi pada value stream, namun tidak mampu memberi analisa dan kontrol secara statistik.

2. Six Sigma berfokus pada peningkatan kualitas namun kurang dalam upaya meningkatkan kecepatan proses secara dramatis ataupun mengurangi investasi.

Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem bisnis dan industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok dan pelanggan. Semakin tinggi target sigma yang dicapai, kinerja sistem bisnis dan industri akan semakin baik juga.7

Apabila Six Sigma terfokus pada mengurangi variasi dalam suatu proses, sehingga proses/produk semaksimal mungkin berada dalam batas kontrol, maka lean process lebih menitikberatkan pada kecepatan proses.

3.4. Metode 5S (SEIRI, SEITON, SEISO, SEIKETSU, SHITSUKE)

Metode 5S berasal dari bahasa Jepang, yaitu Seiri (Pemilah), Seiton (Penataan), Seiso (Pembersihan), Seiketsu (Pemantapan), dan Shitsuke (Pembiasaan). 5S bertujuan untuk membuat daerah kerja seefisien dan seproduktif mungkin guna membangkitkan semangat karyawan dalam bekerja agar menghasilkan produk yang berkualitas sehingga dapat memuaskan konsumen.

7

Vincent Gaspersz, The Executive Guide to Implementing Lean Six Sigma, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm.7.

Konsep 5S dirancang untuk menghilangkan pemborosan dan merupakan suatu gerakan yang merupakan kebulatan tekad untuk melakukan penataan, pembersihan, memelihara kondisi yang mantap dan memelihara kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang tegas dan menerapkan manajemen stratifikasi untuk membuang yang tidak diperlukan itu.8

3.4.1. SEIRI (Pemilahan)

Seiri berarti memisah-misahkan berkas-berkas atau barang-barang dalam beberapa kategori. Kategori tersebut terdiri dari barang-barang yang paling sering kita gunakan sehingga perlu diletakkan di tempat yang lebih dekat dari tempat kerja kita, barang-barang yang tidak begitu sering kita gunakan sehingga dapat diletakkan di tempat yang jauh dari tempat kerja kita, dan barang-barang yang tidak pernah kita gunakan dapat disingkirkan atau dihapus.

Aktivitas mengatur segala sesuatu, memilah sesuai dengan aturan atau prinsip tertentu. Dengan ini, kita dapat menghemat tempat dan menciptakan tempat kerja yang nyaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Seiri secara tegas memisahkan item yang dibutuhkan dari item yang tidak dibutuhkan, kemudian menghilangkan atau membuang item yang tidak diperlukan dari tempat kerja.

3.4.2. SEITON (Penataan)

Seiton berarti menyimpan barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang benar dengan memperhatikan efisiensi, kualitas, dan keamanan serta mencari cara penyimpanan yang optimal sehingga dapat dipergunakan dalam

8

keadaan mendadak. Hal ini merupakan cara untuk menghilangkan proses pencarian.

Dengan Seiton ini kita dapat mengatur secara baik, perbekalan kantor, alat- alat, dokumen-dokumen, suku cadang, buku-buku, dan lainnya untuk membuat pencariannya kembali menjadi efisien dan efektif. Untuk itu kita perlu mengadakan analisis yang mendalam terhadap penggunaaan barang-barang tersebut, siapa yang menggunakannya dan bagaimana menyusunnya. Bergantung pada pola penggunaanya, dapatlah didesain metode pengaturannya demi penyimpanannya dan pencariannya.

3.4.3. SEISO (Pembersihan)

Secara umum Seiso merupakan kegiatan membersihkan barang-barang sehingga menjadi bersih. Dalam istilah 5S, berarti membuang sampah, kotoran dan benda-benda asing serta membersihkan segala sesuatu.

Pembersihan merupakan salah satu bentuk dari pemeriksaan terhadap kebersihan dan menciptakan tempat kerja yang tidak memiliki cacat dan cela. Dengan mutu yang lebih tinggi, ketepatan yang lebih tinggi, dan teknologi pemrosesan yang lebih halus, hal-hal terkecil pun masih terbagi-bagi lagi. Itulah sebabnya kita tidak boleh menyerah dalam mengadakan pembersihan secara tuntas.

3.4.4. SEIKETSU (Pemantapan)

Seiketsu pada hakikatnya merupakan pemeliharaan lingkungan yang bersih pada setiap waktu. Dalam istilah 5S, pemantapan berarti terus menerus dan secara berulang-ulang memelihara pemilahan, penataan, dan pembersihannya. Hal ini

berarti melaksanakan aktivitas 5S dengan teratur sehingga keadaan yang tidak normal tampak dan melatih keterampilan untuk menciptakan dan memelihara kontrol visual.

3.4.5. SHITSUKE (Pembiasaan)

Pada umumnya, istilah ini berarti pelatihan dan kemampuan untuk melakukan apa yang ingin dilakukan walaupun itu sulit dilakukan. Dalam istilah 5S, pembiasaan merupakan menanamkan atau memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang benar dan untuk menciptakan tempat kerja dengan kebiasaan dan perilaku yang baik.

Pembiasaan adalah melakukan pekerjaan berulang-ulang sehingga secara alami kita dapat melakukannya dengan benar. Jika kita ingin melakukan pekerjaan secara efisien dan tanpa kesalahan maka kita harus melakukannya setiap hari. Dengan mengajarkan setiap orang apa yang harus dilakukan dan memerintahkan setiap orang untuk melaksanakannya, maka kebiasaan buruk akan terbuang dan kebiasaan baik akan terbentuk.

3.5. Pemborosan (Waste)

Menurut Vincent Gaspersz, pemborosan (waste) adalah sebagai segala aktivitas tidak bernilai tambah dalam proses, di mana aktivitas-aktivitas itu hanya menggunakan sumber-sumber daya namun tidak memberikan nilai tambah kepada pelanggan.9

9

Vincent Gaspersz, The Executive Guide to Implementing Lean Six Sigma, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm.17.

Waste didefinisikan menjadi 9 macam menurut Vincent Gaspersz, yaitu: 1. Overproduction

Melakukan produksi terlalu banyak atau terlalu cepat, mengakibatkan aliran informasi atau barang dan inventory menjadi tidak lancar. Dapat menyebabkan lead time dan storage time yang lebih lama, banyaknya work in process adanya defect. Akar penyebabnya ketiadaan komunikasi, sistem balas jasa dan penghargaan yang tidak tepat, hanya berfokus pada kesibukan kerja, bukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan internal dan eksternal.

2. Defect

Kesalahan yang terjadi pada pengerjaan dengan frekuensi tinggi, permasalahan kualitas produk atau jasa dan menurunkan performansi pengiriman. Akar penyebabnya adalah incapable process, insufficient training, ketiadaan prosedur-prosedur operasi standar.

3. Inventory

Penyimpanan barang yang lebih dan delay dari informasi atau produk, menyebabkan peningkatan biaya dan penurunan pelayanan terhadap customer. Menyebabkan panjangnya lead time, meningkatkan biaya inventory dan menurunkan daya saing. Akar penyebabnya adalah peralatan yang tidak andal, aliran kerja yang tidak seimbang, pemasok yang tidak kapebel, peramalan kebutuhan yang tidak akurat, ukuran batch yang besar, long changeover times.

4. Excess processing

Melakukan proses kerja dengan menggunakan peralatan, proses atau sistem yang salah (kurang tepat), seringkali cara yang lebih sederhana menjadi lebih efektif untuk menyelesaikan masalah yang ada di perusahaan. Akar

penyebabnya adalah ketidaktepatan penggunaan peralatan, pemeliharaan peralatan yang jelek, gagal mengkombinasi operasi-operasi kerja, proses kerja dibuat serial padahal proses itu tidak saling bergantung satu sama lain yang semestinya dapat dibuat paralel.

5. Transportation

Pergerakan dari orang, informasi atau barang yang berlebihan, menyebabkan pemborosan waktu, usaha dan biaya. Dapat menurunkan kualitas produk akibat terhambatnya komunikasi. Transportasi tidak dapat dihilangkan namun bisa diminimasi dengan cara :

a. Meminimasi jarak antar lokasi dalam supply chain maupun di luar pabrik.

b. Efisiensi penggunaan sarana dan prasarana transportasi antar lokasi. 6. Waiting

Periode yang lama terhadap ketidakaktifan orang, informasi atau barang, menyebabkan aliran yang kacau dan panjangnya lead time. Akar penyebabnya adalah inkonsistensi metoda kerja, waktu penggantian produk yang panjang, dan lain-lain.

7. Motion

Pengaturan tempat kerja dan peralatan yang tidak ergonomis, sehingga menyebabkan operator melakukan gerakan bending dan stretching yang berlebihan. Menyebabkan operator mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya sehingga berpengaruh pada keamanan diri dan output yang dihasilkan. Akar penyebabnya organisasi tempat kerja yang jelek, tata letak yang jelek, metode kerja yang tidak konsisten, poor machine design.

8. Environmental, Health and Safety (EHS)

Adalah jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian memperhatikan hal- hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS.

9. Not utilizing employees knowledge, skill and abilities

Adalah jenis pemborosan sumber daya manusia (SDM) yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karyawan secara optimal.

Dokumen terkait