BAB IV PEMBAHASAN
4.2 Deskripsi Data
4.3.6 Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal. Dalam hal ini peneliti akan melihat dari Lingkungan ekonomi dan sosial di Kecamatan Kasemen yang menjadi locus penelitian dalam skripsi ini. Berikut penjelasannya.
Kecamatan kasemen merupakan wilayah yang rawan akan bencana, seperti banjir, kebakaran, angin topan dan lainnya dibandingkan wilayah lainnya dikota serang. Hal ini tentunya menyebabkan banyaknya kerugian yang dialami masyarakat kecamatan kasemen atas bencana tersebut. Seperti banyaknya yang menderita, kerusakan rumah, serta sawah/ ladangnya. Seperti pada tahun 2014 yang menderita atas bencana alam tersebut sebanyak 56 orang, sedangkan yang mengalami kerusakan rumah sebanyak 588 unit, dan yang mengalami kerusakan lading sebanyak 267 Ha. Kerugian yang cukup besar dibandingkan dengan
wilayah lainnya di kota serang. Hal ini tentunya akan berdampak kepada kehidupan masyarakat Kecamatan Kasemen.
Sedangkan untuk permasalahan sosial lainnya, pada tahun 2014 kecamatan kasemen memiliki 216 lansia/ jompo, untuk korban narkotikan sebanyak 5 orang, penyandang cacat sebanyak 70 orang, gelandangan 26 orang, pengemis sebanyak 41 orang, dan fakir miskin/ keluarga miskin sebanyak 1542 orang. Dalam hal ini kecamatan kasemen memiliki permasalahan sosial paling tinggi yaitu gelandangan dan pengemis dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Selain itu kecamatan kasemen juga merupkan wilayah yang memiliki luas panen dan ladang terbesar di kota serang yaitu sebanyak 7420, 00 Ha, hal ini berkaitan dengan mata pencaharian masyarakat kecamatan kasemen yang memang mayoritas pertanian. Hal ini juga tentunya menjadikan kecamatan kasemen wilayah terbesar dalam produksi padi sawah dan ladang dikota serang yaitu sebanyak 40. 772, 90 ton per tahun. Dan itu menjadikan keunggulan tersendiri untuk kecamatan kasemen. Meskipun tidak sebesar produksi padi, kecamatan kasemen juga penghasil tanaman palawijaya seperti, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan untuk tanaman sayurnya seperti bawang merah, sawi, dan kacang panjang, tomat, terung, ketimun dan cabe merah, kangkung, dan cabe rawit. Selain produksi padi terbesar dikota serang, kecamatan kasemen juga penghasli bawang merah dan sawi yang di kecamatan lain tidak ada.
Selain daerah pertanian, kecamatan kasemen juga merupakan wilayah produksi ikan di laut dikota serang karena adanya pelabuhan perikan nusantara
karangantu yang pertahunnya dapat menghasilkan 2917, 75 ton, selain itu ada dari tambak, kolam, dan laut. Hal ini juga merupakan keunggulan tersendiri untuk kecamatan kasemen karena menjadi penyumbang hasil ikan untuk kota serang. (Sumber: Analisis Kota Serang Dalam Angka 2015).
Jika melihat dari sumberdaya alam yang dihasilkan dan yang dimiliki Kecamatan Kasemen sudah seharusnya bisa menjadikan masyarakat Kecamatan Kasemen punya taraf kesejahteraan yang baik.
Akan tetapi hal ini tidak sesuai harapan, karena berdasarkan data yang peneliti dapat tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan Kasemen masih rendah. Peneliti melihat berdasarkan data jumlah keluarga menurut status tahapan keluarga sejahtera di kota serang tahun 2014. Selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8
Jumlah Rumah Tangga dan Individu, menurut status kesejahteraan *) Kota Serang
Sumber: Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial, 2015.
Nama Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga Jumlah Individu Desil 1 *) Desil 2 *) Desil 3 *) Desil 4 *) TOTAL Desil 1 *) Desil 2 *) Desil 3 *) Desil 4 *) TOTAL Cipocok Jaya 207 803 940 729 2679 1593 4906 4696 3374 14569 Curug 47 417 709 680 1853 345 2294 3201 2550 8390 Kasemen 839 2641 2502 1612 7594 6137 14233 10564 5533 36467 Serang 366 1132 1220 955 3673 2637 6281 5548 3663 18129 Taktakan 209 753 716 492 2170 1639 4324 3405 1964 11332 Walantaka 124 637 908 854 2523 870 3396 3972 3370 11608 Grand Total 1792 6383 6995 5322 20492 13221 35434 31386 20454 100495 1.792 6.383 6.995 5.322 20.492 13.221 35.434 31.386 20.454 100.495
Basis Data Terpadu berisikan kelompok Desil 1, Desil 2, Desil 3 dan Desil 4 karena memuat 40% rumah tangga dengan peringat kesejahteraan terendah. Seperti berikut:
1. Desil 1 adalah rumah tangga dalam kelompok 10% terendah
2. Desil 2 adalah rumah tangga dalam kelompok antara 10-20% terendah 3. Desil 3 adalah rumah tangga dalam kelompok antara 20-30% terendah dan 4. Desil 4 adalah rumah tangga dalam kelompok antara 30-40% terendah.
Maka jika dilihat dari data diatas, Kecamatan Kasemen merupakan wilayah paling banyak memiliki rumah tangga dalam kelompok 10-40% terendah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di kecamatan kasemen masih sangat rendah, dibandingkan kecamatan yang lain dikota serang.
Taraf ekonomi masyarakat yang cenderung rendah memicu rendahnya juga tingkat pendidikan masyarakat. Taraf ekonomi masyarakat yang cenderung rendah memicu rendahnya juga tingkat pendidikan masyarakat. Seperti pernyataan I5. Beliau mengatakan bahwa:
“Komposisi masyarakat Kasemen sendiri, tingkat pendidikannya realtif rendah. Hal ini berdampak pada mata pencaharian masyarakat kasemen yang mayoritas bertani karena mereka tidak punya keahlian lagi selain bertani”. (Wawancara dengan Kasi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Kasemen, 13 Januari 2016, di Kantor Kecamatan Kasemen).
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tingkat ekonomi masyarakat yang cenderung rendah secara tidak langsung berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, sehingga cukup sulit memberikan pemahaman kepada masyarakat.
Rendahnya tingkat pendidikan dikecamatan kasemen memicu rendahnya pula mindset mereka terhadap pendidikan. Hal ini berdampak pada tingkat kemiskinan di kecamatan kasemen yang tinggi. Seperti yang di ungkapkan oleh I2
sebagai berikut:
“Kondisi masyarakatnya jika dilihat dari segi pendidikan relatif rendah, sehingga memicu rendahnya juga perekonomian mereka, karena mereka tidak punya keterampilan maupun kemampuan yang cukup untuk bekerja di sektor lain selain bertani. Sehingga masyarakat memang perlu adanya bantuan yang memang bisa merubah mindset mereka ke arah yang lebih baik, guna meningkatkan taraf perekonomian mereka sendiri”. (Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Berdasarkan data Jumlah Keluarga Menurut Status Tahapan Keluarga Sejahtera Di Kota Serang Tahun 2014 yang peneliti dapat dan wawancara diatas, terlihat bahwa kemiskinan di kecamatan kasemen yang relatif tinggi. Sehingga memang program Jamsosratu sudah sesuai untuk dilaksanakan di kecamatan kasemen guna merubah perilaku yang kurang menudukung terhadap peningkatan kesejahteraan. Dengan demikian, kondisi ekonomi dan sosial lingkungan di kecamatan Kasemen dalam beberapa aspek mendukung untuk dilaksanakan program Jamsosratu guna merubah mindset mereka yang kurang baik.
Lingkungan politik juga yang tidak terlepas dari pemerintahan daerah. cukup mendukung jalannya program jamsosratu ini. Karena selain dengan adanya program jamsosratu pemerintah juga memberikan program lain kepada masyarakat seperti KKS, raskin, dan juga bsm dari segi pendidikannya. Sehingga cukup membantu jalannya program jamsosratu khususnya di kecamatan kasemen.
Pandangan lain diungkapkan oleh I6 bahwa muatan politis pasti ada, dari namanya saja bisa dilihat. Terlepas dari itu ketika memang tujuannya untuk
masyarakat kelas bawah kenapa tidak. Bahkan saya sempat baca di media bahwa program jamsosratu yang ada di Provinsi Banten dijadikan contoh bagi provinsi lain, bahkan mahasiswa-mahasiswa diluar banten pun yang tertarik menjadikan ini jadi bahan skripsi maupun makalah. Selain itu Jamsosratu juga adalah program bantuan yang memang mendasar dimana merupakan salah satu upaya pemerintah Provinsi Banten dalam membantu Pemerintah Pusat seperti PP NO 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Pengentasan Kemiskinan. Dan tentunya program ini bermanfaat untuk RTSM di Provinsi Banten khususnya di Kecamatan Kasemen. (Wawancara dengan LSM JP3B, 14 Juni 2016, di Sekretariat LSM JP3B).
Selain dukungan elit politik, dukungan para partisipan kebijakan seperti stakeholder dan masyarakat juga dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan suatu kebijakan publik. Bentuk dukungan partisipan kebijakan oleh pihak masyarakat bisa dilihat dari kesediaan masyarakat untuk selalu memenuhi persayaratan/ kewajiban yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga komitmen itu mendukung dan mempercepat tercapainya tujuan dari program Jamsosartu.
Di samping itu, sifat opini publik yang ada di lingkungan implementasi suatu kebijakan publik juga turut berpengaruh pada keberhasilan suatu kebijakan. Opini publik terkait program Jamsosratu, mulai dari stakeholder sampai ke objek dari kebijakan publik itu sendiri yakni masyarakat penerima jamsosratu secara umum baik dan tentunya senang mendapatkan bantuan.
4.4Pembahasan
Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu disingkat JAMSOSRATU adalah skema yang terpadu dalam kelembagaan untuk menjamin rakyat yang berasal dari kelompok Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), yang telah ditetapkan sebagai peserta Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu untuk mendapatkan Bantuan Sosial Tunai Bersyarat (BSTB) dan mendapatkan Santunan pertanggungan Kesejahteraan Sosial (Sankesos). Jamsosratu memadukan program Kementerian Sosial, yakni Program Keluarga Harapan (PKH) dengan program Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos). Tujuannya untuk meningkatkan keberdayaan sosial Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) melalui sektor pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial.
Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tentang fokus penelitian, dimana berdasarkan model pendekatan Top Down yang dirumuskan oleh Meter dan Horn disebut dengan A model of The Policy Implementation. Ada enam variabel, menurut Meter dan Horn, yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut (Agustino, 2008: 142), yaitu: mengenai ukuran dan tujuan kebijakan, sumberdaya; karakteristik agen pelaksana, sikap/ kecenderungan para pelaksana, komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana, dan yang terakhir yaitu lingkungan ekonomi, sosial, dan politik.
Berikut merupakan hasil temuan lapangan dari peneliti temukan.
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Dimana di dalam dimensi ini ada beberapa indikator yang sebagai berikut: 1. Meningkatkan Status Kesejahteraan Sosial Serta Daya Beli RTS
Berikut data Jumlah Keluarga Menurut Status Tahapan Keluarga Sejahtera Di Kecamatan Kasemen Tahun 2014 dan 2015 sebagai berikut:
Tabel 4.9
Sumber: Kota Serang Dalam Angka 2015 dan Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial Tahun 2015.
Data diatas menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan di Kecamatan Kasemen mengalami peningkatan, hal ini tentunya hal yang positif. Akan tetapi, meski kenyataannya tercapai tapi faktanya dilapangan masih banyak RTS yang belum cukup, seperti khususnya RTS yang memiliki banyak anak.
Sama hal nya dengan daya beli RTS, dengan adanya bantuan berupa uang tunai, tentunya daya beli RTS meningkat meskipun tidak siginifikan.
Akan tetapi, bantuan jamsosratu tidak lantas meningkatkan ekonomi RTS, karena contohnya untuk RTS yang memiliki banyak anak sekolah masih sangat kekurangan karena beban mereka lebih banyak, beda halnya dengan RTS yang memiliki anak sedikit yang cukup terbantu dengan adanya jamsosratu. Maka secara umum tujuan dari Jamsosratu untuk Meningkatkan Status Kesejahteraan Sosial Serta Daya Beli RTS sudah berhasil, hal ini berdasarkan indikator sebagai berikut: a. Tingkat kemiskinan berkurang
b. Daya beli meningkat 2. Terpenuhinya Kebutuhan Dasar Pangan, Sandang, dan Papan RTS
Tahun Keluarga Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejahtera II Keluarga Sejahtera III Keluarga Sejahtera III Plus Jumlah Keluarga 2014 5.014 5.571 8.054 1.984 790 21.413 2015 6.137 14.233 10.564 5.533 36.467
Pada Indikator ini mayoritas RTS dapat menggunakan uang tersebut untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya, meskipun masih ada yang belum terbantu oleh uang dari program Jamsosratu di karenakan beban tanggungan yang lebih banyak seperti RTS yang memiliki banyak anak, dan kebutuhan mereka lebih banyak, sehingga bantuan jamsosratu masih sangat kurang dalam pemenuhan kebutuhan hidup RTS.
Maka secara umum tujuan dari Jamsosratu untuk terpenuhinya Kebutuhan Dasar Pangan, Sandang, dan Papan RTS sudah berhasil, hal ini berdasarkan indikator sebagai berikut yaitu, bantuan tunai bersyarat dari Jamsosratu digunakan RTS unutk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dimana Pasal 1 angka 1 mendefinisikan bahwa: “Jaminan Sosial
adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak”. Itu artinya
Program Jamsosratu sudah sesuai dengan isi dari Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
3. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTS
Orang tua jadi termotivasi menyekolahkan anaknya karena adanya kewajiban dalam pemenuhan verifikasi data dimana RTS wajib menyekolahkan anaknya, jika tidak ada potongan untuk jumlah bantuan yang mereka terima. Karena adanya kewajiban dalam pemenuhan verifikasi data dimana RTS wajib menyekolahkan anaknya, jika tidak ada potongan untuk jumlah bantuan yang mereka terima. Orang tua juga jadi mampu untuk
membeli kebutuhan sekolah anaknya seperti seragam, sepatu, dan LKS. Maka secara umum tujuan dari Jamsosratu untuk meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTS sudah berhasil, hal ini berdasarkan indikator sebagai berikut yaitu, melihat kepada data APM dan APK tingkat SD sampai SMA yang selalu meningkat dari tahun 2014 ke tahun 2015 (Tabel 4.11 dan 4.12).
4. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita RTS Adanya tuntutan untuk para RTS agar memeriksakan kesehatannya bagi ibu hamil maupun RTS yang punya anak balita, karena dalam pemenuhan persyaratan verifikasi agar bantuannya tidak dipotong. Sehingga RTS menjadi termotivasi untuk melakukan hal itu. RTS juga jadi mampu membayar untuk membawa balitanya ke Posyandu, puskesmas, ataupun faskes lainnya. Akan tetapi jika dilihat dari data Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang di dapat dari puskesmas-puskesmas di Kecamatan Kasemen sebagai berikut.
Tabel 4.10 Tahun Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Bayi (AKB) 2014 3 9 2015 7 5
Sumber: Puskesman Kasemen, Sawah Luhur dan Kilasah, 2016.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa AKI mengalami peningkatan, sedangkan AKB mengalami penurunan. Hal ini tentunya hal yang positif dan juga negatif, dimana jamsosratu baru mampu menurunkan angka kematian bayi saja.
Maka secara umum tujuan dari Jamsosratu untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita RTS belum sepenuhnya berhasil hal ini berdasarkan indikator sebagai berikut yaitu, melihat kepada data AKI tahun 2015 yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, sedangkan untuk data AKB mengalami penurunan.
5. Meningkatkan aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan
Dengan adanya kewajiban yang menjadi tuntutan untuk RTS dalam memenuhi syarat saat verifikasi data, sehingga RTS selalu memperhatikan anak sekolahnya untuk tidak bolos, dan memeriksakan kesehatannya untuk ibu hamil.
Hal ini juga didukung oleh data dari Dinas Pendidikan sebagai berikut. Tabel 4.11
Angka Partisipasi Murni (APM) Kecamatan Kasemen Tahun 2014 dan 2015
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Serang, 2016.
Jika dilihat dari data diatas dimana Angka Partisipas Murni (APM) tahun 2014 mengalami kenaikan di tahun 2015. Selanjutnya juga didukung oleh data sebagai berikut.
Tahun
SD/MI/PAKET A SMP/MTS/PAKET B SMA/MA/SMK/PAKET C Jumlah siswa usia 7-12 th yang bersekolah di jenjang SD/MI/PA KET A Jumlah pendudu k kelompok usia 7-12 thn APM Jumlah siswa usia 13-15 th yang bersekola h di jenjang SMP/MT S/PAKET B Jumlah pendud uk kelomp ok usia 13-15 thn APM Jumlah siswa usia 16-18 th yang bersekola h di jenjang SMA/MA /SMK/PA KET C Jumlah pendud uk kelomp ok usia 16-18 thn APM 2014 10.731 10.732 100 5.298 5.626 94,17 5.022 6.732 74,60 2015 9.206 9.121 100,9 3.769 3.938 95,71 4.354 5.316 81,90
Tabel 4.12
Angka Partisipasi Kasar (APK) Kecamatan Kasemen Tahun 2014 dan 2015
Tahun
SD/MI/PAKET A SMP/MTS/PAKET B SMA/MA/SMK/PAKET C Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang SD/MI Jumlah pendudu k kelompok usia 7-12 thn APK Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang SMP/MTS/P AKET B Jumlah pendud uk kelomp ok usia 13-15 thn APK Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang SMA/MA/S MK/PAKE T C Jumlah pendud uk kelomp ok usia 16-18 thn APK 2014 11.850 10.731 110,43 4.455 5.626 79,19 2404 6.732 35,71 2015 12.850 9.121 140,88 4.755 3.938 120,75 4.719 5.316 88,77 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Serang, 2016.
Berdasarkan diatas menunjukan bahwa APK juga mengalami peningkatan pada tahun 2015.
Selain data-data diatas yang mendukung bahwa meningkatnya aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap pelayanan pendidikan, berikut juga data-data yang mendukung meningkat atau menurunnya aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap kesehatan.
Tabel 4.13
Hasil Kegiatan Kunjungan Bumil Kecamatan Kasemen tahun 2014 dan 2015
Tahun Sasaran KI K4
2014 2.084 1.757 1.364
2015 2.292 1.277 1.053
Sumber: Puskesmas Kasemen, 2016
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa kunjungan ibu hamil mengalami penurunan di tahun 2015. Itu artinya aksesbilitas dan motivasi ibu hamil untuk memeriksakan kesehatannya menurun.
Selain data kunjungan ibu hamil, berikut juga data kunjungan ibu nifas. Tabel 4.14
Kunjungan Ibu Nifas Kecamatan Kasemen tahun 2014 dan 2015 Tahun Sasaran
KF 1 KF 3
ABS ABS
2014 1.989 1.758 1.525 2015 2194 1.191 1.059
Sumber: Puskesmas Kasemen, Kilasah dan Sawah Luhur, 2016.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kunjungan ibu nifas mengalami penurunan pada tahun 2015 dari tahun sebelumnya. Selanjutnya data banyaknya bayi yang diimunisasi menurut jenis imunisasi di Puskesmas Kasemen.
Tabel 4.15
Banyaknya Bayi yang Diimunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Puskesmas Kasemen Tahun 2014 dan 2015
Tahun Sasaran
BCG DPT 1 DPT 2 DPT 3 CAMPAK FOLIO
Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %
2014 1 861 1664 89,41 1 578 84,79 1 518 81,57 1 612 86,62 1 518 81,57 1 612 86,62
2015 2.603 92,83 68,76 68,76 74,43 Sumber: Kota Serang Dalam Angka 2015.
Dari data diatas bisa dilihat jika banyaknya bayi yang diimunisasi menurun di tahun 2015, seperti DPT 3, campak dan polio. Maka secara umum tujuan dari Jamsosratu untuk meningkatkan aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap pelayanan pendidikan sudah berhasil berdasarkan indikator sebagai
berikut yaitu, meningkatnya Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar di tahun 2015. Sedangkan untuk aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap kesehatan tidak berhasil, hal ini berdasarkan indikator sebagai berikut:
a.Menurunnya jumlah kunjungan ibu hamil b.Menurunnya jumlah kunjungan ibu nifas c.Menurunya Bayi yang di imunisasi
6. Memberikan perlindungan dan jaminan bagi RTS yang penafkahnya notabene bekerja pada sektor informal
Karena adanya Santunan Kesejahteraan Sosial (Sankesos) dalam Program Jamsosratu, yaitu jaminan kecelakaan kerja yang diperuntukan bagi pencari nafkah RTS notabene bekerja di sektor informal.
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Jamsosratu untuk memberikan perlindungan dan jaminan bagi RTS yang penafkahnya notabene bekerja pada sektor informal tentu berhasil.
7. Adanya jaminan dalam kehidupan masa depan RTS karena adanya investasi dalam bentuk pendidikan bagi anak-anaknya
Adanya kewajiban untuk RTS agar selalu memperhatikan pendidikan anak sekolahnya agar kehadirannya tidak kurang dari 85%, sehingga tidak dikenakan potongan pada premi yang dibayarkan kepada RTS. Sehingga RTS lebih termotivasi untuk selalu menyekolahkan anaknya.
8. Meningkatkan kemampuan RTS dalam mengahadapi masalah yang mendesak melalui investasi dalam bentuk tabungan
Dalam Petunjuk Teknis Jamsosratu tahun 2015 telah di jelaskan bahwa adanya kewajiban yang berkaitan dengan investasi dalam bentuk Takesos, yaitu setiap RTS diwajibkan untuk menabung sebesar minimal RP. 10.000,- setiap bulan pada rekening Takesos masing-masing RTS.
Namun faktanya dilapangan belum terlaksana, berdasarkan keterangan dari Pak Slamet selaku pelaksana di tingkat provinsi, hal ini disebabkan karena belum jelasnya akan pengelola Takesos, akan tetapi pada tahun berikutnya kemungkinan Takesos akan dikelola oleh pihak PT. POS, pernyataan ini juga peneliti konfirmasi langsung kepada pihak PT. POS itu sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan untuk meningkatkan kemampuan RTS dalam mengahadapi masalah yang mendesak melalui investasi dalam bentuk tabungan belum berhasil karena tidak terlaksana.
9. Membangun dan mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan
Tidak semua pendamping dekat dengan RTS, karena masih ada RTS yang bahkan tidak tahu siapa pendamping mereka. Hal itu dikarenakan pendamping kurang melakukan pendekatan dengan RTS. Sehingga tidak terjadi silturahmi yang kedepannya dapat menjadikan kekeluargaan antar RTS dan terciptanya gotongroyong dan saling membantu. Sehinggan tujuan ini pun belum berhasil.
2. Sumberdaya
Dalam dimensi ini terdapat 2 indikator sebagai berikut. 1. Kondisi sumberdaya manusia
Secara Kuantitas sumberdaya manusia yang ada sudah cukup, akan tetapi pembagian jumlah RTS setiap pendamping belum merata. Dilihat dari jumlah pendamping dan RTS, masih ada pendamping yang memegang jumlah RTS melebihi batas maksimal yang sudah ditentukan, yaitu 100-200. Hal ini juga bisa dilihat pada tabel 4.7.
Sedangkan secara kualitas, sumberdaya manusia sebagian tidak bisa melakukan pendekatan dengan masyarakat. Karena dilapangan RTS banyak yang tidak tahu sama sekali dengan pendampingnya.
2. Kondisi sumberdaya non-manusia
Dana jamsosratu, honor dan biaya Operasional pendamping dan operator berasal dari dana APBD yang sudah di anggarkan.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
1. Perhatian agen pelaksana dalam pelaksanaan Program Jamosratu
Kurangnya dukungan dari pihak-pihak terkait. Contohnya: dari pihak sekolah yang kadang mempersulit mengenai verifikasi data yang dilakukan pendamping. Contohnya saat diminta TTD di surat verifikasi, terkadang ada kepala sekolah yang meminta bagian atau fee.
Selain itu koordinasi yang belum terlaksana dengan baik, contohnya saat melakukan verifikasi data masih terjadinya data ganda. Hal ini disebabkan karena pendamping Jamsosratu kurang koordinasi dengan
pendamping PKH, sehingga terjadi data ganda dimana RTS tercouver di Jamsosratu dan PKH.
Sosialisasi yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat kecamatan kasemen masih kurang karena hanya dilakukan ditingkat SKPD saja.
2. Agen pelaksana yang dilibatkan a. Dinas Sosial sebagai leading sector b. Dinas pendidikan
c. Dinas kesehatan
d. Pendamping dan Operator >> pihak kecamatan, kelurahan, dan RT/RW e. PT. POS
4. Sikap/Kecenderungan (Disposition)
1. Sikap pelaksana dalam menjalankan Program Jamsosratu
Melaksanakan tupoksi nya masing-masing sesuai dengan petunjuk teknis Jamsosratu.
2. Respon agen pelaksana terhadap Program Jamsosratu
Belum dilakukan sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat ditingkat kecamatan maupun kelurahan, hanya tingkat SKPD saja.
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
1. Koordinasi Dinas Sosial dengan Lembaga terkait (Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, PT. Pos).
a. Koordinasi dilakukan Rutin ditingkat provinsi maupun kabupaten/ kota. b. Ada jadwal khusus untuk dilakukan rapat koordinasi yaitu satu tahun
2. Koordinasi antar Pendamping dengan Dinas Sosial
a. Komunikasi dilakukan saat dibutuhkan, kapanpun dan dimanapun bisa dilakukakan komunikasi akan tetapi tidak ada waktu pasti.
b. Waktu yang digunakan saat komunikasi fleksibel, tidak terbentur ruang