• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan UU 18 tahun 2008 yaitu: a) Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga (tidak termasuk

tinja);

b) Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dll;

c) Sampah spesifik meliputi sampah beracun, sampah akibat bencana, bongkaran bangunan, sampah yang tidak dapat diolah secara teknologi, dan sampah yang timbul secara periodik. Sampah spesifik harus dipisahkan dan diolah secara khusus. Apabila belum ada penanganan sampah B3 maka perlu ada tempat penampungan khusus di TPA secara aman sesuai peraturan perundangan. Defenisi pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian timbulan sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor lingkungan lainnya.

6.4.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Persampahan A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.

b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.

Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPA

Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan Kelembagaan

Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala.

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kota Kupang antara lain:

Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya adalah bertambahnya pula buangan/limbah yang dihasilkan. Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestik telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Penanganan sampah di Kota Kupang umumnya masih dilakukan secara individual, kecuali di pusat Kota Kupang penanganan sampah dilakukan secara kolektif skala kota melalui Dinas Kebersihan Kota, tapi belum berjalan optimal.

2. Kemampuan Kelembagaan

Pengelolaan sampah kini dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Kupang bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengelola sampah secara komunal skala kota. Belum memadainya SDM secara kualitas dan kuantitas dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Kota Kupang, dapat diuraikan sebagi berikut ini:

a. Aspek Teknis

Pengelolaan persampahan di Kota Kupang sudah dilakukan secara skala Kota dimana masyarakat membuang sampah pada tempat pengumpulan sementara (TPS), kemudian sampah tersebut akan diangkut menggunakan mobil sampah untuk dibuang ke Tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Penanganan Sampah di Kota Kupang belum optimal

berdasarkan data dari Dinas Kebersihan Kota Kupang Produksi sampah perhari yang dapat diangkut menuju TPA Alak kurang lebih 160 M3 sedangkan sisanya selain langsung dibakar oleh masyarakat, ada yang dibuang ke kali, pinggir pantai ataupun tanah kosong.

Selain itu kondisi kendaraan pengangkut sampah (truck sampah) juga tidak dapat melayani dengan baik karena dari 30 truck sampah yang ada hanya 20 yang berfungsi dengan baik sisanya memerlukan penggantian karena termakan usia. Kondisi ini mengakibatkan masih adanya sampah yang tidak bisa terangkut perharinya. Untuk meningkatkan pengelolaan sampah, di Kota Kupang sudah dilaksanakan proses pengolahan sampah melalui metode 3R atau mengurangi, menggunakan dan mendaur ulang sampah menjadi pupuk ataupun produk lain yang bernilai ekonomi,metode ini sudah dilaksanakan di kelurahan Batuplat dan Namosain.

Tabel 6.36. Data Pengelolaan Sampah Kota Kupang 2010-2012

NO URAIAN SATUAN BESARAN/VOLUME

2010 2011 2012

DATA PENGUMPULAN SAMPAH

1 Jumlah Penduduk Jiwa 365.348

2 Asumsi Produksi Sampah Lt/org/hr 0,76

3 Asumsi timbulan Sampah m3/hr 350

4

Timbulan sampah yg terangkut : b. Permukiman c. Non Permukiman d. Total M³/har 151,2 100,8 252

5 Cakupan Layanan Penduduk % 75-85

DATA TPA

1 Nama TPA Alak Alak Alak

2 Status TPA Sewa/milik Milik Milik

3 Luas TPA Ha 10.200 10.200

4 Kapasitas m3/hr 160 160

5 Sistim Open Damping/Sanitary Landfill Open

Dumping Open dumping

6 Jarak ke Permukiman Terdekat m 50 50 50

7 Jarak ke permukiman Terjauh m 500 500 500

1 Jumlah Layanan terangkut m3/hr 160 252

2 Jumlah Kendaraan

Truck unit 17 17 30

3 Jumlah Peralatan

Gerobak unit 10 30 54

Container unit 5 4 2

4 Transfer Depo unit 3

5 Jumlah TPS unit 312 312 312

Tabel 6.37. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

istem Pengelo

laan Prasarana & Sarana

Satu an Kapasi tas /unit Jum lah Lokasi Layanan Pengadaan Kon disi Ket Tahun Sumber Dana Jum lah Biaya Dikelola oleh Masyarakat

Pewadahan a. Bin/Tong sampah bh 12 Lingkugan

setempat masyarakat Berfungsi

Pengumpulan a. Gerobak sampah

b. Lainnya bh 4

Lingkungan

sekitar masyarakat berfungsi

Penampungan sementara

a. Transfer depo b. container Pwngangkutan a. Dump truck

b. Arm roll truck

Pengolahan

a. Pengomposan b. Daur ulang

Dikelola oleh Pemerintah

Pewadahan b. Bin/Tong sampah bh 141 APBD berfungsi

Pengumpulan a. Gerobak sampah

b. Motor sampah bh 50 52 APBD Berfungsi Penampungan sementara c. Transfer depo d. container bh M³/unit 4 3 2 APBD Berfungsi

Pengangkutan c. Dump truck d. Arm roll truck

M³/unit M³/unit 6 4 20 2 APBD berfungsi Pengolahan c. Pengomposan d. Daur ulang

Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Sistem yang digunakan...

TPA Alak 1.Pembuangan Akhir

a.Excavator b.Buldozer Bh bh 1 1 APBN Berfungsi

c.Luas area TPA Ha 10.200 Kota

Kupang 2009 APBN berfungsi

2.Pengendalian

Pencemaran di

TPA

a.Lapisan kedap air b.Perpipaan

pengumpul lindi c.Instalasi pengolahan

lindi d.Buffer zone e.Pipa gas metan f. Sumur monitoring g.Drainase air hujan

3.Sarana Penunjang

a.Jalan masuk ada APBN baik

b.Kantor bh 1 APBN

c.Pos jaga bh 1 Tidak

ada d.Bengkel, garasi,cuci

kendaraan bh 1 APBN

e.Jembatan timbang

Sumber : Dinas Kebersihan dan pertamanan Kota Kupang, 2014

b. Pendanaan

Semua rencana sistem sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang di bangun oleh pemerintah di Kota Kupang umumnya disesuaikan dengan rencana perluasan kota

dengan menggunakan dana APBD. Namum keterbatasan keuangan daerah mengakibatkan upaya penyempurnaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dasar tersebut sepertinya belum mendapat perhatian yang lebih mendetail. Salah satu peluang yang dimungkinkan adalah dana pemberdayaan. Dewasa ini sebagian besar peningkatan atau pembangunan TPS-TPS di desa atau kelurahan dibiayai melalui program pemberdayaan desa.

c. Kelembagaan

Penanganan sampah di Kota Kupang ditangani oleh Dinas kebersihan Kota Kupang, untuk menunjang hal tersebut telah diterbitkan peraturan daerah Kota Kupang nomor 4 tahun 2011, tentang Penyelenggaraan Persampahan.

d. Peran Serta Masyarakat

Pengelolaan sampah di Kota Kupang diarahkan dengan melibatkan secara aktif peran serta masyarakat. Sampah yang diproduksi sebelum dibuang ke TPS dan TPA, sebelumnya telah dipilah oleh masyarakat/rumah tangga menjadi sampah organik (yang dapat didaur ulang) dan sampah non organik. Sampah organik yang diproduksi selanjutnya akan diolah bekerjasama dengan masyarakat, LSM, dan Perguruan Tinggi untuk menghasilkan kompos atau produk olahan organik lainnya yang bermanfaat. Sedangkan untuk sampah non organik akan dilakukan kerjasama dengan para pemulung dan pengusaha untuk pemanfaatannya. Dengan melibatkan peran aktif masyarakat ini diharapkan permasalahan persampahan yang selalu menjadi masalah pelik di perkotaan, akan teratasi.

Sistem pembuangan sampah di Kota Kupang diarahkan untuk dikelola bersama-sama masyarakat dengan cara penyediaan tempat sampah umum yang akan dibuang secara bersama ke tempat pembuangan sampah.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Persampahan