• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ringkasan Mater

Kegiatan 3 Lembaga-Lembaga Penegakkan Hak Asasi Manusia

Tujuan

1. Peserta mampu memahami model-model penegakkan Hak Asasi Manusia; 2. Peserta mampu mengetahui lembaga-lembaga yang berperan dalam

penegakkan Hak Asasi Manusia;

3. Peserta mampu melakukan indentifikasi tugas, fungsi, dan kewenangan yang dapat mendukung penegakkan Hak Asasi Manusia.

Waktu

150 Menit

Deskripsi

5 M enit Ba gia n A Pe nga nt a r Fa silit a t or

1. Fasilitator menjelaskan tujuan sesi dan keterkaitannya dengan modul berikut dengan sesi sebelum dan sesudahnya;

2. Fasilitator memaparkan metode yang akan digunakan.

4 5 M enit Ba gia n B Diskusi Kelom pok

1. Fasilitator membagi peserta dalam empat kelompok. Masing-masing kelompok diminta untuk membaca peraturan-peraturan dibawah ini:

Kelompok 1 UU 37/2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia; Kelompok 2 UU 13/ 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban; Kelompok 3 UU 24/2003 tentang Mahkamah Konstitusi;

Kelompok 4 UU 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia;

2. Fasilitator meminta kelompok mendiskusikan dalam waktu 20 menit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Apa tugas, fungsi dan kewenangan lembaga dalam peraturan yang

mendukung penegakkan Hak Asasi Manusia (peraturan yang telah dibaca)?; b.Kewenangan apa saja yang termasuk dalam ketegori mekanisme penegakkan

HAM melalui “Pengadilan” dan “di Luar Pengadilan”?;

c. Bila lembaga tersebut adalah badan state auxiliary (komisi atau badan), bagaimana hubungan mereka dengan lembaga-lembaga administrasi peradilan (Polisi, Jaksa, Hakim) dalam penyelesaian pelanggaran Hak Asasi Manusia?.

90 Menit Bagian C Presentasi Kelompok

1. Fasilitator meminta perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya selama sepuluh menit;

2. Fasilitator meminta peserta dari kelompok lain untuk memberikan klarifikasi dan tanggapan.

10 Menit Bagian D Penutup Fasilitator

1. Fasilitator merangkum pendapat menjadi sebuah bagan mekanisme penegakkan HAM melalui jalur pengadilan dan luar pengadilan;

2. Fasilitator menegaskan kembali catatan penting hasil diskusi.

Penjelasan Ringkas

Mekanisme Penegakkan Hak Asasi Manusia

Ruang lingkup Hak Asasi Manusia pada semua aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, sipil dan politik. Keluasan lingkup Hak Asasi Manusia seperti itu menyebabkan penegakkan Hak Asasi Manusia tidak semata dilakukan oleh lembaga khusus atau kementerian khusus yang menanganai Hak Asasi Manusia.

Secara garis besar penegakkan Hak Asasi Manusia dapat dipilah menjadi mekanisme pengadilan (hukum) dan mekanisme di luar pengadilan. Keduanya saling melengkapi.

Mengapa mekanisme pengadilan ? Bukankah pengadilan umumnya dikenal untuk penyelesaian pelanggaran hukum (pidana, perdata)? Seperti dijelaskan dalam modul sebelumnya, menurut Konstitusi kita, semua ketentuan peraturan perundang-undangan pada dasarnya adalah dalam rangka melaksanakan kewajiban negara dalam bidang Hak Asasi Manusia. Semua ketentuan hukum adalah bagian dari pertanggungjawaban negara melakukan kewajibannya.

Salah satu kewajiban negara itu, seperti disebutkan dalam modul kedua, adalah kewajiban negara untuk melindungi. Negara memiliki kewajiban untuk melindungi warga negara dari pelanggaran baik yang dilakukan oleh aparat negara maupun pihak lain yaitu individu

Peristiwa HAM Pengadilan Non Pengadilan Penyelesaian Mekanisme Penegakkan

maupun korporasi. Untuk itu, negara diberi kewenangan untuk melakukan kriminalisasi. Seperti disebutkan dalam modul sebelumnya berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia kemudian dikriminalkan oleh negara yang kemudian masuk dalam hukum pidana atau hukum perdata mereka. Penegakkan hak-hak ini kemudian dilakukan melalui lembaga pengadilan. Itulah mengapa lembaga pengadilan juga merupakan lembaga penegakkan Hak Asasi Manusia.

Negara memasukkan pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam hukum perdata atau pidana mereka sehingga menjadi sebuah pelanggaran hukum. Sehingga pengadilan dapat memproses pihak-pihak yang bertanggung jawab. Pelanggaran hukum yang dilakukan oleh individu kemudian diproses oleh lembaga pengadilan untuk meminta pertanggungjawaban individu atas pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukannya. Bila negara tidak melakukan penindakan atau membiarkan pengadilannya tidak melakukannya maka, negara tidak melakukan kewajibannya dan pelanggaran Hak Asasi Manusia terjadi. Dapat disimpulkan bahwa pelanggaran hukum bersifat individual sementara pelanggaran Hak Asasi Manusia terjadi bila negara tidak melakukan kewajibannya atas Hak Asasi Manusia (bukan bersifat individual).

Tidak semua ketentuan Hak Asasi Manusia tercantum dalam peraturan perundang- undangan sehingga tidak semua pelanggaran Hak Asasi Manusia dapat diproses secara hukum. Akibatnya, tidak ada penyelesaian terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia. Penegakan Hak Asasi Manusia juga memerlukan upaya lain di luar pengadilan. Penegakan Hak Asasi Manusia kemudian juga tidak dapat hanya mengandalkan perangkat hukum. Selain itu harus pula dipastikan bahwa perangkat hukum dan lembaga penegak hukum adalah melakukan kewajibannya sebagai penegak Hak Asasi Manusia dan tidak berseberangan dengan prinsip Hak Asasi Manusia.

Indonesia telah memiliki pula mekanisme pengadilan yang menguji peraturan perundang- undangan dan kesesuaiannya dengan Konstitusi (constitutional review). Ini juga merupakan mekanisme penegak Hak Asasi Manusia. Mahkamah Agung memiliki pula kewenangan untuk menguji peraturan melalui mekanisme judicial review yang kemudian dapat membatalkan ketentuan bila diputuskan melanggar Hak Asasi Manusia.

Mekanisme penegakan Hak Asasi Manusia di luar pengadilan meliputi tidak hanya meliputi lembaga-lembaga yang memiliki tugas dalam penegakkan Hak Asasi Manusia seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), tetapi lembaga-lembaga eksekutif dan legislatif. Mengapa mereka juga memiliki peran dalam penegakkan Hak Asasi Manusia? Lembaga-lembaga eksekutif dan legislatif adalah unsur-unsur negara yang juga memiliki kekuasaan dan kewenangan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Mereka memiliki perangkat untuk mewujudkan kewajiban penghormatan, perlindungan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia.

Peran apa yang dapat dimainkan lembaga legistlatif? Lembaga legislatif melalui kewenangannya dapat menyusun peraturan perundang-undangan baik di tingkat pusat maupun daerah yang mendukung pelaksanaan Hak Asasi Manusia secara baik. Lembaga legislatif adalah perekayasa sosial untuk mewujudkan kehidupan. Lembaga legislatif juga dapat memainkan fungsi pengawasan pelaksanaan pemerintahan.

Peran apa yang dapat dimainkan lembaga eksekutif? Sangat jelas, lembaga eksekutif adalah lembaga yang memiliki kewajiban dalam melaksanakan kewajiban negara dalam Hak Asasi Manusia. Melalui lembaga-lembaga yang relevan pemerintah dapat mewujudkan tiga kewajiban tersebut.

Selain itu, mekanisme Hak Asasi Manusia juga dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga yang boleh disebut lembaga sampiran negara (state auxiliary institution). Biasanya lembaga- lembaga ini dinamai komisi atau lembaga. Setidaknya Indonesia memiliki lembaga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Sebelumnya Indonesia juga memiliki Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.24

Dapat disimpulkan bahwa sistem penegakkan Hak Asasi Manusia pada tingkat nasional akan meliputi kerangka konstitutional dan peraturan di bawahnya serta lembaga-lembaga yang efektif (Parlemen, pemerintah, penegak hukum, administrasi publik, serta lembaga- lembaga nasional Hak Asasi Manusia yang independen)