SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Konsentrasi Ilmu Humas
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh:
ADEN PAHALANA KUSUMA BARDANI 6662090033
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SYUKUR KEPADAMU YA ALLAH SANG MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG ...
“SEMANGAT YANG DIBARENGI DENGAN DO’A DAN NIAT ADALAH KUNCI
KEBERHASILAN DI JALAN YANG BAIK”
TERUNTUK :
KEDUA ORANG TUAKU TERCINTA, ISTRIKU
DAN ADIK2 KU
... TERIMAKASIH UNTUK SEMUANYA ...
Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU). Pembimbing I : Iman Mukhroman, S. Sos, M. Si dan Pembimbing II : Puspita Asri Praceka, S. Sos, M. Ikom
Fokus penelitian ini adalah efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU). Rumusan Masalah dari penelitian ini adalah Sejauhmana efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) di kecamatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tergabung dalam kelompok unit pengelola kegiatan (UPK). Jumlah sampel sebanyak 87 orang yang merupakan keseluruhan dari populasi dengan pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan teknik total random sampling berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan. Instrumen dalam penelitian ini didasarkan pada teori Joseph A. DeVito yang memuat 5 indikator. Pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan, kuesioner, wawancara, dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) mencapai 72%. Hal tersebut karena merupakan bentuk tanggung jawab kegiatan pemerintah daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada wilayah kecamatan yang ada di Provinsi Banten dalam hal kegiatan bantuan dana senilai Rp. 1.000.000.000 yang dikelola oleh PNPM Mandiri Perdesaan yang tersebar di seluruh kecamatan dalam rangka percepatan pengurangan kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi fasilitator dinilai baik.
Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu). Supervisor I: Iman Mukhroman, S. Sos, M. Si and Advisor II: Puspita Asri Praceka, S. Sos, M. Ikom
The focus of this study is the effectiveness of interpersonal communication fasilitator to the implementation of the Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu). Formulation of the problem of this research is the effectiveness of interpersonal communication fasilitator extent of the implementation of the Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu) in the district. The purpose of this study to determine the effectiveness of interpersonal communication fasilitator to the implementation of the subdistrict development movement program offerings unite people (Gerbang Ratu). The method used in this research is descriptive quantitative. The population in this study were people who joined in the activities of the management units (UPK). Total sample of 87 people is the whole of the population by total sampling with total random sampling technique based on gender, age, level of education. The instrument in this study was based on the theory of Joseph A. DeVito that includes 5 indicators. The data was collected using literature study, questionnaires, interviews, documentation. Data analysis was conducted in this research is the analysis of quantitative data. The results of this study demonstrate the effectiveness of interpersonal communication fasilitator to the implementation of the Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu) reached 72%. This is because it is a responsibility of local government activity that is given by the central government to the districts in the area of Banten province in terms of activity funds worth Rp. 1,000,000,000 which is managed by the PNPM Rural scattered in all districts in order to accelerate poverty reduction. This suggests that interpersonal communication fasilitator considered good.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Allhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya yang tidak pernah putus, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Skripsi yang mengambil judul : “Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator terhadap pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU)”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi.
Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini memperoleh banyak bantuan, bimbingan, saran dan motivasi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan banyak pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Mukhroman, S. Sos, M. Si selaku Dosen Pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan motivasi agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Ibu Puspita Asri Praceka, S. Sos, M. Ikom selaku Dosen Pembimbing skripsi II yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan motivasi agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Kedua Orang Tua, Bapak Drs. H. Anhari Bardani, S.Ag dan Ibu Hj. Winengsih yang selalu memotivasi, mendo’akan dan dukungan penuh baik moril maupun materil.
9. Istriku dan Mertuaku yang selalu memotivasi, mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10.Serta Adikku, Ajie Laksana Kusuma B dan Akhmad Mulki yang selalu mendukung dan sedikit mengganggu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
11.Untuk orang-orang Pelaku PNPM MPd yang ada di Wilayah Provinsi Banten.
12.Teman – teman seperjuangan dan seangkatan Komunikasi 2009, yaitu : Egi Septiadi, Muhamad Ristandi, Fachrizal Alansyah, dan Sobat saya Topik.
13.dan pihak-pihak lain yang terlibat dan dukungan pembuatan skripsi ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan, baik dari segi kemampuan penyajian maupun yang dimiliki oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan keikhlasan hati peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Serang, 14 Januari 2015 Penulis
Aden Pahalana Kusuma Bardani
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR ………..……….. iii
DAFTAR ISI ………..………... iv
DAFTAR TABEL ...…………..………... v
DAFTAR GAMBAR …………..………... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...…..………... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ..…..………...…………... 1
1.2. Rumusan Masalah ………..…………...………... 9
1.3. Identifikasi Masalah ... 9
1.4.Tujuan Penelitian ....………..………..……….……... 9
1.5. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1. Kajian Teoritas ………..………... 11
2.1.1. Komunikasi ………..………... 11
2.1.1.1. Komunikasi Pembangunan ..……..………... 13
2.1.2. Komunikasi Antarpribadi …...……..………... 14
2.1.2.1. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi …... 15
2.1.2.2. Perilaku Komunikasi Antarpribadi …... 15
2.1.2.3. Tujuan Komunikasi Antarpribadi …... 16
2.1.3. Efektivitas …...……..………... 18
2.1.4. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ..……... 19
2.1.5. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan ..……... 22
2.1.5.1. Sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan .……... 25
2.1.6. Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) ..……... 26
2.2. Teori Efektivitas Komunikasi ...…...……... 28
2.3. Kerangka Berfikir ….………..…...……... 29
2.4. Hipotesis Penelitian/Asumsi Dasar ...…... 31
2.5. Operasional Variabel/Operasional Konsep ... 33
2.5.1. Variabel Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ... 33
2.5.1.1. Definisi ... 33
2.5.1.2. Operasionalisasi ... 33
2.5.2. Variabel Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) ... 33
2.5.2.1. Definsi ... 33
2.5.2.2. Operasionalisasi ... 34
2.6. Penelitian Terdahulu ... 37
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ...……….... 39
3.6.2. Sampel ...……….…... 46
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...………... 44
3.7.1. Teknik Pengolahan Data ...……….…... 47
3.7.1.1. Tabel ...…...………... 47
3.7.2. Teknik Analisis Data ...………...…... 47
3.7.2.1. Uji Validitas Instrumen ...……..……... 47
3.7.2.1. Uji Reliabilitas Instrumen ...…………..……... 48
3.7.2.1. Analisis Korelasi Spearman ...…………..……... 49
3.7.2.2. Uji F ...……...…………..….….... 50
3.8. Jadual Penelitian ...……….... 51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ...……….. 524.1.1.Gambaran Umum PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Serang ... 52
4.2. Deskripsi Data ...……….……….... 56
4.2.1. Identitas Responden ... 56
4.2.2. Analisis Data ... 59
4.3. Pengujian Persyaratan Statistika ……….. 101
4.3.1. Uji Validitas Instrumen Variabel X ... 104
4.3.2. Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X ... 105
4.3.3. Uji Validitas Instrumen Variabel Y ... 107
4.3.4. Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Y ... 108
4.3.5. Analisis Kuantitatif ... 110
4.3.5.1. Analisis Korelasi Rank Spearman ... 110
4.3.5.2. Analisis Regresi Linear ... 112
4.4. Pengujian Hipotesis... 113
Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) ... 126
4.6.3. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator terhadap Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU ... 128
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan ...……….. 1311. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ... 131
2. Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU) ... 131
3. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator terhadap Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU... 132
5.2. Saran ...……….. 132
5.2.1. Saran Praktis ...……….. 132
5.2.2. Saran Teoritis ...……….. 133
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
Tabel 2.1 Operasional Variabel X dan Y ... 34
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 37
Tabel 3.1 Daftar Pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK) di Kabupaten Serang ... 43
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 47
Tabel 4.1 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56
Tabel 4.2 Sebaran Responden Berdasarkan Usia ... 57
Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 58
Tabel 4.4 Kesan yang kuat terhadap komunikasi ... 60
Tabel 4.5 Faktor emosional (bersemangat, ceria) di dalam pekerjaan ... 61
Tabel 4.6 Fasilitator yang bertugas selalu memberikan informasi terbaru .. 62
Tabel 4.7 Fasilitator memberikan arahan dengan cara berkomunikasi yang terbuka ... 63
Tabel 4.8 Respon baik dan buruk terhadap fasilitator ... 64
Tabel 4.9 Tanggapan fasilitator dalam respon dan keluhan informasi Publik untuk kepentingan bersama ... 65
Tabel 4.10 Jawaban atas pertanyaan dari masyarakat ... 66
Tabel 4.11 Partisipasi fasilitator dalam berkomunikasi dengan masyarakat ... 67
Tabel 4.12 Gaya komunikasi non verbal (gerak tubuh, bahasa dan tulisan) Fasilitator ... 68
Tabel 4.13 Pertemuan selalu melakukan gaya simbolik (salam dan berjabat tangan ) ... 69
Tabel 4.14 Motivasi pekerjaan untuk lebih semangat kepada fasilitator dan masyarakat ... 70
Tabel 4.15 Kesulitan pekerjaan yang di motivasi oleh fasilitator ... 71
Tabel 4.16 Saran dan masukan bila terjadi hambatan yang sulit dipecahkan .. 72
Tabel 4.20 Fasilitator dapat terjun langsung bekerja di luar bidangnya saat situasi membutuhkan tenaga dan pikiran ... 76 Tabel 4.21 Fasilitator bekerja dengan taat sesuai peraturan kode etik
PNPM Mpd ... 77 Tabel 4.22 Kebijakan pimpinan ke fasilitator tentang alokasi bantuan dana
gerbang ratu ... 78 Tabel 4.23 Dukungan dan kemajuan PNPM Mpd yang baik berawal
dari sebuah komitmen ... 79 Tabel 4.24 Pimpinan menilai peran fasilitator sangat penting dalam pelaksanaan
program PNPM ... 80 Tabel 4.25 Masyarakat selalu membutuhkan adanya fasilitator untuk
melakukan kegiatan ... 81 Tabel 4.26 Hubungan sesama fasilitator dan masyarakat agar program Gerbang Ratu
terlaksana dengan baik ... 82 Tabel 4.27 Masalah internal pada fasilitator di selesaikan dengan semangat ... 83 Tabel 4.28 Komunikasi pada fasilitator mempunyai tingkatan pendidikan dan
pengalaman yang berbeda, maka tujuan yang dicapai tidak sama ... 84 Tabel 4.29 Kemajuan Kecamatan dan Desa di kelola fasilitator ... 85 Tabel 4.30 PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan
sebagai pendekatan yang dipilih ... 85 Tabel 4.31 Pemberdayaan masyarakat untuk modal awal terlaksananya
PNPM Mandiri Perdesaan ... 86 Tabel 4.32 PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program untuk meningkatnya
kesejahteraan masyarakat miskin ... 87 Tabel 4.33 Kesempatan kerja untuk masyarakat miskin di perdesaan dengan cara
musyawarah antar desa (MAD) ... 88 Tabel 4.34 Sasaran peningkatan kesejahteraan diutamakan untuk
mendayagunakan sumber daya lokal ... 93
Tabel 4.37 Dalam pembangunan partisipatif diarahkan dengan mendayagunakan sumber daya lokal ... 94
Tabel 4.38 Penyampaian dana bergulir dalam peningkatan kesejahteraan ... 95
Tabel 4.39 Kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan dana bergulir di tahun berikutnya ... 96
Tabel 4.40 Selalu diadakannya kegiatan seperti rapat musyawarah antar desa, kelompok simpan pinjam keuangan perempuan ... 97
Tabel 4.41 Adanya kegiatan jangka panjang antar desa dari segi pembangunan untuk meningkatkan nilai ekonomi ... 98
Tabel 4.42 PNPM Mandiri Pedesaan bermanfaat untuk masyarakat ... 99
Tabel 4.43 Program kebutuhan masyarakat, karena selalu adanya peningkatan kesejahteaan masyarakat walaupun belum signifikan ... 100
Tabel 4.44 Data hasil kuesioner responden dan semua soal Variabel X dan Y ... 101
Tabel 4.45 Variabel X Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ... 104
Tabel 4.46 Statictics Variabel X Efektivitas Komunikasi Antarpribadi .... 105
Tabel 4.47 Descriptive Statistics ... 106
Tabel 4.48 Variabel Y (Pengaruh Program Gerakan Pembangunan KecamatanRakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu)) ... 107
Tabel 4.49 Statistics Variabel Y(Pengaruh Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu)) ... 108
Tabel 4.50 Descriptive Statistics ... 109
Tabel 4.51 Correlations X Terhadap Y ... 111
Tabel 4.52 Coefficients ... 112
Tabel 4.53 ANOVA (b) ... 114
Tabel 4.54 Persentase per Indikator Variabel X ... 125
Tabel 4.55 Persentase per Indikator Variabel X ... 126
Gambar 2.1 Teori Efektivitas Komunikasi Berdimensi Ethos ... 29 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 31 Gambar 4.1 Mekanisme Pencairan Dana BLM dari KPPN ke UPK ... 54 Gambar 4.2 Mekanisme Penyaluran Dana PNPM dari Rekening
Kolektif di Desa ... 54 Gambar 4.3 Histogram dengan Kurva Normal Variabel X ... 106 Gambar 4.4 Histogram dengan Kurva Normal Variabel Y ... 109
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 : Nama Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kabupaten Serang Lampiran 3 : Data Responden Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Lampiran 4 : Data Responden Program Gerbang Ratu
Lampiran 5 : Foto-foto bukti hasil wawancara
1.1. Latar elakang Masalah
Dalam kehidupan di dunia, setiap mahluk hidup memerlukan komunikasi
satu sama lain, khususnya bagi umat manusia. Komunikasi ini sangat diperlukan
karena manusia ditakdirkan menjadi mahluk sosial yang tidak dapat melepaskan
diri dari jalinan relasi sosial, dimana manusia akan senantiasa berusaha untuk
menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam menjalin kehidupannya, manusia
tidak pernah lepas dari bantuan dan hubungan dengan orang lain, oleh karena itu
manusia saling membutuhkan sesamanya untuk dapat saling melengkapi dan
berinteraksi dalam pemenuhan kebutuhan hidup satu sama lainnya.
Manusia selalu berkomunikasi dengan mahluk hidup lainnya, baik secara
tatap muka (ace to ace), verbal maupun non verbal, langsung ataupun tidak
langsung. Manusia selalu ingin menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, dengan
komunikasi manusia mampu mengubah sikap dan keyakinan serta perilaku itu
sendiri untuk menginformasikan (to inorm), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to inluence). Jadi, bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan aspek yang memegang peranan penting dalam kehidupan
Provinsi Banten merupakan daerah yang sedang berkembang, kemiskinan
dan pengangguran saat ini merupakan salah satu prioritas masalah yang sedang
dihadapi tidaklah mudah untuk di atasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Banten untuk kemiskinan dan pengangguran berjumlah 509.3 ribu
orang, per Agustus 203 (Radar Banten. Desember 203), hal ini dibuktikan
dengan semakin sulitnya mencari pekerjaan, sulitnya mencari modal usaha,
kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang, kepada perekonomian
masyarakat kecil baik di kota maupun di desa. Dengan demikian berakibat
semakin tingginya tingkat pengangguran, anak-anak putus sekolah, biaya
kesehatan, kurang produktifnya Sumber Daya Manusia yang menyebabkan
kemiskinan semakin meningkat bankan sulit untuk diatasi (Kumpulan Modul
PNPM Mandiri, 2009;I)
Namun tingkat kemiskinan dari tahun ke tahun semakin menurun dan
berkurang, pada Badan Pusat Statistik Provinsi Banten (Banten Dalam Angka
203:90). Mengemukakan di dalam nilai jumlah penduduk miskin yang dari
tahun 2009 mencapai 775,79 jiwa (8,5 persen) dan menurun menjadi 75,000
jiwa (7,46 persen) pada tahun 200 hingga pada tahun 20 berkurang menjadi
690,874 jiwa (6,26 persen).
Dengan ini, dalam menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran maka
pemerintah pusat membuat Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang
berjalan dari tahun 2004, tugas dan fungsinya adalah memberikan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat kota dan desa, setelah berjalan sampai tahun 2007,
pemerintah pusat mengubah program pengembangan kecamatan menjadi Program
(IDT) dan proyek peningkatan pembangunan desa tertinggal (P3DT) penanganan
khusus infrastruktur Perdesaan yang membawahi bidang urusan Perdesaan
ditahun 2008.
Dengan berjalannya di tahun 2008 program ini menjadi 2 (dua) urusan,
yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan dan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan, Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan sendiri dikendalikan dibawah
perusahaan pengelola administrasi (jasa konsultan), lalu di bawah Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan tingkat pusat adapula
Fasilitator di kabupaten/kota dibawah kendali Satuan Kerja (satker) Provinsi
masing-masing daerah.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri
dari PNPM Mandiri Perdesaan adalah wadah program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan, Pendekatan PNPM
Mandiri Perdesaan terhadap desa sangatlah bagus dalam penyediaan lapangan
kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas
kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
bisa menjalankan program ini tepat sasaran langsung ke masyarakat, karena pihak
para pelakunya yang tersebar di seluruh Kabupaten sampai ke Kecamatan dan
mempunyai tugas (Petunjuk Teknis Operasional. PNPM Mandiri Perdesaan:3)
. Bidang Prasarana, tujuan kegiatan ini menciptakan lapangan kerja di
desa, terutama bagi rumah tangga miskin.
2. Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan, tujuan kegiatan
ini mempercepat proses pemenuhan kebutuhan pendanaan usaha
ataupun sosial dasar.
Dalam persoalan ini, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat
Desa Provinsi Banten dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan mulai memproses masalah kemiskinan dan
pengangguran di Provinsi Banten, disaat awal Tahun 202 melakukan kunjungan
Gubernur Banten dan jajarannya ke masing-masing kecamatan di Kabupaten/Kota
melakukan Monitoring dan Evaluasi Kinerja Tahunan Gubernur dalam memimpin
Banten, disamping itu, masyarakatpun berkomunikasi saat Gubernur sedang
bersosialisasi tentang kinerja Banten di masing-masing kecamatan, masyarakat
menyampaikan suara keluhan tentang sarana dan prasarana seperti infrastruktur
bangunan yang tidak memadai, jalan desa yang ancur, maupun pengangguran
yang dirasakan masyarakat seperti wawasan pengetahuan yang masih sedikit. Hal
ini kurang pembaharuan sosialisasi media informasi melalui papan informasi ke
masyarakat yang menunjang ke perubahan hidup masyarakat lebih baik.
Sebut saja Instansi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa
Provinsi Banten yang ditugaskan langsung oleh Gubernur Banten, dalam bidang
urusan masalah ini didalamnya terdapat kegiatan Penguatan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, isi dari program ini
Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG
RATU) diusulkan dengan menggunakan komunikasi antarpribadi, pada awalnya
hanya masing-masing pihak pimpinan setelah itu komunikasi yang dijalankan ke
sesama berbagai pihak kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi Banten dengan anggaran milyar per-kecamatan, pihaknya pun
menyetujui dan menganggarkan kepada Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Masyarakat Desa untuk menjalankan program ini, program ini dipadukan kedalam
satu ranah lingkungan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perdesaan, ucap Ketua Koordinator Provinsi (Korprov).
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
Provinsi Banten, dalam laporannya mengatakan, pelaksanaan Gerbang Ratu
disosialisasikan di 5 (lima) Kabupaten/Kota yaitu : Kabupaten Pandeglang 35
Kecamatan, Kabupaten Serang 28 Kecamatan, Kabupaten Lebak 28 Kecamatan,
Kota Serang 6 Kecamatan dan Kota Cilegon 8 Kecamatan dengan jumlah 05
Kecamatan, sementara itu Kabupaten Tangerang 28 Kecamatan, Kota Tangerang
3 Kecamatan dan Kota Tangerang Selatan 7 Kecamatan dengan jumlah 48
Kecamatan tidak diberikan bantuan dana Milyar per-Kecamatan dari program
Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU), sebab
masalah yang terjadi dilapangan, 2 (dua) kabupaten dan (satu) kota yang tidak
masuknya kegiatan ini mempunyai kendala dari system keuangan daerahnya yang
belum berstatus Bantuan Langsung, dikarenakan terjadi kesalahan miss
communication/komunikasi yang lambat sehingga pimpinan daerahpun tidak
Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG
RATU) mulai di sosialisasikan pada saat Gubernur Banten, Intansi dan Tim
Pelaku Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
Roadshow kembali terkait evaluasi dan monitoring kinerja pemerintah Provinsi
Banten di lingkungan kabupaten/kota, dari sosialisasi ini tim pemerintah
berkomunikasi langsung dalam tugas dan tujuan diadakannya Program Gerakan
Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU).
Komunikasi ini menggunakan Komunikasi Antarpribadi, dimana saat
roadshow tim berbicara langsung kepada masyarakat dengan dikumpulkannya
dalam forum rapat atau di ruangan terbuka, dari sinilah program diungkapkan
tentang Visi dan Misi serta arah sasaran yang akan dicapai.
Gubernur juga meminta agar para pelaku PNPM dan masyarakat penerima
manfaat mendukung kegiatan program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten
Bersatu (GERBANG RATU) dengan sebaik-baiknya. Sebab kegiatan program ini
ini keberlanjutan sangat tergantung dari dukungan masyarakat itu sendiri.
Instansi maupun para pelaku Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan saling membentuk sasaran, dan berkomunikasi
kepada semua pihak, baik yang di Provinsi dan Kabupaten/Kota, sampai ke
pendamping unit pengelola kegiatan (UPK).
Sebelum berjalanya program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten
Bersatu (GERBANG RATU), pemerintah membuat Peraturan Gubernur Banten
(Pergub) No. 3 Tahun 202 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten, melalui program Gerakan
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang nantinya sebagai
payung hukum dan menghindari penyimpangan.
Dari data yang ditemukan oleh peneliti tentang Kabupaten Serang dengan
angka Target Biaya/Fisik 3,68 %, seharusnya di dalam kebutuhan yang
ditargetkan di atas 50.00% sampai bulan September 203, saya mengambil
sampel perbandingan dari Kecamatan Pabuaran angka fisik tidak terealisasi
mencapai 9.38% dan Kecamatan Pamarayan sudah melebihi 53.00%, hal ini
sangat berbeda diantara ke dua Kecamatan yang seharusnya stabil dalam proses
pekerjaan fisik dan lainnya di atas 50.00%, (tabel laporan bulanan realisasi biaya
fisik dan tenaga kerja; September;203).
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
mempunyai pendekatan ke masyarakat, kaitanya tentang kegiatan-kegiatan rutin
yang dilakukan oleh para pelaku ke masyarakat untuk membantu memudahkan
masyarakat bersosialisasi dengan masyarakat lainnya dan para pelaku, dalam
Kegiatan Simpan Pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP) dan Musyawarah
Antar Desa (MAD), aktifitas seperti ini rutin dilaksanakan setiap bulan.
Peneliti memilih Kabupaten Serang karena banyak terjadi kesimpangan
dalam komunikasi sehingga menyebabkan masalah seperti terhambat
pengembalian SPP di dua desa, yakni Desa Sukabares dan Cokop Sulajana,
Kecamatan Waringinkurung dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perdesaan di Kecamatan Malingping terhambat, karena masalah
manipulasi uang Rp. 95 Juta oleh Ketua Unit Pengelola Kecamatan, (Data
Fasilitator membuat perencanaan, pelaksanaan, memberikan bimbingan dan
dukungan teknis kepada para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten dan
Kecamatan menggunakan komunikasi secara aktif kepada Para Pelaku Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yaitu
menginformasikan dan mengumumkan kepada masyarakat, namun yang terjadi
dilapangan di setiap Kantor Papan Informasi Kecamatan dan Kantor Papan
Informasi Desa kurang efektif dan tidak uptodate, hal ini disebabkan komunikasi
dari fasilitator ke bawahan tidak efektif.
Para Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan agar masalah seperti di atas harus
dipertajam dengan mengasah kemampuan fasilitator sebagai pemimpin di
perwakilan kabupaten dan kecataman sampai ke desa sehingga terjadinya
komunikasi antarpribadi di masing-masing para pelaku dalam memberikan
informasi yang efektif.
Melihat kenyataan ini, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
komunikasi antarpribadi Fasilitator yang digunakan efektif tidaknya para Pelaku
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
terhadap Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten
Bersatu (GERBANG RATU) sampai berjalan dengan baik yang ada di Kabupaten
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Sejauhmana Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator
melakukan pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat
Banten Bersatu (Gerbang Ratu) di Kecamatan ?
1.3. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
. Bagaimana efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator ?
2. Bagaimana pelaksanaan program gerakan pembangunan kecamatan rakyat
banten bersatu (Gerbang Ratu) melakukan sasaran kegiatan di kecamatan ?
3. Sejauhmana efektivitas komunikasi antarpribadi fasilitator terhadap
pelaksanaan program gerakan pembangunan kecamatan rakyat banten bersatu
(Gerbang Ratu) ?
1.4. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian apapun yang dilakukan tentu diawali dengan rasa ingin
tahu seorang peneliti, dan rasa ingin tahu tersebut peneliti dapat menetapkan apa
yang menjadi tujuan peneliti melakukan penelitian. Dengan adanya tujuan
penelitian maka peneliti dengan mudah menentukan langkah-langkah yang harus
. Mengetahui Komunikasi Antarpribadi Fasilitator.
2. Mengetahui pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat
Banten Bersatu (Gerbang Ratu) melakukan sasaran kegiatan di Kecamatan.
3. Mengetahui Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator terhadap
pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten
Bersatu (Gerbang Ratu).
1.5. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian dikatakan berhasil, apabila dapat memberikan manfaat
penelitian, manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
. Manfaat Teoritis
Melalui penelitian yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
Fasilitator terhadap Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan
Rakyat Banten Bersatu (GERBANG RATU)”, diharapkan memberi sumbangsih
terhadap kajian teoritis dan khususnya di bidang keilmuan mengenai komunikasi
antarpribadi terhadap Efektifnya kegiatan yang ada di Kecamatan.
2. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan masukan kepada tim Pelaku Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan khususnya Fasilitator,
bahwa program pelaksanaan Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten
Bersatu (Gerbang Ratu) sangat bermanfaat sekali untuk masyarakat dikarenakan
hasilnya dapat di rasakan oleh masyarakat dengan bantuan dana dari Pemerintah
2.1. Kajian Teoritas 2.1.1. Komunikasi
Secara etimologi, komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu um, sebuah kata
depan yang artinya dengan,atau bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata
bilangan yang berarti satu. Dua kata tersebut membentuk kata benda ommunion,
yang dalam bahasa inggris disebut dengan ommunion, yang berarti kebersamaan,
persatuan, persekutuan gabungan, pergaulan atau hubungan (Endang Lestari dan
MA. Malik, 2003:8).
Karena untuk ber ommunion diperlukan adanya usaha dan bekerja, maka dari
itu dibuat kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang,
tukar-menukar membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada
seseorang. Endang Lestari dan MA. Malik (200:8) menyimpulkan komunikasi berarti
pemberitahuan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan.
Komunikasi sangat dekat dengan kehidupan, setiap manusia yang hidup pasti
berkomunikasi, terlebih lagi manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (Onong
Uchjana Effendy, 992:3). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang
saling berhubungan satu sama lain karena hubungan menimbulkan interaksi sosial.
Komunikasi dilakukan dengan banyak cara dan tujuan. Dalam lingkungan
keluarga misalnya, orangtua berkomunikasi dengan anaknya secara langsung (tatap
muka), tanpa memerlukan alat atau sarana. Tujuan komunikasi tersebut untuk
membangun hubungan yang harmonis dalam keluarga atau untuk mengetahui
permasalahan anak dan membantu mencari jalan keluarnya. Mungkin dalam
lingkungan keluarga yang tidak terlalu banyak anggotanya bisa dengan mudak
melakukan hubungan proses komunikasi. Tetapi proses komunikasi akan menjadi
sulit dilakukan apabila anggota atau sasaran komunikasi menjadi luas dan tidak
terjangkau.
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (ommon), komunikasi
kemudian dapat dianggap sebagai proses menciptakan suatu kesamaan
(ommonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dan penerima (Terence
A. Shimp, 2003:62). istilah komunikasi atau ommuniation berasal dari bahasa
latin, yaitu ommuniation yang berarti pemberitahuan atau pertukaran (Wiryanto,
2004:5). Ilmu Komunikasi, apabila diaplikasikan secara benar akan mampu
mencegah dan menghilangkan konflik antar pribadi, antar kelompok, antar suku,
antar bangsa, ataupun antar ras.
Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apalagi orang telah
mengedakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan
menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka,
mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul (Widjaja,
2.1.1.1. Komunikasi Pembangunan
Secara orisinal istilah yang muncul pada dekade 060 an itu adalah
development ommuniation. Berdasarkan Pendapat lerner, Pye, dan Shramm,
istilah tersebut mengacu kepada jejaring komunikasi berlandaskan teknologi yang
tanpa memperhatikan pesan dan isi, cenderung menciptakan suasana yang cocok
untuk pembangunan disebabkan oleh ciri-cirinya yang melekat pada konsep itu.
Komunikasi Pembangunan itu membangkitkan suasana psikis dimana kegiatan
ekonomi dan produktivitas terjadi (Onong Uchjana Effendy, 990:83).
Dipenghujung 60-an, dikalangan ilmu komunikasi telah berkembang suatu
spesialisasi mengenai penerapan teori dan konsep komunikasi secara khusus untuk
keperluan pelaksanaan program pembangunan. Pengkhususan itu kemudian dikenal
dengan sebutan komunikasi pembangunan (Zulkarimen Nasution, 200:).
Ditinjau dari ilmu komunikasi yang juga mempelajari dan meneliti proses,
yakni proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
mengubah sikap, pendapat dan perilakunya, maka pembangunan melibatkan dua
komponen yang kedua-duanya merupakan manusia. Yang pertama adalah
komunikator pembangunan yang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam menyebarluaskan pesan. Yang kedua adalah komunikan pembangunan, baik
penduduk kota maupun penduduk desa, yang harus diubah sikap, pendapat dan
perilakunya.
Komunikasi yang efektif, yakni menimbulkan efek yang diharapkan dari
komunikan, apabila si komunikator mengenal siapa komunikannya. “Ih kennemein
komunikator. “know your audiene”atau “kenalilah khalayakmu” adalah anjuran
dari para ahli komunikasi pada komunikator (Onong Uchjana Effendy, 990:90).
Jika ditinjau secara makro vertikal, komunikasi melalui media massa di
daerah perkotaan berlangsung dengan one step flow model atau model arus satu
tahap, maka melalui media massa itu di daerah perdesaan berlangsung dengan two
step flow model atau model arus dua tahap, para ahli komunikasi banyak
memalingkan perhatiannya ke daerah perdesaan ini karena manusiawinya potensial
untuk dikerahkan kepada kegiatan pembangunan, demikian pula di daerah Banten.
Prof. Selo Soemardjan mengingat bahwa masyarakat desa diharapkan
menampung beraneka pesan komunikasi yang masing-masing harus dianggap tidak
kalah pentingnya dari pada yang lain (Onong Uchjana Effendy, 990:49-5).
2.1.2. Komunikasi Antarpribadi
Sebagai makhluk sosial, kita memerlukan komunikasi dengan orang lain,
entah secara pribadi antara dua orang, dengan beberapa orang, dengan sejumlah kecil
orang, atau dengan sejumlah besar orang dan massa. Komunikasi ini disebut dengan
komunikasi antarpribadi (Agus M. Hardjana, 2003:83).
Dedy Mulyana dalam Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, mendefinisikan
komunikasi antarpribadi sebagai berikut :
Komunikasi Antarpribadi dalam definisi ini merupakan proses pengiriman
dan penerimaan pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang
dengan berbagai efek dan umpan balik (feedbak) yang diterima secara cepat dan
langsung. Di PNPM Mandiri Perdesaan, Komunikasi antara Fasilitator Kabupaten
dan Fasilitator Kecamatan merupakan komunikasi antarpribadi.
Selain itu, menurut Onong Uchjana, pentingnya situasi komunikasi
antarpribadi adalah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis.
Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku
komunikasi untuk terjadinya saling kontak dan keakraban. Walaupun demikian
keakraban dalam komunikasi antarpribadi dialogis pada situasi tertentu bisa berubah.
Keakraban antara fasilitator kabupaten dan fasilitator kecamatan berbeda-beda.
2.1.2.1. Karakteristik Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan yang aktif, bukan pasif.
Komunikasi antarpribadi bukan hanya komunikasi dari pengirim kepada penerima
pesan dan sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan
penerima pesan (Agus M. Hardjana, 2003:89).
2.1.2.2. Prilaku Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi menunjukan suatu prilaku, dimana prilaku
komunikasi ada 3 prilaku komunikasi antarpribadi (Agus M. Hardjana, 2003:86).
diantaranya :
. Prilaku spontan (spontaneus behaviour) adalah prilaku yang dilakukan karena
2. Perilaku kebiasaan (sript behaviour) adalah perilaku yang kita pelajari dari
kebiasaan kita. Perilaku khas, dilakukan pada situasi tertentu dan dimengerti
orang lain.
3. Perilaku sadar (ontrived behaviour) adalah perilaku yang dipilih karena
dianggap sesuai dengan situasi yang ada.
2.1.2.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Melakukan komunikasi dengan situasi pada waktu berkomunikasi, hal ini ada
waktu dan tempat untuk segala sesuatu dalam komunikasi dengan tujuan (Agus M.
Hardjana, 2003:92):
. Keikutsertaan dan partisipasi kita dalam komunikasi dengan orang lain.
2. Mampu mengambil tindakkan yang berguna bagi kita untuk mencapai tujuan
komunikasi kita.
3. Membantu melaksanakan berbagai kemungkinan.
4. Komunikasi yang tidak hanya isi, tetapi juga perasaan, keprihatian, dan
kekhawatiran menyertainya.
5. Berprilaku menarik, khas, dan dapat diterima oleh orang lain.
6. Mengatasi rasa takut, bingung, dan kacau pikiran.
2.1.2.4 Proses Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi Antarpribadi merupakan komunikasi yang berproses
pengembang (developmental proses), (Agus M. Hardjana, 2003:87). Komunikasi
antarpribadi dibedakan dari dari tingkat hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam
2.1.2.5 Faktor-faktor yang menumbuhkan Hubungan Antarpribadi dalam Komunikasi Antarpribadi
Pola-pola komunikasi mempunyai efek yang berlainan pada hubungan
antarpibadi, maka makin sering orang melakukan komunikasi antarpribadi dengan
orang lain makin baik hubungan mereka, yang menjadi soal bukanlah berapa kali
komunikasi dilakukan. Tetapi bagaimana komunikasi ini dilakukan. Berikut adalah
faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan antarpribadi yang baik (Rakhmat,
Jalaludin;2004;29).
. Percaya (Trust). Percaya menentukan efektivitas komunikasi. Percaya
meningkatkan komunikasi antarpribadi karenamembuka saluran komunikasi,
memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas peluang
komunikator untuk mencapai maksudnya. Dengan saling mempercayai.
Fasilitator Kabupaten dan Fasilitator Kecamatan tak lagi ragu untuk bercerita
tentang tugas pokok dan fungsinya di masing-masing lini kerja.
2. Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Orang yang bersikap defensif adalah orang yang tidak menerima,
tidak jujur dan tidak empatis. Orang yang bersifat defensif cenderung lebih
banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dari situasi
komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Fasilitator Kabupaten
memberikan arahan dengan jelas ke Fasilitator Kecamatan tentang program
dengan keadaan memikirkan masalah pribadi, terjadilah komunikasi
antarpribadi yang tidak efektif di lingkungan kecamatan.
3. Sikap terbuka, dengan sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian,
saling menghargai dan paling penting saling mengembangkan kualitas
hubungan antarpribadi kepada kedua pihak yang menjalin hubungan.
2.1.2.6 Hambatan Komunikasi Antarpribadi
Dalam hambatan komunikasi antarpribadi sering terjadinya diawali dengan
sikap (Agus M. Hardjana, 2003:95) diantaranya:
. Tidak pernah menerima pendapat orang lain baik itu dari masalah fisik, mental,
dan budaya yang berbeda dengan rasa cita kita.
2. Tidak pernah menerima keunikan orang lain, serta merasa terganggu dan
menganggap dirinya lebih unggul dari orang lain.
3. Tidak pernah menghargai atas dasar ideologi, keyakinan, kepercayaan dan
mungkin melibatkan agama juga.
4. Memperlakukan orang lain untuk sebagai alat mencapai tujuan pribadi atau
mempermainkan sesuka hati.
2.1.3 Efektivitas
Persepsi tentang efektivitas sesunguhnya bersumber dari salah satu kriteria
ilmu administrasi yang berkembang secara alamiah ke dalam berbagai aktivitas
Setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelemahan, walaupun
mempunyai kecerdasan yang sempurna, namun tidak akan luput dari kekeliruan
bahkan kesalahan. Dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan, janganlah
kita hanya memikirkan kelemahan-kelemahan pada diri kita, kelompok atau
organisasi, tetapi yang terpenting bagaimana merubah kelemahan menjadi kekuatan
sehingga tujuan yang kita tetapkan sebelumnya itu dapat dilaksanakan dengan baik
untuk menciptakan keberhasilan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2.1.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dimulai dengan lima kualitas umum
yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan
(equality) ( Devito, 20:286-29).
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
Antarpribadi. Pertama, komunikator Antarpribadi yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus
dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin
menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang
kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur
pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin
orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak
mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan,
bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan
keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek
ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly,
974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini
adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama
tunggal).
2. Empati (empathy)
Henry Backrack (976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang
untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu,
dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati,
di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih.
Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang
mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama
dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik
secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat
mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan () keterlibatan aktif
konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian,
dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan Antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan
berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap
mendukung dengan bersikap () deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan
strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi Antarpribadi dengan
sedikitnya dua cara: () menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu
pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi Antarpribadi. Pertama, komunikasi
Antarpribadi terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka
sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan
daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak
bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin
lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada
yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal.
suasananya setara. Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan
Antarpribadi yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik
lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada dari pada
sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal
dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau
menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan
”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
2.1.5 Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat anten ersatu (Gerbang Ratu)
Provinsi Banten memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran.
Kemiskinan di Provinsi Banten dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan
alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan
pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi
angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan
pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat
harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan
pendayagunaan.
Mulai tahun 202 Pemerintah Provinsi Banten mencanangkan Program
Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (Program Gerbang Ratu).
kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di wilayah Provinsi Banten.
Pendekatan Program gerbang ratu diintegrasikan dan disinergikan dengan
pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang
selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PNPM Mandiri adalah berupa
penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi
dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi
masyarakat. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran.
Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan
alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan
pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi
angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan
pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat
harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan
pendayagunaan.
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri
Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa
tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM
Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan
Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK
adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat
miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan
Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk
memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber
daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi
masalah kemiskinan.
Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah:
. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;
2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;
3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal;
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi
masyarakat;
5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi
yang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin
sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta
mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa.
Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM
Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan
yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat
menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan
keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program
TujuanUmum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan
dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong
kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
Tujuan khususnya meliputi:
. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin
dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan;
2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan sumber daya lokal;
3. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi
pengelolaan pembangunan partisipatif;
4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan
oleh masyarakat;
5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir;
6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa;
7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan perdesaan.
Keluaran program meliputi :
. Terjadinya peningkatan keterlibatan Rumah Tangga Miskin (RTM) dan
kelompok perempuan mulai perencanaan sampai dengan pelestarian;
2. Terlembaganya sistem pembangunan partisipatif di desa dan antar desa;
3. Terjadinya peningkatan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi
4. Berfungsi dan bermanfaatnya hasil kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan bagi
masyarakat;
5. Terlembaganya pengelolaan dana bergulir dalam peningkatan pelayanan
sosial dasar dan ketersediaan akses ekonomi terhadap RTM;
6. Terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa dalam pengelolaan
pembangunan;
7. Terjadinya peningkatan peran serta dan kerja sama para pemangku
kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.
Visi Program GERBANG RATU adalah tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk
memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber
daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi
masalah kemiskinan. Misi Program GERBANG RATU adalah: () peningkatan
kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan
partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal dalam
pembangunan infrastruktur kecamatan yang diintegrasikan dan disinergikan dengan
PNPM Mandiri; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur kecamatan; (5)
Dalam rangka mencapai visi dan misi Program GERBANG RATU, strategi
yang dikembangkan Program GERBANG RATU yaitu menjadikan masyarakat
miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif,
serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi,
dan strategi yang dikembangkan, maka Program GERBANG RATU lebih
menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui
Program GERBANG RATU diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan
pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan
pembelajaran dilakukan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri
Dengan diterbitkannya Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 203,
Pemerintah Provinsi Banten telah menetapkan Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan
Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten melalui Program Gerakan
Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (Program Gerbang Ratu) dengan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Tahun 202.
- Peran Fasilitator di Kecamatan
Fasilitator Kecamatan adalah pendamping masyarakat dalam mengikuti atau
melaksanakan Program GERBANG RATU. Peran fasilitator kecamatan adalah
memfasilitasi masyarakat dalam setiap tahapan Program GERBANG RATU pada
tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian, selain itu juga berperan
dalam membimbing kader-kader desa atau pelaku-pelaku Program GERBANG
- Peran Unit Pengelola Kegiatan (UPK)/Masyarakat
Peran UPK adalah sebagai unit pengelola dan operasional pelaksanaan
kegiatan antar desa. Pengurus UPK sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris,
dan bendahara. Pengurus UPK berasal dari anggota masyarakat yang diajukan oleh
desa berdasarkan hasil musyawarah desa dan selanjutnya dipilih dalam musyawarah
antar desa. UPK mendapatkan penugasan MAD/BKAD untuk menjalankan tugas
pengelolaan dana program dan tugas pengelolaan dana perguliran.
2.2 Teori Efektivitas Komunikasi erdimensi Ethos
Dipandang dari komponen komunikan, komunikasi yang efektif akan terjadi
jika komunikasi mengalami internalisasi (internalization), identifikasi diri (self
identifcation) dan ketundukan (compliance). Komunikasi mengalami proses
internalisasi, jika komunikan menerima pesan yang sesuai dengan sistem nilI Yng
dianut. Komunikan memperoleh sesuatu yang bermanfaat, pesan yang disampaikan
memiliki rasionalitas yangdapat diterima. Internalisasi bisa terjadi jika
komunikatornya memiliki ethos atau credibility (ahli dan dapat dipercaya),
karenanya komunikasi bisa efektif. Ketaatan pada diri komunikan akan terjadi, jika
komunikan yakin akan mengalami kepuasan, mengalami reaksi yang menyenangkan,
memperoleh reward dan terhindar dari punishment (keadaan dan kondisi tidak enak)
Gambar 2.1
Teori Efektivitas Komunikasi erdimensi Ethos
Sumber : Hamidi 200
2.3 Kerangka erfikir
Untuk mewujudkan hal-hal yang menjadi tujuan penelitian, maka kerangka
penelitian ini memuat teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian yang
dijadikan kerangka pemikiran, hal yang memuat tentang kerangka berfikir yang
dibuat, dimana efektivitas dapat dilakukan untuk melihat hasil dari capaian suatu
kegiatan yang dilakukan oleh fasilitator pada PNPM Mandiri Perdesaan sebagai
wadah komunikasi antarpribadi dalam upaya kelancaran pelaksanaan gerbang ratu
yang dianggap berhasil dalam menekan jumlah kemiskinan dan sarana prasarana
daerah.
Pendekatan Program GERBANG RATU diintegrasikan dan disinergikan
dengan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri,
yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PNPM Mandiri adalah
berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin,
efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan
partisipasi masyarakat terutama di daerah Kabupaten Serang, jenis kegiatan yang
dilaksanakan pada program gerbang ratu adalah tercapainya kesejahteraan dan
kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk
memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber
daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi
masalah kemiskinan. Program GERBANG RATU adalah: () peningkatan kapasitas
masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;
(3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal dalam pembangunan
infrastruktur kecamatan yang diintegrasikan dan disinergikan dengan PNPM
Mandiri; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur kecamatan; (5)
pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Pada kegiatan tersebut,
dilakukan penilaian atau pengukuran mengenai efektivitas komunikasi antarpribadi
menggunakan teori Josph A. Devito yang terdiri dari lima indikator yaitu
Keterbukaan (Openness), Empati (empathy), Sikap mendukung (supportiveness),
di bawah ini dapat digambarkan mengenai kerangka berikir untuk penelitian
ini, yaitu :
Gambar 2.2 Kerangka erfikir
2.4 Hipotesis Penelitian/Asumsi Dasar
Hipotesis merupakan jawaban ementara terhadap rumuan maalah penelitian,
dimana rumuan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih harus
diuji kebenarannya secara empirik (Sugiyono, 2009:64).
Berdasarkan kerangka berfikir yang telahdijelaskan di atas, maka hipotesis
yang dapat dirangkum, yaitu :
Varibel X (Variabel Independent)
Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat anten
ersatu (Gerbang Ratu) Y
6. Pemberdayaan
7. Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja
8. Melembagakan pengelolaan 9. Berkembangnya kerjasama antar
desa
0. Hasil PNPM Mandiri
“Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Failitator terhadap pelaksanaan
Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat anten ersatu (Gerbang
Ratu) mencapai 70% dengan tingkat ideal 100%”.
Hal ini, dengan angka mencapai 70% dengan tingkat ideal 00%, deskripsi
hasil pengolahan data yang di jumlah pada variabel efektivitas komunikasi
antarpribadi fasilitator mencapai 73% dan Program Gerakan Pembangunan
Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu) mencapai 74%.
Adapun pernyataan hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
. Hipoteis nol (Ho) : Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Fasilitator tidak
mempunyai hubungan yang signifikan dengan Program Gerakan Pembangunan
Kecamatan Rakyat Banten Bersatu (Gerbang Ratu)
2. Hipotesis alternatif (Ha) : Fasilitator mempunyai hubungan yang signifikan
dengan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat Banten Bersatu
2.5 Operasionalisasi Variabel/Operasionalisasi Konsep
2.5.1. Variabel Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
2.5.1.1 Definisi
Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM
Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM
Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan.
2.5.1.1. Operasionalisasi
Secara operasional variabel program nasional pemberdayaan masyarakat
(PNPM) mandiri perdesaan yaitu dilakukan program pemerintah pusat yang
mempunyai visi yang menarik untuk menetapkan mempercepat penanggulangan
kemiskinan.
2.5.2. Variabel Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Rakyat anten
ersatu (Gerbang Ratu)
2.5.2.1. Definisi
Program Gerbang Ratu adalah program untuk mempercepat penanggulangan
kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di wilayah Provinsi Banten.
Pendekatan Program gerbang ratu diintegrasikan dan disinergikan dengan
pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang
2.5.2.2. Operasionalisasi
Secara operasional variabel program gerakan pembangunan kecamatan rakyat
banten bersatu (Gerbang Ratu) yaitu dilakukan program pemerintah daerah untuk
mendistribusikan program pemerintah pusat yang mempunyai visi berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat, (Petunjuk Teknis Operasional Gerbang Ratu:6)
Tabel 2.1 Operasional Variabel
VARIAEL VARIAELSU INDIKATOR PERTANYAAN SKALA
Efektivitas
(Openness) . Komunikator harus terbuka pada orang yang di ajak
tubuh yang penuh
(positiveness) . Menyatakan sikap positif 2. Secara positif
(Equality) . Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara
pengelolaan . Mendayagunakan sumber daya lokal 2. pengelolaan dana
bergulir
33-34
35-36
Ordinal