• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Persampahan 1 Identifikasi Permasalahan sampah

C.2. Tantangan Pengembangan Persampahan

Tantangan Pengembangan Persampahan di Kota Kupang saat ini adalah :

1. Pelayanan pengelolaan persampahan yang belum menjangkau seluruh wilayah yang ada terutama di kawasan permukiman di Kota Kupang.

2. Belum terlaksananya pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang ter- dentralisasi, efisien, efektif dan terpadu

3. Belum tersedianya sarana dan prasarana dasar pengelolaan persampahan yang memadai di seluruh wilayah Kota Kupang

4. Prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di kawasan perdagangan dan industri yang belum memadai guna menunjang pembangunan ekonomi di Kota Kupang 5. Perlu adanya pengelolaan persampahan secara bertahap dan berkelanjutan

6. Perlunya masyarakat sadar kebersihan dengan aktif membantu pemerintah dalam mengatasi masalah persampahan

Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah dibuatnya kebijakan dari pemerintah dengan pendekatan menyeluruh sehingga dapat dijadikan payung bagi penyusunan kebijakan ditingkat pusat maupun daerah. Karena belum adanya kebijakan pemerintah tersebut menyulitkan pengelolaan persampahan. Kebijakan strategis yang telah ditetapkan oleh pemerintah baru pada tahap aspek teknis yaitu dengan melakukan pengurangan timbulan sampah dengan menerapkan Reduce, Reuse dan Recycle ( 3 R ), dengan harapan pada tahun 2025 tercapai “zero waste“.

Tantangan lainnya adalah dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen PU No.1/PRT/M/2014 yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2JM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Persampahan. Target pelayanan dasar bidang Persampahan sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 1/PRT/M/2014 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel berikut ini.

Tabel 6.39. Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya

Jenis Pelayanan Dasar

Standar Pelayanan Minimal Waktu

Pencapaian Ket Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan & Persampahan) Pengelolaan sampah Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan. 20% 2014 Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Tersedianya sistem penanganan

sampah di perkotaan. 70% 2014

Dinas Kebersihan dan Pertamanan

a. Fasilitas pengurangan sampah (TPST) mencapai 20,46% dari target 20% di tahun pencapaian 2014. Ini berarti pelayanan minimal pengurangan sampah perkotaan telah melewati target sebesar 0,46%, dan kemungkinan ada peluang untuk terus meningkat dalam upaya pengurangan sampah perkotaan.

b. Sistem penanganan sampah mencapai 22,24% dari target 70% di tahun pencapain 2014. Ini berarti pelayanan minimal penanganan sampah masih jauh dari target. Tetapi masih ada peluang 1 tahun untuk pembenahan dan peningkatan hingga paling tidak mendekati target.

6.4.2.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan

1. Aspek Teknis

Volume timbulan sampah yang dihasilkan dari setiap aktivitas di Kota Kupang didasarkan atas hasil analisis. Asumsi perkiraan besarnya timbulan sampah adalah 2 lt/orang/hari untuk sampah domestik, sedang untuk kegiatan non domestik (komersil) sebesar 15% sampah domestik.

Selanjutnya, arahan sistem pengumpulan sampah di Kota Kupang dibedakan untuk kawasan perumahan dan kawasan non perumahan seperti kawasan komersial, kawasan perkantoran, kawasan fasilitas umum, dan kawasan industri.

 Kawasan perumahan

 Pada daerah yang tidak dapat dijangkau oleh kendaraan pengumpul, disediakan tempat-tempat sampah sehingga masyarakat dapat membawa sendiri sampahnya. Lokasi tempat sampah diusahakan terletak pada rute kendaraan pengumpul.

 Pada daerah-daerah yang dapat dijangkau kendaraan pengumpul, dianjurkan setiap rumah menyediakan bak penampung sampah.

 Kawasan non perumahan

 Pada daerah pasar sistem yang diterapkan menggunakan sistem kontainer yang ditempatkan di setiap pasar. Komtainer ini secara periodik diangkut dengan truk kontainer.

 Daerah pertokoan, perkantoran, hotel, dan fasilitas umum sistem pengelolaannya hampir sama dengan daerah perumahan, yaitusampah sebelum dibuang ketempat pembuangan sementara terlebih dahulu dimasukkan kedalam kantong plastik.

Selanjutnya sistem penanganan/pengangkutan sampah dibedakan menurut sumber timbulannya, yaitu kawasan perumahan, industri, perniagaan, dan kawasan perkantoran. Dalam analisis persampahan ini adalah analisis mengenai system pengelolaan persampahan yang dihasilkan oleh Kota Kupang. Oleh karena petimbunan sampah umumnya terjadi di wilayah perkotaan, maka sistem yang diterapkan adalah sama dengan sistem pengelolaan sampah di perkotaan pada umumnya yang meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan penyapuan jalan serta pengelolaan akhir di TPA sampah.

1. Pewadahan ; pewadahan umumnya dilakukan oleh penduduk, kecuali di jalur-jalur protokol dan sekitarnya. Pada umumnya penduduk meletakan wadah-wadah sampah pada tempat-tempat yang tidak mengganggu estetika lingkungan.

2. Pengumpulan ; sistem pengumpulan sampah dilakukan khususnya dipusat pertokoan, jalur protokol dan beberapa kawasan permukiman adalah sistem individu atau door to door.

3. Pemindahan ; tahap pemindahan dilakukan dengan menggunakan sarana bak-bak TPS berbagai ukuran, pada umumnya terdapat di lingkungan perumahan.

4. Pengangkutan ; sistem pengangkutan sampah diperkotaan dilakukan dengan menggunakan sarana pengangkutan, seperti gerobak sampah, truk kayu, dump truck dan lain sebagainya.

5. Penyapuan jalan ; operasi penyapuan jalan dilakukan pada jalur-jalur jalan protokol. 6. Untuk mengantisipasi adanya hambatan-hambatan tersebut diperlukan suatu antisipasi

dengan penanganan sampah yang efisien dan efektif, melalui daur ulang dan composting untuk jenis sampah organik atau anorganik.

Saat ini sarana persampahan yang terdapat di Kota Kupang masih jauh dari cukup untuk melayani produksi sampah Kota Kupang. Kondisi pelayanan sarana persampahan yang ada hampir sepenuhnya digunakan untuk melayani produksi sampah di kawasan pusat kota saja.

Untuk mengukur perkiraan jumlah produksi sampah di Kota Kupang digunakan standar Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, yaitu :

 Produksi sampah rumah tangga per orang/hari yang lazim di kota-kota menengah sebesar 0,0025 m³, sedangkan sampah non rumah tangga sebesar 20 % dari jumlah sampah rumah tangga.

 Sarana penampungan sementara tersebar dibeberapa tempat, dengan radius pelayanan maksimun 1.500 m.

 Gerobak sampah yang bervolume 1,25 m³ dengan tiga rit pengangkutan.  Bak sampah yang bervolume 10,80 m³.

 Truk sampah yang bervolume 9 m³ dengan tiga rit pengangkutan/hari.

Rendahnya perhatian yang diberikan terhadap masalah persampahan terbukti dengan kecilnya anggaran yang disediakan bagi penanganan persampahan ini. Sementara disisi lain, penghasilan yang didapat daripelayanan persampahan masih jauh dari tingkat yang memungkinkan terjadinya pemulihan biaya agar penanganan dapat mandiri dan berkelanjutan.

Dalam kaitan tersebut perlu kiranya dipersiapkan langkah-langkah strategis, melalui penelusuran kemungkinan penerapan tarif progresif, dimana tarif dikenakan atas dasar

volume sampah yang dibuang pelanggan atau penimbul baik domestik, industri, maupun komersial. Dengan landasan penerapan tarif seperti itu, maka dimungkinkan adanya insentif bagi operator dalam melakukan perhitungan jumlah volume yang dibuang dengan tarif retribusi yang ditarik.

Struktur tarif retribusi yang berlaku pada umumnya dirasakan masih konvensional dan belum memungkinkannya adanya subsidi diantar pelanggan sebagaimana yang telah dilaksanakan pada sistem pelayanan publik yang lain seperti air minum dan listrik. Struktur tarif tersebut perlu disesuaikan dengan berpegang pada prinsip pemulihan biaya (full costIrecovery) dan juga dengan dasar yang berkeadilan, Dalam hal ini perlu dilakukan perbedaan struktur tarif diantara domestik, industri dan komersial dengan melihat kemungkinan adanya silang pembiayaan dari tipe pelanggan satu terhadap yang lain. Hal yang perlu menjadi dasar pembedaan struktur tarif ini adalah adanya ability to pay dan willingness to pay yang berlainan dari masing-masing tipe pelanggan. Dengan melakukan silang pembiayaan akan dapat menciptakan insentif diantara pelanggan tanpa membebani operator secara berlebihan, sehingga tarif retribusi bagi masyarakat kurang mampu masih dapat terjangkau.

2. Aspek Kelembagaan

Pengelolaan persampahan di Kota Kupang ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Kupang. Sedangkan keterlibatan masyarakat dalam menangani persampahan juga sudah mulai nampak. Masyarakat banyak terlibat pada sektor pengumpulan sampah di sumber timbulan sampah. Sedangkan keterlibatan pihak swasta belum begitu nampak.

Dinas Kebersihan selain berfungsi sebagai pengelola persampahan kota, juga berfungsi sebagai pengatur, pengawas, dan pembina pengelola persampahan. Sebagai pengatur, Dinas Kebersihan bertugas membuat peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan oleh operator pengelola persampahan. Sebagai pengawas, fungsi Dinas kebersihan adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang telah dibuat dan memberikan sangsi kepada operator bila dalam pelaksanaan tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah ditetapkan, fungsi Dinas

kebersihan sebagai pembina pengelolaan persampahan, adalah melakukan peningkatan kemampuan dari operator. Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan maupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat untuk mendapatkan umpan balik atas pelayanan pengelolaan persampahan.

Untuk mengetahui tingkat tingkat permasalahan pengelolaan sampah di Kota Kupang dapat dilakukan dengan menggunakan gap analisis yaitu suatu metoda yang membandingkan antara kebutuhan dan pengelolaan yang tersedia sehingga dapat direncanakan kapasitas penyediaan pengelolaan persampahan 5 tahun ke depan.

Dari gap analisis di diatas terlihat gap timbulan sampah dan kapasitas pengolahan yang tersedia tiap tahun cukup besar sehingga perlu segera merencanakan program pengembangan pengelolaan sampah lima tahun ke depan. Gap analisis di bawah mengasumsikan pertumbuhan kebutuhan sampah sejalan dengan proyeksi pertumbuhan penduduk (0,90%). Timbulan sampah awal 2,5 lt/orang/hari angka peningkatan setiap tahunnya

3. Aspek Pendanaan

Pada kawasan perkotaan dimana Dinas Kebersihan menjadi pengelola persampahan, maka dana untuk pengelolaan tersebut berasal dari pemerintah daerah dan retribusi jasa pelayanan persampahan yang berasal dari konsumen.

Pada umumnya ketersediaan dana pemerintah untuk menangani persampahan sangat kecil, demikian juga retribusi yang diperoleh dari konsumen juga sedikit. Jumlah perolehan retribusi yang diperoleh oleh Dinas kebersihan Kota Kupang masih jauh dari biaya pemulihan yang diperlukan untuk mengelola pelayanan sampah.

Untuk menarik retribusi tersebut sering digunakan jasa petugas - petugas dari penyedia jasa lainnya, seperti PLN, PDAM. Hal tersebut disebabkan karena jumlah perolehan dari retribusi kecil dan tidak menguntungkan bila menggunakan staf dinas kebersihan untuk menarik retribusi tersebut. Hasil retribusi yang diperoleh dari pelayanan pengelolaan sampah akan semakin kecil karena banyak retribusi yang tidak tertagih, hal ini menjadi semakin sulit karena enforcement terhadap penunggak retribusi tersebut tidak dilakukan, bila enforcement tersebut tidak juga dilakukan maka kecenderungan pelanggan tidak membayar akan meningkat.

Mengacu pada analisis kebutuhan pengembangan dan rekomendasi terurai di atas berikut ini diusulkan beberapa program pengembangan pengelolaan sampah untuk masing-masing variabel dengan melihat kondisi saat ini, sebagaimana disajikan pada tabel berikut :

Tabel 6.40. Sistem Pengelolaan Persampahan di Kota Kupang Yang diusulkan

No Uraian Kondisi Eksisting Yang diusulkan keterangan

A Peraturan terkait Persampahan

Ketersediaan peraturan bidang persampahan (perda, pergub,perwali)

Belum ada Dibuatkan B Kelembagaan

Bentuk Organisasi Dinas Kebersihan

Ketersediaan tatalaksana (tupoksi, SOP, dll) Belum ada diadakan

Kualitas dan kuantitas SDM kurang ditingkatkan

C Pembiayaan

Sumber Pembiayaan (APBD Prov/kota/swasta/masyarakat APBD Kota, masyarakat Peningkatan dalam jumlah

Tarif retribusi Rp.2.500,- Ditingkat dinaikan

Realisasi Penarikan Retribusi (% terhadap target) Belum maksimal ditingkatkan D Peran Swasta dan masyarakat

Sudah/belum; bentuk kontribusi Sudah, melalui Jumat Bersih Ditingkatkan lebih aktif tiap Jumat

Usulan RPJMD E Teknis Operasional

1 Perencanaan (dok.MP, FS, DED) Belum tersedia diadakan 2 Prasarana & Sarana

Pewadahan : tong sampah 141 ditambah

Pengumpulan : gerobak sampah Motor sampah

50 52

Ditingkatkan Diatur lokasi pelayanan Penampungan sementara : - transfer depo

- Container

3 2

ditambah Pengangkutan : - dump truck

- Arm roll truck

20 2

Tambah 2 truc, 1 arm roll dan 3 TPS Usulan RPJMD Pengolahan : - pengomposan - Daur ulang Belum dilakukan TPA Pemrosesan akhir :

- Alat berat (excavator)

- Buldozer - Lahan TPA 1 unit 1 unit 10,2 Ha Tambah 1 buldozer Usulan RPJMD Fasilitas Umum : - Jalan masuk - Air bersih - kantor Ada/rusak Ada ada diperbaiki

Pengendalian Pencemaran di TPA

- lapisan kedap air

- pipa pengumpul lindi

- instalasi pengolahan lindi

- buffer zone

- pipa gas metan

- sumur monitoring

- drainase air hujan

Belum ada

Perlu diadakan

Sarana Penunjang :

- jalan operasi

- pos jaga

- bengkel, garasi,tempat cuci kendaraan

- jembatan timbang - tanah penutup Ada Tidak ada Ada Belum ada Belum ada Diadakan sesuai kebutuhan

6.4.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Persampahan

Program kegiatan Pengembangan Sistem Persampahan :

 Sistem Penanganan Persampahan Skala Regional

 Sistem Penaganan Persmpahan Skala Kota

 Sistem Penanganan Persampahan Skala kawasan meliputi pengolahan sampah antara dan pengolahan sampah 3R

 Sistem Penagangan Persampahan Khusus mencakup : kawaan kumuh, kawasan rawan sanitasi dan persampahan perdesaan.

Kriteria Kesiapan:

• Sudah memiliki RPIJM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;

• Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan);

• Penanganan secara komunal yang melayani sebagian/seluruh sumber sampah yang ada di dalam kawasan;

• Mendorong peningkatan upaya minimalisasi sampah untuk mengurangi beban sampah yang akan diangkut ke TPA;

• Pengoperasian dan pemilahan sistem ini dibiayai dan dilaksanakan oleh

• kelompok masyarakat di kawasan itu sendiri;

• Pemerintah Kabupaten/Kota akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Pengelolaan Persampahan dipaparkan pada gambar 6.5. berikut.

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP

Gambar 6.5.Sistem Pengelolaan Sampah

Dalam pembangunan infrastruktur TPA, pemerintah pusat mempunyai peran membangun TPA Regional dan pengadaan alat berat yang diperlukan, revitalisasi TPA menjadi semi sanitary/control landfill; pilot pembangunan TPA kota dengan sistem semi sanitary/control landfill dan pilot pembangunan STA antara. Dalam pembangunan TPST 3R pemerintah pusat melakukan Pilot pembangunan TPS 3R serta penyediaan tenaga fasilitator pada waktu persiapan pelaksanaan dan program pelatihan. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyiapan lahan, biaya operasi dan pemeliharaan, penyiapan transportasi dari sumber ke TPA, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.

6.4.3. DRAINASE

6.4.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Drainase A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Drainase

Beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang sistem pengelolaan drainase, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional.

Aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah berdasarkan UU No.17 tahun 2007. Untuk sektor drainase, cakupan pelayanan drainase baru melayani 124 juta jiwa.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Mengatur Pembagian wewenang dan tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kab./Kota dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan sumber daya air.

3. Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.

Pengaturan sarana dan prasarana sanitasi dilakukan salah satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.

4. Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014

Sasaran pembangunan Nasional bidang AMPL telah ditetapkan dalam RPJMN tahun 2010-2014 khususnya drainase adalah menurunnya luas genangan sebesar 22.500 ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Dalam upaya pengelolaan sistem drainase perkotaan guna memenuhi SPM perlu tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.