• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAGA ADAT

Dalam dokumen Argumentasi/ Rasionalisasi (Halaman 83-112)

Pasal 79

(1) Lembaga adat berfungsi dan berperan sebagai alat kontrol dalam penyelenggaraan Pemerintahan Aceh, bidang keamanan, ketentraman, kerukunan dan ketertiban masyarakat.

(2) Penyelesaian masalah sosial kemasyarakatan secara adat ditempuh melalui lembaga adat.

(3) Lembaga-lembaga adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) antara lain:

a. Majelis Adat Aceh (MAA); b. imeum mukim atau nama lain; c. imeum chik atau nama lain; d. keuchik atau nama lain; e. tuha peut atau nama lain; f. tuha lapan atau nama lain; g. imeum meunasah atau nama lain; h. keujreun blang atau nama lain; i. panglima laot atau nama lain; j. pawang glee atau nama lain; k. peutua seuneubok atau nama lain; l. haria peukan atau nama lain; m. syahbanda atau nama lain.

(4) Penetapan tugas, wewenang, hak dan kewajiban lembaga-lembaga adat serta pemberdayaan adat dan adat istiadat sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur dengan Qanun Aceh.

BAB XIII LEMBAGA ADAT

Pasal 80

(1). Lembaga adat berfungsi dan berperan sebagai wahana partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Pemerintahan Aceh di bidang keamanan, ketentraman, kerukunan. clan ketertiban masyarakat.

(2). Penyelesuian musalah sosial kemasyarakatan secara adat ditempuh melalui lembaga adat.

(3). Lembaga adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi:

a) Majelis Adat Aceh;

b) imeum mukim atau narna lain; c) imeum chik atau nama lain; d) keuchik atau nama lain; e) tuba peut atau nama lain; f) tuha lapan atuu numa lain; g) imeum meunasah atau nama lain; h) keujreun blang atau nama lain; i) panglima laot atau nama lain; j) pawung glee atau nama lain; k) peutua seuneubok atau nama lain; l) haria peukan atau nama lain; dan m) syuhbanda atau nama lain.

(4). Penetapan tugas, wewenang, hak dan kewajiban lembaga adat, pemberdayaan adat dan adat istiadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Qanun Aceh.

www.parlemen.net

Pasal 80

(1) Pembinaan kehidupan adat dan adat istiadat sesuai dengan perkembangan dan keistimewaan Aceh yang berlandaskan pada nilai-nilai Syari’at Islam, dilaksanakan oleh Wali Nanggroe.

(2) Penyusunan ketentuan adat yang berlaku umum di masyarakat Aceh dilakukan oleh lembaga-lembaga adat dengan pertimbangan Wali Nanggroe.

(3) Pelaksanaan ketentuan dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Qanun Aceh.

Pasal 81

(1). Pembinaan kehidupan adat dan adat istiadat sesuai dengan perkembangan dan keistimewaan Aceh yang berlandaskan pada nilai-nilai Syari'at Islam dilaksanakan oleh Wali Nanggroe.

(2). Penyusunan ketentuan adat yang berlaku umum di masyarakat Aceh dilakukan oleh lembaga adat dengan pertimbangan Wali Nanggroe.

(3). Pelaksanaan ketentuan dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Qanun Aceh.

BAB XIV

PERANGKAT PEMERINTAH ACEH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Bagian Kesatu Umum Pasal 81

(1) Perangkat Pemerintah Aceh terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRA, Dinas Daerah, dan lembaga teknis daerah yang diatur dengan Qanun Aceh.

(2) Perangkat Pemerintah Kabupaten/Kota terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRA, Dinas Daerah, lembaga teknis daerah, Kecamatan, Mukim dan Gampong yang diatur dengan Qanun kabupaten/kota.

BAB XIV

PERANGKAT ACEH DAN KABUPATEN/KOTA Bagian Kesatu

Umum

Pasal 82

(1). Perangkat Aceh terdiri atas Sekretariat Aceh, Sekretariat DPRA, Dinas Aceh dan lembaga teknis Aceh yang diatur dengan Qanun Aceh.

(2). Perangkat Kabupaten/Kota terdiri atas Sekretariat Kabupaten/Kota, Sekretariat DPRK, Dinas Kabupaten/Kota, lembaga teknis Kabupaten/Kota, Kecamatan, Kelurahan, yang diatur dengan Qanun Kabupaten/Kota.

Istilah “Kelurahan” dalam Pasal 82 RUU PA Pemerintah harus dihilangkan karena dlm susunan pemerintahan sesuai dgn Pasal 2 UU no. 18 thn 2001 tdk lagi dikenal istilah kelurahan.

www.parlemen.net

Bagian Kedua

Sekretariat Pemerintah Aceh Pasal 82

(1) Sekretariat Pemerintah Aceh dipimpin oleh Sekretaris Pemerintah Aceh.

(2) Sekretariat Pemerintah Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban membantu Gubernur atau nama lain/Wakil Gubernur atau nama lain, dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas, lembaga dan badan-badan Pemerintahan Aceh.

(3) Dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris Pemerintah Aceh bertanggung jawab kepada Gubernur atau nama lain.

(4) Apabila Sekretaris Pemerintah Aceh berhalangan melaksanakan tugasnya, tugas Sekretaris Aceh dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk Gubernur atau nama lain.

Bagian Kedua Sekretariat Aceh

Pasal 83

(1). Sekretariat Aceh dipimpin oleh Sekretaris Aceh. (2). Sekretariat Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) mempunyai tugas dan kewajiban membantu Gubernur dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas, lembaga dan badan-badan Aceh.

(3). Pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris Aceh bertanggung jawab kepada Gubernur.

(4). Apabila Sekretaris Aceh berhalangan melaksanakan tugasnya, tugas Sekretaris Aceh dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk Gubernur.

Bagian Ketiga

Sekretariat Pemerintah Kabupaten/Kota Pasal 83

(1) Sekretariat Pemerintah Kabupaten/Kota dipimpin oleh Sekretaris Pemerintah Kabupaten/Kota.

(2) Sekretariat Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban membantu Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota dalam menyusun kebijakan

Bagian Ketiga Sekretariat kabupaten/kota

Pasal 84

(1). Sekretariat Kabupaten/Kota dipimpin oleh Sekretaris Kabupaten/Kota.

(2). Sekretariat Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban membantu Bupati/Walikota dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas, lembaga

www.parlemen.net

dan mengkoordinasikan dinas, lembaga dan badan-badan Kabupaten/Kota.

(3) Dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota.

(4) Apabila Sekretaris Pemerintah Kabupaten/Kota berhalangan melaksanakan tugasnya, tugas Sekretaris Daerah dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk Bupati atau Walikota.

dan badan kabupaten/kota.

(3). Pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

(4). Apabila Sekretaris Kabupaten/Kota berhalangan melaksanakan tugasnya, tugas Sekretaris dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk Bupati/Walikota.

Pasal 84

(1) Sekretaris Pemerintah Aceh diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.

(2) Sekretaris Pemerintah Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Aceh diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Gubernur atau nama lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) Sekretaris Pemerintah Aceh sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) untuk Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atau nama lain atas usul Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Sekretaris Pemerintah Aceh karena kedudukannya mempunyai fungsi sebagai pembina pegawai negeri sipil di daerahnya.

Pasal 85

(1). Sekretaris Aceh dan Kabupaten/Kota diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. (2). Sekretaris Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3). Sekretaris Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(4). Sekretaris Aceh dan Sekretaris Kabupaten/Kota karena kedudukannya mempunyai fungsi sebagai pembina pegawai negeri sipil di daerahnya.

Bagian Keempat Sekretariat DPRA Pasal 85 Bagian Keempat Sekretariat DPRA Pasal 86

www.parlemen.net

(1) Sekretariat DPRA dipimpin oleh Sekretaris DPRA. (2) Sekretaris DPRA sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atau nama lain dengan persetujuan pimpinan DPRA. (3) Sekretaris DPRA mempunyai tugas:

a. menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRA;

b. menyusun rencana anggaran Sekretariat DPRA dan menyelenggarakan administrasi keuangan; c. mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRA;

dan

d. menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRA dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

(4) Sekretaris DPRA dalam menyediakan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d wajib meminta pertimbangan pimpinan DPRA.

(5) Sekretaris DPRA dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRA dan secara administratif bertanggung jawab kepada Gubernur atau nama lain, melalui Sekretaris Daerah. (6) Susunan organisasi Sekretariat DPRA ditetapkan

dengan Qanun Aceh.

(1). Sekretariat DPRA dipimpin oleh Sekretaris DPRA. (2). Sekretaris DPRA sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur dengan persetujuan pimpinan DPRA.

(3). Sekretaris DPRA mempunyai tugas:

a) menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRA;

b) menyusun rencana anggaran Sekretariat DPRA dan menyelenggarakan administrasi keuangan; c) mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRA;

dan

d) menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRA dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

(4). Sekretaris DPRA dalam inenyediakan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d wajib meminta pertimbangan pimpinan DPRA.

(5). Sekretaris DPRA dalani melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRA dan secara administratif bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Aceh.

(6). Susunan organisasi Sekretariat DPRA ditetapkan dengan Qanun Aceh.

Bagian Kelima Sekretariat DPRK Pasal 86 Bagian Kelima Sekretariat DPRK Pasal 8 7

www.parlemen.net

(1) Sekretariat DPRK dipimpin oleh Sekretaris DPRK. (2) Sekretaris DPRK sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diangkat dan diberhentikan oleh Bupati atau Walikota dengan persetujuan pimpinan DPRK.

(3) Sekretaris DPRK mempunyai tugas:

a. menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRK;

b. menyusun rencana anggaran Sekretariat DPRK dan menyelenggarakan administrasi keuangan; c. mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRK;

dan

d. menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRK dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

(4) Sekretaris DPRK dalam menyediakan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d wajib meminta pertimbangan pimpinan DPRK.

(5) Sekretaris DPRK dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRK dan secara administratif bertanggung jawab kepada Bupati dan Walikota melalui Sekretaris Pemerintah Kabupaten/kota. (6) Susunan organisasi Sekretariat DPRK ditetapkan

dengan Qanun Aceh.

(1). Sekretariat DPRK dipimpin oleh Sekretaris DPRK. (2). Sekretaris DPRK sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diangkat dan diberhentikan oleh Bupati/Walikota dengan persetujuan pimpinan DPRK.

(3). Sekretaris DPRK mempunyai tugas:

a) menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRK;

b) menyusun rencana anggaran Sekretariat DPRK dan menyelenggarakan administrasi keuangan; c) mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRK;

dan

d) menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRK dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kemampuan keuangan Kabupaten/Kota.

(4). Sekretaris DPRK dalam menyediakan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d wajib meminta pertimbangan pimpinan DPRK.

(5). Sekretaris DPRK dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan DPRK dan secara administratif bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Kabupaten/Kota. (6). Susunan organisasi Sekretariat DPRK ditetapkan

dengan Qanun Kabupaten/Kota.

Bagian Keenam

Dinas, Badan dan Lembaga Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota

Pasal 87

(1) Dinas Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota

Bagian Keenam

Dinas,Badan dan Lembaga Teknis Aceh dan Kabupaten/Kota

Pasal 88

www.parlemen.net

merupakan unsur pelaksana Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota.

(2) Dinas Pemerintah Aceh dan Kabupaten/Kota dipimpin oleh Kepala Dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atau nama lain, Bupati dan Walikota yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Pemerintah Aceh dan Sekretaris Pemerintah Kabupaten/Kota.

(3) Kepala Dinas Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggungjawab kepada Gubernur atau nama lain, Bupati/Walikota melalui Sekretaris Pemerintah Aceh dan Sekretaris Pemerintah Kabupaten/Kota.

(1). Dinas Aceh dan Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksana Pemerintah Aceh dan Pemerintah kabupaten/kota.

(2). Dinas Aceh dan kabupaten/kota dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.

(3). Kepala Dinas Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Sekretaris Aceh.

(4). Kepala Dinas Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris kabupaten/kota.

(5). Kepala Dinas Aceh bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Aceh.

(6). Kepala Dinas kabupaten/kota bertanggungjawab kepada Bupali/Walikota melalui Sekretaris kabupaten/kota.

Pasal 88

(1) Lembaga teknis Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan unsur pendukung tugas Gubernur atau nama lain/Wakil Gubernur atau nama lain, Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersifat spesifik berbentuk badan/lembaga dan kantor.

(2) Badan dan kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh kepala badan/lembaga, kepala kantor yang diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atau nama lain, Bupati atau Walikota yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Pemerintah Aceh dan Sekretaris Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 89

(1). Lembaga Teknis Aceh merupakan unsur pendukung tugas Gubernur dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan Aceh yang bersifat spesilik berbentuk badan/kantor.

(2). Lembaga teknis kabupaten/kota merupakan unsur pendukung tugas Bupati/Walikota dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota yang bersifat spesifik berbentuk badan/kantor.

(3). Badan/kantor Aceh dan kabupaten/kota dipimpin oleh Kepala Badan/kantor yang diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.

(4). Kepala Badan/kantor Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul Sekretaris Aceh.

www.parlemen.net

(3) Kepala badan dan kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada Gubernur atau nama lain, Bupati atau Walikota melalui Sekretaris Pemerintah Aceh dan Sekretaris Pemerintah Kabupaten/Kota.

dimaksud pada ayat (3) diangkat dan diberhentikan oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris kabupaten/kota.

(6). Kepala Badan/kantor Aceh bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Aceh.

(7). Kepala Badan/kantor kabupaten/kota bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris kabupatcn/kota.

Bagian Ketujuh Kecamatan

Pasal 89

(1) Kecamatan dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati/Walikota untuk menangani urusan kabupaten/kota.

(2) Penunjukan dan pengangkatan Camat Kepala Wilayah Kecamatan oleh Bupati atau Walikota setelah mendapat pertimbangan para imeum mukim atau nama lain.

(3) Pemekaran kecamatan baru di wilayah kabupaten/kota ditetapkan dengan Qanun.

(4) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi:

a. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b. mengkoordinasikan upaya penyelengaraan ketentraman dan ketertiban umum;

c. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

Bagian Ketujuh Kecamatan

Pasal 90

(1). Kecamatan dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati/Walikota untuk menangani urusan kabupaten/kota.

(2). Penunjukan dan pengangkatan Camat Kepala Wilayah Kecamatan oleh Bupati/Walikota.

(3). Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Camat juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi:

a) mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

b) mengkoordinasikan upaya penyelengaraan ketentraman dan ketertiban umum;

c) mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;

d) mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

e) mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat Kecamatan;

f) membina penyelenggaraan pemerintahan Mukim, Kelurahan dan Gampong; dan

Pasal 89 Ayat (2) Draft RUU PA DPRD NAD tetap dipertahankan karena hal ini merupakan aspirasi yang berkembang dalam

masyarakat Aceh.

Pasal 89 Ayat (3) Draft RUU PA DPRD NAD tetap dipertahankan karena sesuai dengan

www.parlemen.net

d. mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

e. mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat Kecamatan;

f. membina penyelenggaraan pemerintahan Mukim dan Gampong;

g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan Mukim dan Gampong.

(5) Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris daerah Kabupaten/Kota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat sesuai perundang-undangan.

(6) Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dibantu oleh perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Pemerintah Kabupaten/Kota.

(7) Perangkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bertanggung jawab kepada Camat.

(8) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) ditetapkan dengan peraturan Bupati atau Walikota dengan berpedoman pada Qanun.

g) rnelaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan Mukim, Kelurahan dan Gampong.

(4). Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat sesuai peraturan perundang-undangan.

(5). Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat.(3) dan ayat (4) dibantu oleh perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris kabupaten/kota.

(6). Perangkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bertanggungjawab kepada Camat.

(7). Pelaksanaan ketentuan sebagairnana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5) dan ayat (6) ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota dengan berpedoman pada Qanun Kabupaten/Kota.

www.parlemen.net

Bagian Kedelapan Kelurahan

Pasal 91

(1). Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan Qanun kabupaten/kota berpedoman pada Peraturan Pernerintah.

(2). Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota.

Istilah “Kelurahan” dalam Pasal 91 RUU PA Pemerintah harus dihilangkan karena dlm susunan pemerintahan sesuai dgn Pasal 2 UU no. 18 thn 2001 tdk lagi dikenal istilah kelurahan.

(3). Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Lurah mempunyai tugas:

a) pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan; b) pemberdayaan masyarakat;

c) pelayanan masyarakat;

d) penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; dan

e) pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

(4). Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(5). Dalarn melaksanukan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Lurah bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Camat.

(6). Lurah dalam rnelaksunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibantu oleh perangkat kelurahan. (7). Perangkat kelurahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (6) bertanggung jawab kepada Lurah.

(8). Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dibentuk

sub BAB bagian kedelapan tentang kelurahan dihapus, dengan alasan sama dengan diatas.

www.parlemen.net

lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan dalam Qanun Kabupaten/Kota.

(9). Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedelapan

Imeum Mukim Pasal 90

(1) Imeum Mukim atau nama lain adalah Kepala Pemerintahan Mukim yang dibantu oleh Tuha Peuet Mukim atau nama lain yang dipilih melalui musyawarah Mukim untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.

(2) Kedudukan, tugas dan fungsi, organisasi dan kelengkapan Mukim diatur dengan Qanun.

BAB XV

MUKIM DAN GAMPONG Bagian Kesatu

Mukim Pasal 92

(1). Dalam kabupaten/kota dibentuk Mukim yang terdiri atas gabungan beberapa Gampong yang berkedudukan langsung di bawah Camat.

(2). Mukim dipimpin oleh Imeurn Mukim atau nama lain sebagai penyelenggara tugas dan fungsi Mukim yang dibantu oleh Tuha Peuet Mukim.

(3). Imeum Mukirn atau nama lain dipilih melalui musyawarah Mukim untuk masa jabatan 5 (lima) tahun.

(4). Kedudukan, tugas dan fungsi, organisasi dan kelengkapan Mukim diatur dengan Qanun.

Bagian Kesembilan Pemerintahan Gampong

Pasal 91

(1) Dalam pemerintahan daerah Kabupaten/Kota dibentuk pemerintahan Gampong atau nama lain dan Badan Permusyawaratan Gampong yang disebut

Bagian Kedua Gampong

Pasal 93

(1). Dalam kabupaten/kota dibentuk Gampong atau nama lain.

(2). Dalam Gampong dibentuk pemerintahan Gampong yang terdiri dari Badan Permusyawaratan Gampong

Penambahan ayat 1 di draft depdagri.

www.parlemen.net

Tuha Peut atau nama lain.

(2) Gampong atau nama lain dipimpin oleh seorang Keuchik yang dipilih secara langsung oleh masyarakat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

(3) Pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan Gampong atau nama lain dengan memperhatikan asal-usul dan atas prakarsa masyarakat.

(4). Pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan Gampong atau nama lain dengan memperhatikan asal-usul dan atas prakarsa masyarakat.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang kedudukan, fungsi, pembiayaan, organisasi dan perangkat pemerintahan Gampong atau nama lain diatur dengan Qanun.

yang disebut Tuha Peut atau nama lain.

(3). Gampong atau nama lain dipimpin oleh seorang Keuchik yang dipilih secara langsung oleh masyarakat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

(5). Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan, fungsi, pembiayaan, organisasi dan perangkat pemerintahan Gampong atau nama lain diatur dengan Qanun Kabupaten/Kota.

BAB XV KEPEGAWAIAN

Pasal 92

(1) Pemerintah dan Pemerintah Aceh melaksanakan pembinaan pegawai negeri sipil daerah dalam suatu kesatuan penyelenggaraan pegawai negeri secara nasional.

(2) Pembinaan pegawai negeri sipil daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian jumlah.

BAB XVI KEPEGAWAIAN

Pasal 94

(1). Pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen pegawai negeri sipil Aceh/kabupatenlkota dalam satu kesatuan penyelenggaran manajemen pegawai negei sipil secara nasional.

(2). Manajemen pegawai negeri sipil Aceh/kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pension, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian jumlah.

www.parlemen.net

Pasal 93

(1) Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II pada Pemerintah Aceh ditetapkan oleh Gubernur atau nama lain.

(2) Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II pada pemerintahan Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota setelah berkonsultasi dan mendapat rekomendasi Gubernur atau nama lain.

Pasal 95

(1). Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II pada Pemerintah Aceh ditetapkan oleh Gubernur.

(2). Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II pada pemerintah kabupaten/kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota setelah berkonsultasi dengan Gubernur.

Pasal 94

(1) Perpindahan pegawai negeri sipil antar Kabupaten/Kota dalam satu wilayah Aceh ditetapkan oleh Gubernur atau nama lain setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Aceh. (2) Perpindahan pegawai negeri sipil antara Aceh dengan

provinsi lainnya ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara.

Dalam dokumen Argumentasi/ Rasionalisasi (Halaman 83-112)

Dokumen terkait