• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN SOSIAL RAKYAT BANTEN BERSATU (JAMSOSRATU) DI KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN SOSIAL RAKYAT BANTEN BERSATU (JAMSOSRATU) DI KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG - FISIP Untirta Repository"

Copied!
271
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA SERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh ETIN KURNIA NIM. 6661121720

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

Gandung Ismanto, S.Sos., MM

Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten (JAMSOSRATU) adalah salah satu Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Pemerintah Provinsi Banten untuk menjamin rakyat yang berasal dari kelompok rumah tangga menengah tidak mampu kebawah berdasarkan data PPLS yang telah divalidasi dan diverifikasi sebagai RTS serta mendapat Bantuan Sosial Tunai Bersyarat dan Santunan Pertanggungan Kesejahteraan Sosial (Sankesos). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah Implementasi Program Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang. Penelitian ini bertitik tolak dari teori implementasi kebijakan publik dari Van Metter dan Van Horn (1975), yang terdiri dari ukuran dan tujuan kebijakan publik, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap atau kecenderungan, komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa implementasi Program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota Serang secara umum sudah berjalan dengan baik. Namun masih ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki seperti, investasi dalam bentuk tabungan uang belum tercapai, pembagian RTS dampingan setiap pendamping belum merata, masih ada pendamping yang kurang bisa untuk melakukan pendekatan dengan RTS nya, masih kurangnya komunikasi yang dilakukan oleh pendamping dengan pihak terkait dilapangan, sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah hanya pada tingkat SKPD.

(6)

S.Sos., MM

Social security the people Banten united in banten (Jamsosratu) is one of the programs protection and social insurance the government Banten to ensure the people who come from the households medium not capable of down based on the data BPS that have been validated and verified as RTS and make social assistance conditional cash and donation reckoning social welfare (Sankesos). Research aims to understand how the implementation of social security program the people Banten unite (Jamsosratu) in districk Kasemen of Serang city. This research dotted turning of the theory of policy public of van metter and van horn ( 1975 ) , consisting of size and the purpose of public policy, resources, characteristic of implementing agent, attitude or a tendency, communication between organization and activity implementing, and economic environment, social and political. Research methodology used is qualitative. This study discovered that the implementation of program Jamsosratu in districk kasemen of city Serang have generally been going well. But still some of the things that still needs to be improved as, investment in the form of savings money has yet to be reached, the division of RTS cooperate every a companion has not been spread evenly, there are still a mentor less get to do the approach to RTS his, there is a lack of communication done by mentors with related parties he , socialization done by each local government only on the SKPD level

(7)

Karena semua perjuangan tidak akan ada yang sia-sia.

“Jangan pernah berhenti dan menyerah untuk melakukan sesuatu yang baik,

Karena mengerjakan kebaikan itu BAIK”

Untuk mereka yang selalu menyayangiku dan mensupportku

yaitu Mamah, Papah, dan adikku. And especially my dear husbi

(8)

ii

melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti untuk dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Jaminan

Sosial Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi kebijakan publik program studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

Terimakasih atas dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu secara

moril maupun materil dalam melakukan penelitian untuk kelancaran skripsi ini.

Sehubungan dengan hal itu maka peneliti juga menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Rahmawati, S.Sos, M.Si selaku Wakil Dekan I sekaligus selaku Dosen

Pembimbing Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Iman Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom, selaku Wakil Dekan II Fakultas

(9)

iii

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Bapak Riswanda S.Sos., M.PA., P.hD, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Bapak Abdul Hamid, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I yang mengarahkan,

memberikan masukan atau kritikan yang membangun, memberikan

semangat dan motivasi.

9. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., M.M., selaku Dosen Pembimbing II yang

selalu mengarahkan, memberikan masukan atau kritikan yang membangun,

memberikan semangat, dan motivasi.

10.Terima kasih kepada para informan. Karena dengan adanya mereka, skripsi

ini dapat dirampungkan dengan baik.

11.Segenap pegawai Dinas Sosial Provinsi Banten, pegawai Dinas Sosial Kota

Serang, pegawai kecamatan Kasemen, Pendamping Jamsosratu Kecamatan

Kasemen dan seluruh RTS penerima Jamsosratu Kecamatan Kasemen.

12.Kedua Orang Tua tercinta dan adik-adikku deella dan demila, yang selalu

tulus dan tidak pernah henti-hentinya memberikan do’a, dukungan, kasih

(10)

iv

dukungan berupa moral maupun moril, dan perhatiannya selama ini kepada

penulis.

15.Terima kasih kepada para alay Family (Utut Wulandari, Dian P

Dhamayanti, Fani Andiani, Dilon I Yuansyah, Galih Hidayat), kemudian

terima kasih juga untuk sahabat yang satu ini, Nur Laila Sari. Terima kasih

yang sangat dalam untuk kalian semua untuk 4 (empat) tahun ke belakang

pertemanan kita yang banyak diisi oleh suka duka yang tetap indah bila

bersama. I Love u all, sukses terus untuk kita semua.

16.Terima kasih kepada kawan-kawan seperjuangan, teman-teman di kelas

Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTIRTA 2012 yang telah mengajarkan

banyak hal dan saling berbagi cerita semasa kuliah dan telah memberikan

ilmu mengenai kebersamaan dan saling berbagi. Semua kenangan tentang

kita akan selalu di kenang.

17.Terima Kasih kepada kawan-kawan KKM 54 Desa Lambangsari Kecamatan

Bojonegara, Kabupaten Serang tahun 2015, yang pernah memberikan warna

dalam hidup peneliti, makna kebersamaan dan jiwa kemandirian.

18. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku, teman-teman bermain, teman

diskusi, adik tingkat, kakak tingkat dan semua yang selalu memberikan

(11)

v

sempurna. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna sempurnanya skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk peneliti.

Serang, November 2016

Penulis

(12)

vi

LEMBAR PERNYATAAN ORSINILITAS ... i

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 21

1.3 Batasan Masalah ... 22

1.4 Rumusan Masalah ... 22

1.5 Tujuan Penelitian ... 22

(13)

vii ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori ... 27

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik... 27

2.1.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik ... 35

2.1.3 Model-model pendekatan Implementasi ... 41

2.1.4 Pengertian Jaminan Sosial (Social Security)... 49

2.1.5 Pengertian Jamsosratu ... 57

2.2 Penelitian Terdahulu ... 58

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 60

2.4 Asumsi Dasar ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 63

3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian ... 64

3.3 Lokasi Penelitian ... 65

3.4 Fenomena yang diamati ... 65

3.4.1 Definisi Konsep ... 65

3.4.2 Definisi Operasional ... 65

(14)

viii

3.7.1 Teknik Pengumpula Data ... 68

3.7.2 Teknik Analisis Data... 73

3.7.3 Uji Keabsahan Data ... 76

3.8 Jadual Penelitian ... 77

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 78

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kasemen ... 78

4.1.2 Gambaran Umum Jamsosratu ... 83

4.2 Deskripsi Data ... 97

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ... 97

4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian... 100

4.3 Deskripsi Data Penelitian ... 102

4.3.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan ... 102

4.3.2 Sumberdaya ... 117

4.3.3 Karakteristik Agen Pelaksana ... 123

4.3.4 Sikap/ Kecenderungan (Disposition) Para Pelaksana ... 127

4.3.5 Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana ... 129

(15)

ix

5.1 Kesimpulan ... 153

5.2 Saran ... 156

DAFTAR PUSTAKA

(16)

x

Tabel 1.1 RTS Jamsosratu Provinsi Banten Tahun 2015 ... 10

Tabel 1.2 Pencapaian Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten/ Kota Se- Provinsi BantenTahun 2006-2014 ………... 12

Tabel 1.3 Pencapaian Indikator Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten/ Kota Se- Provinsi BantenTahun 2006-2014 …... 13

Tabel 1.4 RTS Jamsosratu Kota Serang Tahun 2015 ………. 16

Tabel 1.5 RTS Jamsosratu Kecamatan Kasemen Tahun 2015 …………... 17

Tabel 3.1 Informan Penelitian ……… 68

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ………. 70

Tabel 3.3 Jadual Penelitian ………. 77

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Kasemen Tahun 2014 ...

79

Tabel 4.2 Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Kasemen ... 80

Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk dan Mata Pencaharian Sebagian Besar Penduduk di Kecamatan Kasemen Tahun 2014 ...

81

Tabel 4.4 Banyaknya Pemeluk Agama di Kecamatan Kasemen

Tahun 2014 ... 82

Tabel 4.5 Sebaran RTS penerima JAMSOSRATU Tahun 2015 ... 96

Tabel 4.6 Daftar Informan ... 101

Tabel 4.7 Data Pendamping dan Jumlah RTS Dampingannya ... 120

Tabel 4.8

Jumlah Keluarga Menurut Status Tahapan Keluarga Sejahtera

(17)

xi Tabel 4.11

2014 dan 2015 ... Tabel 4.12 Angka Partisipasi Kasar (APK) Kecamatan Kasemen Tahun 2014 dan 2015 ...

145

Tabel 4.13 Hasil Kegiatan Kunjungan Bumil Kecamatan Kasemen tahun 2014 dan 2015 ...

145

Tabel 4.14 Kunjungan Ibu Nifas Kecamatan Kasemen tahun 2014 dan 2015

... 146

(18)

xii

Gambar 1.1 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Banten, 2011-2015 .. 5

Gambar 1.2 Struktur Kelembagaan Program Jamsosratu ……….. 8

Gambar 2.1 Model Pendekatan A Framework fot Implementation Analiysis menurut Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier …..

43

Gambar 2.2 Model Pendekatan Direct and Indirect on Implementation

oleh George Edward III ……….

45

Gambar 2.3 Model Pendekatan The Policy Implementation Process oleh Donald S. Van Metter dan Carl Van Horn

49

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ……….. 61

(19)

xiii

(20)

xiv 2. Member Check

3. Matriks Sebelum Reduksi Data

4. Matriks Setelah Reduksi Data

5. Catatan Bimbingan Skripsi

6. Dokumentasi Foto

7. Pergub Jamsosratu

(21)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan

jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahun, sehingga tingkat

kesejahteraan rakyatnya masih jauh dibawah tingkat kesejahteraan negara-negara

maju. Kemiskinan seyogyanya digambarkan dengan kondisi seseorang yang tidak

dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti, sandang, pangan, dan papan.

Kurangnya pendapatan mengakibatkan seseorang memiliki kualitas hidup yang

rendah. Hal ini disebabkan orang miskin tidak memiliki biaya untuk mengakses

berbagai layanan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kemiskinan telah

membatasi hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan yang layak, mendapatkan

pekerjaan yang memadai, dan mengakses kesehatan yang terjamin.

Negara yang merdeka pada tahun 1945 ini masih harus banyak membenahi

diri agar masyarakatnya dapat terhindar dari ketidak sejahteraan, dan tidak

termasuk kedalam golongan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sehingga

masyarakat bisa hidup layak dan sejahtera dapat terwujud, dan agar tujuan Bangsa

Indonesia yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi

segenap bangsa Indonesia, seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa bisa tercapai. Maka

(22)

kesejahteraan sosial dan masalah-masalah lain yang dapat menghambat bangsa

Indonesia untuk menjadi Negara yang sejahtera dapat diminimalisir.

Masalah kemiskinan merupakan akar dari masalah sosial lainnya. Rumah

Tangga Sangat Miskin (RTSM) sangat rentan terhadap goncangan internal seperti

kepala keluarga baik laki-laki maupun perempuan mengalami jatuh sakit,

menganggur dan meninggal maupun goncangan eksternal seperti terjadi bencana

alam, konflik sosial dan lain-lain. Kerentanan yang cukup, karena pada umumnya

mereka tidak memiliki mata pencaharian yang pasti.

Mengutip dari buku Petunjuk Teknis JAMSOSRATU (Jaminan Sosial

Rakyat Banten Bersatu) Provinsi Banten Tahun 2015, terdapat lima masalah yang

ada pada kehidupan RTSM. Pertama, masalah kemiskinan itu sendiri. Masalah

kemiskinan RTSM ditunjukan dengan tidak mempunyai sumber mata pencaharian

tetap dan tidak mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar

sehari-hari seperti tidak mampu memenuhi kebutuhan bahan makanan, pakaian,

perumahan, air bersih, kesehatan dasar dan pendidikan. Kedua, masalah

kelemahan fisik. Akibat tidak mempunyai kemampuan dan tidak mempunyai

akses dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan, pakaian, perumahan dan

kesehatan dasar menyebabkan fisik anggota RTSM menjadi lemah dan rentan

terhadap penyakit. Ketiga, masalah keterbatasan kondisi ketersaingan anggota

RTSM dalam kegiatan kemasyarakatan. Kondisi ketersaingan ini tidak hanya

terbatas pada lokasi RTSM, tetapi juga berkaitan dengan adanya sikap menarik

diri dari lingkungan masyarakat karena mempunyai keterbatasan dalam hal

(23)

Kerentanan ataupun kerapuhan RTSM dapat dilihat dari ketidak mampuan

anggota RTSM untuk menyediakan sesuatu dalam menghadapi keadaan yang

secara tiba-tiba terjadi pada salah satu anggota keluarganya. Kelima, tidak

berdaya. Ketidakberdayaan RTSM seringkali menjadi objek bagi kepentingan

orang lain. Mereka juga tidak berdaya dalam menjalankan hubungan kerjasama

baik secara sosial, ekonomi maupun politik.

Secara faktual, tingkat kemiskinan RTSM terkait dengan tingkat kesehatan

dan tingkat pendidikan. Tingkat kemiskinan RTSM juga berkaitan dengan tidak

adanya investasi dalam bentuk tabungan uang untuk memenuhi kebutuhan yang

mendesak dan munculnya secara tak terduga. Untuk meningkatkan efektivitas

penanggulangan kemiskinan, memutuskan budaya kemiskinan, penciptaan

lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat, maka penanganan masalah RTSM

harus diarahkan pada; pertama, pemenuhan kebutuhan bahan makanan, pakaian

dan perumahan. Kedua, peningkatan tingkat kesehatan anggota keluarga RTSM

dan ibu hamil. Ketiga, peningkatan kondisi kesehatan bayi yag dilahirkan dan

optimalisasi tumbuh kembang anak 0-6 tahun. Keempat, meningkatkan partisipasi

anak usia sekolah dari RTSM sampai pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA/ sederajat). Kelima, meningkatkan investasi dalam bentuk tabungan uang.

Keenam, adanya jaminan sosial untuk pengganti penghasilan jika kepala keluarga

RTSM mengalami kecelakaan, sakit atau meninggal dunia. Dengan penanganan

masalah RTSM penigkatan keberdayaan RTSM dapat terwujud, sehingga

diharapkan nantinya dapat mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh

(24)

Undang-Undang dasar 1945 mengamatkan bahwa setiap individu termasuk

kelompok rentan dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) berhak

memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar untuk hidup yang layak sebagai

perwujudan dari perlindungan sosial yang harus diberikan oleh Negara. Atas dasar

itu, menjadi kewajiban Negara untuk melaksanakan dan mengembangkan suatu

sistem Jaminan Sosial. Bentuk sistem jaminan sosial yang ditawarkan oleh

pemerintah adalah memberikan bantuan sosial tunai bersyarat dan santunan

pertanggungan kesejahteraan sosial (Sankesos)/ Asuransi Kesejahteraan Sosial

(Aksesos), yang merupakan amanat pasal 9 dan 10 UU nomor 11 tahun 2009

tentang kesejahteraan sosial. Pada saat ini pemerintah pusat melalui kementrian

sosial RI telah melaksanakan kedua jenis perlindungan sosial tersebut melalui

program Bantuan Langsung Berkelanjutan Bersyarat melalui Program Keluarga

Harapan (PKH), dan melalui program Asuransi Kesejahteraan Sosial Pekerja

Sektor Internal (Aksesos PSI).

Negara yang memiliki jumlah Provinsi sebanyak 34 Provinsi, 416

Kabupaten, dan 98 Kota, selain memiliki keanekaragaman suku, bahasa dan

agama Indonesia juga memiliki begitu banyak permasalahan-permasalahan sosial

yang terjadi dimasyarakat termasuk di Provinsi Banten. Banten adalah salah satu

Provinsi di Pulau Jawa, yang dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat

namun telah terpisah dan menjadi Provinsi sejak tahun 2000. Provinsi yang

memiliki 4 kabupaten dan 4 kota, Provinsi yang baru berdiri selama 16 tahun ini

(25)

Berdasarkan data Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Banten Tahun 2015,

selang periode Maret 2011 sampai Maret 2015, jumlah penduduk miskin di

Provinsi Banten cukup berfluktuasi. Pada September 2013, jumlah penduduk

miskin mengalami kenaikan tertinggi sebesar 3,86 persen dibandingkan Maret

2013. Hal ini disebabkan inflasi umum yang relatif tinggi akibat kenaikan harga

BBM pada bulan Juli 2013. Namun, pada Maret 2014 jumlah penduduk miskin

mengalami penurunan yang cukup besar, yaitu dari sebesar 677,51 ribu jiwa pada

September 2013 menjadi 622,84 ribu jiwa. Setelah turun pada Maret 2013, angka

kemiskinan Banten terus meningkat di periode-periode selanjutnya. Pada

September 2014 penduduk miskin di Provinsi Banten mengalami kenaikan

sebesar 4,23 persen. Peningkatan penduduk miskin kembali terjadi pada Maret

2015 yaitu bertambah sebesar 53,21 ribu jiwa. Pada periode pengamatan yaitu

September 2015, jumlah penduduk miskin di Banten berkurang sebesar 11,73 ribu

jiwa atau sekitar 1,67 persen. Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 1.1 berikut:

Gambar 1.1

Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Banten, 2011-2015.

(26)

Itu artinya masih banyak masyarakat di Provinsi Banten yang kesulitan

dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti untuk biaya pendidikan dan

kesehatan, apalagi seperti sekarang ini harga-harga kebutuhan bahan pokok yang

semakin hari semakin meningkat harganya, hal tersebut semakin memperparah

kondisi masyarakat. Untuk itu masyarakat di Provinsi Banten ini sangat

memerlukan bantuan maupun program yang bisa meminimalisir permasalahan

kesejahteraan sosial, khususnya kemiskinan yang terus bertambah dari hari ke

hari. Namun karena keterbatasan APBN, masih banyak RTSM di Provinsi Banten

yang memang belum tersentuh dan terjangkau oleh program perlindungan sosial

yang digulirkan pemerintah pusat.

Maka untuk menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di

provinsi Banten dalam hal ini pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Sosial

dibawah Supervisi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

(TKPKD) pada 26 maret 2013, menetapkan dan melaksanakn program untuk

mengatasi masalah kemiskinan yaitu dengan membuat program Jaminan Sosial

Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) yang ditunjukan bagi RTSM di Provinsi

Banten.

Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu disingkat JAMSOSRATU adalah

skema yang terpadu dalam kelembagaan untuk menjamin rakyat yang berasal dari

kelompok Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), yang telah ditetapkan sebagai

peserta Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu untuk mendapatkan bantuan sosial

tunai bersyarat dan mendapatkan Santunan pertanggungan Kesejahteraan Sosial

(27)

Keluarga Harapan (PKH) dengan program Asuransi Kesejahteraan Sosial

(Askesos). Tujuannya untuk meningkatkan keberdayaan sosial Rumah Tangga

Sangat Miskin (RTSM) melalui sektor pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial.

Untuk RTSM yang menjadi sasaran dari Jamsosratu ini mengacu pada Pendataan

Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011, yang dilaksanakan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS), dan dipublikasikan oleh Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), untuk menentukan klasterisasi tingkat

kesejahteraan sosial individu maupun rumah tangga, sebagai sasaran penerima

program perlindungan sosial. Pemprov Banten meluncurkan program Jamsosratu

sebagai wujud komitmennya dalam percepatan penanggulangan kemiskinan dan

peningkatan kesejahteraan sosial.

Program Jamsosratu dilaksanakan dengan berpedoman kepada Peraturan

Gubernur Banten Nomor 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan

Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten, yang diperbaharui dengan

Peraturan Gubernur Banten Nomor 5 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Peraturan Gubernur Banten Nomor 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten. Dan yang terbaru

Peraturan Gubernur Banten Nomor 16 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu.

Dengan adanya payung hukum berupa Pergub tersebut, maka Jamsosratu

dinyatakan sah dan legal sebagai sebuah kebijakan Pemprov Banten. Hal ini

sejalan dengan upaya Pemerintah Pusat dalam percepatan penanggulangan

(28)

perlindungan sosial, program Jamsosratu sangat ideal dilaksanakan di Provinsi

Banten mengingat dengan berjalannya Jamsosratu maka RTSM di Provinsi

Banten dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Hal ini sesuai dengan visi

Provinsi Banten yakni “Bersatu Mewujudkan Rakyat Banten Sejahtera Berlandaskan Iman dan Takwa”.

Dalam pelaksanaannya, program Jamsosratu memiliki sistem kelembagaan.

sebagai berikut:

Bagan 1.1

Struktur Kelembagaan Program Jamsosratu

Sumber: Operator Jamsosratu Provinsi Banten, 2016.

Program Jamsosratu merupakan bantuan uang tunai kepada Rumah Tangga

Sangat Miskin (RTSM) dengan catatan mengikuti persyaratan yang diwajibkan.

Persyaratan itu terkait dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu

Pemerintah Provinsi Banten cq. Dinas Sosial

(Tim Pengendali JAMSOSRATU Provinsi (TPJ-Provinsi))

Dinas Instansi Sosial Kabupaten/Kota

(Tim Pengendali JAMSOSRATU Kabupaten/Kota (TPJ-Kab./Kota))

Lembaga Pelaksanaan Askesos Jamsosratu (LPA -JAMSOSRATU)

(Administrator JAMSOSRATU pada tingkat komunitas)

Pendamping JAMSOSRATU Operator JAMSOSRATU (OP-JAMSOSRATU)

Kelompok JAMSOSRATU

(29)

kesehatan dan pendidikan. Sasaran dari program ini yakni ibu hamil, ibu

menyusui, memiliki anak balita dan anak usia sekolah setingkat SD-SMA.

Penerima bantuan ini adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada

rumah tangga yang bersangkutan. RTSM diberikan bantuan Jamsosartu untuk

meningkatkan keberfungsian dan keberdayaan sosial berupa:

1. Bantuan Sosial Tunai Bersyarat Jamsosratu sebesar Rp. 2.250.000 per

tahun dibayarkan setiap 4 (empat) bulan satu kali atau sebanyak 3 (tiga)

kali dalam satu tahun.

2. Santunan Pertanggungan Kesejahteraan Sosial (Sankesos):

a. Sankesos Kecelakaan Kerja (SKK)

b. Sankesos Kematian (SK)

c. Sankesos Kumulatif (perpaduan SK dan SKK).

Peserta Jamsosratu juga memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan yaitu:

pertama, kewajiban yang berkaitan dengan kesehatan. Kedua, kewajiban yang

berkaitan dengan pendidikan. Ketiga, kewajiban yang berkaitan dengan investasi

dalam bentuk Takesos (Tabungan Kesejahteraan Sosial) sebesar Rp 10.000 setiap

bulannya, dan kewajiban lainnya. Dan adapula sanksi-sanksi BSTB (Bantuan

Sosial Tunai Bersyarat) Jamsosratu, yang apabila RTS tidak memenuhi

komitmen/ kewajiban baik itu pendidikan maupun kesehatan dalam satu tahap

pembayaran Jamsosratu, maka BSTB akan dikurangi sebesar 5% dari BSTB tahap

berjalan atau sebesar Rp 75.000.

Program ini tergolong berhasil menurunkan angka kemiskinan, karena

(30)

memberikan bantuan tunai untuk membiayai kebutuhan. Akan tetapi namun

penerimaannya menyaratkan melakukan pemeriksaan kesehatan di posyandu atau

layanan kesehatan bagi ibu hamil dan anak balita, dan meningkatkan kehadiran

sekolah secara rutin/ teratur bagi anak-anak RTSM yang memiliki usia SD-SMA.

(sumber: Peraturan Gubernur Banten Nomor 16 Tahun 2015 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten).

Program Jamsosratu dilaksanakan di 6 kabupaten/ kota di Provinsi Banten

sebanyak 49.000 RTS, yang tersebar di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten

Serang, Kabupaten Lebak, Kota Serang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang

Selatan. Yang secara jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1

RTS Jamsosratu Provinsi Banten Tahun 2015

NO KAB/ KOTA JUMLAH RTS

1 Kab. Pandeglang 15.157

2 Kab. Serang 11.402

3 Kab. Lebak 14.291

4 Kota Serang 4.200

5 Kota Cilegon 2.950

6 Kota Tangerang Selatan 1.000

7 Kab. Tangerang -

8 Kota Tangerang -

Jumlah 49.000

(31)

Dilihat dari table 1.1, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang belum

tersentuh atau terjangkau oleh bantuan Jamsosratu. Melihat berdasarkan ketentuan

didalam Petunjuk Teknis JAMSOSRATU (Jaminan Sosial Rakyat Banten

Bersatu) di Provinsi Banten Tahun 2015, ada faktor-faktor yang diperhatikan

dalam pemilihan lokasi pelaksanaan JAMSOSRATU, diantaranya:

1. Keberagaman karakteristik daerah (Tingkat kemiskinan tinggi/ sedang/

rendah).

Jika dilihat berdasarkan data BPS provinsi Banten, persentase

penduduk miskin menurut kabupaten/ kota, tahun 2014 Kab. Tangerang

berada diperingkat 4 yaitu sebesar 5,26 persen, itu berarti tingkat kemiskinan

di Kab. Tangerang masuk kedalam kategori sedang. Dan Kota Tangerang

diperingkat 5 yaitu sebesar 4,91 persen, yang artinya sudah masuk kedalam

kategori sedang.

2. Tingginya jumlah RTS di Kabupaten/ Kota.

Berdasarkan data BPS Provinsi Banten, jumlah penduduk miskin di

Kab. Tangerang tahun 2014 sebanyak 173.10 ribu jiwa, dan merupakan

paling banyak se- provinsi Banten, dan di Kota Tangerang sebanyak 98.80

ribu jiwa yang berada diperingkat ke 4 paling banyak se- provinsi Banten.

(32)

Tabel 1.2

Pencapaian Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten/ Kota Se- Provinsi BantenTahun 2011-2014

Sumber: Laporan Kematian Ibu dan Kematian Bayi Kab/ Kota Se-Provinsi Banten; Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2016.

Dilihat dari tabel diatas bahwa Kab. Tangerang pada tahun dimulainya

program Jamsosratu sampai tahun 2014/ 2013-2014, AKI masih cukup tinggi.

Dan untuk Kota Tangerang memang cukup rendah meskipun tahun 2014

mengalami kenaikan.

NO KAB/KOTA ANGKA KEMATIAN IBU

2011 2012 2013 2014

1 Kota Tangerang 0 13 9 13

2 Kota Serang 6 12 17 6

3 Kab. Lebak 49 44 33 47

4 Kab. Tangerang 23 37 39 47

5 Kab. Pandeglang 38 47 35 48

6 Kota Cilegon 11 18 12 12

7 Kab. Serang 43 57 57 50

8 Kota Tangerang

Selatan 13 12 14 10

(33)

4. Angka Kematian Bayi (AKB). Bisa dilihat pada table 1.3 berikut:

Tabel 1.3

Pencapaian Indikator Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten/ Kota Se- Provinsi BantenTahun 2011-2014

Sumber: Laporan Kematian Ibu dan Kematian Bayi Kab/ Kota Se-Provinsi Banten; Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2016.

Dilihat dari tabel diatas bahwa Kab. Tangerang pada tahun dimulainya

program Jamsosratu sampai tahun 2014/ 2013-2014, AKB sangat tinggi. Dan

untuk Kota Tangerang cukup rendah pada tahun 2013, meskipun tahun 2014

mengalami kenaikan.

5. Angka Gizi Buruk.

Berdasarkan Buku Profil Kesehatan 2012 Kabupaten /Kota Se-Provinsi

Banten, angka gizi buruk Kab. Tangerang berada diperingkat ke 4 paling banyak

dengan jumlah 2.421, dan untuk Kota Tangerang berada diperingkat ke 6 dengan

jumlah 143.

NO KAB/ KOTA

ANGKA KEMATIAN BAYI

2011 2012 2013 2014

1 Kota Tangerang 10 4 10 12

2 Kota Serang 14 14 2 29

3 Kab. Lebak 43 63 53 32

4 Kab. Tangerang 6 15 27 25

5 Kab. Pandeglang 25 39 31 28

6 Kota Cilegon 9 14 29 6

7 Kab. Serang 16 21 32 19

8 Kota Tangerang

Selatan 12 20 5 11

(34)

6. Angka Drop Out Sekolah Dasar/ Sekolah Menegah Pertama/ Sekolah

Menengah Atas.

Berdasarkan data dari Buku Profil Pendidikan Provinsi Banten Tahun 2015.

Bisa disimpulkan bahwa Angka Putus Sekolah dilihat dari keseluruhan tingkatan

sekolah SD-SMA/ sederajat, untuk Kab. Tangerag masih cukup tinggi yaitu

sebanyak 498. Dan untuk Kota Tangerang Angka Putus Sekolah tingkat sekolah

SD-SMA/ sederajat cukup tinggi yaitu sebanyak 373.

7. Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan.

Berdasarkan data Buku Profil Kesehatan 2012 Kabupaten /Kota

Se-Provinsi, dapat disimpulkan bahwa fasilitas kesehatan di Kab. Tangerang berupa

Rumah Sakit, Puskesmas dan Posyandu masih cukup rendah yaitu sebanyak 1347,

sedangkan untuk Kota Tangerang Cukup Tinggi yaitu sebanyak 2305.

Untuk fasilitas pendidikan sendiri, berdasarkan Buku Profil Dinas

Pendidikan Provinsi Banten Tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa fasilitas

pendidikan tingkat TK-SMA/ Sederajat negeri maupun swasta di Kab. Tangerag

sudah tinggi/ banyak yaitu sebanyak 2986 ditambah jumlah Pendidikan Luar

Biasa (PLB) sebanyak 12 sekolah, begitu juga untuk Kota Tangerang fasilitas

pendidikan tingkat TK-SMA/ Sederajat negeri maupun swasta sudah cukup tinggi

yaitu sebanyak 1685 ditambah Pendidikan Luar Biasa (PLB) sebanyak 11

sekolah.

Berdasarkan data-data diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dilihat

dari ke 7 faktor yang diperhatikan dalam pemilihan lokasi pelaksanaan

(35)

nya saja yang memang sudah tinggi/ banyak, sedangkan faktor yang lainnya

masih cukup buruk. Dan untuk Kota Tangerang dari ke 7 faktor yang diperhatikan

dalam pemilihan lokasi pelaksanaan jamsosratu, ada 4 faktor yang sudah baik, dan

selebihnya masih buruk seperti angka kemisikinannya, jumlah RTS nya, AKB,

dan Angka Putus Sekolah. Maka menurut peneliti seharusnya Kab. Tangerang dan

Kota Tangerang seharusnya bisa di jangkau oleh program Jamsosratu. Namun

berdasarkan wawancara peneliti dengan pihak Dinas Sosial Provinsi Banten

sebagai yang mempunyai program, alasan kenapa Kab. Tangerang dan Kota

Tangerang tidak tercakup oleh Program Jamsosratu dikarenaka memang dari

pihak merekanya sendiri yang memang belum siap untuk mengimplementasikan

atau melaksanakan Program Jamsosratu di daerahnya karena alasan beberapa hal.

Akan tetapi peneliti tidak membahas hal itu, dikarenakan cakupannya terlalu

luas dan keterbatasan peneliti, dan peneliti cakupannya hanya tingkat kecamatan

saja.

Pelaksanaan Jamsosratu rencananya akan dilaksanakan di wilayah Provinsi

Banten secara berkelenjutan selama 5 tahun yang dimulai pada tahun 2013 sampai

tahun 2017, dan akan dilanjutkan apabila berdasarkan hasil evaluasi dipandang

perlu serta terbukti memiliki peran dan manfaat yang signifikan dalam upaya

mengatasi kemiskinan. (sumber: Operator Jamsosratu Provinsi Banten, Bapak

Hikmat, tanggal 25 Februari 2016).

Di Kota Serang sendiri penerima program Jamsosratu sebanyak 4200 RTS.

(36)

Tabel 1.4

RTS Jamsosratu Kota Serang Tahun 2015

NO KECAMATAN

JUMLAH Rumah Tangga Sasaran

(RTS)

1 Cipocok Jaya 415

2 Curug 600

3 Kasemen 1,618

4 Serang 801

5 Taktakan 432

6 Walantaka 334

Grand Total 4,200

Sumber: Operator Jamsosratu Provinsi, 2016.

Program ini telah berjalan sesuai yang diharapkan, namun demikian tidak

terlepas dari hambatan/ hal-hal yang tidak sesuai dengan program Jamsosratu ini.

Di dalam penelitian ini, peneliti memusatkan tempat penelitian di Kecamatan

Kasemen Kota Serang, dimana Kota Serang merupakan wilayah terdekat dengan

pusat pemerintahan provinsi Banten, sehingga aksesnya lebih dekat, dan lebih

mudah dalam kepentingan apapun seperti pelaporan atau koordinasi bagi

pelaksana program Jamsosratu. Kecamatan Kasemen merupakan kecamatan yang

paling banyak terdapat RTS Jamsosratu diantara kecamatan yang lainnya di Kota

Serang, yaitu sebanyak 1618 RTS. Data selengkapnya per kecamatan disajikan

(37)

Tabel 1.5

RTS Jamsosratu Kecamatan Kasemen tahun 2015

NO DESA/ KEL JUMLAH RTS

1 Margaluyu 235

2 Banten 177

3 Sawah luhur 217

4 Warung jaud 237

5 Kasemen 167

6 Bendung 61

7 Mesjid priyayi 99

8 Kilasah 156

9 Terumbu 165

10 Kasunyatan 104

Grand total 1618

Sumber: Operator Jamsosratu Provinsi, 2016.

Kecamatan Kasemen memiliki luas wilayah 56,36 Km2 yang terdiri dari 10 kelurahan/ desa, dengan jumlah penduduk sebanyak 91.852 orang. Kecamatan

Kasemen juga memiliki jumlah fakir miskin yang cukup banyak berdasarkan data

terakhir yaitu sebanyak 5934 KK.

Di dalam pelaksanaannya program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota

Serang terdapat beberapa masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan dari

Program Jamsosratu itu sendiri. Adapun permasalahan tersebut di antaranya

sebagai berikut:

(38)

program ini, hal tersebut menyebabkan pengawasan dari masyarakat mengenai

program ini masih sangat kurang, karena memang masyarakat sendiri banyak

yang belum mengetahui program jamsosratu itu sendiri baik itu tujuan, sasaran

serta besaran yang diterima oleh masyarakat. Hal ini dibenarkan oleh Pak Ahmad

Hujair selaku salah satu pendamping Jamsosratu di Kecamatan Kasemen yang

mengatakan bahwa sosialisasi hanya dilakukan kepada pihak-pihak terkait, yaitu

perwakilan dari pihak kecamatan, perwakilan dari pihak kelurahan, pendamping

Jamsosratu dan RTS Jamsosratu. (sumber: Wawancara dengan Pendamping

Jamsosratu Kec.Kasemen, Pak Ahmad Hujair, Jumat, 22 Januari 2016, di Kantor

Kec.Kasemen).

Kedua, berdasarkan observasi awal, peneliti masih menemukan RTS Jamsosratu yang tidak sesuai dengan kriteria RTSM yang ditentukan oleh BPS,

yang memang peneliti lihat masih ada Rumah Tangga Sasaran penerima

Jamsosratu yang keadaan fisik rumahnya memiliki luas lebih dari 8M2, dengan dinding dari tembok, dari cirik fisik rumah tersebut tidak masuk kedalam

indikator dari kriteria RTSM. Seperti contoh Ibu Sunarsih, salah satu RTS

Jamsosratu kecamatan Kasmen.

Ketiga, terjadinya data ganda. Dimana dalam satu RTS menerima bantuan PKH dan JAMSOSRATU. Sedangkan seharusnya menurut ketentuan jika sudah

tercover oleh PKH tidak berhak untuk mendapatkan bantuan Jamsosratu. Hal ini

terjadi kepada Ibu Eneng, RTS Kp.Sukadana Kec.Kasemen. Beliau menerima

(39)

RTS, Ibu Eneng, Kamis, 21 Januari 2016 di kediaman Ibu Sunarsih). Hal ini juga

dibenarkan oleh Pak Ahmad Hujair selaku pendamping.

Keempat, program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen belum merata. Tidak semua masyarakat miskin di Kecamatan Kasemen menerima bantuan Jamsosratu

dikarenakan keterbatasan anggaran sehingga masih diberi kapasitas yang terbatas

perkecamatan. Sehingga menyebabkan timbulnya rasa kecemburuan sosial yang

terjadi antara warga yang menerima bantuan Jamsosratu dengan warga yang tidak

menerima program Jamsosratu. Tidak sedikit warga yang tidak menerima bantuan

program Jamsosratu yang keadaannya tergolong miskin, dan tidak sedikit pula

penerima bantuan Jamsosratu justru perekonomiannya jauh lebih stabil, ketidak

sesuaian bantuan yang didapatkan oleh masyarakat menyebabkan terjadinya

kecemburuan sosial diantara warga-warga. Begitu juga menurut Pak. Ahmad Hujair, “banyak masyarakat yang menuntut untuk dapat program Jamsosratu ini”. (sumber: Wawancara dengan Pendamping Jamsosratu Kec.Kasemen, Pak.Ahmad Hujair, Jum’at, 22 Januari 2016 di Kantor Kec.Kasemen).

Kelima, adanya kekurangan kriteria berdasarkan kondisi miskinnya, yaitu nominal bantuan disesuaikan dengan jumlah anak sekolah dalam satu RTS.

Contohnya Ibu Sunarsih dengan Ibu Eneng, Ibu Sunarsih memiliki dua anak yang

sekolah (kelas 1 SD dan Kelas 3 SD), sedangkan Ibu Eneng Tuti memiliki 4 anak

yang sekolah (Kelas 1 SMP, Kelas 6 SD, Kelas 3 SD, dan PAUD), akan tetapi

mereka sama-sama menerima bantuan sebesar Rp. 2.250.000,- /tahunnya.

Tentunya uang sebesar 2.250.000,- akan sangat berbeda manfaatnya bagi Ibu

(40)

(sumber: Wawancara dengan RTS Jamsosratu Kec.Kasemen, Ibu Sunarsih dengan

Ibu Eneng Tuti, Kamis, 21 Januari 2016 di Kediaman Ibu Sunarsih dan Ibu Eneng

Tuti).

Keenam, akses yang ditempuh oleh penerima Jamsosratu untuk mengambil dana pencairan cukup jauh. Hanya dipusatkan pada satu tempat yaitu di kantor

POS Serang untuk RTS Jamsosratu Kecamatan Kasemen. Contohnya seperti Ibu

Enok yang harus menempuh jarak sejauh kurang lebih ± 9 KM, dan harus

mengeluarkan uang untuk menggunakan kendaraan umum seperti angkot.

Sehingga mempersulit RTS untuk mengambil dana pencairan. Karena, seperti Ibu

Enok terkadang tidak memiliki uang sepeserpun untuk ongkos naik angkot,

sehingga harus meminjam dulu. Selain itu pencairan dana tidak boleh di wakilkan

oleh anggota keluarga manapun. Sehingga mempersulit RTS Jamsosratu dalam

mencairkan dana bantuan. Contohnya seperti saat sakit atau sedang ada halangan,

apabila diwakilkan harus menggunakan surat keterangan dari dokter atau pihak

kecamatan, itupun pihak PT POS masih meragukan kebenarannya. (sumber:

Wawancara dengan RTS Jamsosratu Kec.Kasemen, Ibu Enok, Kamis, 21 Januari

2016, di kediaman Ibu Enok).

Dengan adanya program Jamsosratu di Kota Serang diharapkan tingkat

kemiskinan di Kota Serang akan dapat diatasi. Sehingga kesejahteraan masyarakat

di Kota Serang dapat terwujud khususnya bagi kecamatan Kasemen. Serta dengan

adanya program Jamsosratu diharapkan akses bagi kesehatan dan pendidikan di

(41)

partisipasi sekolah bagi anak-anak akan lebih meningkat dan kesehatan bagi anak

dan ibu hamil/ nifas bisa di akses dengan mudah.

Berangkat dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti sebagai bahan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI

PROGRAM JAMINAN SOSIAL RAKYAT BANTEN BERSATU

(JAMSOSRATU) DI KECAMATAN KASEMEN, KOTA SERANG”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas maka

identifikasi masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sosialisasi Jamsosratu yang kurang menyeluruh untuk masyarakat

sehingga masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui

mengenai program Jamsosratu.

2. Validitas data penerima Jamsosratu yang kurang transparan, sehingga

menyebabkan tidak sesuainya dengan kriteria yang ditetapkan BPS.

3. Terjadinya data ganda. Dimana dalam satu RTS menerima double bantuan (PKH dan JAMSOSRATU), hal ini tidak sesuai dengan

ketentuan.

4. Program Jamsosratu di Kecamatan Kasemen Kota Serang belum

merata, tidak semua masyarakat miskin di kecamatan Kasemen

menerima bantuan Jamsosratu. Sehingga menyebabkan kecemburuan

sosial yang terjadi antara warga penerima program Jamsosratu dengan

(42)

5. Adanya kekurangan kriteria berdasarkan kondisi miskinnya, yaitu

nominal bantuan disesuaikan dengan jumlah anak sekolah dalam satu

RTS.

6. Proses pencairan bantuan yang menyulitkan penerima Jamsosratu.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian dalam identifikasi masalah, peneliti dalam penelitian ini

membatasi masalah pada “Implementasi Program Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen, Kota Serang”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

disampaikan di atas maka perumusan masalah yang akan di kaji adalah sebagai

berikut:

“Bagaimanakah Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen, Kota Serang?”.

1.5 Tujuan Penelitian

(43)

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat di dalam penelitian ini baik secara teroitis dan praktis

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian

diharapkan dapat lebih memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang

dipelajari selama mengikuti program perkuliahan Ilmu Administrasi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam program Jaminan

Sosial Rakyat Banten Bersatu (JAMSOSRATU) agar pelaksanaannya

dapat berjalan optimal, sehingga tujuan umum dari program Jamsosratu

dapat tercapai, yaitu meningkatkan kondisi kesejahteraan sosial bagi

RTSM; mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan;

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia; dan berubahnya perilaku

yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari RTSM di

Provinsi Banten.

2. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang

dilaksanakan sehingga memberikan kontribusi pemikiran bagi

(44)

b. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun

mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih

mendalam mengenai Implementasi program Jaminan Sosial Rakyat

Banten Bersatu (JAMSOSRATU) di Kecamatan Kasemen, Kota

Serang.

1.7 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang yang menerangkan ruang lingkup dan kedudukan

masalah yang akan diteliti, dari lingkup yang paling umum sehingga menukik ke

masalah yang paling spesifik. Kemudian yang selanjutnya yaitu identifikasi

masalah mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema/

topik/ judul penelitian atau dengan masalah. Pembatasan masalah dan perumusan

masalah yang paling urgent yang berkaitan dengan judul penelitian. Maksud tujuan penelitian, dalam hal ini mengungkapkan tentang sarana yang ingin di

capai dengan dilaksanakan penelitian. Kemudian terdapat juga kegunaan

penelitian yang menjelaskan manfaat dari penelitian yang akan diteliti dan yang

terakhir yaitu sistematika penulisan yang menjelaskan isi dari bab per bab yang

ada dalam penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR

Terdapat deskripsi teori dalam kerangka berpikir. Deskripsi teori mengkaji

(45)

berfikir menceritakan alur pikiran peneliti dalam penelitian. Dan asumsi dasar

yaitu dugaan sementara peneliti mengenai penelitian yang sedang peneliti

lakukan.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Terdiri dari metode penelitian yang menjelaskan tentang penggunaan

metode yang digunakan. Terdapat definisi konsep dan definisi oprasional yang

digunakan sebagai bahan pedoman dilakukannya wawancara. Instrumen

penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan

data. Teknik pengumpulan dan analisis data menjelaskan tentang teknik analisis

beserta rasionalisasinya. Terakhir tentang tempat dan waktu penelitian tersebut

berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara

jelas, struktur organisasi, kemudian deskripsi data yang menjelaskan tentang hasil

penelitian yang telah diolah dari data yang peneliti dapatkan melalui observasi dan

wawancara, dan kemudian dilakukan pembahasan lebih lanjut terhadap pesoalan

yang diteliti.

BAB V PENUTUP

Dalam penutup ini memuat penjelasan mengenai simpulan yaitu

menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah

di pahami dan saran yang berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang digunakan dalam

penyusunan skripsi, daftar pustaka hendaknya menggunakan literatur yang

mutakhir.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Memuat tentang hal-hal yang perlu dilampirkan untuk menunjang

penyusunan skripsi, seperti lampiran tabel-tabel, lampiran grafik, instrumen

(47)

63

DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Sugiyono (2012:43) mendefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep,

asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan

menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi, baik organisasi formal maupun

organisasi informal. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan ada empat

kegunaan teori di dalam penelitian yaitu (Sugiyono, 2012:43):

1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis

2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi

perilaku yang memiliki keteraturan

3. Teori sebagai stimulant dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan

4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.

Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang

berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori Implementasi Kebijakan

Publik untuk mengetahui upaya-upaya pemerintah dalam melaksanakan suatu

kebijakan, serta penjelasan mengenai jaminan sosial dan Jamsosratu itu sendiri.

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Sebelum menjelaskan tentang evaluasi kebijakan publik terlebih dahulu

(48)

dalam Nugroho mendefiniskan kebijakan publik sebagai segala sesuatu yang

dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang membuat

sebuah kehidupan bersama tampilan berbeda (1992, 2-4) (Nugroho, 2003: 3).

Menurut Laswell (dalam Nugroho, 2003:4) mendefiniskan kebijakan publik

sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu

nilai-nilai tertentu, dan praktek-praktek tertentu (1979, 4).

Sedangkan menurut Friedrick mendefinisikannya sebagai serangkaian

tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu

lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada, di mana kebijakan

yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus

mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu (1963, 79).

Kemudian, Easton melukiskannya sebagai pengaruh (impact) dari aktivitas pemerintah (1965, 212) (dalam Nugroho, 2003: 4).

Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik

dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yang dipahami oleh Nugroho sebagai (Nugroho, 2003: 3):

“suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan di depan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi”.

Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai

kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum. Akan

(49)

dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang

perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik yang

berwenang dan ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu

kebijakan publik; apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan

Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah, termasuk pula

Peraturan Walikota maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang

harus ditaati.

Definisi tentang kebijakan (policy) tidak ada pendapat yang tunggal, tetapi menurut konsep demokrasi modern, kebijakan negara tidaklah hanya berisi

cetusan pikiran atau pendapat para pejabat yang mewakili rakyat, tetapi opini

publik juga mempunyai porsi yang sama besarnya untuk diisikan dalam kebijakan

negara, misalnya kebijakan negara yang menaruh harapan banyak agar pelaku

kejahatan dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya, dari sisi lain sebagai abdi

masyarakat haruslah memperhatikan kepentingan publik (Islamy, 2007: 10).

Menurut Easton, beliau mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah

(Sunggono, 1997: 39):

“policy is the authoritative allocation of value for the whole society”.

(pengalokasian nilai-nilai secara paksa/ syah pada seluruh anggota masyarakat), di mana melalui proses pembuatan keputusanlah komitmen-komitmen masyarakat yang acapkali masih kabur dan abstrak sebagaimana tampak dalam nilai-nilai dan tujuan-tujuan masyarakat, diterjemahkan oleh para aktor politik ke dalam komitmen-komitmen yang lebih spesifik menjadi tindakan-tindakan dan tujuan-tujuannya konkrit.

Menurut Anderson (1984:3) (dalam Agustino, 2012: 7), memberikan

(50)

“serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/ tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan”.

Menurut Thomas R. Dye (dalam Islamy, 2007: 18), Kebijakan publik adalah “public policy is whatever government choose to do or not to do”, yaitu bahwa apa pun pilihan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintahan itulah yang merupakan public policy atau kebijakan pemerintah.

Menurut Charles Lindblom, pembuatan kebijakan publik (public policy

making) pada hakikatnya merupakan proses politik yang amat kompleks dan analitis di mana tidak mengenal saat dimulai dan diakhirinya, dan batas-batas dari

proses itu sesungguhnya tidak pasti. Serangkaian kekuatan-kekuatan itu agak

kompleks yang kita sebut sebagai pembuatan kebijakan publik, itulah yang

selanjutnya membuahkan hasil yang disebut kebijakan (dalam Islamy, 2007: 35).

Sedangkan menurut Amitai Etzioni, kebijakan publik dijelaskan sebagai

kebijakan yang melalui proses pembuatan keputusanlah komitmen-komitmen

masyarakat yang acap kali masih kabur dan abstrak sebagai mana tampak dalam

nilai-nilai dan tujuan-tujuan masyarakat, diterjemahkan oleh para aktor (politik)

ke dalam komitmen-komitmen yang lebih spesifik, menjadi tindakan dan

tujuan-tujuan yang konkrit (dalam Islamy, 2007: 95).

Menurut Chief J.O. Udoji (dalam Islamy, 2007: 16-17), merumuskan

tentang kebijakan:

(51)

Ada tiga alasan mempelajari kebijakan negara menurut Anderson dan

Thomas R. Dye (dalam Islamy, 2007: 12-13), yaitu:

1. Dilihat dari alasan ilmiah (Scientific reason)

Kebijakan negara dipelajari dengan maksud memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai hakikat dan asal mula kebijakan negara, berikut proses-proses yang mengantarkan perkembangannya serta akibat-akibatnya pada masyarakat.

2. Dilihat dari alasan profesional (Professional reason)

Maka studi kebijakan negara dimaksudkan untuk menerapkan pengetahuan ilmiah dibidang kebijakan negara guna memecahkan masalah sosial sehari-hari. Sehubungan dengan ini, terkandung sebuah pemikiran bahwa apabila kita mengetahui tentang faktor yang membentuk sebuah kebijakan negara, atau memberikan atau mengevaluasi kebijakan tersebut agar tepat sasaran. 3. Dilihat dari alasan politis (Political reason)

Mempelajari kebijakan negara dimaksudkan agar pemerintah dapat menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan yang tepat pula. Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa kebiajakn publik memiliki implikasi sebagai berikut:

a. Bentuk awalnya adalah merupakan penetapan tindakan-tindakan pemerintah;

b. Kebijakan publik tidak cukup hanya dinyatakan dalam bentuk-bentuk teks formal, namun juga harus dilaksanakan atau diimplementasikan secara nyata;

c. Kebijakan publik harus memiliki tujuan-tujuan dan dampak-dampak, baik jangka panjang maupun jangka pendek, yang telah dipikirkan secara matang terlebih dahulu;

d. Pada akhirnya, segala proses yang ada di atas adalah diperuntukkan bagi pemenuhan kepentingan masyarakat.

Sedangkan Friedrick(dalam Islamy, 2007: 12-13) menyatakan:

“Public policy is a proposed course of action of a person, group, or government within a given environment providing obstacles and opportunities which the policy was proposed to utilize and overcome in an effort to reach a goal or realize an objective or purpose”

(Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu).

(52)

Menurut Laswell (dalam Nugroho, 2003: 4) salah seorang pakar kebijakan

yang telah mendirikan think-tank awal di Amerika yang dikenal dengan nama American Policy Commission mendefiniskan:

“Public policy is a projected program of goals, values and practices”. (kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu dan praktek-praktek tertentu).

Menurut Dwiyanto Indiahono dalam bukunya Kebijakan Publik,

mendefinisikan Kebijakan publik dalam kerangka substantif adalah segala

aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan masalah publik yang

dihadapi. Dengan membawa kebijakan publik dalam ranah upaya memecahkan

masalah publik maka warna administrasi publik akan lebih terasa kental.

Kebijakan publik diarahkan untuk memecahkan masalah publik untuk memenuhi

kepentingan dan penyelenggaraan urusan-urusan publik. Kebijakan publik sejauh

mungkin diupayakan berada dalam rel kebijakan yang beraras pada sebesar-besar

kepentingan publik. Kebijakan publik memang masuk dalam ranah kepentingan

dengan banyak aktor yang berkepentingan di dalamnya. Nilai-nilai rasional yang

dikembangkan dalam analisis kebijakan publik sejauh mungkin didekatkan

kepada kepentingan publik. Sampai titik ini memang diperlukan komitmen aktor

politik untuk memperjuangkan nilai-nilai kepentingan publik (Indiahono, 2009:

18-19).

Di sisi lain, kebijakan publik sangat berkaitan dengan administrasi negara

(53)

Kebutuhan masyarakat tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh individu atau

kelompoknya melainkan diperlukan keterlibatan pihak lain yang dibentuk oleh

masyarakat itu sendiri. Pihak lain inilah yang kemudian disebut dengan

administrasi negara.

Berdasarkan pengertian kebijakan publik diatas, dapat disimpulkan

mengenai makna dari kebijakan publik, yakni keputusan badan, lembaga atau

negara dalam memecahkan masalah publik melalui intervensi berupa tindakan

untuk melakukan suatu kebijakan dengan berbagai konsekuensinya, termasuk

tindakan untuk tidak melakukan apapun.

2.1.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Sebuah kebijakan publik, jika hanya ada wacana dan rencana saja tanpa

adanya tindakan pemerintah untuk mewujudkannya, maka hal itu sia-sia

direncanakan. Suatu tindakan pemerintah baru dikatakan sebagai suatu kebijakan

apabila tindakan tersebut dilaksanakan, bukan hanya suatu keinginan semata.

Suatu keinginan saja yang belum dilakukan pemerintah belum dapat dianggap

sebagai kebijakan. Pelaksanaan kebijakan tersebutlah yang kemudian disebut

sebagai implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan pada umumnya memang

lebih sulit dari sekadar merumuskannya sehingga tidak semua kebijakan berhasil

diimplementasikan. Berikut ini beberapa definisi implementasi menurut beberapa

tokoh.

Setelah melewati dari tahapan kebijakan publik, maka implementasi adalah

salah satu tahapan penting dalam kebijakan publik. Jika kebijakan tanpa ada

(54)

dari suatu program melibatkan upaya-upaya policy maker untuk mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur

perilaku kelompok sasaran (Subarsono, 2010:87). Kamus Webster (Wahab, 2005:64) merumuskan implementasi secara pendek bahwa yaitu “to implement

(mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out; (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu)”. Menurut Metter dan Horn

dalam Wahab (2005:65) merumuskan proses implementasi sebagai:

“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”.

Hal ini tak jauh berbeda dengan yang diutarakan oleh Grindle (1980) dalam

Agustino (2008:139):

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya ditentukan dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual proyek dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”.

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam

keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui prosedur ini proses kebijakan

secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya

pencapaian tujuan. Hal ini dipertegas oleh Udoji (1981) dalam Agustino

(2008:140) bahwa:

(55)

Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk mempengaruhi apa

yang oleh Lipsky disebut “street level bureaucrats” untuk memberikan pelayanan

atau mengatur perilaku kelompok sasaran (target gorup). Untuk kebijakan yang

sederhana, implementasi hanya melibatkan satu badan yang berfungsi sebagai

implementor. Sebaliknya, untuk kebijakan makro maka usaha-usaha implementasi

akan melibatkan berbagai institusi, seperti birokrasi kabupaten, kecamatan,

pemerintah desa (Subarsono, 2010:88).

Implementasi kebijakan publik menurut Nugroho dalam Public Policy (2011:618) bahwa implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar

sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan. Sementara itu, Abidin (2012:163)

menjelaskan bahwa:

“Implementasi suatu kebijakan pada dasarnya merupakan transformasi yang multiorganisasi. Oleh karena itu, strategi implementasi mengaitkan kepentingan yang terakomodasikan, semakin besar kemungkinan suatu kebijakan berhasil diimplementasikan”.

Dari beberapa definisi diatas dapat dirumuskan definisi implementasi

kebijakan sebagai tindakan atau usaha untuk melaksanakan keputusan yang telah

ditetapkan pada perumusan kebijakan dan kebijakan tersebut dilaksanakan oleh

individu, pejabat atau kelompok tertentu seperti pemerintah atau swasta.

2.1.3 Model-model Pendekatan Implementasi

Menurut Nugroho dalam Public Policy (2011:625), rencana adalah 20% keberhasilan, implementasi adalah 60% sisanya, 20% sisanya adalah bagaimana

kita menegendalikan implementasi. Implementasi kebijakan adalah hal yang

(56)

konsep, muncul di lapangan.Selain itu, ancaman utama adalah konsistensi

implementasi.

Sebagaimana yang dikemukakan deLeon & deLeon (2001) dalam Nugroho

(2011:626), pendekatan-pendekatan dalam implementasi kebijakan publik dapat

dikelompokkan menjadi tiga generasi.

Generasi pertama, yaitu pada tahun 1970-an, memahami implementasi kebijakan sebagai masalah-masalah yang terjadi antara kebijakan dan

eksekusinya. Peneliti yang mempergunakan pendekatan ini antara lain Allison

dengan studi kasus misil kuba (1971, 1999). Pada generasi ini implementasi

kebijakan berhimpitan dengan studi pengambilan keputusan di sektor publik.

Generasi kedua, tahun 1980-an, adalah generasi yang mengembangkan pendekatan implementasi kebijakan yang bersifat ”dari atas ke bawah” (top-down perspective). Perspektif ini lebih fokus pada tugas birokrasi untuk melaksanakan kebijakan yang telah diputuskan secara politik. Para ilmuwan sosial yang

mengembangkan pendekatan ini adalah Mazmanian dan Sabatier (1983),

Nakamura dan Smallwood (1980), dan Berman (1980). Pada saat yang sama,

muncul pendekatan bottom-upper yang dikembangkan oleh Lipsky (1971, 1980) dan Hjern (1982, 1983).

Dalam bahasa Lester dan Steward (2000:108) dalam Agustino (2008:140),

(57)

Sedangkan dalam pendekatan top-down, misalnya, dapat disebut sebagai pendekatan yang mendominasi awal perkembangan studi implementasi kebijakan,

walaupun demikian di antara pengikut pendekatan ini terdapat

perbedaan-perbedaan, sehingga memerlukan pendekatan bottom-up, namun pada dasarnya mereka bertitik-tolak pada asumsi-asumsi yang sama dalam mengembangkan

kerangka analisis tentang studi implementasi.

Dalam pendekatan top-down, implementasi kebijakan yang dilakukan tersentralisir dan dimulai dari aktor tingkat pusat, dan keputusannya pun diambil

dari tingkat pusat. Pendekatan top-down bertititk-tolak pada perspektif bahwa keputusan-keputusan politik (kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat

kebijakan harus dilaksanakan oleh administrator-administrator atau

birokrat-birokrat pada level di bawahnya. Jadi inti pendekatan top-down adalah sejauhmana tindakan para pelaksana (administrator dan birokrat) sesuai dengan

prosedur dan tujuan yang telah digariskan oleh para pembuat kebijakan di tingkat

pusat.

Generasi ketiga, 1990-an, dikembangkan oleh ilmuwan sosial Goggin (1990), memperkenalkan pemikiran bahwa variabel perilaku aktor pelaksana

implementasi kebijakan lebih menentukan keberhasilan implementasi kebijakan.

Pada saat yang smaa, muncul pendekatan kontijensi atau situasional dalam

implementasi kebijakan yang mengemukakan bahwa implementasi kebijakan

banyak didukung oleh adaptabilitas implementasi kebijakan tersebut. Para

ilmuwan yang mengembangkan pendekatan ini antara lain Matland (1995),

(58)

Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai berbagai variabel yang

terlibat di dalam implementasi kebijakan melalui teori-teori implementasi sebagai

berikut.

a). Implementasi Kebijakan Model Donald S. Van Metter dan Carl Van Horn

Agustino dalam Dasar-Dasar Kebijakan Publik (2008:141) menjelaskan bahwa model pendekatan yang dirumuskan oleh Metter dan Horn disebut dengan

A Model of The Policy Implementation. Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan yang pada

dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan

publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan variabel. Model ini

mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari

keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik.

Ada enam variabel menurut Metter dan Horn, yang mempengaruhi kinerja

kebijakan publik tersebut adalah sebagai berikut (Agustino, 2008:142).

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya

jika-dan hanya-jika ukuran jika-dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan

sosio-kultur yang berada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau

tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level

warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang

Gambar

Gambar 1.1 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Banten, 2011-2015.
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah Kota Surakarta mengimplementasikan program yang bertujuan untuk memberikan jaminan kesejahteraan sosial bagi masyarakat

Adjidarmo merupakan salah satu instansi yang menjadi sarana atau prasarana Pemerintah Kabupaten Lebak dalam mengimplementasikan Program Jaminan Kesehatan di

Menurut Pergub No 56 Th.2014 tentang pedoman pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari Anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi banten, bahwa syarat

Hasil penelitian yang selanjutnya dinamakan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Hasil dari penelitian ini adalah menunjukan bahwa program Pos Sahabat Anak di Kota Serang belum efektif hal ini ditunjukan dengan Pelaksanaan program pos sahabat anak

Mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan terkait implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kecamatan Curug Kota Serang Provinsi Banten,

Program bantuan sosial merupakan salah satu bagian program jaminan sosial yang menjadi bentuk realisasi tanggung jawab pemerintah atau pemerintah daerah yang sangat

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah salah satu program pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berperan penting meringankan