• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU)"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Konsentrasi Ilmu Humas

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:

ADEN PAHALANA KUSUMA BARDANI 6662090033

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

SYUKUR KEPADAMU YA ALLAH SANG MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG ...

“SEMANGAT YANG DIBARENGI DENGAN DO’A DAN NIAT ADALAH KUNCI

KEBERHASILAN DI JALAN YANG BAIK”

TERUNTUK :

KEDUA ORANG TUAKU TERCINTA, ISTRIKU

DAN ADIK2 KU

... TERIMAKASIH UNTUK SEMUANYA ...

(6)

Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU). Pembimbing I : Iman Mukhroman, S. Sos, M. Si dan Pembimbing II : Puspita Asri Praceka, S. Sos, M. Ikom

Fokus penelitian ini adalah efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU). Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah Sejauhmana efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) di kecamatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tergabung dalam kelompok unit pengelola kegiatan (UPK). Jumlah sampel sebanyak 87 orang yang merupakan keseluruhan dari populasi dengan pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan teknik total random sampling berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan. Instrumen dalam penelitian ini didasarkan pada teori Joseph A. DeVito yang memuat 5 indikator. Pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan, kuesioner, wawancara, dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) mencapai 72%. Hal tersebut karena merupakan bentuk tanggung jawab kegiatan pemerintah daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada wilayah kecamatan yang ada di Provinsi Banten dalam hal kegiatan bantuan dana senilai Rp. 1.000.000.000 yang dikelola oleh PNPM Mandiri Perdesaan yang tersebar di seluruh kecamatan dalam rangka percepatan pengurangan kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi fasilitator dinilai baik.

(7)

Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu). Supervisor I: Iman Mukhroman, S. Sos, M. Si and Advisor II: Puspita Asri Praceka, S. Sos, M. Ikom

The focus of this study is the effectiveness of interpersonal communication fasilitator to the implementation of the Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu). Formulation of the problem of this research is the effectiveness of interpersonal communication fasilitator extent of the implementation of the Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu) in the district. The purpose of this study to determine the effectiveness of interpersonal communication fasilitator to the implementation of the subdistrict development movement program offerings unite people (Gerbang Ratu). The method used in this research is descriptive quantitative. The population in this study were people who joined in the activities of the management units (UPK). Total sample of 87 people is the whole of the population by total sampling with total random sampling technique based on gender, age, level of education. The instrument in this study was based on the theory of Joseph A. DeVito that includes 5 indicators. The data was collected using literature study, questionnaires, interviews, documentation. Data analysis was conducted in this research is the analysis of quantitative data. The results of this study demonstrate the effectiveness of interpersonal communication fasilitator to the implementation of the Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu) reached 72%. This is because it is a responsibility of local government activity that is given by the central government to the districts in the area of Banten province in terms of activity funds worth Rp. 1,000,000,000 which is managed by the PNPM Rural scattered in all districts in order to accelerate poverty reduction. This suggests that interpersonal communication fasilitator considered good.

(8)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Allhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya yang tidak pernah putus, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Skripsi yang mengambil judul : “Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU)”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini memperoleh banyak bantuan, bimbingan, saran dan motivasi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan banyak pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Iman Mukhroman, S. Sos, M. Si selaku Dosen Pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan motivasi agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Puspita Asri Praceka, S. Sos, M. Ikom selaku Dosen Pembimbing skripsi II yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan motivasi agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(9)

8. Kedua Orang Tua, Bapak Drs. H. Anhari Bardani, S.Ag dan Ibu Hj. Winengsih yang selalu memotivasi, mendo’akan dan dukungan penuh baik moril maupun materil.

9. Istriku dan Mertuaku yang selalu memotivasi, mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10.Serta Adikku, Ajie Laksana Kusuma B dan Akhmad Mulki yang selalu mendukung dan sedikit mengganggu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

11.Untuk orang-orang Pelaku PNPM MPd yang ada di Wilayah Provinsi Banten.

12.Teman – teman seperjuangan dan seangkatan Komunikasi 2009, yaitu : Egi Septiadi, Muhamad Ristandi, Fachrizal Alansyah, dan Sobat saya Topik.

13.dan pihak-pihak lain yang terlibat dan dukungan pembuatan skripsi ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan, baik dari segi kemampuan penyajian maupun yang dimiliki oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan keikhlasan hati peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Serang, 14 Januari 2015 Penulis

Aden Pahalana Kusuma Bardani

(10)

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR ………..……….. iii

DAFTAR ISI ………..………... iv

DAFTAR TABEL ...…………..………... v

DAFTAR GAMBAR …………..………... vi

DAFTAR LAMPIRAN ...…..………... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ..…..………...…………... 1

1.2. Rumusan Masalah ………..…………...………... 9

1.3. Identifikasi Masalah ... 9

1.4.Tujuan Penelitian ....………..………..……….……... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritas ………..………... 11

2.1.1. Komunikasi ………..………... 11

2.1.1.1. Komunikasi Pembangunan ..……..………... 13

2.1.2. Komunikasi Antarpribadi …...……..………... 14

2.1.2.1. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi …... 15

2.1.2.2. Perilaku Komunikasi Antarpribadi …... 15

2.1.2.3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi …... 16

(11)

2.1.3. Efektivitas …...……..………... 18

2.1.4. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ..……... 19

2.1.5. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan ..……... 22

2.1.5.1. Sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan .……... 25

2.1.6. Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) ..……... 26

2.2. Teori Efektivitas Komunikasi ...…...……... 28

2.3. Kerangka Berfikir ….………..…...……... 29

2.4. Hipotesis Penelitian/Asumsi Dasar ...…... 31

2.5. Operasional Variabel/Operasional Konsep ... 33

2.5.1. Variabel Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ... 33

2.5.1.1. Definisi ... 33

2.5.1.2. Operasionalisasi ... 33

2.5.2. Variabel Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) ... 33

2.5.2.1. Definsi ... 33

2.5.2.2. Operasionalisasi ... 34

2.6. Penelitian Terdahulu ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ...……….... 39

(12)

3.6.2. Sampel ...……….…... 46

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...………... 44

3.7.1. Teknik Pengolahan Data ...……….…... 47

3.7.1.1. Tabel ...…...………... 47

3.7.2. Teknik Analisis Data ...………...…... 47

3.7.2.1. Uji Validitas Instrumen ...……..……... 47

3.7.2.1. Uji Reliabilitas Instrumen ...…………..……... 48

3.7.2.1. Analisis Korelasi Spearman ...…………..……... 49

3.7.2.2. Uji F ...……...…………..….….... 50

3.8. Jadual Penelitian ...……….... 51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ...……….. 52

4.1.1.Gambaran Umum PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Serang ... 52

4.2. Deskripsi Data ...……….……….... 56

4.2.1. Identitas Responden ... 56

4.2.2. Analisis Data ... 59

4.3. Pengujian Persyaratan Statistika ……….. 101

4.3.1. Uji Validitas Instrumen Variabel X ... 104

4.3.2. Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X ... 105

4.3.3. Uji Validitas Instrumen Variabel Y ... 107

4.3.4. Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Y ... 108

4.3.5. Analisis Kuantitatif ... 110

4.3.5.1. Analisis Korelasi Rank Spearman ... 110

4.3.5.2. Analisis Regresi Linear ... 112

4.4. Pengujian Hipotesis... 113

(13)

Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) ... 126

4.6.3. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator terhadap Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU ... 128

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan ...……….. 131

1. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ... 131

2. Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) ... 131

3. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator terhadap Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU... 132

5.2. Saran ...……….. 132

5.2.1. Saran Praktis ...……….. 132

5.2.2. Saran Teoritis ...……….. 133

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

(14)

Tabel 2.1 Operasional Variabel X dan Y ... 34

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 37

Tabel 3.1 Daftar Pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK) di Kabupaten Serang ... 43

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 47

Tabel 4.1 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.2 Sebaran Responden Berdasarkan Usia ... 57

Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 58

Tabel 4.4 Kesan yang kuat terhadap komunikasi ... 60

Tabel 4.5 Faktor emosional (bersemangat, ceria) di dalam pekerjaan ... 61

Tabel 4.6 Fasilitator yang bertugas selalu memberikan informasi terbaru .. 62

Tabel 4.7 Fasilitator memberikan arahan dengan cara berkomunikasi yang terbuka ... 63

Tabel 4.8 Respon baik dan buruk terhadap fasilitator ... 64

Tabel 4.9 Tanggapan fasilitator dalam respon dan keluhan informasi Publik untuk kepentingan bersama ... 65

Tabel 4.10 Jawaban atas pertanyaan dari masyarakat ... 66

Tabel 4.11 Partisipasi fasilitator dalam berkomunikasi dengan masyarakat ... 67

Tabel 4.12 Gaya komunikasi non verbal (gerak tubuh, bahasa dan tulisan) Fasilitator ... 68

Tabel 4.13 Pertemuan selalu melakukan gaya simbolik (salam dan berjabat tangan ) ... 69

Tabel 4.14 Motivasi pekerjaan untuk lebih semangat kepada fasilitator dan masyarakat ... 70

Tabel 4.15 Kesulitan pekerjaan yang di motivasi oleh fasilitator ... 71

Tabel 4.16 Saran dan masukan bila terjadi hambatan yang sulit dipecahkan .. 72

(15)

Tabel 4.20 Fasilitator dapat terjun langsung bekerja di luar bidangnya saat situasi membutuhkan tenaga dan pikiran ... 76 Tabel 4.21 Fasilitator bekerja dengan taat sesuai peraturan kode etik

PNPM Mpd ... 77 Tabel 4.22 Kebijakan pimpinan ke fasilitator tentang alokasi bantuan dana

gerbang ratu ... 78 Tabel 4.23 Dukungan dan kemajuan PNPM Mpd yang baik berawal

dari sebuah komitmen ... 79 Tabel 4.24 Pimpinan menilai peran fasilitator sangat penting dalam pelaksanaan

program PNPM ... 80 Tabel 4.25 Masyarakat selalu membutuhkan adanya fasilitator untuk

melakukan kegiatan ... 81 Tabel 4.26 Hubungan sesama fasilitator dan masyarakat agar program Gerbang Ratu

terlaksana dengan baik ... 82 Tabel 4.27 Masalah internal pada fasilitator di selesaikan dengan semangat ... 83 Tabel 4.28 Komunikasi pada fasilitator mempunyai tingkatan pendidikan dan

pengalaman yang berbeda, maka tujuan yang dicapai tidak sama ... 84 Tabel 4.29 Kemajuan Kecamatan dan Desa di kelola fasilitator ... 85 Tabel 4.30 PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan

sebagai pendekatan yang dipilih ... 85 Tabel 4.31 Pemberdayaan masyarakat untuk modal awal terlaksananya

PNPM Mandiri Perdesaan ... 86 Tabel 4.32 PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program untuk meningkatnya

kesejahteraan masyarakat miskin ... 87 Tabel 4.33 Kesempatan kerja untuk masyarakat miskin di perdesaan dengan cara

musyawarah antar desa (MAD) ... 88 Tabel 4.34 Sasaran peningkatan kesejahteraan diutamakan untuk

(16)

mendayagunakan sumber daya lokal ... 93

Tabel 4.37 Dalam pembangunan partisipatif diarahkan dengan mendayagunakan sumber daya lokal ... 94

Tabel 4.38 Penyampaian dana bergulir dalam peningkatan kesejahteraan ... 95

Tabel 4.39 Kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan dana bergulir di tahun berikutnya ... 96

Tabel 4.40 Selalu diadakannya kegiatan seperti rapat musyawarah antar desa, kelompok simpan pinjam keuangan perempuan ... 97

Tabel 4.41 Adanya kegiatan jangka panjang antar desa dari segi pembangunan untuk meningkatkan nilai ekonomi ... 98

Tabel 4.42 PNPM Mandiri Pedesaan bermanfaat untuk masyarakat ... 99

Tabel 4.43 Program kebutuhan masyarakat, karena selalu adanya peningkatan kesejahteaan masyarakat walaupun belum signifikan ... 100

Tabel 4.44 Data hasil kuesioner responden dan semua soal Variabel X dan Y ... 101

Tabel 4.45 Variabel X Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ... 104

Tabel 4.46 Statictics Variabel X Efektivitas Komunikasi Antarpribadi .... 105

Tabel 4.47 Descriptive Statistics ... 106

Tabel 4.48 Variabel Y (Pengaruh Program Gerakan Pembangunan KecamatanRakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu)) ... 107

Tabel 4.49 Statistics Variabel Y(Pengaruh Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu)) ... 108

Tabel 4.50 Descriptive Statistics ... 109

Tabel 4.51 Correlations X Terhadap Y ... 111

Tabel 4.52 Coefficients ... 112

Tabel 4.53 ANOVA (b) ... 114

Tabel 4.54 Persentase per Indikator Variabel X ... 125

Tabel 4.55 Persentase per Indikator Variabel X ... 126

(17)

Gambar 2.1 Teori Efektivitas Komunikasi Berdimensi Ethos ... 29 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 31 Gambar 4.1 Mekanisme Pencairan Dana BLM dari KPPN ke UPK ... 54 Gambar 4.2 Mekanisme Penyaluran Dana PNPM dari Rekening

Kolektif di Desa ... 54 Gambar 4.3 Histogram dengan Kurva Normal Variabel X ... 106 Gambar 4.4 Histogram dengan Kurva Normal Variabel Y ... 109

(18)

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Nama Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kabupaten Serang Lampiran 3 : Data Responden Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Lampiran 4 : Data Responden Program Gerbang Ratu

Lampiran 5 : Foto-foto bukti hasil wawancara

(19)

1.1. Latar ฀elakang Masalah

Dalam kehidupan di dunia, setiap mahluk hidup memerlukan komunikasi

satu sama lain, khususnya bagi umat manusia. Komunikasi ini sangat diperlukan

karena manusia ditakdirkan menjadi mahluk sosial yang tidak dapat melepaskan

diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia akan senantiasa berusaha untuk

menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam menjalin kehidupannya, manusia

tidak pernah lepas dari bantuan dan hubungan dengan orang lain, oleh karena itu

manusia saling membutuhkan sesamanya untuk dapat saling melengkapi dan

berinteraksi dalam pemenuhan kebutuhan hidup satu sama lainnya.

Manusia selalu berkomunikasi dengan mahluk hidup lainnya, baik secara

tatap muka (฀ace to ฀ace), verbal maupun non verbal, langsung ataupun tidak

langsung. Manusia selalu ingin menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, dengan

komunikasi manusia mampu mengubah sikap dan keyakinan serta perilaku itu

sendiri untuk menginformasikan (to in฀orm), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to in฀luence). Jadi, bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan aspek yang memegang peranan penting dalam kehidupan

(20)

Provinsi Banten merupakan daerah yang sedang berkembang, kemiskinan

dan pengangguran saat ini merupakan salah satu prioritas masalah yang sedang

dihadapi tidaklah mudah untuk di atasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik

(BPS) Provinsi Banten untuk kemiskinan dan pengangguran berjumlah 509.3 ribu

orang, per Agustus 20฀3 (Radar Banten. Desember 20฀3), hal ini dibuktikan

dengan semakin sulitnya mencari pekerjaan, sulitnya mencari modal usaha,

kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang, kepada perekonomian

masyarakat kecil baik di kota maupun di desa. Dengan demikian berakibat

semakin tingginya tingkat pengangguran, anak-anak putus sekolah, biaya

kesehatan, kurang produktifnya Sumber Daya Manusia yang menyebabkan

kemiskinan semakin meningkat bankan sulit untuk diatasi (Kumpulan Modul

PNPM Mandiri, 2009;I)

Namun tingkat kemiskinan dari tahun ke tahun semakin menurun dan

berkurang, pada Badan Pusat Statistik Provinsi Banten (Banten Dalam Angka

20฀3:฀90). Mengemukakan di dalam nilai jumlah penduduk miskin yang dari

tahun 2009 mencapai 775,79฀ jiwa (8,฀5 persen) dan menurun menjadi 75฀,000

jiwa (7,46 persen) pada tahun 20฀0 hingga pada tahun 20฀฀ berkurang menjadi

690,874 jiwa (6,26 persen).

Dengan ini, dalam menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran maka

pemerintah pusat membuat Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang

berjalan dari tahun 2004, tugas dan fungsinya adalah memberikan lapangan

pekerjaan bagi masyarakat kota dan desa, setelah berjalan sampai tahun 2007,

pemerintah pusat mengubah program pengembangan kecamatan menjadi Program

(21)

(IDT) dan proyek peningkatan pembangunan desa tertinggal (P3DT) penanganan

khusus infrastruktur Perdesaan yang membawahi bidang urusan Perdesaan

ditahun 2008.

Dengan berjalannya di tahun 2008 program ini menjadi 2 (dua) urusan,

yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan dan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan, Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan sendiri dikendalikan dibawah

perusahaan pengelola administrasi (jasa konsultan), lalu di bawah Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan tingkat pusat adapula

Fasilitator di kabupaten/kota dibawah kendali Satuan Kerja (satker) Provinsi

masing-masing daerah.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri

dari PNPM Mandiri Perdesaan adalah wadah program untuk mempercepat

penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan, Pendekatan PNPM

Mandiri Perdesaan terhadap desa sangatlah bagus dalam penyediaan lapangan

kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas

kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

bisa menjalankan program ini tepat sasaran langsung ke masyarakat, karena pihak

para pelakunya yang tersebar di seluruh Kabupaten sampai ke Kecamatan dan

mempunyai tugas (Petunjuk Teknis Operasional. PNPM Mandiri Perdesaan:3)

(22)

฀. Bidang Prasarana, tujuan kegiatan ini menciptakan lapangan kerja di

desa, terutama bagi rumah tangga miskin.

2. Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan, tujuan kegiatan

ini mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha

ataupun sosial dasar.

Dalam persoalan ini, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat

Desa Provinsi Banten dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Perdesaan mulai memproses masalah kemiskinan dan

pengangguran di Provinsi Banten, disaat awal Tahun 20฀2 melakukan kunjungan

Gubernur Banten dan jajarannya ke masing-masing kecamatan di Kabupaten/Kota

melakukan Monitoring dan Evaluasi Kinerja Tahunan Gubernur dalam memimpin

Banten, disamping itu, masyarakatpun berkomunikasi saat Gubernur sedang

bersosialisasi tentang kinerja Banten di masing-masing kecamatan, masyarakat

menyampaikan suara keluhan tentang sarana dan prasarana seperti infrastruktur

bangunan yang tidak memadai, jalan desa yang ancur, maupun pengangguran

yang dirasakan masyarakat seperti wawasan pengetahuan yang masih sedikit. Hal

ini kurang pembaharuan sosialisasi media informasi melalui papan informasi ke

masyarakat yang menunjang ke perubahan hidup masyarakat lebih baik.

Sebut saja Instansi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa

Provinsi Banten yang ditugaskan langsung oleh Gubernur Banten, dalam bidang

urusan masalah ini didalamnya terdapat kegiatan Penguatan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, isi dari program ini

(23)

Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG

RATU) diusulkan dengan menggunakan komunikasi antarpribadi, pada awalnya

hanya masing-masing pihak pimpinan setelah itu komunikasi yang dijalankan ke

sesama berbagai pihak kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Provinsi Banten dengan anggaran ฀ milyar per-kecamatan, pihaknya pun

menyetujui dan menganggarkan kepada Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Masyarakat Desa untuk menjalankan program ini, program ini dipadukan kedalam

satu ranah lingkungan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perdesaan, ucap Ketua Koordinator Provinsi (Korprov).

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

Provinsi Banten, dalam laporannya mengatakan, pelaksanaan Gerbang Ratu

disosialisasikan di 5 (lima) Kabupaten/Kota yaitu : Kabupaten Pandeglang 35

Kecamatan, Kabupaten Serang 28 Kecamatan, Kabupaten Lebak 28 Kecamatan,

Kota Serang 6 Kecamatan dan Kota Cilegon 8 Kecamatan dengan jumlah ฀05

Kecamatan, sementara itu Kabupaten Tangerang 28 Kecamatan, Kota Tangerang

฀3 Kecamatan dan Kota Tangerang Selatan 7 Kecamatan dengan jumlah 48

Kecamatan tidak diberikan bantuan dana ฀ Milyar per-Kecamatan dari program

Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU), sebab

masalah yang terjadi dilapangan, 2 (dua) kabupaten dan ฀ (satu) kota yang tidak

masuknya kegiatan ini mempunyai kendala dari system keuangan daerahnya yang

belum berstatus Bantuan Langsung, dikarenakan terjadi kesalahan miss

communication/komunikasi yang lambat sehingga pimpinan daerahpun tidak

(24)

Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG

RATU) mulai di sosialisasikan pada saat Gubernur Banten, Intansi dan Tim

Pelaku Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

Roadshow kembali terkait evaluasi dan monitoring kinerja pemerintah Provinsi

Banten di lingkungan kabupaten/kota, dari sosialisasi ini tim pemerintah

berkomunikasi langsung dalam tugas dan tujuan diadakannya Program Gerakan

Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU).

Komunikasi ini menggunakan Komunikasi Antarpribadi, dimana saat

roadshow tim berbicara langsung kepada masyarakat dengan dikumpulkannya

dalam forum rapat atau di ruangan terbuka, dari sinilah program diungkapkan

tentang Visi dan Misi serta arah sasaran yang akan dicapai.

Gubernur juga meminta agar para pelaku PNPM dan masyarakat penerima

manfaat mendukung kegiatan program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten

Bersatu (GERBANG RATU) dengan sebaik-baiknya. Sebab kegiatan program ini

ini keberlanjutan sangat tergantung dari dukungan masyarakat itu sendiri.

Instansi maupun para pelaku Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Perdesaan saling membentuk sasaran, dan berkomunikasi

kepada semua pihak, baik yang di Provinsi dan Kabupaten/Kota, sampai ke

pendamping unit pengelola kegiatan (UPK).

Sebelum berjalanya program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten

Bersatu (GERBANG RATU), pemerintah membuat Peraturan Gubernur Banten

(Pergub) No. ฀3 Tahun 20฀2 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada

Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten, melalui program Gerakan

(25)

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang nantinya sebagai

payung hukum dan menghindari penyimpangan.

Dari data yang ditemukan oleh peneliti tentang Kabupaten Serang dengan

angka Target Biaya/Fisik 3฀,68 %, seharusnya di dalam kebutuhan yang

ditargetkan di atas 50.00% sampai bulan September 20฀3, saya mengambil

sampel perbandingan dari Kecamatan Pabuaran angka fisik tidak terealisasi

mencapai ฀9.38% dan Kecamatan Pamarayan sudah melebihi 53.00%, hal ini

sangat berbeda diantara ke dua Kecamatan yang seharusnya stabil dalam proses

pekerjaan fisik dan lainnya di atas 50.00%, (tabel laporan bulanan realisasi biaya

fisik dan tenaga kerja; September;20฀3).

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

mempunyai pendekatan ke masyarakat, kaitanya tentang kegiatan-kegiatan rutin

yang dilakukan oleh para pelaku ke masyarakat untuk membantu memudahkan

masyarakat bersosialisasi dengan masyarakat lainnya dan para pelaku, dalam

Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) dan Musyawarah

Antar Desa (MAD), aktifitas seperti ini rutin dilaksanakan setiap bulan.

Peneliti memilih Kabupaten Serang karena banyak terjadi kesimpangan

dalam komunikasi sehingga menyebabkan masalah seperti terhambat

pengembalian SPP di dua desa, yakni Desa Sukabares dan Cokop Sulajana,

Kecamatan Waringinkurung dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Perdesaan di Kecamatan Malingping terhambat, karena masalah

manipulasi uang Rp. ฀95 Juta oleh Ketua Unit Pengelola Kecamatan, (Data

(26)

Fasilitator membuat perencanaan, pelaksanaan, memberikan bimbingan dan

dukungan teknis kepada para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten dan

Kecamatan menggunakan komunikasi secara aktif kepada Para Pelaku Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yaitu

menginformasikan dan mengumumkan kepada masyarakat, namun yang terjadi

dilapangan di setiap Kantor Papan Informasi Kecamatan dan Kantor Papan

Informasi Desa kurang efektif dan tidak uptodate, hal ini disebabkan komunikasi

dari fasilitator ke bawahan tidak efektif.

Para Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan agar masalah seperti di atas harus

dipertajam dengan mengasah kemampuan fasilitator sebagai pemimpin di

perwakilan kabupaten dan kecataman sampai ke desa sehingga terjadinya

komunikasi antarpribadi di masing-masing para pelaku dalam memberikan

informasi yang efektif.

Melihat kenyataan ini, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah

komunikasi antarpribadi Fasilitator yang digunakan efektif tidaknya para Pelaku

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

terhadap Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten

Bersatu (GERBANG RATU) sampai berjalan dengan baik yang ada di Kabupaten

(27)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Sejauhmana Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator

melakukan pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat

Banten Bersatu (Gerbang Ratu) di Kecamatan ?

1.3. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

฀. Bagaimana efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator ?

2. Bagaimana pelaksanaan program gerakan pembangunan kecamatan rakyat

banten bersatu (Gerbang Ratu) melakukan sasaran kegiatan di kecamatan ?

3. Sejauhmana efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator terhadap

pelaksanaan program gerakan pembangunan kecamatan rakyat banten bersatu

(Gerbang Ratu) ?

1.4. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian apapun yang dilakukan tentu diawali dengan rasa ingin

tahu seorang peneliti, dan rasa ingin tahu tersebut peneliti dapat menetapkan apa

yang menjadi tujuan peneliti melakukan penelitian. Dengan adanya tujuan

penelitian maka peneliti dengan mudah menentukan langkah-langkah yang harus

(28)

฀. Mengetahui Komunikasi Antarpribadi Fasilitator.

2. Mengetahui pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat

Banten Bersatu (Gerbang Ratu) melakukan sasaran kegiatan di Kecamatan.

3. Mengetahui Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator terhadap

pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten

Bersatu (Gerbang Ratu).

1.5. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dikatakan berhasil, apabila dapat memberikan manfaat

penelitian, manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

฀. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Fasilitator terhadap Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan

Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU)”, diharapkan memberi sumbangsih

terhadap kajian teoritis dan khususnya di bidang keilmuan mengenai komunikasi

antarpribadi terhadap Efektifnya kegiatan yang ada di Kecamatan.

2. Manfaat Praktis

Dapat dijadikan masukan kepada tim Pelaku Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan khususnya Fasilitator,

bahwa program pelaksanaan Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten

Bersatu (Gerbang Ratu) sangat bermanfaat sekali untuk masyarakat dikarenakan

hasilnya dapat di rasakan oleh masyarakat dengan bantuan dana dari Pemerintah

(29)

฀฀

2.1. Kajian Teoritas 2.1.1. Komunikasi

Secara etimologi, komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu ฀um, sebuah kata

depan yang artinya dengan,atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata

bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda ฀ommunion,

yang dalam bahasa inggris disebut dengan ฀ommunion, yang berarti kebersamaan,

persatuan, persekutuan gabungan, pergaulan atau hubungan (Endang Lestari dan

MA. Malik, 2003:8).

Karena untuk ber ฀ommunion diperlukan adanya usaha dan bekerja, maka dari

itu dibuat kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang,

tukar-menukar membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada

seseorang. Endang Lestari dan MA. Malik (200:8) menyimpulkan komunikasi berarti

pemberitahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.

Komunikasi sangat dekat dengan kehidupan, setiap manusia yang hidup pasti

berkomunikasi, terlebih lagi manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup

sendiri. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (Onong

Uchjana Effendy, ฀992:3). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang

saling berhubungan satu sama lain karena hubungan menimbulkan interaksi sosial.

(30)

Komunikasi dilakukan dengan banyak cara dan tujuan. Dalam lingkungan

keluarga misalnya, orangtua berkomunikasi dengan anaknya secara langsung (tatap

muka), tanpa memerlukan alat atau sarana. Tujuan komunikasi tersebut untuk

membangun hubungan yang harmonis dalam keluarga atau untuk mengetahui

permasalahan anak dan membantu mencari jalan keluarnya. Mungkin dalam

lingkungan keluarga yang tidak terlalu banyak anggotanya bisa dengan mudak

melakukan hubungan proses komunikasi. Tetapi proses komunikasi akan menjadi

sulit dilakukan apabila anggota atau sasaran komunikasi menjadi luas dan tidak

terjangkau.

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (฀ommon), komunikasi

kemudian dapat dianggap sebagai proses menciptakan suatu kesamaan

(฀ommonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dan penerima (Terence

A. Shimp, 2003:฀62). istilah komunikasi atau ฀ommuni฀ation berasal dari bahasa

latin, yaitu ฀ommuni฀ation yang berarti pemberitahuan atau pertukaran (Wiryanto,

2004:5). Ilmu Komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu

mencegah dan menghilangkan konflik antar pribadi, antar kelompok, antar suku,

antar bangsa, ataupun antar ras.

Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apalagi orang telah

mengedakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan

menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka,

mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul (Widjaja,

(31)

2.1.1.1. Komunikasi Pembangunan

Secara orisinal istilah yang muncul pada dekade ฀060 an itu adalah

development ฀ommuni฀ation. Berdasarkan Pendapat lerner, Pye, dan S฀hramm,

istilah tersebut mengacu kepada jejaring komunikasi berlandaskan teknologi yang

tanpa memperhatikan pesan dan isi, cenderung menciptakan suasana yang cocok

untuk pembangunan disebabkan oleh ciri-cirinya yang melekat pada konsep itu.

Komunikasi Pembangunan itu membangkitkan suasana psikis dimana kegiatan

ekonomi dan produktivitas terjadi (Onong Uchjana Effendy, ฀990:83).

Dipenghujung 60-an, dikalangan ilmu komunikasi telah berkembang suatu

spesialisasi mengenai penerapan teori dan konsep komunikasi secara khusus untuk

keperluan pelaksanaan program pembangunan. Pengkhususan itu kemudian dikenal

dengan sebutan komunikasi pembangunan (Zulkarimen Nasution, 200฀:฀).

Ditinjau dari ilmu komunikasi yang juga mempelajari dan meneliti proses,

yakni proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk

mengubah sikap, pendapat dan perilakunya, maka pembangunan melibatkan dua

komponen yang kedua-duanya merupakan manusia. Yang pertama adalah

komunikator pembangunan yang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan

dalam menyebarluaskan pesan. Yang kedua adalah komunikan pembangunan, baik

penduduk kota maupun penduduk desa, yang harus diubah sikap, pendapat dan

perilakunya.

Komunikasi yang efektif, yakni menimbulkan efek yang diharapkan dari

komunikan, apabila si komunikator mengenal siapa komunikannya. “I฀h kennemein

(32)

komunikator. “know your audien฀e”atau “kenalilah khalayakmu” adalah anjuran

dari para ahli komunikasi pada komunikator (Onong Uchjana Effendy, ฀990:90).

Jika ditinjau secara makro vertikal, komunikasi melalui media massa di

daerah perkotaan berlangsung dengan one step flow model atau model arus satu

tahap, maka melalui media massa itu di daerah perdesaan berlangsung dengan two

step flow model atau model arus dua tahap, para ahli komunikasi banyak

memalingkan perhatiannya ke daerah perdesaan ini karena manusiawinya potensial

untuk dikerahkan kepada kegiatan pembangunan, demikian pula di daerah Banten.

Prof. Selo Soemardjan mengingat bahwa masyarakat desa diharapkan

menampung beraneka pesan komunikasi yang masing-masing harus dianggap tidak

kalah pentingnya dari pada yang lain (Onong Uchjana Effendy, ฀990:49-5฀).

2.1.2. Komunikasi Antarpribadi

Sebagai makhluk sosial, kita memerlukan komunikasi dengan orang lain,

entah secara pribadi antara dua orang, dengan beberapa orang, dengan sejumlah kecil

orang, atau dengan sejumlah besar orang dan massa. Komunikasi ini disebut dengan

komunikasi antarpribadi (Agus M. Hardjana, 2003:83).

Dedy Mulyana dalam Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, mendefinisikan

komunikasi antarpribadi sebagai berikut :

(33)

Komunikasi Antarpribadi dalam definisi ini merupakan proses pengiriman

dan penerimaan pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang

dengan berbagai efek dan umpan balik (feedba฀k) yang diterima secara cepat dan

langsung. Di PNPM Mandiri Perdesaan, Komunikasi antara Fasilitator Kabupaten

dan Fasilitator Kecamatan merupakan komunikasi antarpribadi.

Selain itu, menurut Onong Uchjana, pentingnya situasi komunikasi

antarpribadi adalah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis.

Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku

komunikasi untuk terjadinya saling kontak dan keakraban. Walaupun demikian

keakraban dalam komunikasi antarpribadi dialogis pada situasi tertentu bisa berubah.

Keakraban antara fasilitator kabupaten dan fasilitator kecamatan berbeda-beda.

2.1.2.1. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan yang aktif, bukan pasif.

Komunikasi antarpribadi bukan hanya komunikasi dari pengirim kepada penerima

pesan dan sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan

penerima pesan (Agus M. Hardjana, 2003:89).

2.1.2.2. Prilaku Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi menunjukan suatu prilaku, dimana prilaku

komunikasi ada 3 prilaku komunikasi antarpribadi (Agus M. Hardjana, 2003:86).

diantaranya :

฀. Prilaku spontan (spontaneus behaviour) adalah prilaku yang dilakukan karena

(34)

2. Perilaku kebiasaan (s฀ript behaviour) adalah perilaku yang kita pelajari dari

kebiasaan kita. Perilaku khas, dilakukan pada situasi tertentu dan dimengerti

orang lain.

3. Perilaku sadar (฀ontrived behaviour) adalah perilaku yang dipilih karena

dianggap sesuai dengan situasi yang ada.

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Melakukan komunikasi dengan situasi pada waktu berkomunikasi, hal ini ada

waktu dan tempat untuk segala sesuatu dalam komunikasi dengan tujuan (Agus M.

Hardjana, 2003:92):

฀. Keikutsertaan dan partisipasi kita dalam komunikasi dengan orang lain.

2. Mampu mengambil tindakkan yang berguna bagi kita untuk mencapai tujuan

komunikasi kita.

3. Membantu melaksanakan berbagai kemungkinan.

4. Komunikasi yang tidak hanya isi, tetapi juga perasaan, keprihatian, dan

kekhawatiran menyertainya.

5. Berprilaku menarik, khas, dan dapat diterima oleh orang lain.

6. Mengatasi rasa takut, bingung, dan kacau pikiran.

2.1.2.4 Proses Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi Antarpribadi merupakan komunikasi yang berproses

pengembang (developmental proses), (Agus M. Hardjana, 2003:87). Komunikasi

antarpribadi dibedakan dari dari tingkat hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam

(35)

2.1.2.5 Faktor-faktor yang menumbuhkan Hubungan Antarpribadi dalam Komunikasi Antarpribadi

Pola-pola komunikasi mempunyai efek yang berlainan pada hubungan

antarpibadi, maka makin sering orang melakukan komunikasi antarpribadi dengan

orang lain makin baik hubungan mereka, yang menjadi soal bukanlah berapa kali

komunikasi dilakukan. Tetapi bagaimana komunikasi ini dilakukan. Berikut adalah

faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan antarpribadi yang baik (Rakhmat,

Jalaludin;2004;฀29).

฀. Percaya (Trust). Percaya menentukan efektivitas komunikasi. Percaya

meningkatkan komunikasi antarpribadi karenamembuka saluran komunikasi,

memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas peluang

komunikator untuk mencapai maksudnya. Dengan saling mempercayai.

Fasilitator Kabupaten dan Fasilitator Kecamatan tak lagi ragu untuk bercerita

tentang tugas pokok dan fungsinya di masing-masing lini kerja.

2. Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam

komunikasi. Orang yang bersikap defensif adalah orang yang tidak menerima,

tidak jujur dan tidak empatis. Orang yang bersifat defensif cenderung lebih

banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dari situasi

komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Fasilitator Kabupaten

memberikan arahan dengan jelas ke Fasilitator Kecamatan tentang program

(36)

dengan keadaan memikirkan masalah pribadi, terjadilah komunikasi

antarpribadi yang tidak efektif di lingkungan kecamatan.

3. Sikap terbuka, dengan sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian,

saling menghargai dan paling penting saling mengembangkan kualitas

hubungan antarpribadi kepada kedua pihak yang menjalin hubungan.

2.1.2.6 Hambatan Komunikasi Antarpribadi

Dalam hambatan komunikasi antarpribadi sering terjadinya diawali dengan

sikap (Agus M. Hardjana, 2003:95) diantaranya:

฀. Tidak pernah menerima pendapat orang lain baik itu dari masalah fisik, mental,

dan budaya yang berbeda dengan rasa cita kita.

2. Tidak pernah menerima keunikan orang lain, serta merasa terganggu dan

menganggap dirinya lebih unggul dari orang lain.

3. Tidak pernah menghargai atas dasar ideologi, keyakinan, kepercayaan dan

mungkin melibatkan agama juga.

4. Memperlakukan orang lain untuk sebagai alat mencapai tujuan pribadi atau

mempermainkan sesuka hati.

2.1.3 Efektivitas

Persepsi tentang efektivitas sesunguhnya bersumber dari salah satu kriteria

ilmu administrasi yang berkembang secara alamiah ke dalam berbagai aktivitas

(37)

Setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelemahan, walaupun

mempunyai kecerdasan yang sempurna, namun tidak akan luput dari kekeliruan

bahkan kesalahan. Dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan, janganlah

kita hanya memikirkan kelemahan-kelemahan pada diri kita, kelompok atau

organisasi, tetapi yang terpenting bagaimana merubah kelemahan menjadi kekuatan

sehingga tujuan yang kita tetapkan sebelumnya itu dapat dilaksanakan dengan baik

untuk menciptakan keberhasilan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

2.1.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dimulai dengan lima kualitas umum

yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap

mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan

(equality) ( Devito, 20฀฀:286-29฀).

1. Keterbukaan (Openness)

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi

Antarpribadi. Pertama, komunikator Antarpribadi yang efektif harus terbuka

kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus

dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin

menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada

kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya

disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang

kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur

(38)

pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin

orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak

mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan,

bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan

keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek

ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly,

฀974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan

pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda

bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini

adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama

tunggal).

2. Empati (empathy)

Henry Backrack (฀976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang

untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu,

dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati,

di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih.

Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang

mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama

dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan

pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan

mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik

secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat

mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (฀) keterlibatan aktif

(39)

konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian,

dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan Antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap

mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan

berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat

berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap

mendukung dengan bersikap (฀) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan

strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap positif (positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi Antarpribadi dengan

sedikitnya dua cara: (฀) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif

mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu

pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi Antarpribadi. Pertama, komunikasi

Antarpribadi terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka

sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat

penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan

daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak

bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

5. Kesetaraan (Equality)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin

lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada

yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal.

(40)

suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua

pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak

mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan

Antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik

lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada dari pada

sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. kesetaraan tidak

mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal

dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau

menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan

”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

2.1.5 Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat ฀anten ฀ersatu (Gerbang Ratu)

Provinsi Banten memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran.

Kemiskinan di Provinsi Banten dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan

alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi

angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan

pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat

harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan

pendayagunaan.

Mulai tahun 20฀2 Pemerintah Provinsi Banten mencanangkan Program

Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (Program Gerbang Ratu).

(41)

kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di wilayah Provinsi Banten.

Pendekatan Program gerbang ratu diintegrasikan dan disinergikan dengan

pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang

selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PNPM Mandiri adalah berupa

penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi

dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi

masyarakat. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran.

Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan

alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi

angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan

pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat

harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan

pendayagunaan.

Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri

Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa

tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat

penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM

Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan

Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK

adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat

miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan

(42)

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan

kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya

kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk

memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber

daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi

masalah kemiskinan.

Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah:

฀. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;

2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;

3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi

masyarakat;

5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi

yang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin

sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta

mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa.

Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM

Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan

yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat

menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan

keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program

(43)

Tujuan฀Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan

dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong

kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Tujuan khususnya meliputi:

฀. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin

dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan;

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan

mendayagunakan sumber daya lokal;

3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi

pengelolaan pembangunan partisipatif;

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan

oleh masyarakat;

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir;

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa;

7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan perdesaan.

Keluaran program meliputi :

฀. Terjadinya peningkatan keterlibatan Rumah Tangga Miskin (RTM) dan

kelompok perempuan mulai perencanaan sampai dengan pelestarian;

2. Terlembaganya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antar desa;

3. Terjadinya peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi

(44)

4. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan bagi

masyarakat;

5. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan pelayanan

sosial dasar dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM;

6. Terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa dalam pengelolaan

pembangunan;

7. Terjadinya peningkatan peran serta dan kerja sama para pemangku

kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

Visi Program GERBANG RATU adalah tercapainya kesejahteraan dan

kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya

kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk

memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber

daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi

masalah kemiskinan. Misi Program GERBANG RATU adalah: (฀) peningkatan

kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan

partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal dalam

pembangunan infrastruktur kecamatan yang diintegrasikan dan disinergikan dengan

PNPM Mandiri; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur kecamatan; (5)

(45)

Dalam rangka mencapai visi dan misi Program GERBANG RATU, strategi

yang dikembangkan Program GERBANG RATU yaitu menjadikan masyarakat

miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif,

serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi,

dan strategi yang dikembangkan, maka Program GERBANG RATU lebih

menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui

Program GERBANG RATU diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan

pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan

pembelajaran dilakukan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri

Dengan diterbitkannya Peraturan Gubernur Nomor ฀3 Tahun 20฀3,

Pemerintah Provinsi Banten telah menetapkan Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan

Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten melalui Program Gerakan

Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (Program Gerbang Ratu) dengan Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Tahun 20฀2.

- Peran Fasilitator di Kecamatan

Fasilitator Kecamatan adalah pendamping masyarakat dalam mengikuti atau

melaksanakan Program GERBANG RATU. Peran fasilitator kecamatan adalah

memfasilitasi masyarakat dalam setiap tahapan Program GERBANG RATU pada

tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian, selain itu juga berperan

dalam membimbing kader-kader desa atau pelaku-pelaku Program GERBANG

(46)

- Peran Unit Pengelola Kegiatan (UPK)/Masyarakat

Peran UPK adalah sebagai unit pengelola dan operasional pelaksanaan

kegiatan antar desa. Pengurus UPK sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris,

dan bendahara. Pengurus UPK berasal dari anggota masyarakat yang diajukan oleh

desa berdasarkan hasil musyawarah desa dan selanjutnya dipilih dalam musyawarah

antar desa. UPK mendapatkan penugasan MAD/BKAD untuk menjalankan tugas

pengelolaan dana program dan tugas pengelolaan dana perguliran.

2.2 Teori Efektivitas Komunikasi ฀erdimensi Ethos

Dipandang dari komponen komunikan, komunikasi yang efektif akan terjadi

jika komunikasi mengalami internalisasi (internalization), identifikasi diri (self

identifcation) dan ketundukan (compliance). Komunikasi mengalami proses

internalisasi, jika komunikan menerima pesan yang sesuai dengan sistem nilI Yng

dianut. Komunikan memperoleh sesuatu yang bermanfaat, pesan yang disampaikan

memiliki rasionalitas yangdapat diterima. Internalisasi bisa terjadi jika

komunikatornya memiliki ethos atau credibility (ahli dan dapat dipercaya),

karenanya komunikasi bisa efektif. Ketaatan pada diri komunikan akan terjadi, jika

komunikan yakin akan mengalami kepuasan, mengalami reaksi yang menyenangkan,

memperoleh reward dan terhindar dari punishment (keadaan dan kondisi tidak enak)

(47)

Gambar 2.1

Teori Efektivitas Komunikasi ฀erdimensi Ethos

Sumber : Hamidi 20฀0

2.3 Kerangka ฀erfikir

Untuk mewujudkan hal-hal yang menjadi tujuan penelitian, maka kerangka

penelitian ini memuat teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian yang

dijadikan kerangka pemikiran, hal yang memuat tentang kerangka berfikir yang

dibuat, dimana efektivitas dapat dilakukan untuk melihat hasil dari capaian suatu

kegiatan yang dilakukan oleh fasilitator pada PNPM Mandiri Perdesaan sebagai

wadah komunikasi antarpribadi dalam upaya kelancaran pelaksanaan gerbang ratu

yang dianggap berhasil dalam menekan jumlah kemiskinan dan sarana prasarana

daerah.

Pendekatan Program GERBANG RATU diintegrasikan dan disinergikan

dengan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri,

yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PNPM Mandiri adalah

berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin,

efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan

partisipasi masyarakat terutama di daerah Kabupaten Serang, jenis kegiatan yang

dilaksanakan pada program gerbang ratu adalah tercapainya kesejahteraan dan

(48)

kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk

memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber

daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi

masalah kemiskinan. Program GERBANG RATU adalah: (฀) peningkatan kapasitas

masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;

(3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal dalam pembangunan

infrastruktur kecamatan yang diintegrasikan dan disinergikan dengan PNPM

Mandiri; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur kecamatan; (5)

pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Pada kegiatan tersebut,

dilakukan penilaian atau pengukuran mengenai efektivitas komunikasi antarpribadi

menggunakan teori Josph A. Devito yang terdiri dari lima indikator yaitu

Keterbukaan (Openness), Empati (empathy), Sikap mendukung (supportiveness),

(49)

di bawah ini dapat digambarkan mengenai kerangka berikir untuk penelitian

ini, yaitu :

Gambar 2.2 Kerangka ฀erfikir

2.4 Hipotesis Penelitian/Asumsi Dasar

Hipotesis merupakan jawaban ementara terhadap rumuan maalah penelitian,

dimana rumuan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan.dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data. Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih harus

diuji kebenarannya secara empirik (Sugiyono, 2009:64).

Berdasarkan kerangka berfikir yang telahdijelaskan di atas, maka hipotesis

yang dapat dirangkum, yaitu :

Varibel X (Variabel Independent)

Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat ฀anten

฀ersatu (Gerbang Ratu) Y

6. Pemberdayaan

7. Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja

8. Melembagakan pengelolaan 9. Berkembangnya kerjasama antar

desa

฀0. Hasil PNPM Mandiri

(50)

“Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Failitator terhadap pelaksanaan

Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat ฀anten ฀ersatu (Gerbang

Ratu) mencapai 70% dengan tingkat ideal 100%”.

Hal ini, dengan angka mencapai 70% dengan tingkat ideal ฀00%, deskripsi

hasil pengolahan data yang di jumlah pada variabel efektivitas komunikasi

antarpribadi fasilitator mencapai 73% dan Program Gerakan Pembangunan

Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu) mencapai 74%.

Adapun pernyataan hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

฀. Hipoteis nol (Ho) : Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator tidak

mempunyai hubungan yang signifikan dengan Program Gerakan Pembangunan

Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu)

2. Hipotesis alternatif (Ha) : Fasilitator mempunyai hubungan yang signifikan

dengan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu

(51)

2.5 Operasionalisasi Variabel/Operasionalisasi Konsep

2.5.1. Variabel Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

2.5.1.1 Definisi

Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM

Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM

Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan

secara terpadu dan berkelanjutan.

2.5.1.1. Operasionalisasi

Secara operasional variabel program nasional pemberdayaan masyarakat

(PNPM) mandiri perdesaan yaitu dilakukan program pemerintah pusat yang

mempunyai visi yang menarik untuk menetapkan mempercepat penanggulangan

kemiskinan.

2.5.2. Variabel Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat ฀anten

฀ersatu (Gerbang Ratu)

2.5.2.1. Definisi

Program Gerbang Ratu adalah program untuk mempercepat penanggulangan

kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di wilayah Provinsi Banten.

Pendekatan Program gerbang ratu diintegrasikan dan disinergikan dengan

pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang

(52)

2.5.2.2. Operasionalisasi

Secara operasional variabel program gerakan pembangunan kecamatan rakyat

banten bersatu (Gerbang Ratu) yaitu dilakukan program pemerintah daerah untuk

mendistribusikan program pemerintah pusat yang mempunyai visi berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat, (Petunjuk Teknis Operasional Gerbang Ratu:6)

Tabel 2.1 Operasional Variabel

VARIA฀EL VARIA฀ELSU฀ INDIKATOR PERTANYAAN SKALA

Efektivitas

(Openness) ฀. Komunikator harus terbuka pada orang yang di ajak

(53)

tubuh yang penuh

(positiveness) ฀. Menyatakan sikap positif 2. Secara positif

(Equality) ฀. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara

pengelolaan ฀. Mendayagunakan sumber daya lokal 2. pengelolaan dana

bergulir

33-34

35-36

Ordinal

Gambar

Gambar 2.1 Teori Efektivitas Komunikasi ฀erdimensi Ethos
Gambar 2.2 Kerangka ฀erfikir
Tabel  2.1Operasional Variabel
Tabel 2.2 Peneliti Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul "Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Tembelekan (Lantana Camara) kombinasi dengan 5-Fluorouracil melalui Mekanisme.. Apoptosis, Penghambatan

Krim dengan ekstrak etanol tongkol jagung pada konsentrasi ekstrak yang berbeda diduga memiliki aktivitas tabir surya dengan nilai SPF yang juga berbeda. Ekstrak

Latarbelakang: asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Asuhan sayang ibu selama proses persalinan

Based on the five root of emotional intelligence above there are at least four kind of emotional intelligence does the main character has those are:

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk pemodelan dan pemetaan penyebaran jumlah kasus DBD di Jawa Timur dengan mempertimbangkan keragaman faktor penyebab DBD

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali pembelajarannya telah mengacu pada kurikulum 2013, madrasah juga sudah menerapkan strategi

Tingkat pendidikan serta pengetahuan juga mempunyai peran yang penting pula karena dengan adanya pengetahuan penderita memahami instruksi yang diberikan petugas

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan pengamatan secara berurutan dan