• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Metode Penelitian

1.5.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah sekolah SMA Negeri 3 Medan yang terletak di Jalan Budi Kemasyarakatan, No. 3, Pulo Brayan Kota, Medan Barat, Medan, Sumatera Utara.

Jarak dari rumah penulis yang terletak di Jalan Mangaan I, Gang Amal III, No. 478, Mabar Hilir, Medan Deli, Medan menuju lokasi penelitian adalah kurang lebih 6 km dan durasi perjalanannya kurang lebih selama 16 menit dengan mengendarai sepeda motor.

BAB II

SEJARAH MUSIK DAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR

Pada bab ini penulis akan membahas dan menjelaskan mengenai musik dan paduan suara Elyoenai Choir. Pembahasan akan dimulai dari pengertian musik, dilanjutkan dengan periodisasi musikal, sejarah paduan suara, sejarah Elyoenai Choir di SMA Negeri 3 Medan dan diakhiri dengan prestasi yang telah diraih oleh paduan suara Elyoenai Choir secara berturut-berturut dengan tujuan agar pembaca mendapat informasi lebih jauh mengenai musik dan paduan suara Elyoenai Choir.

2.1 Pengertian Musik

Sangat banyak pengertian musik yang telah ditulis oleh para pakar, meskipun istilah „musik‟ cukup akrab di telinga masyarakat Indonesia, namun tidak menutup kemungkinan masih banyak masyarakat awam yang belum mengetahui arti musik secara definitif. Uraian ini akan membahas mengenai pengertian musik secara detail agar setiap pembaca mengetahui lebih jauh mengenai definisi dari musik. Kamtini (2005:60) mengatakan bahwa musik adalah bagian dari kehidupan dan perkembangan jiwa manusia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti musik dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan;

2. Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan.

Dari berbagai pengertian musik yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa musik adalah kesenian yang merupakan bagian dari kehidupan manusia dengan yang disusun sedemikian rupa dengan komposisi melodi, harmoni, irama, dan dinamika yang merupakan hasil dari buah fikiran dan perasaan penciptanya dan dapat menciptakan berbagai reaksi terhadap pendengarnya.

2.2 Periodisasi Musikal

Dalam bukunya yang berjudul “A-Z Direksi Paduan Suara”, Listya (2007:58) menguraikan bahwa terdapat enam periodisasi musikal, yaitu:

Renaissans, Barok, Klasik, Romantik, Modern dan Negro Spiritual.

2.2.1 Renaissans

Periode Renaissans merupakan masa setelah periode abad pertengahan dan sebelum periode Barok. Renaissans memiliki arti kelahiran kembali, istilah ini diperkenalkan dalam buku Histoire de France yang ditulis oleh Jules Michelet pada tahun 1855 untuk menunjuk kurun waktu antara tahun 1450-1600.

Dalam periode ini pengaruh gereja mulai mengalami kemunduran.

Bentuk musik yang utama adalah Motet dan Misa. Komposer melakukan perubahan tentang bagaimana musik dirasakan dan diciptakan seperti menciptakan musik dengan bentuk yang rumit, menggunakan enam pembagian

suara, menggunakan jumlah instrumental yang lebih banyak, dll. Abad pertengahan cenderung menggunakan ritmik yang cukup rumit, namun berbeda dengan periode Renaissans dimana ritmiknya lebih sederhana dengan melodi yang lebih kaya.

2.2.2 Barok

Periode Barok merupakan masa setelah periode Renaissans dan sebelum periode Klasik. Kata Barok berasal dari bahasa Portugis, barocco yang berarti mutiara yang memiliki tepi yang tidak beraturan. Periode Barok menandai waktu pada tahun 1600-1750. Periode ini ditandai dengan lahirnya beberapa aliran musik yang baru, diantaranya adalah Barok dan Rokoko. Kedua aliran ini sama-sama menggunakan ornamentik, yang membedakan adalah Barok menggunaan ornamnetik yang diimprovisasi secara spontan oleh pemain dan Rokoko menggunakan ornamentik yang sudah ada.

Periode Barok dikuasai oleh basso continuo, yaitu iringan vokal dengan organ dengan improvisasi berdasarkan lagu bas yang disertai kode akor. Pada periode ini lahir beberapa bentuk musik yang baru, sepeti: opera, orotaro, kantata, concerto. Tekstur musik pada periode ini adalah homofonis dan polifonis dimana sopran dan bas lebih mondominasi dibandingkan suara alto dan tenor,

2.2.3 Klasik

Periode Klasik atau juga biasa disebut dengan abad pencerahan merupakan masa setelah periode Barok dan sebelum periode Romantik dan

menandai waktu pada tahun 1750-1820. Kata “klasik” pada periode ini merujuk pada logika dan pengendalian diri yang menjadi karakter dari masyarakat Athena kuno.

Periode Klasik identik dengan harmoni. Komposer menciptakan musik dengan bentuk dan melodi yang lebih sederhana yang bertujuan agar lebih mudah untuk dipahami oleh masyarakat awam. Berbeda dengan periode barok yang menggunakan ornamentik, pada periode ini penggunaan ornamentik mulai dibatasi. Komposisi musik pada periode ini didominasi oleh musik homofonis.

Piano merupakan alat musik utama yang digunakan oleh komposer selama berlangsungnya periode ini.

2.2.4 Romantik

Periode Romantik merupakan masa sesudah periode Klasik dan sebelum periode Modern. Kata “romatik” berasal dari kata romance yang merupakan karya puisi pada abad pertengahan yang bertemakan kepahlawanan dan ditulis dalam bahasa Romance (rumpun bahasa dari perkembangan bahasa Latin). Romantik menandai waktu pada tahun 1800-1900.

Karya musik pada periode ini memiliki komposisi dengan makna dan emosi yang kuat, dimana musik digunakan untuk bercerita dan mengungkapkan ide. Periode ini didominasi oleh komposisi musik bertekstur homofonis.

Perubahan dinamika dan tempo sangat sering terjadi dalam karya musik pada periode ini. Pada awal periode ini berkembang musik yang bernama musik virtuos

yang mengedepankan keterampilan yang tinggi, dan pada akhir periode ini berkembang bentuk, estetika dan harmoni yang baru.

2.2.5 Modern

Musik modern merupakan musik yang ada pada abad XX. Periode ini dianggap oleh banyak orang sebagai titik awal dari revolusi yang akan terjadi dalam kehidupan manusia. Sejak ditemukannya radio oleh Gugliemo Marconi, musik menjadi lebih sering didengar oleh masyarakat.

Pada periode ini musik banyak musisi yang mulai menggunakan teknologi untuk mengembangkan komposisi dari karya musiknya. Ritme, suara dan gaya merupakan fokus utama pada periode Modern. Pada abad XIX akhir aturan-aturan seni mendapat reaksi yang keras pada periode ini. Seniman pada periode ini tidak mau lagi terikat dengan kaidah-kaidah seni yang kaku karena perkembangan teknologi yang pesat. Musik pada periode ini didominasi oleh musik bertekstur polifonis dan homofonis dan komposisi musik didominasi oleh sistem diatonis, modus dan atonal.

2.2.6 Negro Spiritual

Negro Spiritual merupakan lagu rohani dari kaum negro pada bagian selatan AS. Negro Spiritual merupakan inkulturasi dari perkembangan lagu Gereja, musik Afrika dan unsur religius dari orang Afrika itu sendiri saat menjadi budak di AS. Mereka yang menjadi budak dilarang untuk menggunakan bahasa asli mereka dan diperkenalkan terhadap bahasa Inggris, inilah awal terciptanya nyanyian Negro Spiritual.

Negro Spiritual didominasi oleh gaya musik call and response yang bersifat spontan dan improvisatoris dengan warna yang suara yang gelap dan kasar. Nyanyian Negro Spiritual diiringi dengan tarian, tepuk tangan serta hentakan kaki.

2.3 Sejarah Paduan Suara

Dalam jurnal yang berjudul “Peranan Paduan Suara Gereja dalam Memperkukuh Spiritualitas dan Memberi Kontribusi bagi Ibadah Jemaat”, Siahaan mengatakan bahwa terdapat tiga masa yang mempengaruhi “kebiasaan”

kehadiran musik paduan suara dalam peribadatan umat hingga masa sekarang, yaitu: masa perjanjian lama, masa perjanjian baru, masa gereja mula-mula dan masa kini.

2.3.1 Masa Perjanjian Lama

Sejak zaman dahulu hingga sekarang paduan suara bukanlah merupakan hal yang asing khususnya dalam hal beribadat. Pada masa ini paduan suara mengambil peran yang penting dalan peribadatan umat Israel, hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat yang ada pada perjanjian lama.

KITAB KETERANGAN

Paduan suara yang terdiri dari 4000 penyanyi untuk pentahbisan Bait Allah

2 Tawarikh 20:21 Paduan suara menyanyikan pujian bagi Tuhan di depan barisan tentara Neh. 7:1; 11:22-23; 12:27 -30;

13:5,10

Paduan suara yang terdiri dari 200 pria dan wanita pada saat Israel mambangun kembali Bait Tuhan di

Yerusalem

2.1 : Tabel Sejarah Paduan Suara pada Kitab Peranjian Lama

2.3.2 Masa Perjanjian Baru

Lukas 1:46-55 Nyanyian pujian Maria

Lukas 1:68-79 Nyanyian pujian Zakharia

Lukas 2:29-32 Nyanyian pujian Simeon kepada Allah Kolose 3:16 Rasul Paulus mengatakan “...dan sambil

menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur

kepada Allah di dalam hatimu.”

Markus 1.4:26 Menyanyikan pujian sebelum ke bukit zaitun

Kisah Para Rasul 16:25 Paulus dan Silas menyanyikan puji-pujian kepada Allah

2.2 : Tabel Sejarah Paduan Suara pada Kitab Peranjian Baru

2.3.3 Masa Gereja Mula-mula

Kebaktian dilaksanakan secara diam-diam dikarenakan pada masa ini (70 Masehi) penganiayaan dilakukan kepada umat Kristen. Pada abad pertama ibadah ditanggungjawabi oleh para pekerja gereja, merekalah yang menentukan liturgi dan musik mulai diikutsertakan dimana nyanyian yang digunakan masih Mazmur Daud dan nyanyian tua yang dibawakan paduan suara yang kelak kemudian menjadi permulaan spiritual song.

Pada masa abad pertengahan, jemaat dalam gereja hanya menjadi pendengar. Kaum biarawan mengambil semua tugas yang ada dalam gereja, seperti pembacaan Alkitab, menyanyi bahkan paduan suara. Setelah reformasi, aliran Gregorian yang awalnya hanya “dikonsumsi” oleh kaum biarawan mulai menjadi dasar untuk musik paduan suara gereja.

2.3.4 Masa kini

Paduan suara dibentuk oleh gereja melalui departemen musik atau komisi musik. Paduan suara yang dibentuk biasanya terdiri dari paduan suara dewasa, paduan suara pemuda, paduan suara ibu, paduan suara bapak dan paduan suara anak. Selain daripada itu juga ada paduan suara yang berdiri secara mandiri atau independen.

2.4 Sejarah Elyoenai Choir

Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan terhadap Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Medan, Bapak Drs. Adi Wijaya, paduan suara Elyoenai Choir merupakan salah satu dari 25 ekstrakurikuler yang ada di sekolah SMA Negeri 3 Medan. Paduan suara ini diisi oleh siswa-siswi SMA Negeri 3 Medan yang ingin mempelajari dan memiliki ketertarikan pada bidang musik dan tarik suara.

Dari wawancara terhadap Ibu Dra. Hotma Hutabarat, S.Pd. S.Th, Elyoenai terbentuk bermula ketika siswa-siwi Kristen SMA Negeri 3 Medan melaksanakan kebaktian, Ibu Hotma Hutabarat berinisiatif mengajak siswa-siwi untuk bernyanyi di ibadah dengan lagu „Bila Kulihat Bintang Gemerlapan‟ dan melakukan pembagian suara secara mandiri atau menggunakan feeling bagi yang bisa. Melihat penampilannya yang cukup baik dan memiliki potensi yang bagus siswa-siswi terus melakukan latihan dan membawakan lagu yang sama pada kebaktian Natal SMA Negeri 3 Medan. Pada saat itu paduan suara Elyoenai Choir belum memiliki nama. Faktor lain yang mengawali terbentuknya paduan suara Elyoenai Choir adalah undangan Festival Koor dan Vokal Grup yang diterima dari SMA Negeri 1 Medan pada tahun 2002, yang kemudian diterima oleh pengurus OSIS pada bagian Departemen Agama Kristen (DEPAK). Pengurus DEPAK kemudian mulai mengundang siswa-siwi Kristen yang mau untuk ikut bergabung pada Festival Koor dan Vokal Grup tersebut.

Setelah berakhirnya Festival Koor dan Vokal Grup tersebut siswa-siswi sekolah memiliki keinginan untuk mempertahankan agar paduan suara tersebut

dapat tetap eksis berdiri di sekolah. Pada akhirnya paduan suara tersebut dipermanenkan dan diberi nama “Elyoenai Chamber” dan diresmikan pada tanggal 02 agustus 2002 yang sampai saat ini menjadi tanggal ulang tahun dari paduan suara ini.

Setelah beberapa lama nama paduan suara yang semula menggunakan

“chamber” diubah menjadi “Elyoenai Choir” dan sampai dengan saat ini paduan suara Elyoenai Choir telah berumur delapan belas tahun dan masih aktif mengikuti berbagai festival paduan suara tingkat sekolah maupun umum dan melaksanakan kegiatan lainnya.

Sejak pertama kali dibentuk pada tahun 2002 paduan suara Elyoenai Choir telah melakukan beberapa kali pergantian pelatih dan pembina yang memimpin paduan suara ini, berikut daftarnya:

i. Daftar guru yang pernah menjadi pembina ektrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir:

 Dra. Hotma Hutabarat, S.Pd. S.Th

 Ospedi Barus, S.pd

 Demse Pardosi, S.Pd, M.Si

 Drs. Hasan Lumbantobing. M.Si

ii. Daftar pelatih yang pernah melatih ektrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir:

 Firman Johanes Manullang

 Fransiska Sibarani

 Dedi Simamora

 Maria Yollanda Sirait

 Debora Elisabeth Siahaan

 Armanda Olando Sitompul

 Mangara Simanjuntak

 David Octavian Zalukhu

2.5 Prestasi

Paduan Suara Elyoenai Choir melalui keikutsertaannya dalam berbagai festival paduan suara yang ada di kota Medan telah meraih berbagai prestasi.

Berikut adalah prestasi yang telah diraih oleh paduan suara Elyoenai Choir sejak pertama kali dibentuk hingga sekarang:

NO. TAHUN POSISI KETERANGAN

1. 2003 Juara 3 Festival PDKB II

2. 2004 Juara 1 Festival UMA I

3. 2005 Juara 1 Festival Bethesda

4. 2006 Juara 2 Festival UMA II

5. 2007 Medali Perak Kompetisi Paduan Suara

Consolatio kategori Musica Sacra

6. 2010 Juara 1 Kompetisi Paduan Suara (KPS)

SMA Negeri 1 Medan

7. 2011 10 besar lomba Pemerintah Kota Medan

8. 2011 Harapan 1 Kompetisi Paduan Suara Dharma Agung

9. 2013 Juara 1 Christmas Carol

10. 2015 Harapan 1 lomba Paduan Suara Pesparawi 11. 2016 Juara 2 lomba “ Diriku Ini Indonesia “

12. 2019 Juara 3 Christmas Choir Competition

13. 2019 Harapan 3 Hari Pendidikan Nasional di

P4TK BBL 2.3 : Tabel Prestasi Paduan Suara Elyoenai Choir

BAB III

UNSUR SUARA DAN KEGIATAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR

3.1 Sumber Suara

Listya (2007:27) mengatakan bahwa vokal manusia sama seperti instrumen musik yang memiliki empat elemen untuk menghasilkan bunyi, yaitu sumber tenaga, penggetar, pemantul dan resonator.

3.1.1 Sumber tenaga

Sumber tenaga atau motor yang dapat menggetarkan vibrator untuk dapat menghasilkan produksi suara vokal yang baik adalah napas. Mengontrol pelepasan napas yang teratur dan menjaga agar tidak terjadi pemborosan napas yang berlebihan merupakan teknik yang perlu dikuasai oleh setiap anggota paduan suara. Dengan menguasai teknik tersebut penggunaan napas dapat dilakukan dengan lebih efektif dan irit sehingga suara memperoleh tenaga yang pas dari pengelolaan napas tersebut dan menghasilkan bunyi yang stabil.

Untuk dapat menguasai pengelolaan napas yang baik diperlukan berbagai latihan yang dilakukan secara praktik. Begitu juga halnya yang dilakukan oleh paduan suara Elyoenai Choir, dimana latihan pengelolaan napas untuk menghasilkan tenaga yang pas dilakukan disetiap pertemuan latihan khususnya pada saat pemanasan. Terdapat beberapa jenis latihan yang dilakukan oleh paduan suara Elyoenai Choir, diantaranya latihan dengan 10 ketukan, 4 ketukan, 1 menit,

„pernapasan anjing‟ dan beberapa latihan lainnya. Pelatih mengarahkan untuk

menghirup udara dengan menggunakan teknik pernapasan diafragma dengan menghirup napas menggunakan mulut dan hidung dan melepaskannya sesuai dengan jenis latihan yang dilakukan. Posisi dada dan bahu harus dijaga untuk tidak bergerak pada saat pemngambilan napas. Udara yang telah dihirup akan memberikan tenaga pada napas sehingga dapat menggetarkan pita suara dan menghasilkan suara.

3.1.2 Penggetar

Sumber suara pada musik biola dan gitar berasal dari getaran dawai dan sumber suara pada musik vokal berasal dari getaran pita suara. Pita suara merupakan dua lembar membran tipis yang dapat digerakkan untuk mendekat dan menjauh dan dapat menghasilkan suara jika dilalui udara secara teratur.

Dalam paduan suara, masih berhubungan dengan pengelolaan nafas yang akan menggetarkan pita suara pada saat melaluinya, hal ini akan berpengaruh pada keras lembutnya suara yang dihasilkan. Semakin deras nafas maka akan semakin kuat suara yang dihasilkan dan semakin sedikit nafas maka akan semakin lembut suara yang dihasilkan.

3.1.3 Pemantul

Alat pemantul yang terdapat dalam tubuh manusia disebut Pharynx.

Pharynx terletak di balik anak tekak yang elastis dan berfungsi untuk memberikan warna pada suara.

Dalam paduan suara selain register suara, warna suara juga merupakan pedoman bagi pelatih untuk membagi jenis suara pada anggota paduan suara.

Warna vokal yang nyaring biasanya merupakan bagian suara sopran pada perempuan dan tenor pada laki-laki dan warna vokal yang lebih berat biasanya merupakan suara alto pada perempuan dan suara bas pada laki-laki.

3.1.4 Resonator

Jika bagian badan gitar merupakan resonator pada alat musik gitar dan tabung merupakan resonator pada gendang, maka ruang yang ada pada dada, mulut, hidung, kerongkongan dan kepala merupakan resonator pada vokal manusia. Terdapat tiga resonator berdasarkan tinggi rendahnya suara yang dibunyikan, yaitu: resonator tenggorokan akan mengasilkan suara yang gelap;

resonator rongga mulut menghasilkan suara yang terang, lebar dan terarah; dan resonator rongga hidung menghasilkan suara yang sengau.

Penggunaan resonator yang baik dalam sebuah paduan suara akan menciptakan suasana yang megah dan kaya dengan warna suara, sedangkan jika penggunaan resonator dalam sebuah paduan suara tidak baik maka lagu yang dinyanyikan akan terasa flat.

3.2 Komponen Latihan

Proses berjalannya latihan paduan suara akan berjalan dengan baik jika dilengkapi dengan komponen-komponen yang yang menunjang latihan tersebut.

Berikut penjelasan mengenai komponen-komponen yang ada dalam latihan ektrakurikuler paduan saura Elyoenai Choir.

3.2.1 Tujuan

Tujuan yang konkret menjadi sumber segala kegiatan yang diprogramkan, mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasan (Jazuli 2014:51). Sama halnya dengan tujuan yang ditetapkan oleh BPH, pembina dan pelatih sebelum melaksanakan latihan inti.

Sebelum melaksanakan latihan pelatih akan terlebih dahulu mencari tahu kegiatan paling dekat yang berhubungan dengan penampilan yang akan dihadapi dan kemudian pelatih akan berdiskusi dengan BPH untuk menyesuaikan materi lagu yang akan dilatih. Jika kegiatan yang terdekat adalah natal maka materi lagu yang dilatih adalah lagu yang berbau natal, jika promosi maka materi lagu yang akan dilatih adalah lagu yang umum ataupun lagu daerah, jika terdapat undangan pernikahan dari kerabat anggota ataupun alumni maka materi lagu yang akan dibawakan adalah lagu yang berbau pernikahan, dan lain sebagainya.

3.2.2 Dirigen/Pelatih

Dirigen atau juga biasa disebut dengan konduktor dalam sebuah paduan suara merupakan pemimpin yang mengarahkan dan menyalurkan isi musik pada para penyanyi sehingga dapat menghasilkan keindahan musikal yang disalurkan melalui nyanyian paduan suara. Dirigen berasal dari bahasa Jerman yang berarti

orang yang mengarahkan, sedangkan konduktor berasal dari bahasa Inggris yaitu conductor yang berarti menyalurkan.

Seorang dirigen bertanggungjawab untuk menjamin bahwa lagu yang sedang dinyanyikan sesuai dengan yang tertulis di atas kertas partitur. Dirigen harus memberikan konsentrasi penuh pada musik yang ada di sekelilingnya sembari memberikan kode kepada para penyanyi melalui kontak mata dan bahasa isyarat. Pada umumnya seorang yang menjadi dirigen memiliki pendengaran yang cukup tajam untuk dapat menemukan nada-nada yang tidak sesuai dengan kertas partitur dari nyanyian anggota paduan suara.

Selain itu, seorang dirigen harus memiliki wibawa; mampu memberi sugesti atau mempengaruhi anggotanya; dan mampu berbicara dengan tidak canggung dihadapan banyak orang. Seorang dirigen tidak diperkenankan untuk merasa khawatir dan gelisah karena hal tersebut akan segera dirasakan oleh para penyanyi, sehingga kesabaran dan ketenangan menjadi kunci dalam menjadi seorang dirigen.

Listya (2007:2) mengatakan bahwa terdapat beberapa hal dasar yang harus dimiliki oleh seorang dirigen yang dapat dikelompokan menjadi aspek non teknis dan aspek tenis.

TEKNIS NON-TEKNIS

Komunikatif Memiliki pendengaran yang baik Sikap yang terbuka Memiliki pengetahuan mengenai teknik

vokal

Tekun dan berkeja keras Memiliki pengetahuan mengenai teori

musik

Kreatif dan inovatif Memiliki pengetahuan mengenai ilmu bentuk analisa

Kooperatif Memiliki pengetahuan mengenai teknik mengabah

Berdisiplin tinggi dan serius Memiliki pengetahuan mengenai sejarah musik dan repertoir lagu paduan

suara

Memiliki kemampuan dalam hal sight-singing

3.4 : Tabel Aspek Teknis dan Non-Teknis Seorang Dirigen

3.2.3 Kelompok suara

Simanungkalit (2008:50) mengatakan bahwa jenis suara manusia mempunyai sifat dan karakter sendiri yang terdiri dari sopran, alto, tenor dan bas.

3.2.3.1 Sopran

Sopran adalah jenis suara tinggi pada perempuan dalam sebuah paduan suara dengan range vokal yang dapat dicapai adalah c1 sampai dengan a2.

Range Vokal Sopran:

3.2.3.2 Alto

Alto atau juga bisa disebut dengan contralto, adalah jenis suara paling rendah pada perempuan dalam sebuah paduan suara dengan range vokal yang dapat dicapai adalah f sampai dengan d2. Jenis suara alto juga bisa dibawakan oleh laki-laki yang memiliki range vokal hampir sama dengan range vokal alto perempuan, biasa disebut dengan counter tenor. Jenis suara alto memiliki karakter yang berat, dalam dan berwibawa.

Range Vokal Alto:

3.2.3.3 Tenor

Tenor adalah jenis suara paling tinggi pada laki-laki dalam sebuah paduan suara dengan range vokal yang dapat dicapai adalah B besar sampai

halnya dengan suara sopran dan alto tetapi dalam pengaplikasiannya suara tenor lebih rendah satu oktaf dengan suara perempuan. Karakter dari suara tenor adalah bertenaga dan jantan (powerful).

Range Vokal Tenor:

3.2.3.4 Bas

Bas adalah jenis suara paling rendah pada laki-laki dalam sebuah paduan suara dengan range vokal yang dapat dicapai adalah E besar sampai dengan c1. Bas memiliki suara dengan karakter yang rendah, besar, dalam dan berwibawa.

Range Vokal Bass:

3.2.4 Perlengkapan latihan

Perlengkapan yang digunakan oleh ektrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir untuk membantu lancarnya proses latihan adalah keyboard, garupu tala (penala) dan kastanyet.

3.2.4.1 Keyboard

Keyboard adalah alat musik yang menyerupai piano tetapi dengan bentuk dan ukuran yang lebih minimalis sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana, hal inilah yang menjadikan alat musik keyboard lebih banyak digunakan untuk

Keyboard adalah alat musik yang menyerupai piano tetapi dengan bentuk dan ukuran yang lebih minimalis sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana, hal inilah yang menjadikan alat musik keyboard lebih banyak digunakan untuk

Dokumen terkait