BAB I PENDAHULUAN
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan kajian ilmu bidang bibliometrika, kajian khusus mengenai analisis sitiran yang mengkaji subjek dokumen yang disitir dan menyitir. Dengan demikian yang menjadi objek dalam penelitian ini berbasis dokumen yaitu daftar pustaka dari setiap disertasi yang dihasilkan oleh mahasiswa doktor program studi Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sitiran
2.1.1 Defenisi Sitiran
Ketika sebuah dokumen, misal dokumen 1 disebut dalam catatan kaki, catatan akhir, bibliografi atau daftar pustaka dari dokumen 2, maka dokumen 1 disitir oleh dokumen 2, atau dokumen 2 menyitir dokumen 1. Dalam bibliometrika dokumen A disebut “cited document” sedangkan dokumen 2 disebut “citing document”. Untuk memahami lebih lanjut maka ilustrasinya adalah sebagai berikut:
DOKUMEN DOKUMEN
D1 D2
Cited Citing
document document
Gambar 2.1. Ilustrasi Dokumen yang Disitir dengan Dokumen yang Menyitir (Sumber: Pattah, 2013)
Dari ilustrasi di atas penulis dapat merumuskan bahwa sitiran adalah penyebutan suatu karya dalam dokumen lain karena adanya suatu hubungan yang berarti dalam penulisan karya ilmiah.
Kata sitiran merupakan terjemahan langsung dari kata citation atau sitasi dalam Bahasa Inggris. Berdasarkan ALA Glosaary of Library and Information Science yang dikutip oleh Pattah (2013, 49) bahwa, “sitiran adalah suatu catatan yang merujuk pada suatu pernyataan atau gagasan” sedangkan menurut Smith (1981) bahwa, “citations are signposts left behind after information has been utilized and as such provide data by which one may build pictures of user behavior”. Sitiran adalah rambu yang ditinggalkan setelah informasi telah digunakan dan dengan demikian menyediakan data yang dengannya seseorang dapat membangun gambar perilaku pengguna.
Menurut Leiding dalam Rosenberg (2015, 681) bahwa, sitiran didefenisikan sebagai “entri bibliografi dalam catatan kaki, daftar referensi atau daftar pustaka yang berisi informasi yang cukup, misalnya, penulis, judul, penerbit, atau judul jurnal untuk memverifikasi item asli.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dinyatakan terdapat persamaan definisi sitiran yaitu catatan, entri bibliografi, atau rambu yang ditinggalkan setelah informasi telah digunakan merujuk pada suatu pernyataan atau gagasan yang berisi informasi yang cukup misalnya penulis, judul, penerbit, atau judul jurnal untuk memverifikasi item asli.
2.1.2 Alasan Menyitir
Ada banyak alasan mengapa penulis mengutip karya orang lain. Menurut Weinstock dalam Egghe dan Rousseau (1990, 211) telah mengidentifikasi lima belas fungsi referensi yang spesifik yang tercantum sebagai berikut:
1. Paying homage to pioneers. (Memberikan penghormatan kepada pelopor)
2. Giving credit for related work. (Memberikan kredit untuk pekerjaan terkait)
3. Identifying methodologhy, equipments, etc. (Mengidentifikasi metodologi, peralatan, dll.)
4. Providing background reading. (Memberikan bacaan latar belakang) 5. Correcting one’s own work. (Memperbaiki pekerjaan sendiri)
6. Correcting the work of others. (Memperbaiki pekerjaan orang lain) 7. Criticising the work of others. (Mengkritik pekerjaan orang lain) 8. Substantiating claims. (Menyatakan klaim)
9. Alerting researchers to forthcoming work. (Memperingati peneliti untuk pekerjaan yang akan datang)
10. Providing leads to poorly disseminated, poorly indexed, or uncited work. (Menyediakan mengarah pada pekerjaan yang disebarluaskan, tidak diindeks, atau dikolaborasikan dengan buruk)
11. Authenticating data and classes of fact-physical constants, etc.
(Mengotentikasi data dan kelas fakta-konstanta fisik, dll.)
12. Identifying the original publications in which an idea or concept was discussed. (Mengidentifikasi publikasi asli di mana sebuah gagasan atau konsep dibahas)
13. Identifying the original publication describing an eponymic concept or term such as, e.g. Hodgkin’s disease ... (Mengidentifikasi publikasi asli yang menggambarkan konsep atau istilah eponim seperti, mis. Penyakit Hodgkin ...)
14. Disclaiming work or ideas of others. (Menyatakan pekerjaan atau gagasan orang lain)
15. Disputing priority claims of others. (Mempertimbangkan prioritas klaim orang lain)
Garfield dalam Hartinah (2002, 2) menyatakan seorang penulis menyitir sebuah dokumen adalah karena berbagai alasan:
1. Memberikan penghormatan kepada penulis atau karya dibidangnya.
2. Mengidentifikasi metodologi atau pendekatan teori yang digunakan.
3. Memberikan latar belakang atau bahan bacaan bagi mereka yang ingin mengetahui lebih lanjut topik yang ditulis.
4. Mengoreksi karya sendiri atau karya orang lain.
5. Memberikan kritik terhadap karya yang sudah terbit sebelumnya.
6. Memperkuat klaim terhadap sebuah temuan.
7. Sebagai panduan bagi penulis lain yang akan mendalami topik tulisan yang disitir.
Dari pendapat di atas dapat dilihat persamaan pendapat mengenai alasan menyitir karya orang lain antara Weinstock (1990) dan Garfield (1979) yaitu:
memberikan penghormatan kepada penulis atau karya dibidangnya;
mengidentifikasi metodologi atau pendekatan teori yang digunakan; memberikan latar belakang atau bahan bacaan bagi mereka yang ingin mengetahui lebih lanjut topik yang ditulis; mengoreksi karya sendiri atau karya orang lain; memberikan kritik terhadap karya yang sudah terbit sebelumnya; menyatakan atau memperkuat klaim terhadap sebuah temuan.
2.2 Sumber-sumber Sitiran
Dalam perolehan data, terdapat sumber yang dapat disitir oleh peneliti untuk mengahasilkan informasi. Berdasarkan sumbernya, data dapat di bagi menjadi dua kelompok besar yang disebut data sekunder dan data primer. (Istijanto dalam Sinambela, 2014).
Menurut Istijanto yang dikutip oleh Sinambela (2014, 112) kata sekunder berasal dari bahasa Inggris “secondary” yang berarti “kedua” sedangkan kata primer (primary) merupakan lawan kata sekunder, yang berarti utama, asli, atau langsung dari sumbernya. Sinambela (2014, 113) mengemukakan bahwa,
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dengan istrumen yang dipersiapkannya dan hasilnya diolah sendiri untuk dapat menjawab masalah penelitian yang diajukan. Dengan demikian data ini belum tersedia, karena sebelumnya belum pernah ada penelitian yang sejenis, atau peneliti menginginkan data asli yang terbaru dengan berbagai pertimbangan.
Menurut Sinambela (2014, 112) bahwa, “data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain diolah dan dipublikasikan untuk kepentingan tertentu. Peneliti hanya meminjam data tersebut sesuai dengan kebutuhan peneliti, dalam hal ini peneliti adalah “tangan kedua” yang sekedar mencatat, mengakses atau meminta data tersebut ke pihak lain yang bertanggungjawab atas data tersebut.”
Dari pendapat di atas dapat dinyatakan data primer merupakan data asli yang dikumpulkan peneliti yang belum tersedia. Contohnya berupa artikel jurnal, hasil penellitian, monograf, paten, karya akademik (skripsi, tesis, disertasi).
Sedangkan data sekunder merupakan penjelasan serta pembahasan dari data primer. Contohnya jenis koleksi referensi seperti kamus, ensiklopedi, thesaurus, direktori, majalah abstrak, majalah indeks, bibliografi, tinjauan literatur.
2.3 Analisis Sitiran
2.3.1 Kajian Analisis Sitiran
Menurut Hoffmann dan Doucette (2012, 30) bahwa, “citation analysis is a branch of bibliometrics that examines the citations found in publications such as journal articles and books to look for patterns of use”. Analisis sitiran merupakan cabang bibliometrik yang meneliti sitiran yang ditemukan dalam publikasi seperti artikel jurnal dan buku untuk mencari pola penggunaan. Sedangkan menurut Thanuskodi dalam Banateppanvar (2012, 12) bahwa, “citation analysis is one of the popular methods employed inrecent years for identification of core documents and complexrelationships between citing and cited documents for aparticular research community in a geographical proximity”. Analisis sitiran adalah salah satu metode populer yang digunakan dalam beberapa tahun terakhir untuk identifikasi dokumen dan hubungan kompleks antara menyitir dokumen dan dokumen yang disitir. Gohain dan Saikia (2014) menyatakan bahwa,
Citation analysis is the analysis of the citation or bibliographical reference that is appended with the research communication. It studied citations in scholarly works to establish links to other works or other researchers by counting the citations appended at the end of each scientific article.
Dari pendapat tersebut dapat didefinisikan, analisis sitiran adalah analisis rujukan atau referensi kepustakaan yang dimaksud ditambahkan dengan komunikasi penelitian. Ini mempelajari sitiran dalam karya ilmiah membuat tautan ke karya lain atau peneliti lain dengan menghitung kutipan yang ditambahkan pada akhir setiap artikel ilmiah. Selanjutnya Natakusumah (2016, 42) mengemukakan bahwa,
Citation analysis is defined as that subfield of informetrics where patterns and frequencies of citations, given as well as received are analyzed. Such an analysis is performed on the level of authors, journals, scientific disciplines and any other useful unit or level. Citation analysis further studies relations between cited and citing units (documents, authors, countries etc.
Dari pendapat tersebut dapat diterjemahkan, analisis sitiran didefinisikan sebagai sub bidang dari informetrics di mana pola dan frekuensi sitiran, diberikan serta diterima dianalisis. Analisis semacam itu dilakukan pada tingkat penulis, jurnal, disiplin ilmiah dan unit atau tingkatan lain yang berguna. Analisis sitiran mempelajari lebih lanjut hubungan antara unit mengutip dan sitiran (dokumen, penulis, negara, dll).
Dari uraian di atas, dapat dilihat persamaan pendapat antara Hoffmann dan Doucette (2012) dan Natakusumah (2016) mengenai definisi analisis sitiran.
Menurut Hoffmann dan Doucette (2012) analisis sitiran merupakan cabang bibliometrik yang meneliti sitiran yang ditemukan dalam publikasi seperti artikel jurnal dan buku untuk mencari pola penggunaan. Hal yang sama dikemukakan oleh Natakusumah (2012) analisis sitiran didefinisikan sebagai sub bidang dari informetrics di mana pola dan frekuensi sitiran, diberikan serta diterima dianalisis.
Analisis semacam itu dilakukan pada tingkat penulis, jurnal, disiplin ilmiah dan unit atau tingkatan lain yang berguna.
Persamaan pendapat juga dilihat dari pendapat Thanuskodi (2012) dan Gohain dan Saikia (2014). Menurut Thanuskodi (2012) analisis sitiran adalah salah satu metode populer yang digunakan dalam beberapa tahun terakhir untuk identifikasi dokumen dan hubungan kompleks antara menyitir dokumen dan dokumen yang disitir. Hal yang sama juga dikemukakan Gohain dan Saikia (2014) adalah analisis rujukan atau referensi mempelajari sitiran dalam karya ilmiah membuat tautan ke karya lain atau peneliti lain dengan menghitung kutipan yang ditambahkan pada akhir setiap artikel ilmiah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan analisis sitiran merupakan cabang bibliometrik untuk identifikasi dokumen dan hubungan kompleks antara menyitir dokumen dan dokumen yang disitir dengan menghitung sitiran yang ditambahkan pada akhir setiap artikel ilmiah. Analisis dilakukan pada tingkat penulis, jurnal, disiplin ilmiah dan unit atau tingkatan lain yang berguna.
Menurut Hartinah (2002, 2) bahwa, kajian bibliometrika menggunakan analisis sitiran merupakan cara untuk menentukan berbagai kepentingan, antara lain:
1. Evalusai program riset.
2. Pemetaan ilmu pengetahuan.
3. Visualisasi suatu disiplin ilmu.
4. Indikator ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Faktor dampak dari suatu majalah (journal impact factor).
6. Kualitas suatu majalah.
7. Pengembangan koleksi majalah, dll.
Adapun ruang lingkup kajian dalam analisis sitiran yang dikemukakan oleh Pattah (2013, 51) adalah:
1. Peringkat majalah yang disitir.
2. Tahun sitiran.
3. Asal geografi bahan sitiran.
4. Lembaga yang ikut dalam penelitian.
5. Kelompok majalah yang disitir.
6. Subjek yang disitir.
7. Jumlah langkah berdasarkan teori graft (Graph theory) dari majalah tertentu termasuk kelompok majalah lain.
2.3.2 Manfaat Analisis Sitiran
Gohain dan Saikia (2014) mengemukakan bahwa,
dengan analisis sitiran seseorang dapat mengevaluasi dan menginterpretasikan sitiran yang diterima oleh artikel, penulis, institusi, dan indikasi kegiatan ilmiah lainnya. Dengan demikian membantu mengidentifikasi kualitas sumber informasi. Analisis sitiran berguna untuk memahami subjek hubungan, pola kepengarangan, dampak, kecenderungan publikasi, dan bermanfaat informasi seperti penggunaan relatif berbagai jenis dokumen seperti buku, terbitan berkala, sumber daya elektronik, laporan, tesis Ph.D, konferensi, standar, paten.
Menurut Budd dalam Zulaikha (2007, 40) bahwa, “metode analisis sitiran dapat dipergunakan untuk mengukur komunikasi dalam disiplin ilmu tertentu.
Disebutkan dalam dokumen ini bahwa dengan metode ini dapat diidentifikasi karakteristik dokumen yang dipergunakan dalam penelitian di perguruan tinggi (seperti jurnal, buku dan jenis-jenis lain), usia dokumen dan subjek yang dirujuk.”
Menurut Smith (1981, 94) bahwa, analisis sitiran dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti:
1. Literature of studies.
In this case one looks at citations in a particular subject area to describe patterns of citation. Characteristics of cited materials frequently examined include types, age, highly cited authors and journals, languages and countries of origin, and subject distribution.
2. Type of literature.
Citation analysis can be used to gauge the dissemination of results reported in certain types of literature, such as government documents, dissertations, or the exchange literature of regional scientific societies.
3. User studies.
Although studies in this category are descriptive, they have implications for collection development and design of services. One approach is the analysis of reference lists in works written by library users, e.g., term papers, theses/dissertations or technical reports, in order to determine types of materials, age of materials, subject, language, and whether locally owned.
4. Historical studies
Historical research using citation analysis is based on a literary model of the scientific process. Citations can be used to trace the chronology of events, relationships among them, and their relative importance. Mis- sing and implicit citations obviously pose problems for such an analysis.
5. Communication fiatterns
Communication fiatterns. Citations can be thought of as plausi- ble indicators of scientific communication patterns. Although citation linkages do not necessarily reflect social contacts, it is probable that there is a certain amount of congruence between documental and social structures.
6. Evaluative bibliometrics.
Evaluative bibliometrics. In these studies, citation analysis is defined as the evaluation and interpretation of the citations received by articles, scientists, universities, countries, and other aggregates of scien-tific activity, used as a measure of scientific influence and productivity.
(Bibliometrik evaluatif.
7. Information retrieval.
Information retrieval. Use of citation relations has perhaps had the greatest impact in information retrieval where citations have been used to augment more traditional approaches to literature searching. Experiments by Salton have confirmed that citations are useful supplements to keywords in identifying relevant documents.
8. Collection development.
It is appropriate tobegin the discussion of citation analysis as a tool for collection development with Cayless’s observation that “the main purpose of quantitative measures is to provide information on which to base qualitative judgments, not to replace them.
Dari beberapa kriteria tersebut dapat didefenisikan sebagai berikut:
1. Sastra studi, dalam hal ini seseorang melihat sitiran di area subjek tertentu untuk menggambarkan pola sitiran. Karakteristik bahan yang dikutip sering diperiksa meliputi jenis, umur, penulis dan jurnal yang sangat banyak dikutip, bahasa dan negara asal, dan distribusi subjek.
2. Jenis literatur, analisis sitiran dapat digunakan untuk mengukur diseminasi hasil yang dilaporkan dalam jenis literatur tertentu, seperti dokumen pemerintah, disertasi, atau literatur pertukaran masyarakat ilmiah regional.
3. Penelitian pengguna, meskipun penelitian dalam kategori ini bersifat deskriptif, namun memiliki implikasi untuk pengembangan koleksi dan perancangan layanan. Salah satu pendekatannya adalah analisis daftar referensi dalam karya yang ditulis oleh pengguna perpustakaan, misalnya makalah berjangka, tesis / disertasi atau laporan teknis, untuk menentukan jenis bahan, umur bahan, subjek, bahasa, dan apakah milik lokal.
4. Studi sejarah, penelitian historis dengan menggunakan analisis sitiran didasarkan pada model sastra proses ilmiah. sitiran dapat digunakan untuk melacak kronologi kejadian, hubungan di antara mereka, dan kepentingan relatif mereka. sitiran yang tidak jelas dan implisit jelas menimbulkan masalah untuk analisis semacam itu.
5. Komunikasi fiattern, sitiran dapat dianggap sebagai indikator pola komunikasi ilmiah yang plenus. Meskipun hubungan sitiran tidak selalu mencerminkan kontak sosial, kemungkinan besar ada sejumlah kongruensi antara struktur documental dan sosial).
6. Bibliometrik evaluatif, dalam studi ini, analisis sitiran didefinisikan sebagai evaluasi dan interpretasi sitiran yang diterima oleh artikel, ilmuwan, universitas, negara, dan agregat aktivitas ilmiah lainnya, yang digunakan sebagai ukuran pengaruh ilmiah dan produktivitas.
7. Pencarian informasi, penggunaan hubungan sitiran mungkin memiliki dampak terbesar dalam pencarian informasi di mana sitiran telah digunakan untuk menambah pendekatan tradisional terhadap pencarian literatur. Percobaan oleh Salton telah mengkonfirmasi bahwa sitiran adalah suplemen yang berguna untuk kata kunci dalam mengidentifikasi dokumen yang releva
8. Pengembangan koleksi, sangat tepat untuk menggali pembahasan analisis sitiran sebagai alat untuk pengembangan koleksi dengan pengamatan Cayless bahwa "tujuan utama pengukuran kuantitatif adalah untuk memberikan informasi mengenai mana yang menjadi dasar penilaian kualitatif, bukan untuk menggantikannya.
Dari uraian di atas, dapat dilihat persamaan pendapat mengenai manfaat analisis sitiran antara Smith (1981) dan Gohain dan Saikia (2014) yaitu menurut Gohain dan Saikia (2014) mengevaluasi dan menginterpretasikan sitiran dan Smith (1981) menyatakan untuk evaluasi dan interpretasi sitiran yang diterima oleh artikel, ilmuwan, universitas, negara, dan agregat aktivitas ilmiah lainnya, yang digunakan sebagai ukuran pengaruh ilmiah dan produktivitas.
Persamaan pendapat juga dilihat dari pendapat Budd (2007) dan Gohain dan Saikia (2014). Menurut Budd (2007) metode analisis sitiran dapat diidentifikasi karakteristik dokumen yang dipergunakan dalam penelitian di perguruan tinggi (seperti jurnal, buku dan jenis-jenis lain), usia dokumen dan subjek yang dirujuk, sama halnya dengan pendapat Gohain dan Saikia (2014) untuk membantu mengidentifikasi kualitas sumber informasi. Analisis sitiran berguna untuk memahami subjek hubungan, pola kepengarangan, dampak, kecenderungan publikasi, dan bermanfaat informasi seperti penggunaan relatif berbagai jenis dokumen seperti buku, terbitan berkala, sumber daya elektronik, laporan, tesis Ph.D, konferensi, standar, paten.
2.4 Kriteria dalam Menyitir Dokumen
Kriteria dalam menyitir dokumen harus diperhatikan oleh peneliti dalam menulis karya ilmiah yang akan dijadikan sebagia rujukan. Subjek dokumen yang akan disitir harus relevan dengan subjek yang akan ditetili.
Menurut Wang dan Soegel yang dikutip oleh Andriani (2003, 11) bahwa,
“kriteria merupakan suatu filter yang diaplikasikan oleh penulis dalam membuat suatu keputusan”. Beberapa kriteria penilaian suatu dokumen yang akan disitir adalah:
1. Topik, dalam hal ini isi dokumen berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Topik permasalahan harus diketahui oleh penulis yang akan menilai dokumen. Pengetahuan mengenai topik mencakup who (siapa yang menulis), when (kapan topik tersebut didiskusikan), where (di mana topik itu menjadi berarti), dan how (bagaimana hubungan topik itu dengan topik lain) .
2. Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa dokumen tersebut ditunjuk.
3. Disiplin ilmu atau subjek area, penulis kemungkinan akan mengambil dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sama dengan penelitian yang sedang dikerjakan.
4. Keklasikan/kepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang sangat substansial di bidangnya, karena memuat teknik, metode atau teori yang dipakai sepanjang waktu.
5. Nama jurnal dan tipe dokumen, pemahaman pengarang terhadap suatu jurnal akan mempengaruhi proses seleksi dokumen.
6. Pengarang, dokumen yang ditulis oleh orang yang menjadi figur dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang besar pula untuk disitir.
7. Novelty/kebaruan, dokumen disitir karena memuat informasi yang belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru.
8. Penerbit, reputasi institusi penerbit dapat pula menjamin mutu terbitan.
9. Recency/kemutakhiran, membandingkan corak baru suatu dokumen dengan topik yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan waktu penerbitan.
Selain kriteria di atas, terdapat beberapa kriteria di luar dokumen yang juga harus dipertimbangkan. Dengan demikian, tidak hanya kriteria dari dalam dokumen saja yang perlu menjadi penilaian terhadap dokumen yang akan disitir.
Menurut White and Wang yang disitir oleh Andriani (2003, 12) ada beberapa kriteria di luar dokumen yang juga harus dipertimbangkan, yaitu:
1. Kemudahan dalam mendapatkan dokumen, Liu (1993, 13) menunjukkan bahwa rujukan dokumen yang tertera pada daftar pustaka secara positif berhubungan dengan ketersediaan dokumen tersebut di perpustakaan institusi penulis. Artinya, jumlah rujukan yang disitir tergantung pada kelengkapan atau jumlah koleksi perpustakaan institusi penulis.
2. Syarat khusus, keahlian atau alat yang diperlukan untuk menggunakan suatu dokumen menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan penulis dalam menyitir dokumen. Diantaranya adalah penguasaan bahasa, penguasaan alat yang dipakai untuk membaca dokumen, misalnya dokumen yang tersimpan dalam microfilm.
3. Kendala waktu. dokumen yang dianggap relevan sebagai rujukan terkadang tidak dapat digunakan karena waktu yang terbatas, seperti halaman terlampau tebal sehinga tidak sempat terbaca.
2.5 Relevansi
2.5.1 Defenisi Relevansi
Dalam kamus ilmiah populer (2006, 406) arti dari relevansi adalah
“hubungan, keterkaitan”. Menurut Margono (1999, 26) bahwa, “relevansi adalah acuan yang dipakai oleh seseorang dalam menulis karya ilmiahnya sesuai dengan permasalahan yang ada dalam karya ilmiah tersebut”. Sedangkan Green dalam Andriani (2003, 10) menyatakan bahwa, “relevansi adalah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi”. Menurut Purnomo (2006, 9) bahwa, “dokumen yang relevan artinya dokumen-dokumen yang didapatkan dapat memenuhi kebutuhan informasi yang sedang dibutuhkan.”
Dari pendapat di atas, dapat dilihat persamaan antara kamus ilmiah popular (2006, 406) dan pendapat Margono (1999). Dalam kamus ilmiah popular (2006) relevansi merupakan hubungan, keterkaitan dan menurut Margono (1999) relevensi aladah adalah acuan yang dipakai oleh seseorang dalam menulis karya ilmiahnya sesuai dengan permasalahan yang ada dalam karya ilmiah tersebut.
Persaman pendapat juga dilihat antara Green (2003) dan Purnomo (2006) keduanya menyatakan relevansi dapat membantu pengarang dalam memecahkan atau memenuhi kebutuhan akan informasi yang sedang dibutuhkan.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa relevansi merupakan hubungan, keterkaitan, acuan yang terdapat pada dokumen yang dipakai oleh seseorang dalam menulis karya ilmiah sesuai dengan permasalahan yang ada dalam karya
ilmiah untuk memenuhi dan membantu pengarang dalam memenuhi kebutuhan informasi.
2.5.2 Relevansi Subjek
Dalam menyusun rencana penelitian, peneliti membutuhkan dukungan berbagai macam sumber literatur baik literatur primer maupun literatur sekunder yang relevan dengan bidang yang diteliti untuk mendukung tulisanya. Andriani (2002, 30) berpendapat bahwa,
Idealnya karya yang disitir harus benar-benar mendukung karya ilmiah yang menyitir. Penyitiran dilakukan terhadap ide, konsep, dan teori yang
Idealnya karya yang disitir harus benar-benar mendukung karya ilmiah yang menyitir. Penyitiran dilakukan terhadap ide, konsep, dan teori yang