BAB IV PEMBAHASAN
4.2 Deskripsi Data
4.3.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Pelaksanaan kebijakan tidak terlepas dari sebuah peraturan sebagai landasan pelaksanaan kebijakan. Suatu implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dan sesuai dengan sosio kultur yang berada di level pelaksana kebijakan dan pengawas kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal dan terlalu manis untuk dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.
Dalam implementasi Jamsoratu sendiri tidak semudah wacana pemerintah, dimana pemerintah memiliki tujuan umum sebagai upaya untuk meningkatkan kondisi kesejahteraan sosial bagi RTS, mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta berubahnya perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan RTS di provinsi Banten. Tentunya hal itu tidak mudah di wujudkan dalam waktu yang singkat. Akan tetapi sejauh ini berjalannya program Jamsosratu tentunya sedikit membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat.
Seperti tujuan untuk meningkatkan status Kesejahteraan Sosial serta daya beli RTS, berdasarkan hasil wawancara dengan I1, menyebutkan sebagai berikut:
“Kalau dilihat dari data kemiskinan sih ada penurunan yah, yang artinya
berarti ada peningkatan kesejahteraan, berapa persennya kurang tau ya, ada diberita waktu itu, bisa teteh cek ya. Ada penurunan terlihatlah sangat
signifikan”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi banten).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sejauh ini program jamsosratu sudah sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, karena dengan adanya bantuan Jamsosratu secara tidak langsung pemasukan untuk RTS bertambah. Sama halnya dengan yang diungkapkan I2 sebagai berikut:
“Dengan adanya program jamsosratu kesejahteraan dan daya beli masyarakat pasti meningkat, karena mereka jelas dapat bantuan masing-masing RTS sebesar Rp. 750.000.- per triwulan, otomatis kebutuhan dasar khususnya mereka sudah masing-masing ada sumber-sumbernya, misalkan jamsosratu dari aspek pendidikan kesehatan di tujukan seperti itu, mereka juga selain dapat program jamsosratu juga dapat program-program
bantuan lain”. (Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Maka dapat disimpulkan bahwa memang program Jamsosratu ini sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Seperti yang di ungkapkan oleh I4-1,
“Allhamdulillah cukup ngebantu, buat nambah-nambah biaya sehari-hari”
(Wawancara dengan RTS Jamsosratu 1 Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-1).
Hal senada juga di ungkapkan oleh I4-3 sebagai berikut:
“Nya allhamdulillah ngabantu kangge meser seragam sakola sareng nyukupan kabutuhan sahari-hari, da rumah geh bedah rumah abdi mah
neng”. (Wawancara dengan RTS Jamsosratu Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-3).
Berdasarkan wawancara diatas beliau mengungkapkan bahwa jamsosratu cukup membantu dalam pemenuhan kebutuhannya. Begitu pula yang diungkapkan oleh I4-4 sebagai berikut:
“Ya.. untuk anak sekolah yah, allhamdulillah buat tambah-tambah, buat beli sepatunya kalau udah jebol, beli tasnya kalau sudah robek, buat LKS
dan keperluan sekolah lainnya”. (Wawancara dengan RTS Jamsosratu 1 Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 Januari 2016, di Kediaman I
4-4).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa sejauh ini dengan adanya program Jamsosratu sudah cukup membantu kebutuhan RTS.
Akan tetapi manfaat tersebut tidak semua dirasakan oleh RTS, karena program Jamsosratu ini tidak seperti program PKH dimana bantuannya di sesuaikan dengan jumlah anak sekolah per RTS, sedangkan Jamsosratu per RTS dan tidak menghitung berapa banyak jumlah anak yang sekolah, sehingga manfaat yang di rasakan oleh RTS berbeda. Uang sebesar Rp. 750.000,- per triwulannya akan sangat bermanfaat untuk RTS yang hanya memiliki anak sekolah 1 atau 2 anak saja, beda dengan RTS yang memiliki anak lebih dari itu. Seperti yang dirasakan oleh I4-5 yang memiliki anak sekolah sebanyak 5, beliau mengungkapkan:
“Gak yaa, gak cukup.. Kemarin kan datang lagi LKS, SD juga kan harus
beli, paling ya uangnya buat memenuhi kebutuhan yang kecil-kecil dulu. Makanya saya nyuci buat nambah-nambah”. (Wawancara dengan RTS 2 Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 Januari 2016, di Kediaman I
4-5).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua RTS benar-benar merasakan manfaat dari program Jamsosratu, tergantung jumlah anak sekolah yang mereka punya, semakin banyak anak sekolah per RTS semakin banyak beban yang harus di tanggung, dan bantuan Jamsosratu hanya sedikit mengurangi beban mereka. Begitupun sebaliknya untuk RTS yang hanya memiliki satu atau dua anak sekolah mungkin bantuan Jamsosratu sangat dirasakan manfaatnya untuk mengurangi beban mereka. Sehingga upaya pemerintah untuk meningkatkan status kesejahteraan serta daya beli RTS belum tercapai seluruhnya. Meskipun daya beli RTS sudah pasti meningkat, akan tetapi untuk tingkat kesejahteraannya belum tercapai, karena masih ada RTS yang masih merasakan kekurangan dan harus masih kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Selain itu, Jamsosratu juga memiliki tujuan terpenuhinya kebutuhan dasar pangan, sandang, dan papan RTS. Untuk mengetahui apakah tujuan ini sudah tercapai atau belum, peneliti mulai melakukan wawancara dengan I1 sebagai berikut:
“Tentunya membaik yah, karena kan bantuan Jamsosratu ini memberikan bantuan berupa uang sebesar Rp. 750.000,- per triwulan, dan juga ada uang jaminan buat kepala keluarganya yang sebagai pencari nafkah, sehingga mereka bisa memanfaatkan uang tersebut untuk kebutuhan apapun, dan juga untuk pencari nafkah bisa lebih fokus bekerja karena
mereka punya jaminan kecelakaan kerja”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Hal senada juga di ungkapkan oleh I2 sebagai berikut:
“Pasti meningkat, harus. Jangan sampai sudah dapat proram jamsosratu, sandang pangan dan papan nya tidak terpenuhi, berarti ada maslah dalam RTS nya, karena kan semua kebutuhan dasarnya sudah di jamin, dari kesehatannya, ekonomi dan pendidikan anaknya. Di tambah lagi mereka ini kan dapat bantuan lainnya seperti KKS, raskin, anaknya dapat BSM, keluarganya masing-masing individu dapat jaminan kesehatan. Jadi terbantu juga dengan program yang lain”. (Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program Jamsosratu, seharusnya kebutuhan sandang, pangan dan papan RTS sudah terpenuhi.
Maka agar peneliti dapat jawaban yang pasti, peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan I4-4 sebagi berikut:
“Allhamdulillah sih teh ya, kalau buat saya uang dari Jamsosratu ini membantu, karena selain untuk kebutuhan sekolah anak saya, terkadang saya pakai juga buat beli kebutuhan lainnya, kaya beli beras”. (Wawancara dengan RTS 1 Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 Januari 2016, di Kediaman I4-4).
Hal senada juga diungkapkan oleh I4-2 sebagai berikut:
“Uangnya buat beli baju seragam, biasa buat apa aja namanya juga keluarga, buat makan sehari-hari, sambilan”. (Wawancara dengan RTS 2 Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I 4-2).
Berdasarkan wawancara dengan kedua penerima Jamsosratu diatas, dapat disimpulkan bahwa bantuan Jamsosratu sudah bisa membantu untuk memenuhi kebutuha sehari-hari RTS.
Maka untuk lebih memastikan lagi, peneliti melakukan wawancara dengan I4-3. Beliau mengungkapkan.
“Uangnya pake belanja sehari hari, bapak kan buruh kadang dapet kadang gak cukup ngebantu, kadang gak punya beras ya buat beli beras uangnya”.
(Wawancara dengan RTS Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-3).
Namun pernyataan diatas bertolak belakang dengan apa yang diungkapkan oleh I4-5. Sebagai berikut:
“Uangnya cuma cukup buat bayar sekolah anak-anak aja neng, itu aja
masih kurang”. (Wawancara dengan RTS 2 Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 Januari 2016, di Kediaman I4-5).
Maka berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan, tujuan program Jamsosratu untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan RTS sudah tercapai sebagian, karena mayoritas RTS dapat menggunakan uang tersebut untuk pemenuhan kebutuhan sehari-harinya, meskipun masih ada yang belum terbantu oleh uang dari program Jamsosratu tersebut.
Selain tujuan tersebut, Jamsosratu juga memiliki tujuan meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTS. Tujuan ini tentunya tidak bisa dilihat hasilnya dengan waktu yang singkat, perlu beberapa tahun untuk melihat apakah taraf pendidikan RTS meningkat setelah adanya program Jamsosratu. Akan tetap memang RTS juga diwajibkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang sudah ditetapkan yaitu anaknya yang sekolah tingkat kehadirannya tidak boleh kurang dari 85%, sehingga pasti akan jadi tuntutan untuk RTS juga untuk lebih memperhatikan pendidikan anaknya lagi. Seperti hal nya yang diungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Pastinya yah teh, karena tentunya program ini berpengaruh meskipun hanya sedikit. Karena disini kan RTS memiliki kewajiban yang harus dipenuhi, dimana anak-anak mereka yang sekolah tingkat kehadirannya tidak boleh kurang dari 85%, karena nanti akan dapat sanksi berupa potongan premi jika tidak memenuhi syarat yang tadi. Maka pasti itu akan jadi tuntutan mereka juga untuk tidak membiarkan anaknya tidak
sekolah”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinasi Sosial Provinsi Banten).
Hal senada juga diungkapkan oleh I2 sebagai berikut:
“Pasti yah, soalnya kan memang ada kewajiban RTS untuk lebih
memeperhatikan anak-anak sekolahnya agar tingkat kehadirannya tidak kurang dari persyaratan yang sudah di tentukan, selain itu kan ada pengawasan juga yang dilakukan oleh pendamping”. (Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Maka dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan, bahwa dengan adanya kewajiban RTS untuk memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan seperti kehadiran anak sekolahnya tidak boleh kurang dari 85%, serta adanya pengawasan dari pendamping, maka seharusnya taraf pendidikan anak-anak RTS meningkat.
Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan I4-6, agar mendapatkan jawaban yang pasti. Sebagai berikut:
“Iya kan suruhnya gitu ya, anaknya gak boleh bolos katanya, kalau gak
nanti dipotong bantuannya”. (Wawancara dengan RTS 3 Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 Januari 2016, di Kediaman I4-6).
Hal senada juga diungkapkan oleh I4-2 sebagai berikut:
“Kan suka di cek gitu ke sekolah, diperiksa daftar hadir anaknya, kalau kurang katanya bantuannya di potong, jadi anaknya gak boleh bolos
sekolahnya”. (Wawancara dengan RTS 2 Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-2).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh I4-3 sebagai berikut:
“Kan dari awalnya udah dikasih tau sama pendampingya, kalau anaknya gak boleh bolos, soalnya nanti ada pemotongan katanya, terus nanti di cek
juga ke sekolahnya”. (Wawancara dengan RTS Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-3).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kewajiban RTS untuk memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan seperti kehadiran sekolah anaknya tidak boleh kurang dari 85% menjadi tuntutan
tersendiri bagi RTS untuk memperhatikan sekolah anak-anaknya lagi, serta adanya pengawasan dari pendamping yang juga berpengaruh.
Jadi dapat disimpulkan bahwa jika RTS terus memperhatikan sekolah anak-anaknya makan taraf pendidikan anak RTS akan meningkat, karena sebagai motivasi juga agar bantuan mereka tidak dipotong.
Selain itu, Jamsosratu juga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita RTS. Maka untuk mengetahui apakah tujuan tersebut sudah tercapai atau tidak, peneliti mulai wawancara dengan I1. Beliau mengungkapkan:
“Sama kaya jawaban sebelumnya ya teh, disini kan ada kewajiban
penerima Jamsosratu yah, memeriksakan kesehatan ibu hamil, anak balita, ibu menyusui itu minimal 4 kali ke pos pelayanan posyandu maupun puskesmas, dan faskes lainnya. Karena kita juga kerjasama dengan para pemberi layanan disana, jadi kelihatan disitu seberapa sering si penerima itu melakukan pemeriksaan. Kan nanti ada pemotongan kalau misalkan tidak memenuhi persyaratan, jadi uang bantuan sebesar Rp. 2.250000,- itu tidak full kalau hasil verifikasi persyaratannya tidak memenuhi seperti pendidikan dan kesehatannya 85% minimal 4 kali selama tahun ajaran berlangsung. Jadi pasti ada peningkatan”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Hal senada juga diungkapkan oleh I2 yang mengatakan bahwa Jelas meningkat, karena di jamsosratu ada pengawasan di masing-masing pendamping, karena ada hak dan kewajiban. (Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang).
Maka berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa memang memeriksakan kesehatan ibu hamil, anak balita maupun ibu nifas sudah menjadi kewajiban bagi RTS, karena jika tidak mereka mendapatkan potongan dalam menerima bantuannya. Dan hal itu menjadi motivasi tersendiri untuk
RTS-RTS Jamsosratu yang memiliki anak balita. Seperti yang diungkapkan oleh I4-4
yang memiliki anak balita, menungkapkan:
“Iya kan kata pendampingnya selain anaknya gak boleh bolos juga, karena saya kan punya bayi juga, jadi katanya harus sering periksa ke posyandu,
nanti ada pengecekan lagi sama pendampingya”. (Wawancara dengan RTS 1 Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 21 januari 2016, di Kediaman I4-4).
Hal senada juga diungkakan oleh yang juga memiliki balita, sebagai berikut:
“Iya kalau udah waktunya periksa saya suka ke posyandu, kaya kemarin kan dede nya baru di timbang sama dikasih vitamin, soalnya suruh
pendampingnya gitu”. (Wawancara dengan RTS 1 Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-2).
Maka berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan, bahwa memeriksakan kesehatan sudah menjadi kewajiban bagi RTS. Sehingga hal itu berpengaruh terhadap pencapaian dari tujuan meningkatkan kesehatan ibu hamil, ibu nifas dan anak balita RTS yang sudah pasti meningkat.
Pencapaian ini pun berkaitan dengan salah satu tujuan dari program Jamsosratu yaitu meningkatkan aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan. Dengan adanya kewajiban yang harus dilaksanakan oleh RTS, seperti kehadiran anak sekolahnya tidak boleh kurang dari 85% dan tidak boleh kurang dari 4 kali pemeriksaan kesehatan dalam setahun untuk ibu hamil, ibu nifas, dan RTS yang memilki balita. Hal ini dikarenaka jika tidak memenuhi syarat kedua tersebut, maka bantuan akan dipotong, sehingga hal ini juga menjadikan motivasi untuk RTS. Hal ini juga diungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Tentu, karena ya seperti jawaban sebelumnya tadi, sudah menjadi
kewajiban mereka untuk mengakses pelayanan pendidikan maupun kesehatan. Karena ada hak ada kewajiban. Hak mereka menerima bantuan,
kewajibannya ya itu tadi”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Hal senada juga di ungkapkan oleh I2 sebagai berikut:
“Pasti meningkat yah, karena itu kan kewajiban RTS, dan menjadi motivasi
RTS juga agak tidak mendapatkan potongan”. (Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang). Maka dapat disimpulkan bahwa aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan meningkat. Hal ini juga bisa dilihat dari data saat pendamping melakukan verifikasi. Seperti yang diungkapkan oleh I3-2 sebagai berikut:
“Sejauh ini RTS yang saya dampingi selalu memenuhi syarat yah saat
verifikasi, anaknya bisa lihat tingkat kehadirannya bagus”. (Wawancara dengan Pendamping Jamsosratu Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen, 27 April 2016, di SD Negeri Kasemen).
Hal serupa juga diungkapkan oleh I3-1 sebagai berikut:
“Sampai sekarang sih belum ada RTS yang dapat potongan bantuannya,
soalnya saat verifikasi datanya selalu memenuhi persyaratan”. (Wawancara dengan Pendamping Jamsosratu Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen, 20 April 2016, di Kediaman I3-1).
Maka berdasarkan wawancara dengan para pendamping, dapat disimpulkan bahwa aksesbilitas dan motivasi RTS terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan meningkat.
Selain itu program jamsosratu juga memiliki tujuan dengan adanya program Jamsosratu RTS punya perlindungan dan jaminan bagi penafkahnya notabene bekerja pada sektor informal. Hal ini tentunya memang sudah termasuk kepada bantuan Jamsosratu itu sendiri, dimana selain mendapatkan Bantuan Tunai Sosial Bersyarat (BSTB), RTS juga mendapatkan bentuk jaminan sosial yaitu Santunan Kesejahteraan Sosial (Sankesos) yang bersifat santunan namun dapat memberi
social secure feeling pada RTS, karena memberi jaminan sosial bagi penafkah RTS yang notabene bekerja di sektor informal, apabila mengalami musibah kecelakaan, sakit, cacat maupun meninggal dunia. Hal ini juga diungkapkan oleh I1 sebagai berikut:
“Oh iya.. karena Jamsosratu itu kan selain memberikan uang Rp. 2.250.000,- per tahunnya, juga ada jaminan kecelakan kerja untuk pencari nafkahnya, notabene nya yang bekerja di sektor informal”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Maka tentunya dengan adanya Sankesos tersebut, pencari nafkah RTS dapat lebih fokus bekerja tanpa memikirkan hal-hal yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh 12 sebagai berikut:
“Itu kan sudah termasuk didalam program jamsosratu ini yah, jadi sudah
pasti ada jaminan kecelakaan kerja untuk Penafkah. Sehingga penafkah bisa focus bekerja tanpa memikirkan hal-hal lain” (Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Kota Serang). Maka berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan jamsosratu untuk memberikan perlindungan dan jaminan bagi yang penafkahnya sudah pasti tercapai karena sudah termasuk dalam program Jamsosratu itu sendiri.
Selain itu, Jamsosratu juga mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan RTS dalam mengahadapi masalah yang mendesak melalui investasi dalam bentuk tabungan. Dalam hal ini, Jamsosratu telah mewajibkan kepada RTS agar bersedia menabung, yang besaranya menurut buku Petunjuk Teknis Jamsosratu (Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu) Provinsi Banten Tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 10.000,- setiap bulannya pada rekening takesos masing-masing RTS. Dan kewajiban itu dibuktikan dengan tanda bukti setoran takesos pada PT. POS. Baru diperkenankan untuk dilakukan pengambilan setelah minimal 10 bulan
terbilang sejak dibukanya rekening atas nama RTS. Dan untuk pengambilan uang tunai oleh RTS sebesar 30% dari jumlah total tabungan. Hal itu bukan dimaksudkan sebagai pembatasan saldo minimal namun untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya tabungan. Hal ini juga dibenarkan oleh I1, mengungkapan:
“Kalau itu pasti ya teh, soalnya kan itu merupakan salah satu kewajiban
mereka untuk menabung per bulannya yaitu Rp. 10.000,-“. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa memang memiliki tabungan diwajibkan untuk RTS jamsosratu per bulannya, karena hal itu sudah tertuang didalam Peraturan Gubernur Provinsi Banten Nomor 16 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu di Provinsi Banten yang sudah diperbaharui sebelumnya.
Akan tetapi peneliti menemukan hal yang berbeda dilapangan, dimana RTS tidak memiliki tabungan seperti halnya yang diwajibkan diatas. Seperti yang diungkapkan I4-2 sebagai berikut:
“Boro-boro buat nabung nong, uangnya pas-pasan aja buat beli kebutuahn sehari-hari, jadi ya gak bisa nabung”. (Wawancara dengan RTS 2 Kelurahan Kasunyatan Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I
4-2).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa RTS tidak memiliki tabungan. Dan RTS juga tidak tahu adanya kewajiban untuk menabung. Seperti yang diungkapkan oleh I4-3 sebagai berikut:
“Kalau sisa di tabung, kalau gak mah ya gak nabung, di sekolahan tapi
nabungnya”. (Wawancara dengan RTS Jamsosratu Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen, 15 Mei 2016, di Kediaman I4-3).
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa, RTS tidak mengetahui adanya kewajiban menabung seperti yang di bahas di buku Juknis Jamsosratu. Karena RTS menabung disekolah, serta tergantung ada tidaknya sisa uang, tidak menabung khusus ke rekening yang diwajibkan perbulannya. Dapat disimpulkan bahwa ketentuan untuk mewajibkan RTS menabung per bulannya tidak terlaksana dilapangan.
Selain tujuan yang sudah dibahas diatas, jamsosratu juga memiliki tujuan untuk membangun dan mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan kegotongroyongan melalui kelompok dan pendampingan. Dimana dalam hal ini pendamping memang mempunyai tugas untuk selalu memberikan motivasi kepada RTS-RTS Jamsosratu. Seperti yang diungkapkan oleh I1:
“Oiya teh pastinya yah, soalnya kan itu gunanya pendamping dan kenapa harus di bentuk kelompok-kelompok RTS. Memang dibentuk agar tercipta seperti itu, juga untuk pendamping memang sudah kewajibanya untuk selalu
memberikan motivasi dan masukan kepada RTS”. (Wawancara dengan TPJP, 19 April 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwa peran pendamping dalam hal ini sangat dibutuhkan, dimana pendamping bukan hanya sekedar mendampingi RTS saja, tapi juga memberikan motivasi dan masukan maupun arahan kepada RTS, agar RTS mempunyai kepercayaan untuk bisa lebih baik dalam kehidupannya. Seperti yang diungkapkan oleh I2:
“Jelas, melalui pembentukan kelompok itu, bisa tercipta gotongroyong maupun saling membantu antar RTS, karena terjalin sillaturahmi dalam satu kelompok tersebut yang menjadikan komunikasi yang baik antar RTS”.
(Wawancara dengan TPJK Dinas Sosial Kota Serang, 16 Mei 2016, di Dinas Sosial Provinsi Banten).
Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan membangun dan mengembangkan modal sosial (social capital), seperti kepercayaan, jaringan, dan kegotongroyongan bisa terwujud melalui kelompok dan pendampingan.
Peneliti juga memasukan informan LSM sebagai sosial kontrol untuk mendapatkan pandangan dari segi yang berbeda mengenai tujuan dari Jamsosratu berikut ungkapan dari I6:
“Kalau tujuan itu kan sudah di amanat kan di pergub itu yah, mudah-mudahan ya tercapai, dengan Banten mendapatkan penghargaan dari kementerian sosial, itu kan salah satu indikator bahwa program itu berjalan