• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak dan Kondisi Geografis Obyek Wisata Curug Cigamea Curug Cigamea

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.3 Letak dan Kondisi Geografis Obyek Wisata Curug Cigamea Curug Cigamea

Obyek wisata Curug Cigamea termasuk dalam wilayah administrasi Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Tepatnya obyek wisata ini terletak di Kampung Rawa Bogo RT 1 RW 9 kawasan wisata Gunung Salak Endah. Curug Cigamea berada pada kordinat 6° 41' 40.30" S 106° 41' 8.48" E. Air terjun ini terdiri dari dua air terjun yang memiliki karakter berbeda. Air terjun pertama lebih dekat dengan jalan masuk, dengan tebing curam menyerupai dinding dan didominasi bebatuan hitam. Kolam dari air jatuh yang berada dibawahnya tidak terlalu dalam dan luas sehingga tidak bisa digunakan untuk berenang. Sementara, air terjun kedua berjarak sekitar 30 meter dari air terjun pertama dan berada di celah tebing. Air terjun kedua ini memiliki ketinggian sekitar 50 meter dengan aliran air yang turun semakin lebar membelah tebing bebatuan yang berwarna hitam kecoklatan serta tumpahan air yang cukup deras dibandingkan air terjun yang pertama. Kolam limpahan air yang ada di bawah air terjun kedua ini cukup luas dengan warna air yang biru kehijau-hijauan di bagian tengah kolam, menandakan bagian tersebut cukup dalam, sehingga bisa digunakan untuk berenang bagi pengunjung yang ingin mendapatkan dan merasakan kesegaran air terjun ini. Keindahan hutan yang masih alami dan hamparan hijaunya akan kita nikmati jika berwisata ke curug ini, dari kkejauhan curug ini sudah terlihat walaupun seperti hanya mengintip dari tebing-tebing yang menghiasinya. Sebelum sampai di air terjun utama setidaknya ada tiga air terjun kecil dengan ketinggian kurang dari 50 meter yang dapat kita lihat. Air yang jatuh dari air terjun Curug Cigamea ini jernih dan masih terlihat alami. Di obyek wisata ini juga pengunjung dapat menemukan monyet-monyet hutan yang sedang berkeliaran mencari makan.

4.3.1 Akses Menuju Curug Cigamea

Para pengunjung yang ingin berwisata ke Curug Cigamea tidak perlu khawatir mengenai jalur yang dilewati. Jalan yang dilalui untuk menuju obyek wisata ini sudah bagus, lebar dan beraspal, jalan dari pintu loket menuju air terjun juga sudah rapi dengan undakan anak tangga dari paving block dengan lebar jalan 1 meter yang telah dipasangi pegangan besi disisi kirinya yang memudahkan pengunjung dalam menuruni maupun menaiki anak tangga. Perjalanan pengunjung dari pintu loket menuju air terjun kurang lebih sejauh 350 meter dan memakan waktu kurang lebih 10-20 menit. Di obyek wisata ini sudah banyak tersedia warung-warung milik warga yang menjual berbagai makanan dan minuman cepat saji yang ditawarkan pada pengunjung. Selain itu, ada juga kios souvenir untuk oleh-oleh dan pondok penginapan untuk keluarga.

Akses menuju Curug Cigamea cukup mudah dan sudah dapat dilalui oleh kendaraan besar seperti bus. Untuk menuju ke obyek wisata yang selalu ramai pengunjung ini dapat melalui: Pertama adalah jalur Cemplang (Cibungbulang)- Pamijahan-Salak Endah, kemudian ada jalur Cikampak-Salak Endah, Cibatok- Salak Endah dan terakhir jalur Tamansari-Gunung Bunder-Salak Endah. Jika ingin mengunjungi tempat ini dengan kendaraan umum seperti angkot dapat ditempuh melalui: dari arah Bogor naik angkot 03-turun di lampu merah Bubulak-

33 naik angkot arah Leuwiliang-Cibatok-Gunung Salak Endah, lalu dilanjutkan dengan naik ojek sampai pintu gerbang Curug Cigamea.

4.3.2 Sarana dan Prasarana di Curug Cigamea

Sarana dan prasarana di Curug Cigamea sudah lengkap jika dibandingkan dengan Pemandian Air Panas Lokapurna. Di obyek wisata ini selain pedagang warung yang sudah cukup banyak di sini juga ada kios souvenir meskipun jumlahnya masih sangat terbatas. Selain itu, pedagang baju ganti juga sudah cukup banyak, ada juga fotografer keliling yang berasal dari warga setempat. Fasilitas shelter untuk tempat berteduh pengunjung juga sudah mulai banyak, musholla dan toilet juga sudah memadai. Lahan parkir yang luas dan lebar juga sudah tersedia di obyek wisata yang termasuk unggulan di Gunung Salak Endah ini. Sama dengan di pemandian air panas di kawasan Curug Cigaamea juga sudah masuk fasilitas listrik. Fasilitas kebersihan seperti tempat sampah juga sudah tersedia tapi masih dirasakan kurang karena masih banyak sampah-sampah bekas makanan dan minuman pengunjung yang berserakan di beberapa tempat. Biasanya para pedagang yang berdagang di obyek wisata telah mempunyai tempat sampah sendiri dan mengumpulkannya lalu dibakar. Tiap hari Selasa dan Jum’at rutin dilakukan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan di kampung ini. Selain itu, seminggu sekali ada mobil sampah dari pemda yang mengangkut sampah-sampah warga. Fasilitas yang sangat penting dan belum tersampaikan di kawasan ini yaitu sinyal provider yang masih sangat terbatas. Seperti di Pemandian Air Panas Lokapurna sinyal yang dapat ditangkap oleh pemancar adalah Indosat dan XL.

4.3.3 Kondisi Sosial-Ekonomi Responden di Curug Cigamea - Jenis Kelamin

Mayoritas responden yang diwawancarai berjenis kelamin perempuan, karena pada saat di lapang yang sering ditemui adalah perempuan serta yang mudah untuk diajak berkomunikasi adalah perempuan. Responden yang diwawancarai berjumlah 20 orang yang terbagi atas 15 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. Data disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Jenis kelamin responden di Curug Cigamea

Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%)

Laki-laki 5 25

Perempuan 15 75

Jumlah 20 100

- Umur

Umur responden rata-rata berkisar antara 22-53 tahun. Golongan umur 22- 42 tahun sebanyak 11 orang dan golongan umum 43-53 tahun sebanyak 9 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa responden yang berusaha di Curug Cigamea adalah umur yang relatif muda dan dalam usia yang produktif.

34

- Pendidikan Terakhir

Di Curug Cigamea pendidikan terakhir responden cukup beragam dibandingkan dengan di pemandian air panas yang sebagian besar hanya tamatan SD, dan kebanyakan anak dari orang tua yang berusaha di Curug Cigamea sudah banyak yang sampai perguruan tinggi. Pendidikan masyarakat yang tamat SD sebanyak 13 orang, yang tamat SMP sebanyak 5 orang, dan yang tamat SMA sebanyak 2 orang. Di pemandian air panas dan Curug Cigamea telah manyadari pentingnya arti pendidikan, untuk itu mereka yang hanya tamatan SD tidak ingin anak mereka tidak bisa bersekolah dan memiliki nasib yang sama seperti orang tuanya. Masyarakat yang telah sadar tersebut semaksimal mungkin mancari nafkah untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang yang tinggi. Tingkat pendidikan yang terlihat beragam di sini tidak memungkiri bahwa tingkat pendidikan masyarakat masih rendah terbukti sebanyak 13 orang dari total responden masih tamatan SD. Data disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Tingkat pendidikan terakhir Responden di Curug Cigamea

Pendidikan Terakhir Frekuensi (orang) Persentase (%)

Tamat SD 13 65

Tamat SMP 5 25

Tamat SMA 2 10

Jumlah 20 100

- Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat yang telah mengalami perubahan setelah adanya wisata Gunung Salak Endah dari yang sebelumnya bertani dengan menggarap lahan setelah adanya wisata menjadi lebih banyak yang mendapatkan sumber penghidupannya dari sektor non-pertanian. Sebagian masyarakat di sekitar obyek wisata Curug Cigamea khususnya Kp Rawa Bogo RT 1 RW 9 adalah pedagang warung. Dari 20 responden yang ditemui di lapangan seluruhnya adalah pedagang warung di kawasan wisata air terjun tersebut. Untuk menambah pemasukan yang lebih tidak jarang dari mereka yang mempunyai lebih dari satu warung. Masyarakat yang membuka warug tersebut juga ada yang mencari nafkah di luar desa sebagai kuli bangunan ataupun berwiraswasta. Meskipun, sektor non- pertanian cukup mendominasi, ada juga masyarakat yang masih mencari nafkah di pertanian. Masa panen padi yang bisa dinikmati masyarakat biasanya dua kali per tahun. Mereka yang masih memiliki sawah juga masih manggunakan teknologi tradisional untuk mengelola sawahnya, seperti menggunakan kerbau dan cangkul. Mereka juga mempekerjakan orang dari luar rumahtangga untuk menggarap dan mengelola sawah mereka, yang pendapatannya berupa bagi hasil, menggaji, atau dijual ke tengkulak.

Masuknya kawasan Curug Cigamea ke dalam perluasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, membuat masyarakat merasa khawatir dan terancam. TNGHS dengan basisnya yang menginginkan kawasan hutan menjadi hutan konservasi membuat masyarakat merasa kehidupan mereka selama berpuluh- puluh tahun terancam keberadaannya. Berbagai isu tentang penggusuran lahan

35

“Kalau Saya, siapapun pengelolanya mau Pemda, Perhutani, sampai Taman

Nasional yang penting saling menghormati dan bertoleransi tidak saling menggangu. Toh saya juga di sini tidak merusak hutan dan saya juga tidak mau jika dibilang perusak hutan. Pihak TN belum melakukan penyuluhan-penyuluhan ke

warga mengenai konservasi. Setahu saya, kawasan ini masih dikelola oleh Pemda.”

(LLM 36 tahun, pedagang warung)

dan villa-villa yang ada membuat masyarakat menentang hal tersebut, karena mereka telah hidup dan mencari nafkah dari adanya wisata tersebut. Salah seorang responden yang tidak setuju dengan adanya penggusuran lahan menyatakan:

Pernyataan Pak DDN tersebut dirasakan juga oleh masyarakat yang lain yang menggantungkan hidupnya dari berdagang di kawasan wisata. Tidak dapat dipungkiri masuknya Taman Nasional telah menimbulkan konflik di antara masyarakat dengan pihak TNGHS, terlebih pihak TNGHS belum terlalu melakukan pendekatan dan komunikasi lebih lanjut mengenai pengelolaan dan juga pemahaman tentang zonasi-zonasi Taman Nasional. Selain itu, banyak masyarakat yang belum mengetahui kawasannya telah dikelola oleh Taman Nasional padahal serah terima pengelolaan ini sudah berjalan kurang lebih 10 tahun. Seperti pernyataan Ibu LLM 36 tahun berikut ini:

Dapat dilihat masyarakat yang tinggal di sekitar obyek wisata Curug Cigamea menggantungkan kehidupannya pada sektor non-pertanian dan khusunya wisata. Mereka berjualan makanan dan minuman, baju ganti, tukang parkir, penjaga loket, tukang foto keliling, dan lain-lain.

“Kita juga manusia makhluk hidup ciptaan Tuhan, jika hewan dan tumbuhan

saja dilindungi masa’ kita mau dibinasakan. Kita di sini ingin dibina bukannya

37 BAB V

STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PEDAGANG