Secara garis besar permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di Kota Kupang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tidak tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang memadai, sebagian masyakat masih memanfaatkan lingkungan sekitar (pekarangan, saluran drainase, hutan, tepi sungai) untuk membuang limbah baik itu limbah cair atau padat
b. Sebagian besar kawasan permukiman belum terjangkau oleh pelayanan pengelolaan air limbah oleh pemerintah/dinas terkait, terlebih di kawasan permukiman perdesaan c. Teknologi pengelolaan air limbah yang sebaiknya diterapkan di Kawasan perkotaan di
Kota Kupang adalah sistem tengki septik dengan bidang resapan
d. Penanganan limbah cair pada permukiman Kota Kupang juga dilakukan dengan sistem setempat (on-site), yakni dengan meresapkan langsung ke dalam tanah dengan atau tanpa sumur resapan
e. Sejumlah besar penduduk sudah memiliki kakus sendiri 73,06% tahun 2012, namun masih 1,55% yang belum memiliki kakus.
f. Sampai tahun 2012 terdapat 54,32% masyarakat masih menggunakan lubang tanah dan hampir 0,62% masih membuang di pantai dan sungai, hal ini perlu disediakan sarana pembuangan tinja yang memenuhi standar kesehatan dan tidak mencemari lingkungan terutama disungai dan laut dengan pembuatan MCK baik dalam bentuk umum maupun pribadi oleh masyarakat.
g. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya sistem pengelolaan air limbah h. Jumlah MCK yang minim dengan kondisi yang darurat sangat mempengaruhi
menurunnya kualitas lingkungan sehingga mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat menjadi rendah.
i. Regulasi mengenai air limbah domestik belum ada j. Kelembagaan teknis pengelolaan air limbah belum ada
k. Dunia usaha belum berkontribusi nyata terhadap pengelolaan sanitasi
Selanjutnya dilakukan inventarisir persoalan setiap masalah yang dirumuskan pada tabel berikut :
Tabel 6.33. Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi
No Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan
Tindakan Yang Sudah
Dilakukan
Yang Akan Dilakukan
A Kelembagaan Melekat pada Dinas
PU/Dinas Kebersihan &Pertamanan Bentuk organisasi
Tata Laksana (Tupoksi,SOP) Kualitas & Kuantitas SDM
Belum sesuai dgn kualifikasi Dibenahi sesuai
kualifikasi B Perundangan Terkait Sektor Air Limbah
(Pergub, Perwali) Belum ada diadakan
C Pembiayaan :
Sumber-sumber Pembiayaan (APBD
Prov/Kota), Swasta
Minim Ditingkatkan
Retribusi Belum dilakukan dilakukan
D Peran Serta Masyarakat & Swasta Belum optimal Jumat Bersih ditingkatkan
E Teknis Operasional 1 Sistem On site Sanitation
MCK Belum optimal Optimalkan sesuai
kebutuhan Jamban Keluarga (septiktank,cubluk) Belum semuanya memiliki Memberi bantuan
material
Sosialiasi + beri bantuan
Septiktank Komunal Belum ada Harus diadakan
PS Sanimas Belum optimal
Pembangunan sanimas di Oeba dan Naikoten
Ditingkatkan
Truk Tinja kurang Di tambahkan
IPLT Belum ada diadakan
2 Sistem Off Site Sanitation
Sambungan Rumah Belum ada Diadakan
Sistem Jaringan Pengumpul Belum ada diadakan
Sanimas diperlukan
IPAL Masih kurang Optimalkan fungsinya Ditambah/ditingkatkan
Permasalahan Pengembangan Sektor Air Limbah di Indonesia secara umum adalah :
Belum optimalnya penanganan air limbah
Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah
Belum optimalnya managemen air limbah seperti belum optimalnya perencanaan dan belum memadainya penyelenggaraan air limbah.
C.2 Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah Tantangan Internal :
Pengelolaan air limbah di Kota Kupang sampai saat ini belum sepenuhnya mampu ditangani dan dibiayai oleh Pemerintah Kota, terutama dalam hal pembangunan sarana dan prasarananya. Penanganan air limbah selama ini diusahakan oleh masyarakat secara swadaya untuk membuat septicktank yang sederhana dan lainnya berupa cubluk. Akan tetapi dari jumlah penduduk Kota Kupang tidak semuanya memiliki septicktank dan cubluk, mereka membuang air limbah langsung kedalam badan air sungai.
Adapun tantangan yang muncul dalam pengelolaan air limbah serta adalah sebagai berikut ini :
1. Sistem pengelolaan air limbah secara terpadu dan terpusat di wilayah Kota Kupang masih belum ada, hal itu terjadi karena keterbatasan anggaran pemerintah Kota serta belum menjadi skala prioritas.
2. Secara umum persentase masyarakat Kota Kupang yang mempunyai akses terhadap jamban keluarga, jamban umum atau jamban bersama dilengkapi dengan bangunan pengolah seperti cubluk dan tangki septic masih belum berkembang, kalupun tersedia hanya terbatas di kawasan pusat perdagangan.
3. Pola pendanaan investasi di bidang pembiayaan prasarana dan sarana air limbah selama ini sangat bertumpu kepada kemampuan pemerintah. Kedepan peran Pemerintah baik pusat dan daerah dalam penyediaan anggaran akan sangat terbatas, untuk itu upaya pelibatan masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaannya harus lebih ditingkatkan. 4. Sampai saat ini produk hukum yang berkaitan dengan pengembangan kerangka
peraturan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemilikan, dan fasilitas pengelolaan air limbah.
5. Instalasi pengelolaan limbah tinja (IPLT) belum tersedia
Perlu adanya kebijakan khusus yang menangani permasalahan mengenai penanganan dan pengolahan air limbah, serta usulan atau program kegiatan yang bersifat teknis. Adapun dari usulan tersebut selain membicarakan masalah penyediaan alat atau barang, juga memberikan penyuluhan terkait penanganan air limbah serta peningkatan kualitas lingkungan.
Tantangan Eksternal :
Sedangkan tantangan eksternal berkaitan dengan target RPJMN bebas pembuangan tinja secara terbuka di tahun 2014 dan Target MDGs 7c terlayaninya 50% masyarakat yang belum mendapatkan akses air limbah sampai tahun 2015.
Selain itu, Peraturan Menteri PU Nomor 1/PRT/M/2014 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi
tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Air Limbah. Target pelayanan dasar bidang Air Limbah sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 1/PRT/M/2014 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel dibawah ini.
Tabel 6.34. Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya
Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu
Pencapaian Ket Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan) Air Limbah Permu- kiman
Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai.
Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/ kawasan/kota
60%
5%
2014
2014
Dinas Kebersihan & Pertamanan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) pengelolaan air limbah untuk Kota Kupang di tahun 2013 adalah :
- Mencapai 0,09%
- Belum ada IPLT sehingga tidak diuraikan lebih lanjut.
- Untuk sistem air limbah setempat mencapai 10% dari target 60% di batas waktu pencapaian 2014. Ini berarti dalam waktu 1 tahun mesti mengejar keteringgalan 50%, supaya di tahun 2014 paling tidak mendekati 60% dalam pengelolaan air limbah setempat.
- Untuk sistim air limbah skala kawasan, sampai saat ini Kota Kupang belum ada infrastruktur, sehingga pencapain SPM tidak terukur.
6.4.1.3. Analisis Kebutuhan Air Limbah
Pengelolaan air limbah di Kota Kupang dapat dilakukan dengan target pelayanan 60% menggunakan sistem setempat dan 15% menggunakan sistem terpusat. Sistem pengelolaan air limbah yang masih bisa diterapkan di Kota Kupang adalah sistem pembuangan air limbah setempat (On-Site System) dengan pertimbangan biaya konstruksi rendah, dapat dilaksanakan oleh masing-masing keluarga dan cepat dimanfaatkan. Rencana pengelolaan air limbah di Kota Kupang adalah sebagai berikut :
Sistem septik tank dikembangkan untuk penanganan limbah domestik (limbah manusia).
Sistem pelayanan septik tank kolektif (communal sistem) dikembangkan pada kawasan perkantoran, pendidikan, pemerintahan dan kawasan komersil.
Sistem septik tank individu (individual sistem) dikembangkan pada kawasan perumahan tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk perumahan tipe kecil digunakan sistem pelayanan
septik tank individu ataupun kolektif dengan memperhatikan kesepakatan dan kemampuan masyarakat.
Pembangunan saluran dengan konstruksi tertutup dibangun pada kawasan perdagangan, perkantoran dan kawasan komersil.
Pembuatan suatu sistem pembuangan air limbah setempat yang baik tentunya harus memenuhi persyaratan tertentu sehingga dapat diterapkan pada kondisi masyarakat setempat. Sistem setempat dikembangkan pada wilayah dengan tipologi:
Kepadatan penduduk< 150 jiwa/Ha
Sarana air bersih sudah tersedia dengan baik
Sifat tanah impermeabel dan kedalaman tanah > 1,5 m
Sedangkan sistem terpusat direncanakan di daerah-daerah yang menjadi pusat kegiatan komersil dan pusat pemerintahan dengan pertimbangan luas tanah terbatas serta kepadatan relatif tinggi. Untuk menghasilkan kinerja sistem terpusat yang optimal, diusulkan pengalirannya dengan sistem terpisah (separate system). Separate system adalah sistem pengaliran pembuangan air kotor yang terpisah antara air limbah dengan air hujan. Hal ini dilakukan untuk mencegah sedimentasi dalam sistem perpipaan sebagai akibat lumpur yang dibawa air hujan serta mencegah over load beban pengolahan air limbah di instalasi pengolahan (IPAL).
Pengolahan grey water dan black water secara bersamaan dalam satu instalasi akan membutuhkan kelengkapan unit-unit pengolah yang disebut dengan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL). Sedangkan apabila ditangani secara terpisah, khusus untuk penanganan black water diperlukan suatu instalasi sendiri yang disebut dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Penentuan kebutuhan instalasi pengolah air limbah (IPLT atau IPAL) sangat tergantung dari karakteristik wilayah dan kemampuan pemerintah membangun sarana dan prasarana pengolahan.
Selanjutnya mengenai analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah terkait sistem pengelolaan air limbah, kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi belum dapat diuraikan lebih detail. Berhubung pengelolaan air limbah di Kota Kupang belum berjalan baik karena ketiadaan sarana & prasarana yang memadai.
Untuk itu uraikan kebutuhan pengelolaan sarana & prasarana air limbah yang diusulkan dengan melihat kondisi eksisting saat ini. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.35.
Program Pengelolaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Di Kota Kupang Yang Diusulkan
No Uraian Kondisi Eksisting Yang diusulkan keterangan
A Peraturan terkait sektor Air Limbah
Ketersediaan peraturan bidang air limbah (perda, pergub,perwali) Belum ada diadakan
B Kelembagaan
Bentuk Organisasi Dinas PU, Dinas
Kebersihan, BLHD Dinas Kebersihan
Belum jelas pembagiannya
Ketersediaan tatalaksana (tupoksi, SOP, dll) Belum ada diadakan
Kualitas dan kuantitas SDM kurang ditingkatkan
C Pembiayaan
Sumber Pembiayaan (APBD Prov/kota/swasta/masyarakat kurang Ditingkatkan
Tarif retribusi Belum ada Di adakan
Realisasi Penarikan Retribusi (% terhadap target) Tidak ada
D Peran Swasta dan masyarakat
Sudah/belum; bentuk kontribusi Belum ada disosialisakan
E Sistem Setempat (on site)
Ketersediaan dan kondisi IPLT Tidak tersedia diadakan
Kapasitas IPLT (...M³) Belum ada diadakan Hanya pd rumah
sakit Tingkat cakupan pelayanan IPLT (%) dari target Belum ada
Ketersediaan & kondisi truk tinja 2 unit, baik ditambah
Biaya O & P -
Kualitas efluen IPLT (BOD & COD) ... Mg/liter - Ketersediaan sistem pengelolaan air limbah skala
kecil/kawasan/komunitas Tidak tersedia
F Sistem Terpusat (off site)
Ketersediaan dan kondisi IPAL Ada di 4 kel. Ditambah 5 unit Usulan RPJMD
Kapasitas IPAL ... M³
Tingkat Cakupan Pelayanan IPAL ... M³
Biaya O & P -
6.4.1.4. Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah
A. Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal