• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHLUAN

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dengan ini penulis memberi batasan ruang lingkup penelitian yang dalam pengolahan skripsi elektronik Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan meliputi; pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, dan pengawasan.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Dokumen Elektronik

2.1.1 Definisi Dokumen Elektronik

Pengertian informasi menurut Turban, Rainer dan Potter (2003),

“Informasi adlah kumpulan fakta yang terorganisir dalam beberapa cara, misalnya informasi dalam saldo rekening bank yang disertai dengan identitas pemegang rekening.”

Dengan kata lain, informasi bersumber dari data yang telah diproses.

Informasi elektronik dapat berupa catatan elektronik, dan atau dokumen elektronik, surat elektronik, atau tanda tangan elektronik. Suatu data/informasi yang telah yang telah diolah oleh sistem informasi secara elektronik tersebut akan tersimpan didalam sautu media tertentu secara elektronik, yang dinamakan dokumen elektronik.

Dengan kata lain dokumen elektronik adalah suatu data/informasi yang diolah oleh sistem informasi secara elektronis yang tersimpan dalam media tertentu secara elektronis juga ( Makarim 2005, 4).

Pengaturan informasi elektronik dan dokumen elektronik terdapat pada Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik serta Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik. Sebagai alat bukti,

informasi elektronik dan dokumen elektronik dapat dipercaya menjadi alat bukti jika dilakukan dengan beberapa syarat, yaitu :

a. Menggunakan peralatan komputer untuk menyimpan dan memproduksi print-out;

b. Proses data seperti pada umumnya dengan memasukkan inisial dalam sistem pengolahan arsip yang dikomputerisasikan;

c. Menguji data dalam waktu yang tepat, setelah data dituliskan oleh seseorang yang mengetahui peristiwa hukumnya.

Pendapat diatas dapat diartikan bahwa dokumen elektronik adalah data yang direkam atau disimpan pada media apapun atau oleh sistem komputer atau perangkat lainnya yang sejenis dan yang dapat dibaca atau dipahami oleh seseorang atau sebuah sistem komputer atau prangkat sejenis lainnya. Ini termasuk layar, hasil cetak atau hasil cetak lain dari data).

2.1.2 Format Dokumen Elektronik

Menurut Ardoni (2008) penyajian dokumen elektronik terdapat dalam berbagai format antara lain:

1. Format teks

Dokumen elektronik dalam format teks dapat dibaca dengan perangkat lunak pembaca teks, seperti Mc.Word. keterbukaan adalah sifat computer tidak selalu menguntungkan, terutama terhadap dokumen elektronik yang disimpan dalam format teks. Begitu dapat membaca dokumen tersebut, pemakai memiliki kesempatan untuk mengobrak-abrik isi dokumen. Hal ini

disebabkan oleh populernya program pembaca teks dan pemakai cukup mengenal bahkan cukup sering menggunakan program tersebut untuk kepentingan lain. Kelemahan format teks tersebut dapat diatasi dengan member sandi pada dokumen tersebut, namun akibatnya tentu pemakai tidak leluasa memanfaatkan dokumen tersebut, pemakai akan selalu meminta bantuan pustakawan untuk membuka sandi dan pustakawan terpaksa memperhatikan pemakai secara teliti saat membaca dokumen. Dalam beberapa sistem, dokumen format teks dapat dibuat read-only, namun untuk menghilangkan atribut ini tidaklah sulit bagi pemakai yang memiliki sedikit saja kemampuan mengutak atik komputer.

2. Format gambar

Dokumen dalam format gambar dibaca dengan perangkat lunak pembaca gambar, seperti Adobe Acrobat Reader. Berbeda dengan format teks, dokumen elektronik format gambar relatif lebih aman dari kejahilan pemakai.

Dengan menyimpan dokumen dalam format gambar, misalnya PDF (Portable Dokumen Format), maka pemakai hanya dapat membaca dan tidak dapat mengubah sedikitpun dokumen tersebut. Alasannya adalah format PDF dibaca dengan Adobe Acrobat Reader yang hanya adapat digunakan untuk pembaca. Format PDF juga berukuran besar seperti format gambar lain, seperti BMP,JPG, atau TIFF. Format PDF juga merupakan pilihan yang lebih baik bila digunakan untuk dokumen hasil alih media dari kertas ke elektronik, misalnya pada alihmedia skripsi. Perangkat keras pengalih media memiliki fasilitas untuk membuat dokumen elektronik berformat PDF.

Format apapun yang akan dipilih, pustakawan perlu menetapkan format baku yang akan digunakan terhadap dokumen elektronik sebelum mengelola dokumen tersebut.

2.2 Pengolahan Dokumen Elektronik

Pengolahan data dengan menggunakan komputer dikenal dengan istilah Pengolahan data elektronik. Pengolahan data (Data Processing) adalah manipulasi data ke dalam bentuk yang berguna dan lebih berarti, berupa informasi.

Definisi pengolahan data elektronik menurut Bodnar dan Hopwood (2004, 4) adalah pemanfaatan teknologi komputer untuk melakukan pemrosesan data transaksi-transaksi dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut Siagian (2003, 81), Pengolahan data elektronik adalah serangkaian kegiatan yang dimaksud untuk penyediaan informasi dengan menggunakan komputer yang mencakup pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan dan pengawasan hasil olahan tersebut.

Sistem manajemen dokumen elektronik (SMDE) merupakan sistem aplikasi pengolahan dokumen Hardcopy (kertas, microfilm, dll) yang sudah dialih-mediakan ke dalam format digital maupun Softcopy berupa file tipe doc, ppt, pdf, xls., 3gp, dwg., avi, mkv, dll yang sudah di unggah ke dalam software DMS tertentu. Dokumen yang sudah diunggah dapat diakses, dicari, ditampilkan, maupun didistribusikan oleh pengguna dokumen melalui sistem manajemen dokumen elektronik ini. Dengan menggunakan metode pencarian terpadu yang sesuai dengan jenis dokumen, pengguna dapat secara mudah menampilkan

dokumen yang dituju walaupun secara fisik dokumen atau arsip tersebut berada pada tempat lain. Pengembangan sistem manajemen dokumen elektronik secara terpadu, dapat dimulai dengan menyiapkan beberapa perangkat keras, jaringan koneksi lokal dan memahami cara pengolahan manual dokumen fisik yang selama ini dilakukan.

Sistem manajemen dokumen elektronik ini dapat membantu penyimpanan dokumen dalam media CD-R, DVD, dan media yang lainnya, serta sangat baik untuk mengatur dokumen dalam jumlah besar, dan dapat memudahkan untuk melakukan indeks, penyimpanan, pencarian, penampilan di layar, mencetak dan mengirimkan melalui email bahkan memiliki workflow untuk semua dokumennya.

Dalam prosedur pengolahan dokumen elektronik ada beberapa tahapan, diantaranya proses pengumpulan, pemrosesan, penimpanan, dan pengawasan.

2.2.1 Pengumpulan Dokumen

Proses pengumpulan masuk ke dalam tahap perencanaan digitalisasi dokumen. Menurut Arba’i (2010, 8) tahap perencanaan digitalisasi adalah sebagai berikut:

1. Pra-digitalisasi

Pra-digitalisasi adalah proses kerja fisik berupa kegiatan mengumpulkan, membongkar,dan menjilid kembali dokumen dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Menseleksi dokumen berupa laporan penelitian, disertasi, tesis, skripsi dan kertas karya (tugas akhir) terbitan tahun 2000 ke atas.

b. Memastikan dokumen tidak ada yang duplikasi (satu judul satu eksemplar).

c. Melakukan pembongkaran/pemotongan dengan baik dan tidak merusak dokumen.

d. Memeriksa kembali kelengkapan dokumen sebelum diserahkan ke bagian scanning (seperti: halaman judul sampai lampiran).

e. Menjilid kembali dokumen yang sudah selesai pada proses scanning, dan selanjutnya dikembalikan ke tempat asal perolehannya.

2. Proses Digitalisasi di Perpustakaan

Untuk memberikan gambaran riil tentang digitalisasi dokumen local content di sebuah perpustakaan berikut ini dijelaskan proses digitalisasi yang dilakukan pada Perpustakaan. Pada tahap ini telah disepakati beberapa hal yang mengacu kepada kebijakan dan peraturan (SOP Proses Digitalisasi Bahan Perpustakaan) untuk melakukan proses digitalisasi adalah sebagai berikut:

a. Dokumen yang akan di digitalisasi adalah seluruh disertasi, tesis, skripsi, dan kertas karya (tugas akhir).

b. Skripsi, Tesis, dan, Disertasi digital yang akan dibangun merupakan teks penuh (fulltext) mulai dari halaman judul hingga lampiran.

c. Untuk melindungi karya tersebut, dipilih format PDF (portable document format) sebagai jenis koleksi digitalnya,dan Untuk melindungi karya tersebut,

dipilih format PDF Jenis proteksi yang diterapkan pada koleksi digital ini hanya boleh dicetak (print) dan tidak bisa diedit.

d. Untuk tahap awal, ditetapkan bahwa koleksi tersebut dapat diakses dari internet tetapi hanya sebatas abstraknya saja, sedangkan fulltext disimpan dalam server.

3. Kebutuhan SDM

4. Kebutuhan Teknis (Hardware dan Software)

Satu hal yang cukup penting diperhatikan dalam hal proses digitasi adalah masalah penentuan koleksi atau analisis koleksi. Perpustakaan perlu melakukan skala prioritas koleksi yang harus digitasi dan tidak, hal ini dikarenakan tidak semua koleksi dapat dan perlu di alih mediakan. Proses digitalisasi ini jugs meliputi dokumen apa yang di tangkap, termasuk juga siapa yang boleh mengakses dokumen tersebut dan berapa lama dokumen tersebut disimpan.

Dokumen elektronik yang tercipta dari awal penciptaan penangkapan dokumen dapat secara langsung diintegrasikan dengan sistem pengelolaan dokumen elektronik.

2.2.2 Pemrosesan Dokumen

Menurut Terry Kuny (1995) “digitalisasi adalah mengacu pada proses menterjemahkan suatu potongan informasi seperti sebuah buku, rekaman suara, gambar atau video, ke dalam bit‐bit. Bit adalah satuan dasar informasi di dalam suatu sistem komputer. Sedangkan menurut Marilyn Deegan “digitisasi adalah

proses konversi dari segala bentuk dokumen tercetak atau yang lain ke dalam penyajian bentuk digital”.

Pengertian diatas dapat diartikan bahwa digitalisasi adalah integrasi dari teknologi digital ke dalam kehidupan sehari-hari dengan meng-digitalisasi segala sesuatu yang bisa didigitasi.

Dalam bidang perpustakaan, proses digitalisasi adalah kegiatan mengubah dokumen tercetak menjadi dokumen digital. Proses digitalisasi ini dapat dilakukan terhadap berbagai bentuk koleksi atau bahan pustaka seperti, peta, naskah kuno, foto, karya seni patung, audio visual, lukisan, dan sebagainya. Untuk mendigitalisasi masing‐masing bentuk koleksi tersebut tentunya digunakan cara yang berbeda. Misalnya untuk karya seni patung dan lukisan, biasanya menggunakan kamera digital atau merekamnya dalam bentuk gambar bergerak sehingga menghasilkan foto digital atau video. Sedangkan untuk dokumen cetak lain biasanya menggunakan mesin scanner.

Proses digitalisasi dibagi dalam 3 tata cara, yaitu :

1. Scanning, yaitu proses memindai (men-scan) dokumen dalam bentuk cetak dan mengubahnya ke dalam bentuk berkas digital. Berkas yang dihasilkan dalam contoh ini adalah berkas PDF. Dalam bagian tersebut tampak bahwa lat yang digunakan untuk memindai dokumen adalah Canon IR2200. Mesin lain yang kapasitasnya lebih kecil dapat digunakan sesuai dengan kemampuan perpustakaan.

2. Editing, adalah proses mengolah berkas PDF didalam komputer dengan cara memberikan password, watermark, catatan kaki, daftar isi, hyperlink,

dan sebagainya. Kebijakan mengenai hal-hal apa saja yang perlu diedit dan dilindungi didalam berkas tersebut disesuaikan dengan kebijakan yang telah ditetapkan perpustakaan. Proses OCR (Optical Character Recognition) dikategorikan pula ke dalam proses Editing. OCR adalah sebuah proses yang mengubah gambar menjadi teks. Sebagai contoh, jika kita memindai sebuah halaman abstrak skripsi, maka akan dihasilkan sebuah berkas PDF dalam bentuk gambar. Artinya, berkas tersebut tidak dapat diolah dengan program pengolah kata. Untuk mengubahnya menjadi teks, dibutuhkan proses OCR. Saat ini tersedia berbagai macam software yang mampu melakukan konversi tersebut dengan ketepatan yang berbeda-beda. Kami menggunakan software OMNIPAGE PRO 14 karena software tersebut mampu melakukan proses OCR dengan tingkat ketepatan mencapai 98%. Proses OCR hanya dilakukan untuk halaman abstrak saja karena 2 (dua) alasan :

- Alasan Pertama, halaman abstrak perlu dikonversi menjadi teks, karena setiap kata didalam abstrak akan diindeks menjadi kata kunci oleh software temu-kembali. Proses pengindeksan tersebut hanya dapat dilakukan terhadap dokumen dalam bentuk teks.

- Alasan kedua, proses OCR tidak dilakukan terhadap seluruh halaman karya akhir karena proses ini memakan waktu dan tenaga yang cukup banyak, sehingga proses digitalisasi ini tidak efisien. Memang benar bahwa ukuran kertas yang dihasilkan dari proses OCR ini akan lebih kecil dari ukuran kertas dalam bentuk gambar, namun dengan

teknologi hardisk saat ini semakin maju –ukuran hardisk saat ini semakin murah – maka alasan melakukan proses OCR untuk memperkecil ukuran berkas menjadi tidak relevan lagi disini.

3. Uploading, adalah proses pengisian (input) metadata dan meng-upload berkas dokumen tersebut ke digital library. Berkas yang di-upload adalah berkas PDF yang berisi full text karya akhir dari mulai halaman judul hingga lampiran, yang telah melalui proses editing. Dengan demikian file tersebut telah dilengkapi dengan password, daftar isi, watermark, hyperlink, catatan kaki, dan lain-lain. Sedangkan metadata yang diisi meliputi nama pengarang, judul, abstrak, subjek, tahun terbit dan lain-lain.

(Pendit, 2007:244)

Dari penjelasan diatas dapat dinyatakan bahwa proses digitalisasi dokumen terdiri dari 3 tahapan: Scanning, yaitu proses transformasi format dalam bentuk dokumen tercetak menjadi dokumen dalam bentuk digital. Editing, yaitu proses pengolahan dokumen digital dikomputer dengan cara memberikan password, watermark, catatan kaki, daftar isi hyperlink. Uploading yaitu proses input metadata dan meng-upload berkas dokumen tersebut ke dalam sistem pangkalan data perpustakaan.

2.2.3 Proses Penyimpanan

Connoly dan Begg dalam Wahono (2006, 4) menyebutkan bahwa “ada dua pendekatan dalam proses penyimpanan, yaitu pendekatan basis file (file basis approach) dan pendekatan basis data (database approach)”.

Adapun 2 pendekatan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Perbedaan antara File Base Approach dan Database Approach

Sumber: Supriyanto dan Ahmad (2008,45)

Dari dua pendekatan tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan yang bisa dipakai berdasarkan kebutuhan.

2.2.4 Proses Pengawasan Dokumen

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting agar pekerjaan maupun tugas yang dibebankan kepada aparat pelaksana terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan (Nurmayani, 2009: 81).

Menurut Sujamto (1983, 17), pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak . Pengertian pengawasan tersebut menekankan pada suatu proses pengawasan yang berjalan

FileBase Approach Database Approach

Data Duplication Data sharing and no duplication

Data Dependence Data independence Incompatible file format Compatible file format

Simple Complex

secara sistematis sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soekarno K. yang menyatakan bahwa pengawasan adalah proses yang menentukan tentang apa yang harus dikerjakan agar apa yang diselenggarakan sejalan dengan rencana (Nurmayani, 2009: 82). Hal ini dipertegas kembali oleh T. Hani Handoko yang menyatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai (T. Hani Handoko, 1984: 354).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, peneliti sepaham dengan pengertian pengawasan yang diungkapkan oleh Sondang P. Siagian karena pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

2.3 Sistem Manajemen Dokumen Elektronik

Sistem manajemen dokumen merupakan sistem berbasis komputer yang menyediakan tempat penyimpanan berbasis web yang dapat di akses dari berbagai tempat. Intinya pada sistem manajemen dokumen adalah tempat penyimpanan terpusat (centralized repository), sebuah medium elektronik tempat penyimpanan (storage) dengan sebuah lokasi storage utama yang mampu menyediakan banyak akses kedalamnya. Sistem manajemen dokumen pada dasarnya menyimpan informasi. Sebuah sistem manajeman dokumen menggabungkan sekumpulan informasi yang relevan dengan baik pada suatu lokasi melalui sebuah antar muka (interface) yang umum. Manajemen dokumen dibangun pada central repository

dengan menambahkan dukungan untuk klasifikasi dan organisasi dari informasi, dan menyatukan tindakan-tindakan dari storage dan mendapatkan kembali (retrieval) dari dokumen-dokumen yang dibentuk dari sebuah sistem yang independen. (Panduwinata, Frans, 2004).

Sistem Manajemen Dokumen Elektronik adalah sistem aplikasi pengelolaan dokumen berupa kertas, microfilm, dll yang sudah dialih-mediakan menjadi format digital maupun file tipe doc, ppt, xls., 3gp, dwg., avi, mkv, dll yang sudah di upload ke dalam software DMS tertentu. Dokumen yang sudah di upload tersebut kemudian dapat diakses, dicari, ditampilkan, maupun didistribusikan oleh pengguna dokumen melalui sistem manajemen dokumen elektronik ini. Dengan menggunakan metode pencarian terpadu yang sesuai dengan jenis dokumen, pengguna dapat secara mudah menampilkan dokumen yang dituju walaupun secara fisik dokum en atau arsip tersebut berada pada tempat lain. (Yasin, Permana Peni, 2010).

Document Management adalah proses-proses yang dilakukan pada dokumen-dokumen yang dimiliki organisasi, dengan pertimbangan pembuatannya, distribusinya, dan penghapusannya.

2.4 Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Dokumen Elektronik

Menurut Permana Peni Yasin (2010) ada beberapa manfaat penerapan Sistem Manajemen Dokumen Elektronik ini:

1. Terciptanya pengelolaan dokumen yang lebih baik.

2. Adanya penyimpanan salinan fisik dokumen ke dalam media elektronik.

Menjaga keamanan dari informasi yang terkandung dalam dokumen dari 3. Bahaya yang tidak diinginkan seperti kebakaran, banjir, kehilangan dokumen

dan lain sebagainya.

4. Sebagai sarana untuk mempercepat proses pencarian dokumen yang dilakukan secara elektronik.

5. Mempercepat penemuan fisik dokumen dengan menentukan/ memasukan informasi lokasi penyimpanan dokumen (dapat dikembangkan dengan menggunakan barcode).

6. Dokumen fisik akan terjaga kelestariannya karena penggunaannya semakin jarang digunakan.

7. Sistem selanjutnya dapat dikembangkan dengan pemanfaatan dan pengelolaan dokumen dengan akses melalui Internet serta dapat menjadi manajemen peminjaman arsip.

8. Pembangunan dan pengembangan sistem pelayanan dokumen dengan menggunakan sistem manajemen dokumen elektronik secara terpadu, dapat dimulai dengan menyiapkan beberapa perangkat keras, jaringan koneksi lokal dan memahami cara pengelolaan manual dokumen fisik yang selama ini dilakukan.

2.5 DSpace

DSpace (www.DSpace.org) adalah aplikasi repositori digital, dibuat sebagai proyek bersama oleh Perpustakaan MIT dan Perusahaan Hewlett-Packard, dan dirilis ke publik pada bulan November 2002 sebagai Aplikasi Open Source.

Aplikasi repositori digital tersedia secara bebas sebagai perangkat lunak open source dari SourceForge (www.sourceforge.net/projects/DSpace) dengan lisensi distribusi BSD. Aplikasi open source DSpace tersedia untuk siapa saja yang ingin mengunduh dan menggunakan aplikasi pada semua jenis institusi, organisasi, maupun perusahaan (atau bahkan hanya individu). Pengguna juga mengizinkan modifikasi DSpace untuk memenuhi keputuhan spesifik organisasi. Aturan khusus penggunaan dijelaskan dalam lisensi distribusi Berkeley Software Distribution (BSD).

DSpace adalah salah satu platform perangkat lunak open source untuk menyimpan, mengelola dan mendistribusikan koleksi ke dalam format digital.

Seperti halnya konten dunia yang sekarang dikembangkan dan disebarluaskan dalam format digital, aplikasi DSpace mendukung generasi pengarsipan digital yang lebih permanen dan dapat di bagikan dibanding dengan pengarsipan analog saat ini. DSpace dapat mendukung berbagai macam artefak, termasuk buku, tesis, dan scan 3D digital seperti object, film fotografi, video, kumpulan data penelitian dan segala bentuk konten lainnya.

DSpace dikembangkan dalam menanggapi kebutuhan universitas akan aplikasi yang mudah digunakan, memiliki layanan yang handal dan dapat dikelola, sebagai host, serta memelihara dan mendistribusikan material universitas

dalam format digital. Menawarkan keuntungan dan kemudahan dalam penyimpanan dan penyebaran berbasis web. DSpace dapat menampung berbagai file seperti; dokumen, dataset, gambar dalam format sepeti; txt, pdf, doc, dan jpg.

DSpace mengatur dan mendistribusikan materi digital, terdiri dari file digital (atau

“bitstream”) dan memungkinkan untuk membuat, mengindeks, dan mencari metadata terkait untuk mencari dan mengambil materi. Hal ini juga dirancang untuk mendukung pelestarian jangka panjang dari materi digital yang disimpan dalam repositori.

DSpace menyediakan cara untuk mengelola bahan penelitian dan publikasi dengan cara pengelolaan profesional untuk memberikan pengguna aksesibilitas yang lebih besar dari waktu ke waktu.

2.6 Metadata

Metadata adalah informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan, menemukan atau menjadikan suatu informasi mudah untuk ditemukan kembali, digunakan atau dikelola. Metadata ini mengandung informasi mengenai isi dari suatu data yang dipakai untuk keperluan manajemen file atau data itu nantinya dalam suatu basis data.

World Wide Web Consortium (1998) menyatakan bahwa metadata sebagai mesin yang dapat memahami informasi tentang objek web serta menyatakan bahwa metadata dapat dikembangkan ke sumber daya elektronik (electronic resources) lainnya pada masa depan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metadata adalah data yang terstruktur untuk data atau informasi. Data tersebut dikodekan untuk menjelaskan karakteristik informasi untuk memudahkan dalam identifikasi, penemuan, penilaian dan pengolahan informasi.

Metadata yang sering digunakan diperpustakaan, yaitu:

1. MARC dan INDOMARC

MARC merupakan salah satu hasil dan juga sebagai salah satu standar untuk penulisan katalog koleksi bahan perpustakaan, contohnya pada penerapan struktur data OPAC. Dalam penerapannya, MARC memiliki standar metadata yang memiliki elemen lengkap dibandingkan standar metadata lainnya. “Dengan menggunakan metadata MARC, sebuah dokumen dapat direpresentasikan secara mendetail” (Gunawan 2011, 9).

Dalam situs Library of Congress (LC) dinyatakan bahwa standar metadata katalog perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh mereka pada pertengahan tahun 1960 dan diprakarsai oleh Henriette Avram yang juga seorang anggota dari LC. Format LC MARC diketahui sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data katalogisasi bahan pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika Serikat. Keberhasilan ini membuat negara lain turut mengembangkan format MARC bagi kepentingan nasionalnya masing-masing.

MARC pada dasarnya merupakan sekumpulan format data yang memungkinkan pertukaran antar katalog atau bentuk data lainnya terkait sistem perpustakaan yang menggunakan perangkat elektronik berupa komputer. MARC dikembangkan oleh

orang-orang yang memiliki latarpendidikan dan pekerjaan di bidang perpustakaan, sehingga MARC dianggap mampu mewakili kebutuhan dunia perpustakaan terhadap sebuah standar metadata.

Bahasa yang digunakan MARC terdiri atas angka, huruf, dan karakter sehingga MARC terkadang hanya dimengerti oleh orang-orang yang berada dalam lingkup dunia perpustakaan (Primadesi 2012, 7-11).

Menurut Library of Congress (LC 2008, 1) “A MARC record is composed of three elements: the record structure, the content designation, and the data content of the record”. (Rekod MARC terdiri dari 3 unsur, yaitu: struktur rekod, penunjukan konten, dan konten data dari rekod).

Lebih lanjut, LC (2008, 1) menjelaskan lebih detail ketiga unsur yang merupakan bagian dari rekod MARC diantaranya:

1.Struktur rekod

Merupakan implementasi dari standar internasional Format for Information Exchange (ISO 2709) dari Amerika, dan

Merupakan implementasi dari standar internasional Format for Information Exchange (ISO 2709) dari Amerika, dan

Dokumen terkait