• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak dan Kondisi Geografis Obyek Wisata Pemandian Air Panas Lokapurna

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.2 Letak dan Kondisi Geografis Obyek Wisata Pemandian Air Panas Lokapurna

Pemandian Air Panas Lokapurna

Obyek wisata Pemandian Air Panas Lokapurna termasuk dalam wilayah Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Tepatnya, obyek wisata ini terletak di Kampung Ciparay RT 4 RW 8 kawasan wisata Gunung Salak Endah. Obyek wisata ini memiliki luas sebesar 9.6 hektar. Air panas yang ada di sini mengandung belerang alami yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh khususnya dapat mengatasi penyakit kulit. Pemandian Air Panas Lokapurna ini juga dialiri oleh Sungai Cikuluwung yang airnya sangat jernih dan menyegarkan. Topografi Air Panas Lokapurna didominasi dengan tebing-tebing datar yang memiliki ketinggian 700-812 mdpl.

4.2.1 Sejarah Pemandian Air Panas Lokapurna

Kawasan Pemandian Air Panas Lokapurna ini terletak di kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). Kawasan Gunung Salak awalnya merupakan hutan

29 lindung yang dikenal dengan nama Hutan Lindung Gunung Salak (HL-GS) yang merupakan gabungan dari lima kelompok hutan yaitu hutan Gunung Salak Utara, Gunung Salak Selatan, Gunung Salak Nanggung, Ciampea, dan Gunung Kendang Kulon. Masing-masing kawasan tersebut telah memperoleh pengesahan tata batas. Kawasan ini awalnya dikelola oleh masyarakat setempat selanjutnya dikelola oleh Perum Perhutani dalam pengelolaan hutannya dan Pemerintah Daerah sebagai pengelola obyek wisata tahun 1987 yang dibuka secara resmi oleh Bupati Ajat Sudrajat dan dicanangkan menjadi “Kawasan Wisata Alam Terbuka”, dengan lima obyek wisata unggulan yaitu Pemandian Air Panas Lokapurna, Curug Cigamea, Curug Ngumpet, Curug Seribu, dan Kawah Ratu. Diresmikannya kawasan ini oleh Bupati digunakan sebagai alternatif wisata bagi pegunjung selain wisata puncak yang sangat digandrungi oleh wisatawan Bogor maupun luar Bogor. Pada tahun 2003 menurut SK Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003 tentang penetapan kawasan Gunung Salak Endah termasuk dalam perluasan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan otomatis pengelolaanya diberikan pada Balai Taman Nasional Gunung Salak Resort II.

Pada saat awal dibuka, obyek wisata air panas ini belum memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk dijadikan rekreasi. Sekitar tahun 1990 sarana dan prasarana mulai intensif dibangun. Pada tahun 2005, Pemerintah Daerah baru membuat gerbang dan mengaspal jalan, serta membuat anak tangga berupa paving block menuju obyek wisata.

4.2.2 Akses Menuju Pemandian Air Panas Lokapurna

Sarana jalan untuk menuju ke kawasan wisata Gunung Salak Endah sudah bagus dengan jalan yang mayoritas beraspal dan naik turun. Akses untuk menuju pemandian air panas cukup memprihatinkan karena jalanannya yang sempit dan berbatu dengan medan yang naik turun cukup membuat pengunjung yang ingin berwisata ke obyek wisata ini sakit badan. Namun, akses dari gerbang pemandian air panas ke kolam pemadian sudah cukup bagus dan memudahkan pengunjung karena jalan sudah dibuat berundak-undak dengan paving block yang dilengkapi dengan pegangannya di sisi kanan. Lebar anak tangga ini kurang lebih 1 meter dan berjumlah 300 anak tangga, jarak menuju kolam pemandian dari pintu loket kurang lebih 400 meter. Bagi wisatawan yang merasa kelaparan atau kehausan tidak perlu khawatir karena di sini sudah terdapat cukup banyak warung milik warga sekitar yang dibuka setiap hari dengan manjajakan makanan dan minuman cepat saji. Selain itu jika pengunjung yang berasal dari luar kota atau luar daerah ingin bermalam di obyek wisata ini, para penduduk sekitar juga menyediakan penyewaan villa, pondok wisata, maupun homestay yang cukup terjangkau.

Akses menuju kawasan wisata Gunung Salak dapat ditempuh melalui jalur: Bogor-Cibatok-Gunung Sari-Air Panas Lokapurna atau dapat juga melalui jalur Cemplang-Sukamaju-Pasarean-Pamijahan-Air Panas Lokapurna. Jalan menuju kawasan wisata sudah dapat dilalui kendaraan besar seperti bis. Namun, untuk menuju kolam pemandian kita harus berjalan.

4.2.3 Sarana dan Prasarana di Pemandian Air Panas Lokapurna

Pada umumnya sarana dan prasarana di obyek wisata ini sudah cukup lengkap. Setidaknya di dalam kawasan pemandian terdapat dua buah kolam

30

berendam, kamar berendam, pancuran air panas, kamar ganti, musholla, toilet, dan

shelter untuk berteduh. Fasilitas listrik sudah masuk ke dalam kawasan ini terbukti banyak warung yang menggunakan pulsa untuk penerangan mereka dan membawa barang-barang elektronik untuk keperluan berdagang. Para pedagang yang berjualan di pemandian air panas ini juga sudah berusaha menjaga kebersihan lingkungan obyek wisata dengan membuat tempat sampah sendiri di warung mereka. Sampah-sampah tersebut tidak mereka buang ke sungai tetapi mereka kumpulkan kemudian dibakar atau akan diangkut oleh petugas kebersihan yang ada.

Fasilitas yang penting tapi belum cukup terjamah di kawasan ini adalah sarana komunikasi, sinyal penyedia layanan telepon seluler belum seluruhnya sampai di kawasan ini. Provider yang dapat dicapai di kawasan ini adalah XL dan Indosat, GSM lain dan CDMA tidak akan mendapatkan sinyal di daerah ini. Selain itu, areal parkir yang luas belum dibangun di sini, hanya lahan kosong milik warga yang sengaja disewakan untuk parkir pengunjung. Warung-warung yang berada di luar lokasi pemandian ada juga yang menyewakan sebagian kecil dari warungnya untuk parkir motor. Tarif parkir yang dikenakan bagi pengunjung adalah: motor Rp3 000 dan mobil Rp5 000.

4.2.4 Kondisi Sosial-Ekonomi Responden di Pemandian Air Panas Lokapurna

- Jenis Kelamin

Jumlah responden yang diwawancarai berjumlah 20 orang yang terdiri dari 17 orang (85%) perempuan dan 3 orang laki-laki (15%) (Tabel 7). Banyaknya perempuan yang menjadi responden disebabkan karena yang sering ditemui pada saat wawancara adalah perempuan dan penulis merasa lebih mudah berkomunikasi dengan perempuan mengenai pendapatan rumahtangga di pemandian air panas.

Tabel 7 Karakteristik jenis kelamin responden di Pemandian Air Panas Lokapurna Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase (%) Laki-laki Perempuan 3 17 15 85 Jumlah 20 100 - Umur

Umur responden yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini berkisar di angka 22 tahun sampai 80 tahun. Masyarakat yang berumur 22 sampai 32 sebanyak 6 orang, yang berumur 33 sampai 43 sebanyak 10 rang, yang berumur 44 sampai 54 sebanyak 2 orang, sedangkan yang berumur 55 sampai 80 tahun sebanyak 2 orang. Dari hasil yang didapat umur yang banyak bekerja di pemandian air panas adalah umur 33-43 tahun sebanyak 10 orang, sedangkan umur 45 keatas sudah mulai sedikit jumlahnya, yaitu 4 orang. Hal ini disebabkan oleh kekuatan fisik dan juga kesehatan yang tidak lagi mendukung. Umur 22-32 tahun hanya 6 orang yang mencari nafkah di kawasan wisata karena kebanyakan

31 dari usia tersebut lebih memilih untuk bekerja di luar desa daripada di sektor wisata.

- Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir masyarakat sekitar pemandian air panas khususnya yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pariwisata sangat penting karena dengan pendidikan masyarakat akan mengerti dan memahami arti penting dari lingkungan dan tidak ragu lagi bergaul atau berinteraksi dengan pengunjung yang datang. Pendidikan masyarakat juga penting untuk memajukan kawasan wisata tersebut ke depannya. Dari data yang didapat di lapangan menunjukkan mayoritas masayarakat yang berusaha di obyek wisata ini adalah tamatan SD sebanyak 17 orang (85%), untuk tamatan SMA 1 orang (5%), dan yang belum sempat menamatkan pendidikan Sekolah Dasarnya berjumlah 2 orang (10%). Dari data tersebut dapat dikatakan tingkat pendidikan masyarakat masih tergolong rendah. Masyarakat sebenarnya menyadari pentingnya arti pendidikan namun karena berbagai kendala, diantaranya faktor ekonomi/biaya dan juga pada saat itu fasilitas sekolah masih minim dan letaknya jauh dari tempat tinggal mereka. Data statistiknya disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Tingkat pendidikan terakhir responden di Pemandian Air Panas Lokapurna

Pendidikan Terakhir Frekuensi (orang) Persentase (%)

Tidak tamat SD 2 10 Tamat SD 17 85 Tamat SMP 0 0 Tamat SMA 1 5 Jumlah 20 100 - Mata Pencaharian

Responden yang diwawancari sebagian besar mengaku bermata pencaharian sebagai pedagang di dalam maupun di sekitar pemandian air panas sebanyak 20 orang. Dari 20 orang tersebut 14 orang diantaranya menyatakan berdagang warung adalah mata pencaharian utama untuk menghidupi rumahtangga. Sementara itu, 6 orang lainnya menyatakan berdagang sebagai tambahan pendapatan untuk membantu suami. Masyarakat memanfaatkan kawasan wisata untuk berdagang makanan dan minuman cepat saji. Masyarakat yang berdagang ini tidak hanya berdagang makanan dan minuman saja, tetapi ada juga dari mereka yang menyewakan bale-bale untuk pengunjung rombongan maupun keluarga. Selain itu, ada juga yang berjualan pakaian ganti untuk pengunjung yang tidak sempat atau lupa membawa baju ganti saat berendam, tapi yang berjualan baju ganti masih sangat sedikit di sini. Selain menyewakan bale, ada juga masyarakat yang membuka warung serta menyewakan pondok ataupun

homestay. Mata pencaharian lainnya yaitu penjaga loket, sales, usaha parkir, supir, penjaga villa, petani, buruh tani, dan kuli bangunan.

32

4.3 Letak dan Kondisi Geografis Obyek Wisata Curug Cigamea