• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan/ Faktor Eksternal (Environtment as External Factor)

Berita ditayangkan di

5. Lingkungan/ Faktor Eksternal (Environtment as External Factor)

Lingkungan diistilahkan sebagai faktor eksternal dalam persprektif payung. Ia memiliki peranan dalam hal pengenalan dan pengoprasian suatu

teknologi komunikasi. HOKI sebagai media citizen journalism peduli akan

masyarakat Indonesia telah melakukan fungsi eksternalnya dengan mengenalkan dan mengoprasikan medianya kepada khalayak. Beberapa kegiatan HOKI terkait dengan lingkungan di antaranya adalah melakukan pengenalan dan juga kerjasama HOKI kepada beberapa universitas ternama, institusi, dan lembaga. Hal ini guna

memperkenalkan secara luas tentang dunia jurnalistik baru yakni citizen

journalism¸serta bagaimana cara berpartisipasi dalam upaya mencerdaskan bangsa untuk kemajuan masyarakat dalam bidang penyebaran informasi di media (literasi media).

“HOKI telah menjalin kerjasama beberapa universitas ternama di Indonesia, dan beberapa institusi media lainnya, antara lain Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Kristen Satya Wacana, Institut Ilmu Sosial dan Politik, Radio Jerman

100

Wawancara tertulis dengan Supadiyanto, 10 Maret 2014 pukul 15.53.10 WIB.

101

Deutsche Welle dan Radio Taiwan International guna memberikan manfaat yang lebih besar bagi kemajuan bangsa Indonesia serta memantapkan eksistensinya sebagai institusi media yang menjadi milik publik.”102

Selain itu, kerjasama ini menyasar para pekerja akademis agar ikut berpartisipasi dalam menulis dan memublikasikan tulisannya di HOKI.

“Dengan UGM, misalnya, HOKI mengadakan kerjasama dengan Dekan Fakultas Kehutanan universitas itu dalam lomba menulis tingkat nasional tentang lingkungan hidup. Kerjasama tersebut terus berlanjut dengan mengharapkan berbagai karya tulis dari berbagai akademisi untuk dapat menuliskan karya mereka di HOKI.”103

Jenis isi media yang ditayangkan pada subrubrik rohani HOKI adalah

berita lempang (straight news), karya ulasan atau uraian dan opini yang

membahas seputar kegiatan dan dinamika sosial-keagamaan di masyarakat. Berita

lempang (straight news) melaporkan seputar kegiatan keagamaan yang

diselenggarakan di suatu daerah di Indonesia dengan prinsip 5W+1H (what, who,

where, when, why, dan how) dan berisikan toleransi agama dan cinta kasih

antarsesama pemeluknya. Contoh berita lempang (straight news) di subrubrik

HOKI :

Kerukunan Antarumat Beragama di Kupang Oleh : Iwan Balla | 11-Feb-2013, 11:22:40 WIB

KabarIndonesia - Ratusan warga Tionghoa di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu, 10 Februari 2013 merayakan tahun baru Imlek dengan menggelar misa syukur bersama di Gereja Katedral yang dipimpin Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang.

Misa yang berlangsung hikmat, tidak hanya dihadiri etnis Tionghoa, namun warga lokal yang turut merayakan Imlek dengan busana khas Tionghoa.

102

http://www.kabarindonesia.com/ diakses pada 9 Desember 2013, pukul 16.50 WIB.

103

Uskup Agung Kupang, Mgr Petrus Turang dalam kotbahnya meminta etnis Tionghoa untuk menjaga hubungan kasih dengan warga pribumi.

“Jagalah hubungan baik dengan sesama manusia, terutama warga pribumi,” pintanya.

Nuansa Tionghoa nampak dalam perayaan misa perayaan Imlek tersebut. Etnis Tionghoa yang menghadiri misa tersebut mengenakan busana khas mereka. Bahkan, ornamen dalam gereja pun bernuansa Tionghoa yang didominasi warna merah.

Di depan gereja Katedral mulai terasa suasana Imlek dengan hiasan lampion-lampion. Gereja Katedral mengkhususkan misa III pada hari Minggu ini bagi etnis Tionghoa yang merayakan Imlek.

Pastor Paroki Katedral Kupang, Romo Ambros Lajar membenarkan misa ke-III ini dikhususkan bagi etnik Tionghoa yang merayakan tahun baru Cina.

“Ini merupakan tradisi etnis Tionghoa yang telah dimasukan dalam gereja Katolik,” katanya.

Usai perayaan misa dilanjutkan pertunjukan dua Barongsai serta seekor naga atoin meto yang dimain etnis Tionghoa di depan gereja untuk merayakan Imlek. Pada saat bersamaan, etnis Tionghoa juga membagikan angpao bagi anak-anak yang menjadi rebutan. (*)

Jenis berita selanjutnya adalah karya ulasan atau uraian mengenai dinamika sosial-keagamaan yang berkaitan dengan kejadian atau fenomena yang sedang terjadi di masyarakat yang kemudian dianalisis dengan sumber rujukan menyandarkan pada petikan kitab suci. Contoh karya ulasan yang ditulis oleh citizen journalist HOKI pada subrubrik rohani:

Waisak dan Keselarasan Alam

Oleh : Ibn Ghifarie | 19-Mei-2011, 02:20:30 WIB

KabarIndonesia - Harus diakui, banjir bandang dan tanah longsor yang mendera lima kecamatan di Garut Selatan; Cikelet, Pameungpeuk, Cisompet, Mekarmukti dan Cibalong dengan menelan korban jiwa 10 orang meninggal, 3 orang hilang, dan 6 orang luka-luka merupakan bukti nyata atas ulah lalim perbuatan manusia. Pasalnya, sikap serakah dan perilaku jahil yang tertanam dalam sanubari kita membuat alam murka sekaligus unjuk kekuatan. Betapa tidak, tibanya musim penghujan malah menjadi petaka yang tak bisa terelakkan karena kita seriang alpa mensyukuri segala pemberian (anugerah) dari Tuhan ini. Ironis memang.

Karena prihatin terhadap tragedi banjir bandang dan tanah longsor, Daud Muhammad Komar, keturunan masyarakat adat Kampung Dukuh menuturkan, “Apalah artinya kami menjaga dan memelihara kelestarian Gunung Padukuhan, jika hutan di lokasi lainnya tidak dipedulikan, bahkan dirambah serta dialihfungsikan,“ tegasnya (Garut News, 10/5)

Rupaya, kearifan lokal untuk menjaga, melestarikan alam, hutan, lingkungan sekitar yang diwariskan secara turun-temurun tak dipegang. Malahan keberadaan Leuweung Sancang yang terkenal angker dengan mitos Prabu Siliwangi sebagai salah seorang Raja Sunda yang menonjol itu, ternyata tidak mempan untuk dijadikan penangkal pengrusakan, penggundulan, perampasan hutan yang dilakukan masyarakat. Haruskah upaya ngamumule alam di tanah Parahyangan ini hanya lestari pada legenda-legenda semata?

Sejatinya, kehadiran Waisak (2555 BE) yang jatuh pada tanggal 17 Mei 2011 ini tidak hanya sekedar merayakan Tri Suci Waisak Puja (kelahiran, pencapaian Penerangan Sempurna, dan parinirwana; meninggal dunia) tapi harus memberikan keselarasan, keseimbangan, keharmonisan antara manusia dengan alam supaya lebih arif dan bijaksana.

Berkah Waisak

Umat Buddhis menyakini berkah terdalam dari adanya detik-detik Waisak (17 Mei 2011-Pukul 18.08.23 WIB) adalah membersihkan hati, pikiran, menebar sikap welas asih untuk tetap mendorong sekaligus menjaga keselarasan, keharmonisan, kelestarian kehudupan, alam dan manusia.

Menurut Parwati Soepangat, upaya melestarikan ini diperlukanlah; Pertama, mengikuti hukum universal supaya kehidupannya selaras dan tidak menyimpang dari hukum yang mengatur semesta dan isinya, yakni melalui jalan hukum karma (sebab-akibat), hukum paticca samuppada (sebab-musabab yang bergantungan), hukum anicca (sementara, tidak kekal, berubah) dan hukum majimma patipada (keseimbangan, jalan tengah, tidak ikut yang ekstrim).

Kedua, Keselarasan dari semua kehidupan (manusia, alam, binatang, makhluk lain). Semuanya harus bersumber pada lima hukum yang mendasari kehidupan sebagaimana yang tertera dalam Dhammasangani; Utu Niyama (hukum tentang energi), Bija Niyama (hukum yang berkaitan dengan botani), Kamma Niyama (hukum tentang sebab akibat), Cita Niyama (hukum tentang bekerjanya pikiran), Dhamma Niyama (hukum tentang segala apa yang tidak diatur keempat Niyama). Dengan membawa keselarasan dalam semesta pada aturan hukum yang berlaku, maka diharapkan segala macam musibah dapat dicegah. Ketiga, Tidak merusak atau menghancurkan kehidupan dan bantu kelestarian. Buddha mengajarkan pelestarian sebagaimana termaktum pada Brahmajala Sutta; "Samana Gotama tidak merusak biji-bijian yang masih dapat tumbuh dan tidak mau merusak tumbuh-tumbuhan"; Tidak membunuh makhluk, Samana Gotama menjauhkan diri dari membunuh makhluk. Ia telah membuang alat pemukul dan pedang. Ia tidak melakukan kekerasan karena cinta kasih, kasih sayang, dan kebaikan hatinya kepada semua makhluk." Keempat, mengingkatkan tanggung jawab bersama dan mengurangi keserakahan.

Mari kita renungkan Anguttara Nikaya (1.60) Hujan yang turun di satu daerah pada suatu waktu akan berkurang ketika masyarakat berada di bawah kuasa keinginan yang menyesatkan, keserakahan tanpa alasan dan mengikuti pengertian nilai salah. Cuaca kering menyebakan kelaparan sebagai akibat peningkatan laju kelahiran.

Akibat keserakahan manusia akan kemewahan, kekayaan dan kekuasaan telah menyebabkan berdirinya pabrik, mall yang dapat menimbulkan masalah polusi udara, air, tanah, suara, cuaca yang mempengaruhi flora, pauna dan alam sekitar. Dengan menumbuhkan kesadaran ini dapat membuahkan lingkungan saling berinteraksi dalam kehidupan dan menimbulkan tanggung jawab bersama pada lingkungan untuk dipelihara dan dilestarikan. (Parwati Soepangat,2002:85-88)

Keselarasan Alam

Pentingnya menjaga keselarasan dengan alam sering dinamai ahimsa, seperti ditulis Dian Maya Safitri dengan merujuk kepada Ian Harris, Professor bidang Kajian Buddha (Buddhist Studies) di Universitas Cumbria dalam buku Ecological Buddhism (2003) yang mengemukakan konsep tentang ahimsa (keharmonisan, tanpa kekerasan, tidak merusak) terhadap dunia tumbuhan sebagai bagian penting dari dhamma (ajaran Buddha) yang akan menentukan jalan menuju nibbana (pembebasan), telah menginspirasi anggota sangha (komunitas Biksu) dan orang awam untuk berbuat baik terhadap alam. (Kompas, 31/12/2010)

Dalam upaya menciptakan Tanah Sunda sebagai green province dengan agenda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Provinsi Jawa Barat perlu melibatan semua komponen untuk menjaga alam ini tanpa menitikberatkan terhadap Pemerintah. Para karuhun urang selalu memberikan dongeng-dongeng untuk tetap menjaga keberadaan hutan, alam sekitar supaya dijaga, dipelihara, dilestarikan dan mendapatkan perhatian lebih sekaligus larangan (pamali) untuk tidak merusaknya.

Mari kita tengok dari beberapa cerita-cerita; macan putih Sancang (Garut), Cipatujah (Tasikmalaya) Badak Cihea dan Bojonglarang (Cianjur), Banteng Cikepuh (Sukabumi) dan Lebak Siliwangi (Bandung) supaya menumbuhkan kecintaan kita terhadap alam sekitar.

Kiranya, petuah Buddha Gotama di khotbah terakhir di Hutan Sala milik Suku Malla, di antara Pohon Sala besar di dekat Kusinara perlu kita renungkan sejenak untuk mempengingati Waisak ini.

"Ajaranku yang terpenting adalah: Anda harus bisa menaklukkan diri sendiri. Jauhkan keserakahan dan nafsu keinginan. Berjalan di tempat yang benar menjalankan hidup suci. Dengan kejujuran dan kebenaran. Selalu mengingat: Kehidupan dan tubuh ini sangat singkat dan semtara. Bilamana dapat merenungkan sedemikan rupa Anda akan bisa menjaukan keserakahan dan nafsu keinginan, dendam dan amanah. Anda bisa menjauhkan kejahatan." (pasal 4)

"Para siswaku: Sewaktu Anda mengetahui diri sendiri telah terangsang oleh keserakahan dan nafsu keinginan. Anda harus berjuang keras untuk mengendalikannya. Anda dapat menjadi majikan bagi diri Anda sendiri. Jangan sampai diperbudak oleh nafsu keinginan" (pasal 6)

Semoga tibanya Dharmasanti 2555 ini dapat menyelamatkan hutan, lingkungan, alam Pasundan dengan berangkat dari kebiasaan memelihara kearifan dan keharmonisan alam sebab ajaran Buddha membabarkan pentingnya menjaga kelestarian, keharmonisa alam supaya bisa menyelaraskan manusia sebagai petanda orang dewasa. Selamat Hari Raya Waisak 2555. Sabbe satta bhavantu sukhitata. Semua mahkluk berbahagia. Sadha, sadha, sadha. (*)

IBN GHIFARIE, Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung Program Religious Studies.

Antara Puasa dan Syahwat Korupsi

Oleh : Ahmad Sidqi | 17-Jul-2013, 20:12:19 WIB

KabarIndonesia - Bulan suci Ramadhan yang sedang kita jalani adalah bulan yang di dalamnya mengandung nilai-nilai spiritualistik yang kental. Di dalamnya terkandung nilai zahid atau zuhud (menghilangkan sifat keduniawian), nilai maghfiroh (ampunan dari Tuhan) dan masih banyak nilai lainnya. Allah SWT berfirman; "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS. Al Baqoroh [2]: 183).

Dalam terminologi ayat di atas ada dua makna yang tersirat dari sebuah ritual yang bernama puasa. Yakni, Allah memerintah kepada umat muslim yang beriman untuk berpuasa untuk meningkatkan maqom-nya (derajat) menjadi umat muslim yang bertakwa. Proses terjadinya ketakwaan tidak lain melalui koridor Islamic law (hukum Islam).

Perlu diketahui bahwa dalam hukum Islam tersebut harus mampu memaknai esensi puasa. Puasa bukan sekedar menahan hawa nafsu ‘momentum'. Maksudnya adalah menahan hawa nafsu ketika di bulan Ramadhan saja, akan tetapi nilai-nilai puasa sebagai transformasi kebaikan dan peningkatan kualitas diri serta masyarakat yang dinamis.

Karena tujuan puasa adalah menahan hawa nafsu, maka sebagai umat muslim harus mengetahui nafsu yang terlarang. Nafsu yang terlarang ini terbagi menjadi dua hal, yakni nafsu ammarah (nafsu keburukan) dan nafsu lawwamah (nafsu berbuat baik tapi masih berbuat maksiat). Adanya momen puasa sebagai tempaan untuk melawan dua nafsu tersebut dan mengganti kepada nafsu muthmainnah (nafsu kebaikan).

Korupsi adalah sebagian kecil dari nafsu lawwamah. Tindakan korupsi yang sudah merajalela bahkan membudaya di negeri ini dianggap hal yang biasa, padahal Allah SWT telah melarang hambanya untuk melakukan segala penimbunan harta yang tidak halal. Allah berfirman; "Telah membuat kalian lalai, upaya memperbanyak harta, sehingga kalian masuk liang kubur" (QS. At-Takasur [102]: 1-2). Tindakan penimbunan harta ini sudah dijelaskan sebagai nash yang mutlak diharamkan oleh Tuhan.

Tindakan korupsi yang sudah mengakar ini dalam tingkatan sosial yang rendah sampai pada tingkatan pemerintahan menyumbangkan kepincangan dalam nilai agama dan nilai sosial kemasyarakatan. Bangsa Indonesia yang sebagian besar memeluk agama Islam dan sebagian besar pula mengerti akan ajaran agama Islam, akan tetapi tidak bisa mengamalkan dari makna ajaran agama Islam.

Dalam catatan tindak korupsi, pelaku korupsi di Indonesia memeluk agama Islam. Artinya, nilai spiritual dalam agama perlu dipertanyakan, apakah agama yang mereka peluk hanya sebagai legalitas kenegaraan?. Mengutip pesan dari Sayyidina Umar bin Khottob sang khulafaur- rosyidin ketika beliau menerima jabatan sebagai khalifah, beliau mengatakan; " La islama illa bil jama'ah wala jama'ata illa bil imarah wala imarata illa bit tho'ah " (Tiada Islam tanpa komunitas, tiada komunitas tanpa kepemimpinan, dan tiada kepemimpinan tanpa ketaatan).

Pemimpin bangsa Indonesia juga harus tegas dalam menindak tegas, adil, dan jujur untuk memberantas korupsi, karena sudah merusak tatanan kemaslahatan ummat. Dimulai dari puasa, meresapi nilai puasa hingga menjadi orang-orang bertakwa sebagaimana sang pembawa risalah agama diutus ke dunia, Rasululloh SAW untuk menyempurnakan akhlak. Ketika akhlak terpuji manusia Indonesia sudah menjamur, penulis yakin bahwa perbuatan korupsi dan sifat-sifat keburukan manusia sejenisnya akan hilang, dan berganti menjadi sifat perdamaian yang penuh cinta kasih. (*)

*Penulis adalah Penggiat Filsafat, Peneliti Al-Mughni Center Jakarta. Penulis bisa ditemui di twitter @a_sidqi

Selanjutnya, opini yang dikemukakan dalam subrubrik rohani adalah opini

yang berasal dari renungan batin seorang citizen journalist yang kemudian

dituangkan kedalam tulisan dan serta merta mengajak kepada para pembaca untuk ikut mengaplikasikan intisari dari opininya. Contoh tulisan opini dalam subrubrik rohani HOKI :

Oleh : Elias Bidaugi Pigome | 11-Mar-2012, 00:45:58 WIB

KabarIndonesia - Ada trend di sejumlah daerah bahwa sejumlah orang kaya dan pejabat tinggi mendirikan sekolah yang megah. Karena mereka mencari sejumlah ahli untuk menjalankan sekolah itu. Para pemilik sekolah ini tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang agar sekolah mereka berkembang menjadi sekolah terbaik, sekolah bertaraf internasional. Para siswa dan guru begitu disayangi.

Dengan kasih sayang, dana dan perhatian, seharusnya sekolah itu berkembang sangat baik. Namun, apa yang terjadi? Beberapa sekolah tidak berkembang; malah banyak yang ditutup. Penyebabnya adalah konflik pada tingkat manajemen. Mereka bukan tidak mampu menjalankan sekolah itu. Malah mereka adalah ahli untuk bidang tersebut. Namun, sikap egois dan iri hati mereka telah menenggelamkan keahlian yang mereka miliki.

Kata "Iri hati" bisa mengantarkan orang menjadi pembunuh; bahkan bahkan membunuh saudara sendiri. Dia menjadi korban "sikap iri hati" saudara-saudaranya. Sikap iri hati mengantar orang menyepelekan orang lain bahkan menyingkirkan saudara sendiri.

Yesus menggambarkan bahwa bangsa Israel adalah kebun anggur yang sangat disayangi dan dimanja Allah. Namun, orang yang diserahkan untuk mengelola kebun anggur itu atau pemimpin Israel hanyalah orang-orang "bermata gelap". Mereka membunuh utusan Tuhan bahkan Putra Tuhan sendiri. Yesus menyatakan bahwa pemimpin seperti itu bodoh karena membuang batu sendi yang seharusnya menjadi penyangga bangunan yang paling kokoh.

Saudara dan saudari, hendaklah sikap iri hati disingkirkan dari diri kita sejak dini, jangan sampai itu menjadi pemicu yang membuat kita melakukan hal-hal yang jahat. Hiduplah secara benar dan lakukanlah tugas kita secara benar. Bersyukurlah apa yang ada jangan sampai ambisi dan iri hati menghancurkan diri kita dan sesama kita. (Kutipan dari percikan hati). (*)

Elias Bidaugi Pigome sebagai Mahasiswa Papuan in Mining Engineering, Universitas Trisakti Indonesia.

B. KEBIJAKAN REDAKSIONAL WWW.KABARINDONESIA.COM

Dokumen terkait