• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGAKAN HAM MELALUI MEKANISME DI LUAR MEKANISME PENGADILAN

Kegiatan 3: Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia Dalam Administrasi Peradilan

B. Persamaan dan Non Diskriminas

Persamaan dimuka hukum (equalitiy before the law) merupakan salah satu prinsip dalam negara hukum. Prinsip ini mengandung makna adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang diakui secara normatif dan dilaksanakan secara empirik. Di Indonesia prinsip tersebut dijamin dalam UUD 1945, diantaranya dalam Pasal 27 ayat (1) yang menyatakan “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya,” dan Pasal 28D ayat (1) “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.” Prinsip persamaan ini sejalan dengan larangan untuk melakukan diskriminasi sebagaimana dijamin dalam UUD 1945, diantaranya Pasal 28 I yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.” UUD 1945 juga menjamin adanya tindakan affirmative untuk persamaan dan keadilan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28 H yang menyatakan setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

Dalam rangka prinsip persamaan ini, segala sikap dan tindakan diskriminatif dalam segala bentuk dan manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan sementara yang dinamakan ‘affirmative ac- tions’ guna mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat tertentu atau kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan sehingga mencapai tingkat perkembangan yang sama dan setara dengan kelompok masyarakat kebanyakan yang sudah jauh lebih maju. Kelompok masyarakat tertentu yang dapat diberikan perlakuan khusus melalui ‘affirmative actions’ yang tidak termasuk pengertian diskriminasi itu misalnya adalah kelompok masyarakat suku terasing atau kelompok masyarakat hukum adat tertentu yang kondisinya terbelakang. Sedangkan kelompok warga masyarakat tertentu yang dapat diberi perlakuan khusus yang bukan bersifat diskriminatif, misalnya, adalah kaum wanita ataupun anak-anak terlantar.

Bahwa prinsip-prinsip persamaan dan non diskriminasi juga tersebar dalam berbagai undang-undang misalnya dalam Pasal 5 UU 39 tahun 1999 disebutkan bahwa Setiap or- ang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan dan perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya didepan hukum. Pernyataan tersebut merupakan inti dari prinsip non diskriminasi dalam bekerjanya administrasi peradilan.

Pengertian diskriminasi dalam UU 39 tahun 1999 adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya.

Prinsip persamaan dan non diskriminasi menjadi salah satu nilai Hak Asasi Manusia yang fundamental, Pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyataan “All human be- ings are born free and equal in dignity and rights” (Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama). Pasal 2 menyatakan :

“Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada kekecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain. Selanjutnya, tidak akan diadakan pembedaan atas dasar kedudukan politik, hukum atau kedudukan internasional dari negara atau daerah dari mana seseorang berasal, baik dari negara yang merdeka, yang berbentuk wilyah-wilayah perwalian, jajahan atau yang berada di bawah batasan kedaulatan yang lain.”

Prinsip Persamaan dan Non Diskriminasi dalam Instrumen Hak Asasi Manusia Internasional

Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik

Hak atas persamaan dan kebebasan dari diskriminasi dilindungi dalam sejumlah Pasal dalam Kovenan ini diantaranya :

- Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan “Setiap Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menghormati dan menjamin hak-hak yang diakui dalam Kovenan ini bagi semua orang yang berada dalam wilayahnya dan tunduk pada wilayah hukumnya, tanpa pembedaan apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya.”

- Pasal 26 menyatakan “Semua orang berkedudukan sama di hadapan hukum dan berhak

atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi apapun”. Dalam hal ini hukum

harus melarang diskriminasi apapun, dan menjamin perlindungan yang sama dan efektif bagi semua orang terhadap diskriminasi atas dasar apapun seperti ras, warna, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal-usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status lain.

- Pasal 20 ayat (2) yang menyatakan “Segala tindakan yang menganjurkan kebencian atas dasar kebangsaan, ras atau agama yang merupakan hasutan untuk melakukan diskriminasi, permusuhan atau kekerasan harus dilarang oleh hukum”.

- Pasal 14 ayat (1) menyatakan “Semua orang mempunyai kedudukan yang sama di

hadapan pengadilan dan badan peradilan”. Dalam menentukan tuduhan pidana

terhadapnya, atau dalam menentukan segala hak dan kewajibannya dalam suatu gugatan, setiap orang berhak atas pemeriksaan yang adil dan terbuka untuk umum, oleh suatu badan peradilan yang berwenang, bebas dan tidak berpihak dan dibentuk menurut hukum. Media dan masyarakat dapat dilarang untuk mengikuti seluruh atau sebagian sidang karena alasan moral , ketertiban umum atau keamanan nasional dalam suatu masyarakat yang demokratis atau apabila benar-benar diperlukan menurut pendapat pengadilan dalam keadaan khusus, dimana publikasi justru akan merugikan kepentingan keadilan sendiri; namun setiap keputusan yang diambil dalam perkara pidana maupun perdata harus diucapkan dalam sidang yang terbuka, kecuali bilamana kepentingan anak-anak menentukan sebaliknya, atau apabila persidangan tersebut berkenaan dengan perselisihan perkawinan atau perwalian anak-anak.

- Pasal 25 menyatakan “setiap warga negara harus mempunyai hak dan kesempatan, tanpa pembedaan apapun sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 dan tanpa pembatasan yang tidak layak”

- Pasal 27 memberikan perlindungan terhadap etnis, agama dan bahasa minoritas dengan menyatakan “Di negara-negara yang memiliki kelompok minoritas berdasarkan suku bangsa, agama atau bahasa, orang-orang yang tergolong dalam kelompok minoritas tersebut tidak boleh diingkari haknya dalam masyarakat, bersama-sama anggota kelompoknya yang lain, untuk menikmati budaya mereka sendiri, untuk menjalankan dan mengamalkan agamanya sendiri, atau menggunakan bahasa mereka sendiri.”

Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Pasal 2 ayat (2) Kovenan menyatakan “Negara Pihak pada kovenan ini berjanji untuk