• Tidak ada hasil yang ditemukan

LLR dalam Keadaan Krisis

Dalam dokumen ProdukHukum BankIndonesia (Halaman 81-86)

Dalam krisis sistemik, LLR harus menjadi bagian integral dari suatu strategi manajemen krisis yang komprehensif dan dirumuskan secara baik. Perlu adanya pengecualian risiko sistemik dalam pemberian LLR kepada sistem perbankan. Syarat-syarat pembayaran dapat dilonggarkan untuk mendukung pelaksanaan program restrukturisasi bank yang sistemik. Dalam krisis sistemik pengungkapan proses LLR dapat menjadi alat penting manajemen krisis. Kriteria krisis sistemik tentunya tergantung pada kondisi tertentu, sehingga sulit menetapkan hal ini sebelumnya (ex ante) dalam undang-undang. Namun demikian, peraturan fasilitas LLR harus menetapkan dengan jelas prinsip-prinsip pokok dan kriteria spesifik mengenai krisis sistemik dan atau potensi kegagalan suatu bank yang dapat mengarah pada krisis sistemik. Untuk meyakinkan proses pengambilan keputusan yang efektif dan akuntabilitas, harus terdapat kerangka dan prosedur LLR yang jelas. Bank Indonesia bertanggung jawab untuk menganalisa ancaman sistemik terhadap stabilitas keuangan sedangkan keputusan akhir atas penyelesaian krisis sistemik harus diambil bersama antara Bank Indonesia dan Menteri Keuangan. Untuk meyakinkan akuntabilitas, perlu dipelihara kelengkapan laporan dan dokumentasi.

PENUTUP

Pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa penyelesaian krisis perbankan sangat mahal, menyakitkan dan kompleks. Namun, krisis itu juga membawa pelajaran yang berharga. Berbeda dengan negara- negara Asia Timur lainnya, krisis ganda mata uang dan perbankan di Indonesia menimbulkan krisis politik, yang membuat penanganan krisis keuangan lebih sulit. Gejolak sosial dan politik membatasi alternatif kebijakan bagi para pengambil kebijakan saat itu. Tidak komprehensifnya strategi baik di tingkat mikro maupun makro, kurangnya komitmen menempuh kebijakan yang tegas serta tingginya intervensi politik mengakibatkan penyelesaian krisis yang kurang efektif and biaya fiskal yang lebih mahal. Agar efektif, proses penyelesaian krisis harus dilakukan secara obyectif, transparan, dan konsisten dalam rangka memulihkan kesehatan sistem keuangan dan perekonomian.

Dua langkah pokok disarankan untuk meningkatkan mekanisme penyelesaian krisis di Indonesia yakni: (i) penggantian secara bertahap program penjaminan pemerintah dengan suatu skim asuransi simpanan yang terbatas dan eksplisit; and (ii) adopsi kebijakan LLL yang lebih jelas dan transparan baik untuk kondisi normal maupun dalam krisis sistemik. Asuransi simpanan dan LLR dapat menjadi alat penting untuk penyelesaian krisis, namun dengan sendirinya tidak memadai untuk mencegah krisis perbankan. Keduanya harus diterapkan dengan alat stabilitas keuangan lainnya seperti disiplin pasar

(market discipline) and pengawasan perbankan prudensial.

Untuk memperkuat stabilitas sistem keuangan Indonesia sejumlah program yang telah disepakati dengan IMF– peningkatan efketivitas pengawasan bank, restrukturisasi perbankan dan korporasi, peningkatan disiplin pasar, perbaikan sistem hukum dan peradilan, pengurangan kepemilikan pemerintah dalam sistem perbankan, dan pencapaian stabilitas harga – harus lebih diakselerasikan. Terkait dengan aspek pertama adalah perlunya pengawasan bank yang independen dan kompeten yang mampu untuk melakukan tindakan perbaikan segera (prompt corrective actions) dan menyelesaikan bank—bank bermasalah dengan biaya terendah tanpa mengganggu stabilitas keuangan. Untuk mencapai hal ini, kerangka dan organisasi pengawasan bank dikembangkan secara konsisten dan berkesinambungan agar memenuhi standar internasional.

Dua kebijakan penting lainnya dapat dipertimbangkan. Pertama, pembatasan hutang luar negeri baik untuk lembaga keuangan maupun korporasi untuk mengurangi kerentanan perekonomian terhadap gejolak eksternal. Kedua, membatasi too big to fail untuk meminimalkan timbulnya moral hazard akibat pengemabilan risiko yang berlebihan. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi penguasaan pemerintah atas bank-bank dengan privatisasi yang obyektif dan mengintensifkan pengawasan terhadap bank-bank besar yang berpengaruh sistemik systemically important banks. Disamping itu, pengawasan (surveil-

lance) perlu ditingkatkan untuk mengidentifikasi, menilai dan memantau risiko-risiko terkait terhadap stabilitas keuangan. Tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan kerjasama antara lembaga terkait baik nasional maupun internasional, untuk menangani dan meminimalkan biaya krisis.

Pengalaman banyak negara menunjukkan bahwa krisis perbankan sulit diprediksi sehingga juga sulit dihindarkan. Sejarah juga menunjukkan bahwa krisis keuangan juga sering terjadi berulang. Oleh karena itu, pencegahan krisis sangat penting untuk meningkatkan ketahanan sistem keuangan. Perumusan kerangka dan strategi yang tepat dan komprehensif adalah penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah untuk merealisasikannya secara konsisten. Dengan komitmen dan kepemimpinan yang kuat, diharapkan akan tumbuh sistem keuangan yang lebih sehat yang mampu mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi dan perekonomian yang lebih stabil di masa mendatang.

REFERENSI

Batunanggar, S. (2002) ‘Indonesia’s Banking Crisis Resolution: Lessons and the Way Forward’, paper yang disusun di Centre for Central Banking Studies (CCBS), Bank of England dan dipresentasikan pada Banking Crisis Resolution Confer- ence, CCBS, Bank of England, London, 9 December 2002.

Boorman, Jack, et al. (2000) ‘Managing Financial Crisis: The Experience in East Asia’, Carnegie-Rochester Confer- ence Series on Public Policy No. 53.

Brealey, Richard et al. (2001) Financial Stability and Central Banks: A Global Perspective, Routledge and CCBS, Bank of England.

Caprio, Gerard, Jr., and Daniela Klingebiel (1996) ‘Bank Insolvencies, Cross-country Experience’, World Bank Policy Research Paper No.1620, July.

Caprio, Gerard, Jr., and Patrick Honohan (2002) ‘Banking Policy and Macroeconomic Stability: An Exploration’, World Bank Policy Research Paper No.2856, June.

Choi, Jang-Bong (1999) ‘Structuring a Deposit Insurance System from Asian Perspective’, in Rising to the Challenge in Asia: A Study of Financial Markets, Vol.6, Asian Development Bank.

Claessens, S. (1998) Systemic Bank and Corporate Restructuring: Experience and Lessons for East Asia (Washing- ton: World Bank).

Cole David C. and Betty F. Slade (1996) Building a Modern Financial System: The Indonesian Experience, Cambridge University Press.

Cosetti, G., P. Pesenti and N. Roubini (1999) ‘What Caused the Asian Currency and Financial Crisis?, Japan and the World Economy No. 11, pp. 305–373.

Crockett, Andrew (1997) ‘Why is Financial Stability a Goal of Public Policy?’, paper presented at Maintaining Finan- cial Stability in a Global Economy Symposium, the Federal Reserve Bank of Kansas City, August 28-30.

_____ (1997) ‘The Theory and Practice of Financial Stability’ Essays in International Finance’ International Finance Section, Department of Economics, Princeton University, New Jersey, March.

Cull, Robert, L.W. Senbet, and M. Sorge (2001) ‘Deposit Insurance and Financial Development’, World Bank Policy Research Paper No. 2682, September.

De Luna-Martinez (2000) ‘Management and Resolution of Banking Crises: Lessons from the Republic of Korea and Mexico’, World Bank Discussion Paper No. 43, March.

Demiguc-Kunt, Asli, E. Detragiache (1999) ‘Does Deposit Insurance Increase Banking System Stability’, World Bank Policy Research Paper No.2247, November.

Demirguc–Kunt, Asli, Enrica Detragiache, and Poonam Gupta (2000) ‘Inside the Crisis: An Empirical Analysis of Banking Systems in Distress’, World Bank Policy Research Paper No. 2185, August.

Djiwandono, J. Soedradjat (2000) ‘Bank Indonesia and the Recent Crisis’, Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol.36 No.1, April.

Dong, He (2000) ‘Emergency Liquidity Support Facilities’, IMF Working Paper No. 00/79, April.

Enoch, Charles et al. (2001) ‘Indonesia: Anatomy of a Banking Crisis, Two Years Living Dangerously 1997–1999’, IMF Working Paper No. 01/52, May.

Furman, J. and J.E. Stiglitz (1998) ‘Economic Crisis: Evidence and Insights from East Asia”, Brooking Papers on Economic Activity.

Garcia, Gillian G.H. (1999) ‘Deposit Insurance: A Survey of Actual and Best Practice,’ IMF Working Paper No.99/54, April.

Garcia, Gillian G.H. (2000) ‘Deposit Insurance and Crisis Management’, IMF Working Paper No.00/57, March. Goodhart, Charles and Gerhard Illing (2002), Financial Crises, Contagion, and the Lender of Last Resort: A Reader,

Oxford University Press.

Goldstein, Morris (2000) ‘IMF Structural Programs’, paper prepared for NBER Conference on “Economic and Finan- cial Crises in Emerging Market Economies”, Vermont, October.

Hoggarth, Glenn, Peter Sinclair, and Jack Reidhill (2002) ‘Resolution of Bank Failures: Theory and Evidence’ paper presented at the Crisis Resolution Conference, Bank of England, December, 9.

Honohan, Patrick and Daniella Klingebiel (2000) ‘Controlling Fiscal Costs of Banking Crisis’, Policy Research Paper No.2441, The World Bank, September.

Krugman, P. (1998) ‘What Happened to Asia’, mimeo, Massachussets Institute of Technology.

Lindgren, C.J., T.J.T. Balino, C. Enoch, A.-M. Gulde, M. Quintyn and L.Teo (1999) Financial Sector Crisis and Re- structuring: Lessons from Asia, IMF Occasional Paper No.188 (Washington: International Monetary Fund).

McFarlane, I.J. (1999) ‘The Stability of Financial System’ Reserve Bank of Australia Bulletin, August.

Mishkin, Frederick (2001) ‘Financial Policies and the Prevention of Financial Crises in Emerging Market Countries’, NBER Working Paper No. 8087, January.

Nakaso, Hiroshi (2001) ‘The Financial Crisis in Japan during the 1990s: How the Bank of Japan Responded and the Lessons Learnt’, BIS Papers No.6, October.

Nasution, Anwar (2000) ‘The Meltdown of the Indonesian Economy: Causes, Responses and Lessons’, ASEAN Eco- nomic Bulletin, August.

Pangestu, Mari, and Habir Manggi (2002) ‘The Boom, Bust and Restructuring of Indonesian Banks’, IMF Working Paper No. 02/56, April.

Radelet, S. and J. D. Sachs (1998) ‘The East Asian Financial Crisis: Diagnosis, Remedies, Prospects’, Brooking Papers on Economic Activity, 1.

_____ (1999) ‘What Have We Learned, So Far, From the Asian Financial Crisis?’, CAER II Project, Next Steps in the Asian Financial Crisis.

Santoso, Wimboh (2000) ‘Indonesia’s Financial and Corporate Sector Reform’, Bank Indonesia Working Paper, No. 4. Scott, David (2002) ‘A Practical Guide to Managing Systemic Financial Crises, A Review of Approaches Taken in Indonesia, the Republic of Korea, and Thailand’, World Bank Policy Research Paper No.2843, May.

Sinclair, P. J. N. (2000) ‘Central Banks and Financial Stability’, Bank of England Quarterly Bulletin, Vol.40, No.4, November.

_____ (2002) ‘International Financial Architecture: The Central Bank Governors’ Symposium 2002, Bank of England Quarterly Bulletin, Vol.42, No.3, Autumn.

Stiglitz, Joseph (1999) ‘Lesson from East Asia’, Journal of Policy Modeling 21(3) pp. 311–330. _____ (2002), Globalization and Its Discontents, W.W. Norton & Co.

Wesaratchakit, Worawut (2002) ‘The Future of Deposit Insurance System in Thailand’, Bank of Thailand Quarterly Bulletin, March.

Dalam dokumen ProdukHukum BankIndonesia (Halaman 81-86)