• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah

4.2 Letak dan Luas kawasan

Lestari. dan PT Belantara Pusaka (luas 2.500 ha). Praktis yang tersisa hanyalah hutan lindung ini sebagai penyeimbang alam. Topografi dibeberapa lokasi yang cukup sulit mengakibatkan kegiatan penebangan di kawasan Sungai Lesan tidak optimal, bahkan beberapa tempat masih dapat ditemukan hutan primer dengan tidak adanya kegiatan penebangan. Menurut Nardiyono (2005) kondisi hutan cukup berfariasi dari hutan dataran rendah, rawa, hingga perbukitan yang merupakan habitat cukup baik bagi flora dan fauna.

4.2 Letak dan Luas kawasan

Kawasan ini terletak diantara areal HPH, Hutan Tanaman Industri (HTI) dan perkebunan kelapa sawit (Gambar 2). Data dari Pokja Program Karbon Berau, ada dua HPH, satu HTI dan lima perkebunan Sawit yang terdapat disekitar kawasan. Kawasan hutan lindung sungai lesan terletak di Kecamatan Kelai Kabupaten Berau Kalimantan Timur dalam koordinat antara 01032’20,26”-01040’29,67” Lintang Utara dan antara 117003’58,19”-117011’13,47” Bujur Timur, dengan luasan 12.192 ha. Kawasan tersebut terbagi dalam wilayah administrasi 4 (empat) kampung yaitu Lesan Dayak, Muara Lesan, Sidobangen, dan Merapun.

 

Hutan Lindung Sungai Lesan sebelah Utara berbatasan dengan Sidobangen, sebelah Timur dengan Lesan Dayak dan Muara Lesan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Merapun dan sebelah Barat berbatasan dengan HPH PT. Mardhika Insan Mulia dan PT. Karya Lestari (PEMDA Berau 2005). Menurut surat rekomendasi Gubernur Kalimantan Timur No. 521/9038/EK tanggal 10 November 2005 tentang perubahan kawasan yang ditujukan kepada menetri Kehutanan, luasan kawasan yang direkomendasikan mencapai 11.342,61 ha dari luasan 12.192 ha yang diusulkan oleh bupati Berau. Berkurangnya luasan kawasan tersebut disebabkan adanya kajian ulang Dinas Kehutaan Provinsi Kalimantan Timur yang menemukan bahwa sebagian wilayah kawasan Lesan yang semula diusulkan merupakan wilayah IUPHHKT PT. Belantara Pusaka. 4.3 Kondisi Biologi

4.3.1 Kondisi Iklim

Kondisi iklim di kawasan dicirikan dengan suhu dan kelembaban yang tinggi, kecepatan angin rendah dan lama penyinaran yang relatif panjang (± 6 jam perhari). Rata-rata curah hujan tahunan selama 30 tahun pencatatan (1971-2000) mencapai 2.012 mm dengan distribusi yang relatif merata sepanjang tahun yaitu tidak mempunyai bulan kering (curah hujan bulanan <100 mm). Bulan basah (curah hujan bulanan>200 mm) terjadi pada bulan November, Desember, Januari dan Maret sedangkan sisanya adalah bulan lembab (curah hujan antara 100 s/d 200 mm perbulan). Curah hujan terendah biasanya terjadi pada bulan Juli sampai September. Rata-rata jumlah hari hujan per tahun mencapai 161 hari atau rata-rata tiap bulan terjadi 13 hari hujan. Jumlah hari hujan di bawah rata-rata biasanya terjadi pada bulan Mei sampai September (PEMDA Berau 2005).

4.3.2 Kondisi Hidrologi

Kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Kelai di bagian Utara dan Sungai Lesan di bagian Timur. Sungai Kelai merupakan salah satu dari dua sungai utama di Kabupaten Berau, dengan lebar kurang lebih 120 meter dan debit air yang stabil sepanjang tahun. Sungai Lesan dengan lebar 30 meter adalah salah satu sungai yang memberi kontribusi kepada sungai Kelai atau DAS Sungai Lesan merupakan Sub DAS Kelai (bagian Utara) serta sub DAS

 

Letak di sebelah Timur dan Selatan kawasan. Dalam kawasan juga terdapat beberapa sub DAS yang lain yaitu sub DAS Sungai Pesan dan sub DAS Sungai Lejak (PEMDA Berau 2005).

4.3.3 Topografi

Dari hasil identifikasi melalui system informasi data Demographic Elevation Model (DEM), data-data kontur, data-data RepPProt dan yang lainnya serta pengecekan lapangan, diperoleh informasi tentang kelas lereng dan keadaan topografi kawasan Lesan. RePProt tahun 1987 pada kawasan ini terdapat 10.664 ha atau sekitar 87% areal memiliki kelas kemiringan lereng (slope) lebih dari 40%. Di kawasan Lesan yang memiliki kemiringan lahan sangat ekstrim ini menjadi indicator tingkat bahaya erosi akan sangat berat dan sudah seharusnya dijadikan hutan lindung (PEMDA Berau 2005).

4.3.4 Kondisi Penutupan Lahan

Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat dan hasil cek lapangan tim survei

Berau Forest Management Project (BFMP) tahun 1999-2000 diketahui kondisi hutan kawasan ini masih sangat baik (85% hutan tidak terganggu). Kondisi hutan semakin baik karena selama 2000-2007 tidak ada Aktivitas yang cukup berat di kawasan ini selain pengambilan hasil hutan non kayu atau non timber forest product (NTFP) dan perburuan terbatas oleh masyarakat sekitar. Kawasan hutan lindung sungai lesan terdiri dari hutan bekas tebangan yang masih sehat, hutan bekas tebangan sangat terganggu, hutan tanaman industri dengan komoditi tanaman karet, alang-alang dan belukar (PEMDA Berau 2005).

4.3.5 Tingkat Bahaya Erosi

Analisis tingkat bahaya erosi dilakukan dengan menggunkan teknik

Universal Soil Loss Equation (USLE), yaitu alat untuk memprediksi bahaya erosi pada suatu tempat bila di suatu wilayah tidak lagi memiliki hutan, dengan nilai bahaya dari ringan sampai berat. Mengacu pada kriteria bahaya erosi sebagaimana yang telah ditetapkan oleh RLKT Departemen Kehutanan 1994, kawasan Lesan termasuk dalam tingkat bahaya erosi sedang sampai sangat. Dengan tingginya nilai erosi di dalam kawasan sangat berat cocok dengan kriteria kelas bahaya erosi

 

untuk Hutan Lindung dan penyangga yaitu kelas IV-V atau nilai erosi antara 60-180 ton/ha/thn dan diatas 60-180 ton/ha/thn (PEMDA Berau 2005).

4.3.6 Keanekaragaman Flora dan Fauna

Hutan Sungai Lesan sebagian besar merupakan hutan sekunder. Dari hasil pengamatan tim survey TNC pada tahun 2003-2006, berhasil dicatat ada 45 jenis pohon pakan primata dan sarang Orangutan (Nardiyono, 2007). Adapun jenis-jenis pohon yang ditemukan pada kawasan ini adalah jenis-jenis pohon jambu-jambu, kayu kacang, resak, kayu arang, kecundai, majau, meranti merah, ulin, kapur, keranji, medang, kenari, rengas, meranti pandan, pasang, meranti kuning, empilung, mata kucing, mersawa, bengkal, nyatoh, meranti putih, semangkok, terap, sengkuang, penjalin, dan marsolo serta berbagai jenis pohon buah-buahan. Sebagian dari jenis kayu yang ditemui sangat cocok bagi sarang dan pakan Orangutan.

Menurut data survei yang dilakukan The Nature Conservancy menunjukkan keanekaragaman satwa yang ada di kawasan Sungai Lesan sangat tinggi. Nardiyono (2007) menyatakan bahwa hal ini bisa dilihat dari beberapa jenis satwa yang berhasil diobservasi, tercatat ada 52 jenis mamalia (18 jenis kelelawar), 118 jenis burung, 12 amfibi dan 5 jenis reptil.

Dokumen terkait