BAHAN DAN METODE
3. Limited supermatrix (supermatriks batas)
Supermatriks terbatas (limited supermatrix) adalah nilai akhir dari bentuk saling mempengaruhi yang diperoleh dengan membuat turunan prioritas yang diinginkan dengan mentransformasikan supermatriks stokastik (Saaty 2004).
Transformasi supermatriks ini diperoleh dari supermatriks terbobot yang dinormalisasi yaitu jika semua elemen dari komponen mempunyai pengaruh nol pada semua elemen dari komponen yang kedua, pengaruh prioritas dari komponen pertama itu sendiri terhadap komponen kedua harus sama dengan nol.
Matriks batas ini disebabkan karena supermatriks yang diperoleh tidak harus dipengaruhi oleh elemen dari semua komponen atau tidak ada elemen dari suatu komponen yang mempengaruhi elemen pada komponen lain sehingga memberikan nilai nol pada semua prioritas vektor. Hal ini merupakan alasan untuk melakukan normalisasi dari beberapa kolom untuk membuat sebuah stokastik supermatriks terbobot.
Hasil akhir dari supermatriks batas ini berupa besarnya bobot dari setiap faktor dan elemen yang digunakan sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang sesuai yaitu faktor yang paling mempengaruhi dalam pemanfaatan ruang di wilayah pesisir.
Analisis Spasial
Analisis spasial dilakukan melalui model prosedur analisis keruangan dengan cara mengumpulkan peta-peta dasar yang ada meliputi peta administrasi, peta penggunaan lahan, peta kemiringan lahan, peta RTRW dan peta bathymetri untuk dijadikan sebagai data base dalam GIS agar mudah untuk melakukan proses analisis untuk tahap selanjutnya.
Basis data dibentuk berdasarkan data spasial dan data atribut wilayah darat dan wilayah laut, kemudian dibuat dalam bentuk layers dimana akan dihasilkan peta-peta tematik dalam format dijital sesuai kebutuhan/parameter untuk masing-masing jenis kesesuaian lahan.
Data parameter yang diperoleh dalam bentuk titik dibuat interpolasi dengan metode inverse distance weighted (IDW) untuk merubahnya menjadi bentuk area (polygon). Metode ini dilakukan dengan asumsi bahwa nilai titik yang paling dekat lebih mempengaruhi dibandingkan dengan nilai titik yang terjauh (Chang 2004) atau tiap titik input mempunyai pengaruh yang bersifat lokal yang berkurang terhadap jarak. Metoda ini memberi bobot lebih tinggi pada sel yang terdekat dengan titik data dibandingkan sel yang lebih jauh. Hasil dari IDW berbentuk raster dengan ukuran sel 10x10 selanjutnya untuk wilayah laut dilakukan extraction by mask sepanjang 4 mil ke arah laut dari garis pantai dan wilayah darat berdasarkan batas administrasi desa. Setelah itu dilakukan proses reclassify untuk membagi kisaran kriteria menjadi tiga sampai lima kelas tergantung dari kisaran yang dibutuhkan untuk analisa kesesuaian lahan. Proses selanjutnya adalah melakukan convert ke dalam bentuk vektor. Bentuk vektor dari masing-masing kriteria penyusun pemanfaatan ruang disusun dalam bentuk layer-layer yang dapat menggambarkan tema-tema tertentu sesuai dengan karakteristik wilayah tersebut.
Setelah basis data terbentuk dari seluruh variabel dalam bentuk peta, analisis spasial dilakukan dengan metode tumpang susun terhadap parameter yang berbentuk poligon. Proses overlay dilakukan dengan dua cara yaitu intersect dan union untuk masing-masing layers tiap jenis kesesuaian pemanfaatan ruang di
wilayah darat dan laut untuk memperoleh luasan dengan kriteria baik, sedang dan buruk. Pengolahan data SIG dilakukan dengan menggunakan program aplikasi berbasis Sistem Informasi Geografis.
Gambar 5 merupakan diagram alir analisis spasial yang dilakukan pada penelitian ini.
Gambar 5. Bagan alir analisis spasial
Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang
Pada tahap sebelumnya, pendefinisian kriteria merupakan hal penting dilakukan. Indikator tersebut memiliki berbagai tingkat pentingnya dalam kesesuaian analisis, maka pendekatan kompensasi keputusan adalah dasar untuk analisis kesesuaian.
Analisis kesesuaian biofisik kesesuaian ruang merupakan nilai informasi ekologis dari suatu ekosistem di suatu wilayah pemanfaatan di lokasi studi berupa keadaan dan kondisi terkini di lapangan. Secara umum tahapan analisis yang dilakukan, yaitu:
1. Penetapan persyaratan (parameter dan kriteria) untuk masing-masing pemanfaatan ruang dapat dilihat pada Lampiran 8.
2. Standarisasi, pembobotan dan penskoran subkriteria.
Penilaian secara kuantitatif terhadap tingkat subkriteria lahan dilakukan dengan standarisasi, skoring dan pembobotan. Pembobotan setiap subkriteria dilakukan dengan cara standarisasi dari bobot kriteria ANP yang termasuk dalam faktor pembatas dalam pemanfaatan ruang tertentu. Pembobotan setiap kriteria berdasarkan penilaian para ahli hasil dari analisa ANP sebelumnya.
Parameter di Laut
Parameter berbasis desa (darat)
Reclassify ke dalam tiga kelas
Extraction by mask
sepanjang empat mil ke arah laut
Convert ke dalam bentuk Vektor
Convert ke dalam bentuk Raster
Teknik interpolasi dengan IDW (Inverse Distance Weighted) Bentuk point (titik) Bentuk polygon (desa) Peta Tematik Basis data spasial
dan atribut dalamPemanfaatan Ruang Budidaya Perairan Pariwisata Bahari Pelabuhan Perikanan Pantai Konservasi Perairan Perikanan Tangkap Teknik Overlay (intersect) Peta Kesesuaian Pemanfaatan Pesisir
3. Perhitungan nilai suatu kriteria
Analisis ini dilakukan secara kuantitatif dengan rumus sebagai berikut: Y = ∑ai.Xn
dimana :
Y = Nilai akhir suatu subkriteria
ai = Nilai pembobot kriteria ke-i yang telah distandarisasi dari ANP Xn = Skor pada pemanfaatan ruang (n=1, 2 dan 3)
Tabel 4 merupakan contoh proses penghitungan nilai akhir untuk menentukan nilai kesesuaian lahan x.
Tabel 4. Contoh Penghitungan Nilai Kesesuaian Lahan Pemanfaatan Ruang X Kriteria Kesesuaian lahan Sat uan Subkriteria Skor (Xn)
Bobot ANP Standaris asi (ai)
Nilai Bobot Akhir (Y) Kedalaman perairan m 8-10 4-7 dan 10-15 <4 dan >10 3 2 1 A A/D X3*(A/D) X2*(A/D) X1*(A/D) Transportasi Banyak Jarang Tidak ada 3 2 1 B B/D X3*(B/D) X2*(B/D) X1*(B/D) RTRW Perkotaan Sawah, perkebunan Hutan lindung 3 2 1 C C/D X3*(C/D) X2*(C/D) X1*(C/D) Jumlah D= A+B+C 1.00
Keterangan : Skor 3 = Kriteria Sesuai, Skor 2= Kriteria Kurang sesuai, Skor 1= Kriteria Tidak sesuai
4. Pembagian kelas lahan
Setelah mendapat nilai bobot akhir kesesuaian untuk pemanfaatan budidaya laut, kawasan konservasi perairan, kawasan pariwisata bahari, kawasan pelabuhan perikanan pantai dan kawasan perikanan tangkap analisa dilanjutkan dengan membagi kelas lahan berdasarkan kriteria sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai. Pembagian kelas lahan didahului dengan mencari nilai selang kelas dengan rumus:
SK =
dimana :
SK = Nilai selang kelas
∑Ymax = Jumlah total nilai maksimum kesesuaian lahan
∑Ymin = Jumlah total nilai minimum kesesuaian lahan
∑ kelas = 3
5. Membandingkan nilai lahan dengan nilai masing-masing kelas lahan;
6. Menyajikan secara grafis (spasial) berupa peta arahan kesesuaian pemanfaatan ruang.
Sintesis Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir
Sintesis ini merupakan tahap akhir dalam menentukan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dengan teknik tumpangtindih keseluruhan peta kawasan yang telah
dibuat dalam analisa kesesuaian. Selanjutnya suatu daerah ditentukan pemanfaatan ruangnya dengan melihat rataan bobot tertinggi setiap selang kelas yang dihasilkan dari lima kawasan kesesuaian pemanfaatan ruang. Matriks keterkaitan pada Tabel 5.
Tabel 5. Matriks keterkaitan pemanfaatan ruang pesisir Budidaya laut Budidaya laut
Konservasi
perairan ◄ Konservasi perairan Pariwisata
bahari ▌ □ Pariwisata bahari
Pelabuhan perikanan ▲ ▲ ▲ Pelabuhan perikanan Perikanan tangkap ○ ▌ ◄ □ Perikanan tangkap Keterangan : ◄ = Mengancam kegiatan di kiri, ▲ = Mengancam kegiatan di atas, ▌= Positif dengan kegiatan di
kiri, ▀ = Positif dengan kegiatan di atas, □ = Kegiatan saling memberi manfaat positif, ○ = Potensi menimbulkan konflik
Matriks keterkaitan antar kawasan pemanfaatan ruang untuk menentukan pemanfaatan ruang yang sesuai berdasarkan aktifitas/nilai untuk budidaya laut, konservasi perairan, pariwisata, pelabuhan dan perikanan tangkap yang berfungsi untuk menjelaskan susunan aktifitas yang dapat diterapkan di dalam masing-masing peruntukan wilayah.
Akhirnya keseluruhan yang diharapkan dari penelitian ini adalah kondisi pemanfaatan ruang yang ada saat ini, analisis kesesuaian lahan dan ketersediaan lahan diinterpretasikan dalam suatu bentuk peta arahan pemanfaatan ruang untuk pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir kabupaten Pandeglang.