• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah

4.4 Kondisi Habitat

4.4.1 Anak sungai Lejak

untuk Hutan Lindung dan penyangga yaitu kelas IV-V atau nilai erosi antara 60-180 ton/ha/thn dan diatas 60-180 ton/ha/thn (PEMDA Berau 2005).

4.3.6 Keanekaragaman Flora dan Fauna

Hutan Sungai Lesan sebagian besar merupakan hutan sekunder. Dari hasil pengamatan tim survey TNC pada tahun 2003-2006, berhasil dicatat ada 45 jenis pohon pakan primata dan sarang Orangutan (Nardiyono, 2007). Adapun jenis-jenis pohon yang ditemukan pada kawasan ini adalah jenis-jenis pohon jambu-jambu, kayu kacang, resak, kayu arang, kecundai, majau, meranti merah, ulin, kapur, keranji, medang, kenari, rengas, meranti pandan, pasang, meranti kuning, empilung, mata kucing, mersawa, bengkal, nyatoh, meranti putih, semangkok, terap, sengkuang, penjalin, dan marsolo serta berbagai jenis pohon buah-buahan. Sebagian dari jenis kayu yang ditemui sangat cocok bagi sarang dan pakan Orangutan.

Menurut data survei yang dilakukan The Nature Conservancy menunjukkan keanekaragaman satwa yang ada di kawasan Sungai Lesan sangat tinggi. Nardiyono (2007) menyatakan bahwa hal ini bisa dilihat dari beberapa jenis satwa yang berhasil diobservasi, tercatat ada 52 jenis mamalia (18 jenis kelelawar), 118 jenis burung, 12 amfibi dan 5 jenis reptil.

4.4 Kondisi Habitat

Habitat yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi tiga lokasi yaitu anak sungai Lejak, sungai Lejak dan sungai Lesan, ketiga lokasi dibagi menjadi dua jalur pengamatan yaitu terestrial dan akuatik. Karakteristik masing-masing lokasi dibedakan berdasarkan kondisi fisik sungai, tegakan dominan, pH air, suhu udara dan air, serta faktor lainnya yang terdapat pada lokasi tersebut.

4.4.1 Anak sungai Lejak

Lokasi pertama yaitu anak sungai Lejak yang dibagi menjadi dua jalur pengamatan yaitu akuatik dan terestrial untuk metode transek dengan masing-masing dua kali ulangan, lokasi ini juga dilakukan pengamatan dengan metode

time search namun tidak mendapatkan penambahan jenis reptil dengan waktu pengamatan dua jam.

 

Jalur terestrial (Gambar 3) memiliki karakteristik berupa hutan dengan tutupan kanopi rapat, sedikit alang dan semak dengan ketebalan serasah mencapai 10 cm dan didominasi tumbuhan ulin (Eusideroxylon zwageri). Jalur ini merupakan jalur yang sudah lama dibuat sebelumnya, tipe jalur yang berbukit dan banyak dijumpai tumbuhan besar yang tumbang dan lapuk yang merupakan mikro habitat bagi satwa tertentu. Dijumpai kubangan pada jalur serta memotong dua aliran air berupa sungai kecil bersubstrat lumpur. Lokasi ini banyak ditemukan vegetasi tingkat pohon yang memiliki lubang penampungan air di batangnya yang biasa digunakan katak untuk bersembunyi.

Gambar 3 Jalur terestrial Anak sungai Lejak dan kubangan dalam jalur. Jalur akuatik (gambar 4) memiliki karakteristik berupa sungai yang mengalir sepanjang tahun yang didominasi oleh tumbuhan bintangur (Calophyllum inophyllum) dengan tinggi rata-rata 1 meter. Lokasi yang berupa sungai kecil beraliran tenang, dangkal dan jernih dengan dasar sungai atau substrat dominan berupa bebatuan kecil, namun pada bagian sungai yang lebih dalam, dasar sungai berisikan serasah, pasir dan bebatuan yang lebih besar. Tingkat kedalaman semakin tinggi pada setiap tikungan. Suhu air pada saat pengamatan yaitu 25° C dengan suhu kering 25,5° C, suhu basah 22,5° C dan pH 7. Lebar rata-rata sungai 3 meter dengan kedalaman hanya 20 cm pada saat cerah dan bertambah sehabis hujan.

 

Gambar 4 Jalur akuatik Anak sungai Lejak. 4.4.2 Sungai Lejak

Lokasi kedua yaitu sungai Lejak yang dibagi menjadi 2 jalur pengamatan yaitu akuatik dan terestrial untuk metode transek dengan masing-masing 2 kali ulangan. Jalur akuatik lokasi kedua merupakan induk sungai jalur akuatik lokasi pertama namun dengan karakteristik yang berbeda, lokasi ini memiliki aliran air yang lebih tenang dan badan sungai yang lebih lebar dibandingkan lokasi pertama.

Gambar 5 Jalur terestrial sungai Lejak dan aliran air memotong jalur. Jalur terestrial (Gambar 5) pada lokasi kedua berupa hutan dengan tutupan kanopi rapat yang didominasi tumbuhan tingkat semai dan pancang dari jenis meranti (Shorea sp.). Terdapat 2 aliran sungai yang masih mengalir dan 1 bekas aliran air, serta kontur berbukit dan bersemak cukup rapat pada beberapa titik. Ketebalan serasah mencapai 10 cm namun tidak terlalu banyak ditemukan pohon tumbang. Banyak dijumpai pohon dengan banir besar yang dijadikan tempat berlindung. Lokasi ini merupakan jalur yang baru dibuat sehingga tingkat

 

keanekaragamannya lebih tinggi dibanding lokasi pertama. Di luar jalur ditemukan sungai berarus tenang dengan air berwarna gelap serta bersubstrat dasar lumpur.

Jalur akuatik (Gambar 6) merupakan sungai yang mengalir sepanjang tahun yang didominasi oleh tumbuhan jambu-jambuan dengan tinggi rata-rata 1 meter, namun banyak juga dijumpai pandan-pandanan dibagian tepi sungai. Lokasi yang berupa sungai yang cukup lebar dengan lebar rata-rata 10 meter dengan lebar maksimal 20 meter. Terdapat 3 cabang sungai kecil di sepanjang jalur. Kedalaman rata-rata sungai 43 cm dengan kedalaman maksimal 120 cm. arus sangat tenang serta berwarna sedikit keruh dan banyak ditemukan pohon tumbang pada bagian sisi sungainya. Substrat dasar sungai didominasi oleh pasir dan serasah namun pada beberapa titik didominasi oleh bebatuan besar. Suhu air pada saat pengamatan yaitu 24° C dengan suhu kering 24° C, suhu basah 22° C dan pH 8.

Gambar 6 Jalur akuatik sungai Lejak. 4.4.3 Sungai Lesan

Lokasi ketiga yaitu sungai Lesan yang dibagi menjadi 3 jalur pengamatan yaitu satu akuatik dan 2 terestrial untuk metode transek dengan masing-masing 2 kali ulangan. Pada lokasi ini dilakukan pengamatan dengan metode time search

namun tidak didapatkan penambahan jenis. Sungai Lesan merupakan sungai terbesar di kawasan Hutan Lindung Sungai Lesan ini, jalur akuatik yang digunakan adalah anak sungai yang langsung mengalir ke Sungai Lesan.

Gambar 7 Jalur terestrial pertama sungai Lesan dan kubangan dipinggir jalur. Jalur terestrial pertama (Gambar 7) merupakan hutan dengan tutupan kanopi cukup rapat dengan kontur yang berbukit dan ditemukan satu kubangan serta melewati satu aliran sungai kecil. Kubangan pada lokasi ini merupakan micro habitat yang sangat menarik karena terdapat 3 jenis amfibi yaitu Polypedates colletii, Rhacophorus appendiculatus dan Microhyla sp yang hanya ditemukan di lokasi ini tanpa ditemukan di jalur pengamatan lainnya. Tegakan dominan berupa

tum .

lokasi ini memiliki jenis tumbuhan lebih beraneka ragam dalam tingkat pancang, terdap

Gambar 8 Jalur terestrial kedua sungai Lesan.  

buhan tingkat pancang dan rapat dengan ketebalan serasah lebih dari 10 cm

 

Jalur terestrial kedua merupakan jalur utama masuk lokasi Lesan (Gambar 8), lokasi ini merupakan jalur yang paling berbeda dari lokasi lainnya karena kondisi habitat yang sudah tidak alami karena terdapat bangunan dan jalan yang sudah permanen. Lokasi ini diambil sebagai pembanding tingkat keanekaragaman terhadap lokasi lainnya. Lokasi dengan tutupan kanopi yang rapat namun dengan vegetasi dominan tingkat pohon, Tidak dapat tumbuhan pada jalur karena jalan sudah permanen dengan serasah hanya mencapai 5 cm.

Jalur akuatik (Gambar 9) merupakan sungai kecil yang mengalir sepanjang tahun yang didominasi oleh tumbuhan jambu-jambuan dan rotan (Daemonorops sp.). Sungai berarus tenang dan banyak dijumpai genangan namun terdapat arus

yang cukup deras n serasah dengan

tutupan kalopi yang cukup rapat dan sem sedikit

lainnya karena substrat didominasi oleh serasah dan tanah namun sedikit batuan. Lebar sungai mencapai 6 meter dengan kedalaman 50 cm yang biasa terdapat pada bagian tikungan. Terdapat tegakan bambu pada bagian awal sungai, tegakan bambu merupakan tegakan yang hanya dijumpai di jalur pengamatan ini dan memiliki tingkat penambahan jenis khususnya reptil. Pada bagian titik akhir, sungai menjadi bercabang dengan

pada beberapa titik. Dasar sungai berpasir da

ak yang lebat sehingga hanya terdapat celah matahari masuk, yang mengakibatkan lokasi ini lebih lembab dibanding lokasi akuatik lainnya.

Gambar 9 Jalur akuatik sungai Lesan.

Terdapat banyak pohon dan kayu tumbang dan melintang di tengah sungai. Karakteristik sungai berbeda dengan lokasi

 

tutupan kanopi yang lebih rapat. Volume dan tinggi air meningkat saat sehabis hujan serta warna air yang berubah kotor dengan arus yang lebih deras. Suhu air pada saat pengamatan yaitu 24° C dengan suhu kering 24° C, suhu basah 23° C dan pH 6.

Karakteristik sungai berdasarkan lebar dan kedalaman ditunjukkan pada Gambar 10 dan 11. Sungai yang memiliki ukuran paling lebar dan paling dalam terletak pada lokasi kedua yaitu sungai Lejak dengan lebar maksimum 24 meter dan kedalaman maksimum 120 cm. sedangkan sungai dengan ukuran lebar terkecil adalah lokasi ketiga yaitu sunga aksimum 7 meter, namu

i Lesan dengan lebar m

n kedalaman maksimum lokasi ketiga sama dengan lokasi pertama yaitu 50 cm.

Gambar 10 Grafik tingkat kedalaman sungai di tiga lokasi.

20 0

Rata‐rata Max Min

nilai 40 60 80 100 120 Sentimeter A.Lejak Lejak Lesan

 

Gam asi.

Sungai di Kawasan Lindung Sungai Lesan merupakan sungai berarus tenang dengan warna air jernis dan substrat dasar dominan batuan dan serasah dengan karakteristik sebagian besar sama. Sungai Lejak merupakan sungai terlebar dan terdalam dibanding ketiga lokasi lainnya, sehingga sungai ini memiliki ruang masuk matahari lebih besar dibanding sungai lain yang tertutup kanopi. Sungai ketiga atau sungai Lesan adalah anak sungai yang langsung mengalir ke sungai Lesan, lokasi ini paling berbeda dibanding 2 sungai lainnya karena terdapat tegakan bambu dan banyak dijumpai rotan serta tumbuhan semak lainnya. Sungai ini memiliki karakteristik vegetasi yang beragam dengan tutupan kanopi yang sangat rapat dengan hulu sungai yang berlumpur.

Tingkat kelembaban lokasi tertinggi adalah jalur Anak Sungai Lejak dengan nilai kelembaban dengan nilai 86,8%, sedangkan yang terendah adalah jalur Sungai Lejak dengan nilai 78%. Lokasi jalur Sungai Lesan memiliki tingkat kelemb 0 5 10 15 20 25

Max Min Max Min

Badan sungai (m) bibir sungai (m)

Meter

Nilai

A.Lejak Lejak Lesan

bar 11 Grafik tingkat lebar badan dan bibir sungai di tiga lok

 

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait