• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI MANAJEMEN PERTUNJUKAN DAN LATIHAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR DI SMA NEGERI 3 MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DESKRIPSI MANAJEMEN PERTUNJUKAN DAN LATIHAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR DI SMA NEGERI 3 MEDAN"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI MANAJEMEN PERTUNJUKAN DAN LATIHAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR DI SMA NEGERI 3 MEDAN

SKRIPSI SARJANA

O L E H

NAMA : DAVID OCTAVIAN ZALUKHU NIM : 160707010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAKSI

DESKRIPSI MANAJEMEN PERTUNJUKAN DAN LATIHAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR DI SMA NEGERI 3 MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen pertunjukan dan proses latihan yang ada pada paduan suara Elyoenai Choir di SMA Negeri 3 Medan, bagaimana manajemen pertunjukan yang dilaksanakan dan bagaimana proses berjalannya latihan dalam kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh paduan suara Elyoenai Choir. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualtatif. Untuk melihat manajemen dan proses latihannya, penulis menggunakan teori George R. Terry (1960) yang merumuskan fungsi dasar manajemen sebagai proses dinamis yang meliputi fungsi-fungsi: (1) perencanaan (planning), (2) pengorganisasian (organizing), (3) penggerakan (actuating), (4) pengawasan atau evaluasi (controlling) dan untuk melihat seni pertunjukannya, penulis menggunakan teori Milton Singer (MSPI, 1996: 164-165) yang menyatakan bahwa pertunjukan memiliki: (1) waktu pertunjukan yang terbatas, (2) awal dan akhir, (3) acara kegiatan yang terorganisir, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok penonton, (6) tempat pertunjukan, dan (7) kesempatan untuk mempertunjukannya. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan; studi lapangan yang terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi; bimbingan secara formal maupun informal dengan dosen pembimbing; dan kerja laboratorium yang meliputi pembahasan dan penganalisisan data yang telah diperoleh selama penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh mengungkapkan bahwa paduan suara Elyoenai Choir menerapkan manajemen pertunjukan dan latihan yang cukup baik, namun diperlukan beberapa perbaikan dalam pengaplikasiannya.

Kata Kunci: Manajmene Pertunjukan, Elyoenai Choir, Latihan Paduan Suara

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya yang senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Deskripsi Manajemen Pertunjukan dan Latihan Paduan Suara Elyoenai Choir di SMA Negeri 3 Medan. Skripsi ini merupakan hasil aplikasi ilmu yang telah penulis dapatkan selama menjalani kuliah di Program Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara selama kurang lebih empat tahun ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr.

Muryanto Amin, S.Sos., M.Si.. sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya. Penulis juga berterima kasih kepada yang terhormat Ibu Arifninetrirosa, SST., M.A., sebagai Ketua Program Studi Etnomusikologi dan Bapak Drs. Bebas Sembiring M.Si., sebagai Sekretaris Program Studi Etnomusikologi yang juga merupakan pembimbing I bagi penulis dan kepada Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si., sebagai pembimbing II. Saya mengucapkan terima kasih untuk bantuan dan perhatiannya selama menjalani proses penulisan skripsi saya hingga selesai dan kepada kedua dosen pembimbing yang begitu saya kagumi yang selama ini telah memberi banyak pengetahuan, pengalaman, bimbingan, arahan, dukungan, serta kesabaran, semangat untuk memotivasi penulis menyelesaikan skripsi ini. Begitu pula untuk Ibu Wawa sebagai pegawai adminitrasi di Program Studi Etnomusikologi FIB USU yang telah berkenan untuk membantu kelancaran

(8)

administrasi kuliah dan semua urusan administrasi penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih untuk kebaikan dan pertolongan yang telah diberikan.

Penulis juga berterima kasih kepada dosen-dosen Etnomusikologi, Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Phd., Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Irwansyah, M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd., Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Ph.D., Bapak Drs. Fadlin, M.A., Bapak Alm. Drs. Muhammad Takari., M.Hum., Ph.D., dan dosen praktek musik, yang selama ini telah memberi banyak ilmu kepada penulis.

Penulis menyadari banyak kekurangan dan tantangan yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini. Hal-hal tersebut berasal dari dalam dan luar diri penulis.

Kejenuhan dan kelelahan senantiasa mendekat ke dalam diri penulis. Namun, energi baru selalu hadir melalui orang-orang di sekitar penulis.

Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya untuk ibu dan ayah saya tercinta Fatisia Zebua dan Fatolosa Zalukhu yang telah memberikan saya teladan dan kasih sayang dan atas doa dan semangat yang diberikan kepada saya, semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan umur yang panjang. Terima kasih juga kepada kedua kakak saya Martha Elnist Ramadhani Zalukhu, SKM dan Mega Tri Magdalena Zalukhu, AMd.Keb yang selalu memberikan motivasi kepada saya selama pengerjaan skripsi ini.

Kepada teman-teman seperjuanganku di Etnomusikologi khususnya angkatan 2016 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk masa-masa yang telah kita ciptakan di Etnomusikologi. Penulis sangat bersyukur

(9)

dapat memiliki teman-teman yang luar biasa seperti kalian semua. Penulis berdoa semoga kita dapat berhasil dan berjumpa di lingkungan yang baru. Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; Bapak Drs. Adi Wijaya, Ibu Dra. Hotma Hutabarat.

S.Pd. S.Th, Abang Diego Sinabang, Agnes Agave Gultom, Theofani Leonita Siagian, Melia Kristi Sibuea, dan informan-informan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih banyak.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adik-adik saya di Paduan Suara Elyoenai Choir khususnya Badan Pengurus Harian T.A 2019/2020 yang membantu saya dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut berperan dan terlibat secara langsung atau tidak langsung semoga Tuhan yang membalas kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata, penulis memohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan didalam hati. Semoga hasil penelitian ini memberi kontribusi pada disiplin Etnomusikologi.

Hormat Saya,

David Octavian Zalukhu NIM: 160707010

(10)

DAFTAR ISI ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pokok Permasalahan ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan ... 4

1.3.2 Manfaat ... 5

1.4 Konsep dan Teori ... 5

1.4.1 Konsep ... 5

1.4.2 Teori ... 7

1.5 Metode Penelitian ... 9

1.5.1 Studi Kepustakaan ... 9

1.5.2 Kerja Lapangan ... 10

1.5.2.1 Observasi ... 10

1.5.2.2 Wawancara ... 11

1.5.2.3 Dokumentasi ... 11

1.5.3 Kerja Laboratorium ... 12

1.5.4 Lokasi Penelitian ... 12

BAB II SEJARAH MUSIK DAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR ... 13

2.1 Pengertian Musik ... 13

2.2 Periodisasi Musikal ... 14

2.2.1 Renaissans ... 14

2.2.2 Barok ... 15

2.2.3 Klasik ... 15

2.2.4 Romantik ... 16

2.2.5 Modern ... 17

2.2.6 Negro Spiritual ... 17

2.3 Sejarah Paduan Suara ... 18

2.3.1 Masa Perjanjian Lama ... 18

2.3.2 Masa Perjanjian Baru ... 19

2.3.3 Masa Gereja Mula-Mula ... 20

2.3.4 Masa kini ... 20

2.4 Sejarah Elyoenai Choir ... 21

2.5 Prestasi ... 23

BAB III UNSUR SUARA DAN KEGIATAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR ... 25

(11)

3.1.1 Sumber tenaga ... 25

3.1.2 Penggetar ... 26

3.1.3 Pemantul ... 26

3.1.4 Resonator ... 27

3.2 Komponen Latihan ... 27

3.2.1 Tujuan ... 28

3.2.2 Dirigen/Pelatih ... 28

3.2.3 Kelompok suara ... 30

3.2.3.1 Sopran ... 30

3.2.3.2 Alto ... 31

3.2.3.3 Tenor ... 31

3.2.3.4 Bas ... 32

3.2.4 Perlengkapan latihan ... 33

3.2.4.1 Keyboard ... 33

3.2.4.2 Garpu Tala (Penala) ... 33

3.2.4.3 Kastanyet ... 34

3.3 Kegiatan ... 35

3.3.1 Latihan ... 35

3.3.1.1 Latihan rutin ... 35

3.3.1.2 Latihan khusus ... 36

3.3.1.3 Latihan fisik ... 37

3.3.2 Kerohanian ... 38

3.3.2.1 Kubu doa ... 38

3.3.2.2 Doa pagi dan kontak doa ... 38

3.3.3 Penampilan ... 39

3.3.3.1 Kunjungan Gereja... 39

3.3.3.2 Memimpin dan tampil pada PA SMA Negeri 3 Medan ... 40

3.3.3.3 Promosi pada MOS SMA Negeri 3 Medan ... 40

3.3.3.4 Mengikuti festival... 41

3.3.4 Lain-lain ... 42

3.3.4.1 Kunjungan kepada anggota ... 42

3.3.4.2 Pelepasan demisioner ... 42

3.3.4.3 Penerimaan Anggota Baru ... 43

3.3.4.4 Mengadakan lomba ... 43

3.3.4.5 Perayaan hari ulang tahun Elyoenai Choir ... 44

BAB IV MANAJEMEN PERTUNJUKAN DAN LATIHAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR ... 46

4.1 Manajemen ... 46

4.1.1 Konsep Manajemen ... 46

4.1.2 Organisasi ... 47

4.1.2.1 Struktur organisasi ... 47

4.1.2.2 Penerimaan anggota ... 48

4.1.3 Pelatihan ... 49

(12)

4.1.3.2 Tempat latihan ... 49

4.1.3.3 Proses latihan ... 50

4.1.3.3.1 Tahap Perencanaan ... 50

4.1.3.3.1.1 Perlengkapan latihan ... 50

4.1.3.3.1.2 Materi lagu ... 52

4.1.3.3.2 Tahap Pengorganisasian ... 54

4.1.3.3.3 Tahap Penggerakan... 54

4.1.3.3.3.1 Pemanasan... 56

4.1.3.3.3.2 Mempelajari lagu ... 64

4.1.3.3.4 Tahap Evaluasi ... 72

4.1.4 Produksi ... 73

4.1.4.1 Tahap-tahap produksi ... 73

4.1.4.2 Pemasaran produk ... 74

4.2 Seni Pertunjukan ... 75

4.2.1 Deskripsi Pertunjukan Seni Paduan Suara Elyoenai Choir ... 76

4.2.1.1 Tempat pertunjukan ... 76

4.2.1.2 Waktu pertunjukan ... 76

4.2.1.3 Awal dan akhir ... 76

4.2.1.4 Acara kegiatan yang terorganisir ... 77

4.2.1.5 Sekelompok penonton ... 77

4.2.1.6 Sekelompok pemain ... 77

4.2.1.7 Kesempatan untuk mempertunjukan ... 78

BAB V PENUTUP ... 79

5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 81

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Latihan Rutin ... 36

Gambar 3.2 : Latihan Fisik... 37

Gambar 3.3 : Kubu Doa ... 38

Gambar 3.4 : Kunjungan di Gereja HKBP Sidorame ... 39

Gambar 3.5 : Penampilan di PA SMA Negeri 3 Medan ... 40

Gambar 3.6 : Penampilan di MOS SMA Negeri 3 Medan ... 41

Gambar 3.7 : Penampilan Festival Christmas Carol di Plaza Millenium ... 42

Gambar 3.8 : Penerimaan Anggota Baru ... 43

Gambar 3.9 : Pemberian Hadiah kepada Pemenang Lomba ... 44

Gambar 3.10 : Perayaan Ulang Tahun Paduan Suara Elyoenai Choir ke-17 Tahun... 45

Gambar 4.11 : Garpu Tala ... 51

Gambar 4.12 : Kastanyet ... 51

Gambar 4.13 : Contoh Materi Lagu yang Dipelajari oleh Paduan Suara Elyoenai Choir ... 53

Gambar 4.14 : Latihan untuk Festival Christmas Carol di Plaza Millenium ... 55

Gambar 4.15 : Peragaan Artikulasi Huruf Vokal ... 61

Gambar 4.16 : Contoh Materi Lagu yang Dipelajari oleh Paduan Suara Elyoenai Choir ... 66

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Tabel Sejarah Paduan Suara pada Perjanjian Lama ... 19

Tabel 2.2 : Tabel Sejarah Paduan Suara pada Perjanjian Baru ... 20

Tabel 2.3 : Tabel Prestasi Paduan Suara Elyoenai Choir ... 24

Tabel 3.4 : Tabel Asperk Teknis dan Non-Teknis Seorang Dirigen ... 30

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paduan suara merupakan salah satu dari bentuk penyajian vokal yang dibunyikan secara serempak oleh beberapa orang dalam satu suara atau lebih.

Sitompul (1988: 1) mengatakan paduan suara adalah himpunan dari sejumlah penyanyi yang dikelompok-kelompokan menurut jenis suaranya. Umumnya pada suatu paduan suara terdapat beberapa pembagian warna suara, yaitu: sopran, mezzo sopran, alto dan contralto untuk wanita, sedangkan tenor, bariton, dan bass untuk laki-laki. Dalam penyajian paduan suara terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian yaitu pernapasan, vokal dan konsonan, resonator dan teknik dalam melakukan latihan.

Jika dibandingkan dengan proses latihan terhadap penyanyi solo, pelaksanakan latihan pada paduan suara akan terasa cukup berbeda dimana kesamaan volume suara dan warna vokal merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam penampilan suatu paduan suara. Kekompakan untuk bernyanyi dengan tempo yang sama juga merupakan salah satu tantangan dalam latihan sebuah paduan suara.

Paduan suara di kota Medan bisa dikatakan telah mengalami perkembangan yang cukup baik. Pada sekolah di tingkat SMA, SMP, bahkan setingkat SD pun pada sebagian besar sekolah dapat ditemukan kelompok paduan suara. Kelompok paduan suara juga dapat ditemukan pada tingkat yang lebih

(16)

tinggi seperti dalam suatu universitas. Paduan suara pada universitas umumnya bertujuan untuk mengisi acara seremonial kampus. Kelompok paduan suara yang berdiri sendiripun juga dapat ditemukan di kota Medan.

Keberadaan paduan suara sebagai bagian dari ekstrakurikuler dalam sekolah sangat berguna untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan siswa-siswi di luar dari pengetahuan akademik. Menurut Aqib & Sujak (2011:68) kegiatan ekstrakurikuler memiliki visi sebagai berikut:

1) Berkembangnya potensi, bakat, dan minat secara optimal.

2) Tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Menurut Aqib & Sujak (2011:68) misi ekstrakurikuler yaitu:

1) Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka;

2) Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengekspresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

Paduan suara Elyoenai Choir merupakan kelompok paduan suara yang yang ada dan berkembang di sekolah SMA Negeri 3 Medan. Kelompok paduan suara ini terbentuk pada tahun 2002, nama Elyoenai merupakan nama yang diambil dari dalam Alkitab dan Choir adalah kata dari bahasa inggris yang berarti paduan suara.

Anggota dari paduan suara ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 3 Medan baik dari X, XI, dan XII. Usia anggota pada paduan suara Elyoenai Choir adalah

(17)

usia siswa-siswi SMA pada umumnya yaitu berkisar antara 16-18 tahun. Melatih paduan suara tingkat SMA bukanlah hal yang mudah mengingat pada usia tersebut merupakan masa-masa pubertas sehingga perubahan warna suara (khususnya untuk laki-laki) mungkin saja terjadi terhadap beberapa anggota sehingga akan mempengaruhi komposisi suara yang sudah ditentukan sejak awal.

Paduan suara Elyoenai Choir bisa dikatakan cukup dikenal, hal ini dapat dilihat dari undangan yang telah diterima oleh paduan suara Elyoenai Choir untuk mengisi beberapa acara baik pada perayaan natal di beberapa gereja dan lembaga instansi serta undangan untuk mengikuti lomba paduan suara antar sekolah.

Prestasi yang telah diperoleh adalah juara 1 pada tahun 2004, 2005, 2010 dan 2013; juara 2 pada tahun 2006 dan 2013; juara 3 pada tahun 2003 dan 2019;

harapan 1 pada tahun 2015; dan harapan 3 pada tahun 2019. Selain mengikuti lomba paduan suara, Elyoenai Choir juga memiliki beberapa kegiatan-kegiatan lainnya.

Namun, kemampuan vokal pada beberapa anggota bisa dikatakan cukup rendah sehingga hal tersebut dapat menyebabkan tidak maksimalnya latihan yang dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari penurunan prestasi paduan suara Elyoenai Choir yang mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Paduan suara Elyoenai Choir merupakan paduan suara yang berada di dalam naungan sekolah SMA Negeri 3 Medan, sehingga setiap tahunnya akan selalu ada pergantian anggota sehingga hal tersebut akan mempengaruhi komposisi suara dan latihan vokal yang dilaksanakan. Anggota baru yang akan masuk setiap tahunnya bukan berasal dari jurusan musik sehingga kebanyakan

(18)

pemahaman dan pengetahuan mengenai teknik vokal masih sangat kurang.

Kondisi ini akan terus berulang setiap tahunnya sehingga sangat berpengaruh terhadap kualitas suara pada paduan suara Elyoenai Choir.

Atas dasar-dasar tersebutlah penulis tertarik untuk membahas bagaimana manajemen pertunjukan dan latihan di paduan suara Elyoenai Choir dan dituliskan dalam karya ilmiah dengan judul: “Deskripsi Manajemen Pertunjukan dan Latihan Paduan Suara Elyoenai Choir di SMA Negeri 3 Medan”.

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini adalah:

1. Bagaimana proses latihan pada paduan suara Elyoenai Choir.

2. Bagaimana manajemen pertunjukan pada paduan suara Elyoenai Choir.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan

Adapun pokok pembahasan yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan proses latihan pada paduan suara Elyoenai Choir.

2. Untuk mendeskripsikan manajemen pertunjukan pada paduan suara Elyoenai Choir

(19)

1.3.2 Manfaat

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya pada anggota paduan suara.

2. Menambah referensi bagi peneliti berikutnya tentang pokok bahasan yang berkaitan dan berhubungan dengan judul tulisan ini.

3. Untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi program S-1 di Program Studi Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Terdapat beberapa konsep dasar yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini. Menurut Mely Tan dalam Koentjaraningrat (1991: 21) konsep merupakan suatu definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala. Konsep dimaksudkan untuk memberi definisi dan pembatasan pemahaman. Sehubungan dengan penulisan ini, akan diuraikan beberapa konsep yang dibutuhkan, yaitu:

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Menurut George R Terry dan Leslie W Rue dalam bukunya yang berjudul „Dasar-Dasar Manajemen‟, dituliskan bahwa: manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau

(20)

pengarahan suatu kelompok orangorang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Pertunjukan adalah suatu tontonan. Bastomi (1990:42) mengungkapkan bahwa pertunjukan adalah seni yang disajikan dengan tampilan peragaan, yaitu seni akan dapat dinikmati, dihayati selama berlangsung ungkapan oleh pelaku seni. Ketika suatu pertunjukan berlangsung akan terjadi kepuasan antar seniman dan penonton sebagai penikmat seni. Dalam mewujudkan pertunjukan ada dua faktor yang membentuk pertunjukan tersebut yaitu komposisi dan bentuk penyajian. (Susetyo, 2007:5-11). Dalam sebuah pertunjukan harus ada penyaji, penonton, pesan yang dikirim, dan cara penyampaian pesan yang khas.

Mediumnya boleh auditif visual atau hubungan keduanya, gerak laku, secara multimedia dan sebagainya.

Proses adalah runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu (KBBI, 2020). Untuk mencapai suatu tujuan yang bernilai, diperlukan suatu usaha, baik dalam penggunaan waktu yang efektif maupun kerja keras yang maksimal. Untuk dapat mengembangkan potensi, dibutuhkan proses dengan pelatihan yang bersifat reguler dengan menggunakan metode serta sarana dan prasarana yang mendukung.

Bompa (1994: 5) menyebutkan bahwa tujuan latihan adalah untuk memperbaiki prestasi tingkat terampil maupun kinerja atlet, dan diarahkan oleh pelatihnya untuk mencapai tujuan umum latihan. Objek dari proses latihan adalah manusia yang harus ditingkatkan kemampuan, keterampilan, dan penampilannya dengan bimbingan pelatih. Setiap sesi latihan harus memiliki sasaran yang jelas

(21)

agar tujuan latihan dapat tercapai seperti yang direncanakan. Penentuan tujuan latihan diharapkan akan membantu anggota paduan suara agar memiliki kemampuan konseptual dan keterampilan olah vokal untuk diterapkan dalam upaya meraih prestasi yang semakin baik.

Paduan suara adalah kelompok bernyanyi yang terdiri dari beberapa orang dengan pembagian jenis suara dan dalam penampilannya terdapat unsur- unsur yang diperlukan dalam olah vokal. Menurut Simanungkalit (2008:44) paduan suara adalah bunyi serempak dari banyak anggota paduan suara. Dalam hal ini paduan suara yang dimaksud adalah paduan suara Elyoenai Choir.

Menurut Nazir (1988: 63) dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian” mengatakan metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan didukung oleh data dan argumentasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2020). Sebagai acuan berpikir dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori- teori yang relevan, yang sesuai untuk permasalahan penelitian.

(22)

Penulis menggunakan teori George R. Terry dalam Jazuli (2014:12) yang merumuskan fungsi dasar manajemen sebagai proses dinamis yang meliputi fungsi-fungsi: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), pengawasan atau evaluasi (controlling).

1. Perencanaan ( Planning) merupakan suatu aktivitas menyusun pelaksanaan untuk dilaksanakan. Planning dilaksanakan dalam penentuan tujuan organisasi atau grup secara keseluruhan dan merupakan langkah yang terbaik untuk mencapai hasil di lapangan. Perencanaan juga suatu pegangan pimpinan dalam melaksanakan jangka panjang dan pelaksanaan.

Karena tanpa adanya perencanaan maka fungsi yang lain tidak dapat dilaksanakan.

2. Pengorganisasian (Organizing) mempunyai arti yaitu mengelompokkan, tanggung jawab dan wewenang sesuai porsi untuk melakukan kegiatan.

3. Penggerakan (Actuating) yaitu memberi motivasi, bimbingan, serta arahan untuk melaksanakan sesuatu kepada anggota yang terlibat agar tugas yang diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan arahan organisasi tersebut, 4. Pengawasan atau evaluasi (Controlling), yang dimaksud dengan fungsi ini

adalah dengan menilai hasil kinerja para anggota sesuai dengan standar yang sudah ditentukan atau yang telah dibuat untuk memperbaiki atau membuat suatu perubahan dengan baik.

Untuk mendeskripsikan pertunjukan seni pada paduan suara Elyoenai Choir penulis menggunakan teori dari Milton Singer (MSPI, 1996: 164-165) yang menjelaskan bahwa pertunjukan memiliki:

(23)

1. Waktu pertunjukan yang terbatas.

2. Awal dan akhir.

3. Acara kegiatan yang terorganisir.

4. Sekelompok pemain.

5. Sekelompok penonton.

6. Tempat pertunjukan.

7. Kesempatan untuk mempertunjukannya.

1.5 Metode Penelitian

Nettl (1964:62) mengatakan ada dua hal esensial untuk melakukan aktivitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi, yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Dua hal tersebut menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian.

Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu menerangkan bagaimana latihan dan manajemen pertunjukan yang dilaksanakan, sedangkan kualitatif adalah langkah penelitian yang hasilnya berupa informasi deskriptif verbal tulis maupun lisan.

Dalam melakukan penelitian, penulis melakukan beberapa tahap kerja yang terdiri dari studi kepustakaan, pengumpulan data di lapangan, wawancara, kuesioner, kerja laboratorium dan tentunya bimbingan secara formal ataupun nonformal dengan dosen pembimbing.

1.5.1 Studi Kepustakaan

(24)

Studi kepustakaan adalah kegiatan mengumpulkan informasi yang sesuai dengan topik penelitian, dimana sumber-sumber bacaan dapat berupa buku-buku, karya ilmiah, internet, artikel, dan lain lain. Studi kepustakaan dilaksanakan dengan mengumpulkan sumber bacaan untuk mendapatkan pengetahuan dasar mengenai objek penelitian.

Sebelum melakukan penelitian lapangan, penulis lebih dulu melakukan studi pustaka dengan membaca beberapa buku sebagai berikut: „Manajemen Seni Pertunjukan‟, „A-Z Direksi Paduan Suara‟, „Teknik Vokal Paduan Suara‟,

„Paduan Suara dan Pemimpinnya‟, ‟15 Menit Sebelum Latihan Paduan Suara‟, dan masih banyak lagi dimana buku-buku yang telah penulis baca berisikan informasi yang relevan dengan topik yang dibahas, yaitu dasar-dasar mengenai musik dan paduan suara serta cara memimpin latihan sebuah paduan sehingga memudahkan penulis ketika melakukan penelitian lapangan.

1.5.2 Kerja Lapangan

Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi secara langsung terhadap informan. Kerja lapangan yang penulis lakukan meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1.5.2.1 Observasi

Ali (1987:25) mengatakan bahwa observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap subyek, baik secara langsung maupun tidak menggunakan teknik yang disebut dengan pengamatan.

(25)

Berdasarkan peran peneliti, observasi terbagi menjadi observasi partisipan, observasi non-partisipan dan observasi kuasi partisipasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi partisipan, yaitu peneliti mengumpulkan data dengan menjadi bagian dari situasi yang terjadi.

1.5.2.2 Wawancara

Wawancara adalah pembicaraan yang memiliki tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

wawancara tidak berstruktur, wawancara semi berstruktur, wawancara berstruktur dan wawancara kelompok. Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara tidak berstruktur, dimana pertanyaan akan dimulai dari pertanyaan yang umum dalam area yang pada penelitian dengan tujuan untuk mendapat informasi yang lebih kaya dan kemudian mengolah informasi tersebut pada tahap kerja laboratorium.

Sebagai alat bantu wawancara, penulis menggunakan Samsung Galaxy A50s sebagai media untuk merekam wawancara.

1.5.2.3 Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2016:326) dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu dan bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya monumental dari seseorang. Sebagai alat bantu penulis menggunakan Samsung Galaxy A50s sebagai alat untuk merekam video dan foto.

(26)

1.5.3 Kerja Laboratorium

Semua data dan informasi yang diperoleh pada tahap kerja lapangan akan langsung diolah pada tahap kerja laboratorium. Pada tahap ini penulis akan memverifikasi, memilah dan mengelompokan data dan informasi yang telah diperoleh sesuai dengan kebutuhan dan akan menambahkan data yang kurang.

1.5.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah sekolah SMA Negeri 3 Medan yang terletak di Jalan Budi Kemasyarakatan, No. 3, Pulo Brayan Kota, Medan Barat, Medan, Sumatera Utara.

Jarak dari rumah penulis yang terletak di Jalan Mangaan I, Gang Amal III, No. 478, Mabar Hilir, Medan Deli, Medan menuju lokasi penelitian adalah kurang lebih 6 km dan durasi perjalanannya kurang lebih selama 16 menit dengan mengendarai sepeda motor.

(27)

BAB II

SEJARAH MUSIK DAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR

Pada bab ini penulis akan membahas dan menjelaskan mengenai musik dan paduan suara Elyoenai Choir. Pembahasan akan dimulai dari pengertian musik, dilanjutkan dengan periodisasi musikal, sejarah paduan suara, sejarah Elyoenai Choir di SMA Negeri 3 Medan dan diakhiri dengan prestasi yang telah diraih oleh paduan suara Elyoenai Choir secara berturut-berturut dengan tujuan agar pembaca mendapat informasi lebih jauh mengenai musik dan paduan suara Elyoenai Choir.

2.1 Pengertian Musik

Sangat banyak pengertian musik yang telah ditulis oleh para pakar, meskipun istilah „musik‟ cukup akrab di telinga masyarakat Indonesia, namun tidak menutup kemungkinan masih banyak masyarakat awam yang belum mengetahui arti musik secara definitif. Uraian ini akan membahas mengenai pengertian musik secara detail agar setiap pembaca mengetahui lebih jauh mengenai definisi dari musik. Kamtini (2005:60) mengatakan bahwa musik adalah bagian dari kehidupan dan perkembangan jiwa manusia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti musik dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan;

(28)

2. Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan.

Dari berbagai pengertian musik yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa musik adalah kesenian yang merupakan bagian dari kehidupan manusia dengan yang disusun sedemikian rupa dengan komposisi melodi, harmoni, irama, dan dinamika yang merupakan hasil dari buah fikiran dan perasaan penciptanya dan dapat menciptakan berbagai reaksi terhadap pendengarnya.

2.2 Periodisasi Musikal

Dalam bukunya yang berjudul “A-Z Direksi Paduan Suara”, Listya (2007:58) menguraikan bahwa terdapat enam periodisasi musikal, yaitu:

Renaissans, Barok, Klasik, Romantik, Modern dan Negro Spiritual.

2.2.1 Renaissans

Periode Renaissans merupakan masa setelah periode abad pertengahan dan sebelum periode Barok. Renaissans memiliki arti kelahiran kembali, istilah ini diperkenalkan dalam buku Histoire de France yang ditulis oleh Jules Michelet pada tahun 1855 untuk menunjuk kurun waktu antara tahun 1450-1600.

Dalam periode ini pengaruh gereja mulai mengalami kemunduran.

Bentuk musik yang utama adalah Motet dan Misa. Komposer melakukan perubahan tentang bagaimana musik dirasakan dan diciptakan seperti menciptakan musik dengan bentuk yang rumit, menggunakan enam pembagian

(29)

suara, menggunakan jumlah instrumental yang lebih banyak, dll. Abad pertengahan cenderung menggunakan ritmik yang cukup rumit, namun berbeda dengan periode Renaissans dimana ritmiknya lebih sederhana dengan melodi yang lebih kaya.

2.2.2 Barok

Periode Barok merupakan masa setelah periode Renaissans dan sebelum periode Klasik. Kata Barok berasal dari bahasa Portugis, barocco yang berarti mutiara yang memiliki tepi yang tidak beraturan. Periode Barok menandai waktu pada tahun 1600-1750. Periode ini ditandai dengan lahirnya beberapa aliran musik yang baru, diantaranya adalah Barok dan Rokoko. Kedua aliran ini sama-sama menggunakan ornamentik, yang membedakan adalah Barok menggunaan ornamnetik yang diimprovisasi secara spontan oleh pemain dan Rokoko menggunakan ornamentik yang sudah ada.

Periode Barok dikuasai oleh basso continuo, yaitu iringan vokal dengan organ dengan improvisasi berdasarkan lagu bas yang disertai kode akor. Pada periode ini lahir beberapa bentuk musik yang baru, sepeti: opera, orotaro, kantata, concerto. Tekstur musik pada periode ini adalah homofonis dan polifonis dimana sopran dan bas lebih mondominasi dibandingkan suara alto dan tenor,

2.2.3 Klasik

Periode Klasik atau juga biasa disebut dengan abad pencerahan merupakan masa setelah periode Barok dan sebelum periode Romantik dan

(30)

menandai waktu pada tahun 1750-1820. Kata “klasik” pada periode ini merujuk pada logika dan pengendalian diri yang menjadi karakter dari masyarakat Athena kuno.

Periode Klasik identik dengan harmoni. Komposer menciptakan musik dengan bentuk dan melodi yang lebih sederhana yang bertujuan agar lebih mudah untuk dipahami oleh masyarakat awam. Berbeda dengan periode barok yang menggunakan ornamentik, pada periode ini penggunaan ornamentik mulai dibatasi. Komposisi musik pada periode ini didominasi oleh musik homofonis.

Piano merupakan alat musik utama yang digunakan oleh komposer selama berlangsungnya periode ini.

2.2.4 Romantik

Periode Romantik merupakan masa sesudah periode Klasik dan sebelum periode Modern. Kata “romatik” berasal dari kata romance yang merupakan karya puisi pada abad pertengahan yang bertemakan kepahlawanan dan ditulis dalam bahasa Romance (rumpun bahasa dari perkembangan bahasa Latin). Romantik menandai waktu pada tahun 1800-1900.

Karya musik pada periode ini memiliki komposisi dengan makna dan emosi yang kuat, dimana musik digunakan untuk bercerita dan mengungkapkan ide. Periode ini didominasi oleh komposisi musik bertekstur homofonis.

Perubahan dinamika dan tempo sangat sering terjadi dalam karya musik pada periode ini. Pada awal periode ini berkembang musik yang bernama musik virtuos

(31)

yang mengedepankan keterampilan yang tinggi, dan pada akhir periode ini berkembang bentuk, estetika dan harmoni yang baru.

2.2.5 Modern

Musik modern merupakan musik yang ada pada abad XX. Periode ini dianggap oleh banyak orang sebagai titik awal dari revolusi yang akan terjadi dalam kehidupan manusia. Sejak ditemukannya radio oleh Gugliemo Marconi, musik menjadi lebih sering didengar oleh masyarakat.

Pada periode ini musik banyak musisi yang mulai menggunakan teknologi untuk mengembangkan komposisi dari karya musiknya. Ritme, suara dan gaya merupakan fokus utama pada periode Modern. Pada abad XIX akhir aturan-aturan seni mendapat reaksi yang keras pada periode ini. Seniman pada periode ini tidak mau lagi terikat dengan kaidah-kaidah seni yang kaku karena perkembangan teknologi yang pesat. Musik pada periode ini didominasi oleh musik bertekstur polifonis dan homofonis dan komposisi musik didominasi oleh sistem diatonis, modus dan atonal.

2.2.6 Negro Spiritual

Negro Spiritual merupakan lagu rohani dari kaum negro pada bagian selatan AS. Negro Spiritual merupakan inkulturasi dari perkembangan lagu Gereja, musik Afrika dan unsur religius dari orang Afrika itu sendiri saat menjadi budak di AS. Mereka yang menjadi budak dilarang untuk menggunakan bahasa asli mereka dan diperkenalkan terhadap bahasa Inggris, inilah awal terciptanya nyanyian Negro Spiritual.

(32)

Negro Spiritual didominasi oleh gaya musik call and response yang bersifat spontan dan improvisatoris dengan warna yang suara yang gelap dan kasar. Nyanyian Negro Spiritual diiringi dengan tarian, tepuk tangan serta hentakan kaki.

2.3 Sejarah Paduan Suara

Dalam jurnal yang berjudul “Peranan Paduan Suara Gereja dalam Memperkukuh Spiritualitas dan Memberi Kontribusi bagi Ibadah Jemaat”, Siahaan mengatakan bahwa terdapat tiga masa yang mempengaruhi “kebiasaan”

kehadiran musik paduan suara dalam peribadatan umat hingga masa sekarang, yaitu: masa perjanjian lama, masa perjanjian baru, masa gereja mula-mula dan masa kini.

2.3.1 Masa Perjanjian Lama

Sejak zaman dahulu hingga sekarang paduan suara bukanlah merupakan hal yang asing khususnya dalam hal beribadat. Pada masa ini paduan suara mengambil peran yang penting dalan peribadatan umat Israel, hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat yang ada pada perjanjian lama.

KITAB KETERANGAN

1 Tawarikh 15:16-22; 16:4-5;

25:1-7

Daud memimpin langsung sebuah paduan suara

1 Tawarikh 23:5,27-32; 2 Tawarikh 5:11-14

Paduan suara yang terdiri dari 4000 penyanyi untuk pentahbisan Bait Allah

(33)

2 Tawarikh 20:21 Paduan suara menyanyikan pujian bagi Tuhan di depan barisan tentara Neh. 7:1; 11:22-23; 12:27 -30;

13:5,10

Paduan suara yang terdiri dari 200 pria dan wanita pada saat Israel mambangun kembali Bait Tuhan di

Yerusalem

2.1 : Tabel Sejarah Paduan Suara pada Kitab Peranjian Lama

2.3.2 Masa Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru tidak ada disebutkan paduan suara, tetapi yang dapat dicatat adalah sebagai berikut:

KITAB KETERANGAN

Roma 15:9; Efeus 5:19; Yakobus 5:13

Nyanyian-nyanyian dan puji-pujian sebagai suatu kegiatan dalam ibadah jemaat

Lukas 1:46-55 Nyanyian pujian Maria

Lukas 1:68-79 Nyanyian pujian Zakharia

Lukas 2:29-32 Nyanyian pujian Simeon kepada Allah Kolose 3:16 Rasul Paulus mengatakan “...dan sambil

menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur

kepada Allah di dalam hatimu.”

Markus 1.4:26 Menyanyikan pujian sebelum ke bukit zaitun

(34)

Kisah Para Rasul 16:25 Paulus dan Silas menyanyikan puji-pujian kepada Allah

2.2 : Tabel Sejarah Paduan Suara pada Kitab Peranjian Baru

2.3.3 Masa Gereja Mula-mula

Kebaktian dilaksanakan secara diam-diam dikarenakan pada masa ini (70 Masehi) penganiayaan dilakukan kepada umat Kristen. Pada abad pertama ibadah ditanggungjawabi oleh para pekerja gereja, merekalah yang menentukan liturgi dan musik mulai diikutsertakan dimana nyanyian yang digunakan masih Mazmur Daud dan nyanyian tua yang dibawakan paduan suara yang kelak kemudian menjadi permulaan spiritual song.

Pada masa abad pertengahan, jemaat dalam gereja hanya menjadi pendengar. Kaum biarawan mengambil semua tugas yang ada dalam gereja, seperti pembacaan Alkitab, menyanyi bahkan paduan suara. Setelah reformasi, aliran Gregorian yang awalnya hanya “dikonsumsi” oleh kaum biarawan mulai menjadi dasar untuk musik paduan suara gereja.

2.3.4 Masa kini

Paduan suara dibentuk oleh gereja melalui departemen musik atau komisi musik. Paduan suara yang dibentuk biasanya terdiri dari paduan suara dewasa, paduan suara pemuda, paduan suara ibu, paduan suara bapak dan paduan suara anak. Selain daripada itu juga ada paduan suara yang berdiri secara mandiri atau independen.

(35)

2.4 Sejarah Elyoenai Choir

Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan terhadap Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Medan, Bapak Drs. Adi Wijaya, paduan suara Elyoenai Choir merupakan salah satu dari 25 ekstrakurikuler yang ada di sekolah SMA Negeri 3 Medan. Paduan suara ini diisi oleh siswa-siswi SMA Negeri 3 Medan yang ingin mempelajari dan memiliki ketertarikan pada bidang musik dan tarik suara.

Dari wawancara terhadap Ibu Dra. Hotma Hutabarat, S.Pd. S.Th, Elyoenai terbentuk bermula ketika siswa-siwi Kristen SMA Negeri 3 Medan melaksanakan kebaktian, Ibu Hotma Hutabarat berinisiatif mengajak siswa-siwi untuk bernyanyi di ibadah dengan lagu „Bila Kulihat Bintang Gemerlapan‟ dan melakukan pembagian suara secara mandiri atau menggunakan feeling bagi yang bisa. Melihat penampilannya yang cukup baik dan memiliki potensi yang bagus siswa-siswi terus melakukan latihan dan membawakan lagu yang sama pada kebaktian Natal SMA Negeri 3 Medan. Pada saat itu paduan suara Elyoenai Choir belum memiliki nama. Faktor lain yang mengawali terbentuknya paduan suara Elyoenai Choir adalah undangan Festival Koor dan Vokal Grup yang diterima dari SMA Negeri 1 Medan pada tahun 2002, yang kemudian diterima oleh pengurus OSIS pada bagian Departemen Agama Kristen (DEPAK). Pengurus DEPAK kemudian mulai mengundang siswa-siwi Kristen yang mau untuk ikut bergabung pada Festival Koor dan Vokal Grup tersebut.

Setelah berakhirnya Festival Koor dan Vokal Grup tersebut siswa-siswi sekolah memiliki keinginan untuk mempertahankan agar paduan suara tersebut

(36)

dapat tetap eksis berdiri di sekolah. Pada akhirnya paduan suara tersebut dipermanenkan dan diberi nama “Elyoenai Chamber” dan diresmikan pada tanggal 02 agustus 2002 yang sampai saat ini menjadi tanggal ulang tahun dari paduan suara ini.

Setelah beberapa lama nama paduan suara yang semula menggunakan

“chamber” diubah menjadi “Elyoenai Choir” dan sampai dengan saat ini paduan suara Elyoenai Choir telah berumur delapan belas tahun dan masih aktif mengikuti berbagai festival paduan suara tingkat sekolah maupun umum dan melaksanakan kegiatan lainnya.

Sejak pertama kali dibentuk pada tahun 2002 paduan suara Elyoenai Choir telah melakukan beberapa kali pergantian pelatih dan pembina yang memimpin paduan suara ini, berikut daftarnya:

i. Daftar guru yang pernah menjadi pembina ektrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir:

 Dra. Hotma Hutabarat, S.Pd. S.Th

 Ospedi Barus, S.pd

 Demse Pardosi, S.Pd, M.Si

 Drs. Hasan Lumbantobing. M.Si

ii. Daftar pelatih yang pernah melatih ektrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir:

 Firman Johanes Manullang

 Fransiska Sibarani

(37)

 Dedi Simamora

 Maria Yollanda Sirait

 Debora Elisabeth Siahaan

 Armanda Olando Sitompul

 Mangara Simanjuntak

 David Octavian Zalukhu

2.5 Prestasi

Paduan Suara Elyoenai Choir melalui keikutsertaannya dalam berbagai festival paduan suara yang ada di kota Medan telah meraih berbagai prestasi.

Berikut adalah prestasi yang telah diraih oleh paduan suara Elyoenai Choir sejak pertama kali dibentuk hingga sekarang:

NO. TAHUN POSISI KETERANGAN

1. 2003 Juara 3 Festival PDKB II

2. 2004 Juara 1 Festival UMA I

3. 2005 Juara 1 Festival Bethesda

4. 2006 Juara 2 Festival UMA II

5. 2007 Medali Perak Kompetisi Paduan Suara

Consolatio kategori Musica Sacra

6. 2010 Juara 1 Kompetisi Paduan Suara (KPS)

SMA Negeri 1 Medan

7. 2011 10 besar lomba Pemerintah Kota Medan

(38)

8. 2011 Harapan 1 Kompetisi Paduan Suara Dharma Agung

9. 2013 Juara 1 Christmas Carol

10. 2015 Harapan 1 lomba Paduan Suara Pesparawi 11. 2016 Juara 2 lomba “ Diriku Ini Indonesia “

12. 2019 Juara 3 Christmas Choir Competition

13. 2019 Harapan 3 Hari Pendidikan Nasional di

P4TK BBL 2.3 : Tabel Prestasi Paduan Suara Elyoenai Choir

(39)

BAB III

UNSUR SUARA DAN KEGIATAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR

3.1 Sumber Suara

Listya (2007:27) mengatakan bahwa vokal manusia sama seperti instrumen musik yang memiliki empat elemen untuk menghasilkan bunyi, yaitu sumber tenaga, penggetar, pemantul dan resonator.

3.1.1 Sumber tenaga

Sumber tenaga atau motor yang dapat menggetarkan vibrator untuk dapat menghasilkan produksi suara vokal yang baik adalah napas. Mengontrol pelepasan napas yang teratur dan menjaga agar tidak terjadi pemborosan napas yang berlebihan merupakan teknik yang perlu dikuasai oleh setiap anggota paduan suara. Dengan menguasai teknik tersebut penggunaan napas dapat dilakukan dengan lebih efektif dan irit sehingga suara memperoleh tenaga yang pas dari pengelolaan napas tersebut dan menghasilkan bunyi yang stabil.

Untuk dapat menguasai pengelolaan napas yang baik diperlukan berbagai latihan yang dilakukan secara praktik. Begitu juga halnya yang dilakukan oleh paduan suara Elyoenai Choir, dimana latihan pengelolaan napas untuk menghasilkan tenaga yang pas dilakukan disetiap pertemuan latihan khususnya pada saat pemanasan. Terdapat beberapa jenis latihan yang dilakukan oleh paduan suara Elyoenai Choir, diantaranya latihan dengan 10 ketukan, 4 ketukan, 1 menit,

„pernapasan anjing‟ dan beberapa latihan lainnya. Pelatih mengarahkan untuk

(40)

menghirup udara dengan menggunakan teknik pernapasan diafragma dengan menghirup napas menggunakan mulut dan hidung dan melepaskannya sesuai dengan jenis latihan yang dilakukan. Posisi dada dan bahu harus dijaga untuk tidak bergerak pada saat pemngambilan napas. Udara yang telah dihirup akan memberikan tenaga pada napas sehingga dapat menggetarkan pita suara dan menghasilkan suara.

3.1.2 Penggetar

Sumber suara pada musik biola dan gitar berasal dari getaran dawai dan sumber suara pada musik vokal berasal dari getaran pita suara. Pita suara merupakan dua lembar membran tipis yang dapat digerakkan untuk mendekat dan menjauh dan dapat menghasilkan suara jika dilalui udara secara teratur.

Dalam paduan suara, masih berhubungan dengan pengelolaan nafas yang akan menggetarkan pita suara pada saat melaluinya, hal ini akan berpengaruh pada keras lembutnya suara yang dihasilkan. Semakin deras nafas maka akan semakin kuat suara yang dihasilkan dan semakin sedikit nafas maka akan semakin lembut suara yang dihasilkan.

3.1.3 Pemantul

Alat pemantul yang terdapat dalam tubuh manusia disebut Pharynx.

Pharynx terletak di balik anak tekak yang elastis dan berfungsi untuk memberikan warna pada suara.

(41)

Dalam paduan suara selain register suara, warna suara juga merupakan pedoman bagi pelatih untuk membagi jenis suara pada anggota paduan suara.

Warna vokal yang nyaring biasanya merupakan bagian suara sopran pada perempuan dan tenor pada laki-laki dan warna vokal yang lebih berat biasanya merupakan suara alto pada perempuan dan suara bas pada laki-laki.

3.1.4 Resonator

Jika bagian badan gitar merupakan resonator pada alat musik gitar dan tabung merupakan resonator pada gendang, maka ruang yang ada pada dada, mulut, hidung, kerongkongan dan kepala merupakan resonator pada vokal manusia. Terdapat tiga resonator berdasarkan tinggi rendahnya suara yang dibunyikan, yaitu: resonator tenggorokan akan mengasilkan suara yang gelap;

resonator rongga mulut menghasilkan suara yang terang, lebar dan terarah; dan resonator rongga hidung menghasilkan suara yang sengau.

Penggunaan resonator yang baik dalam sebuah paduan suara akan menciptakan suasana yang megah dan kaya dengan warna suara, sedangkan jika penggunaan resonator dalam sebuah paduan suara tidak baik maka lagu yang dinyanyikan akan terasa flat.

3.2 Komponen Latihan

Proses berjalannya latihan paduan suara akan berjalan dengan baik jika dilengkapi dengan komponen-komponen yang yang menunjang latihan tersebut.

(42)

Berikut penjelasan mengenai komponen-komponen yang ada dalam latihan ektrakurikuler paduan saura Elyoenai Choir.

3.2.1 Tujuan

Tujuan yang konkret menjadi sumber segala kegiatan yang diprogramkan, mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasan (Jazuli 2014:51). Sama halnya dengan tujuan yang ditetapkan oleh BPH, pembina dan pelatih sebelum melaksanakan latihan inti.

Sebelum melaksanakan latihan pelatih akan terlebih dahulu mencari tahu kegiatan paling dekat yang berhubungan dengan penampilan yang akan dihadapi dan kemudian pelatih akan berdiskusi dengan BPH untuk menyesuaikan materi lagu yang akan dilatih. Jika kegiatan yang terdekat adalah natal maka materi lagu yang dilatih adalah lagu yang berbau natal, jika promosi maka materi lagu yang akan dilatih adalah lagu yang umum ataupun lagu daerah, jika terdapat undangan pernikahan dari kerabat anggota ataupun alumni maka materi lagu yang akan dibawakan adalah lagu yang berbau pernikahan, dan lain sebagainya.

3.2.2 Dirigen/Pelatih

Dirigen atau juga biasa disebut dengan konduktor dalam sebuah paduan suara merupakan pemimpin yang mengarahkan dan menyalurkan isi musik pada para penyanyi sehingga dapat menghasilkan keindahan musikal yang disalurkan melalui nyanyian paduan suara. Dirigen berasal dari bahasa Jerman yang berarti

(43)

orang yang mengarahkan, sedangkan konduktor berasal dari bahasa Inggris yaitu conductor yang berarti menyalurkan.

Seorang dirigen bertanggungjawab untuk menjamin bahwa lagu yang sedang dinyanyikan sesuai dengan yang tertulis di atas kertas partitur. Dirigen harus memberikan konsentrasi penuh pada musik yang ada di sekelilingnya sembari memberikan kode kepada para penyanyi melalui kontak mata dan bahasa isyarat. Pada umumnya seorang yang menjadi dirigen memiliki pendengaran yang cukup tajam untuk dapat menemukan nada-nada yang tidak sesuai dengan kertas partitur dari nyanyian anggota paduan suara.

Selain itu, seorang dirigen harus memiliki wibawa; mampu memberi sugesti atau mempengaruhi anggotanya; dan mampu berbicara dengan tidak canggung dihadapan banyak orang. Seorang dirigen tidak diperkenankan untuk merasa khawatir dan gelisah karena hal tersebut akan segera dirasakan oleh para penyanyi, sehingga kesabaran dan ketenangan menjadi kunci dalam menjadi seorang dirigen.

Listya (2007:2) mengatakan bahwa terdapat beberapa hal dasar yang harus dimiliki oleh seorang dirigen yang dapat dikelompokan menjadi aspek non teknis dan aspek tenis.

TEKNIS NON-TEKNIS

Komunikatif Memiliki pendengaran yang baik Sikap yang terbuka Memiliki pengetahuan mengenai teknik

vokal

Tekun dan berkeja keras Memiliki pengetahuan mengenai teori

(44)

musik

Kreatif dan inovatif Memiliki pengetahuan mengenai ilmu bentuk analisa

Kooperatif Memiliki pengetahuan mengenai teknik mengabah

Berdisiplin tinggi dan serius Memiliki pengetahuan mengenai sejarah musik dan repertoir lagu paduan

suara

Memiliki kemampuan dalam hal sight- singing

3.4 : Tabel Aspek Teknis dan Non-Teknis Seorang Dirigen

3.2.3 Kelompok suara

Simanungkalit (2008:50) mengatakan bahwa jenis suara manusia mempunyai sifat dan karakter sendiri yang terdiri dari sopran, alto, tenor dan bas.

3.2.3.1 Sopran

Sopran adalah jenis suara tinggi pada perempuan dalam sebuah paduan suara dengan range vokal yang dapat dicapai adalah c1 sampai dengan a2.

Range Vokal Sopran:

(45)

3.2.3.2 Alto

Alto atau juga bisa disebut dengan contralto, adalah jenis suara paling rendah pada perempuan dalam sebuah paduan suara dengan range vokal yang dapat dicapai adalah f sampai dengan d2. Jenis suara alto juga bisa dibawakan oleh laki-laki yang memiliki range vokal hampir sama dengan range vokal alto perempuan, biasa disebut dengan counter tenor. Jenis suara alto memiliki karakter yang berat, dalam dan berwibawa.

Range Vokal Alto:

3.2.3.3 Tenor

Tenor adalah jenis suara paling tinggi pada laki-laki dalam sebuah paduan suara dengan range vokal yang dapat dicapai adalah B besar sampai

(46)

halnya dengan suara sopran dan alto tetapi dalam pengaplikasiannya suara tenor lebih rendah satu oktaf dengan suara perempuan. Karakter dari suara tenor adalah bertenaga dan jantan (powerful).

Range Vokal Tenor:

3.2.3.4 Bas

Bas adalah jenis suara paling rendah pada laki-laki dalam sebuah paduan suara dengan range vokal yang dapat dicapai adalah E besar sampai dengan c1. Bas memiliki suara dengan karakter yang rendah, besar, dalam dan berwibawa.

Range Vokal Bass:

3.2.4 Perlengkapan latihan

(47)

Perlengkapan yang digunakan oleh ektrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir untuk membantu lancarnya proses latihan adalah keyboard, garupu tala (penala) dan kastanyet.

3.2.4.1 Keyboard

Keyboard adalah alat musik yang menyerupai piano tetapi dengan bentuk dan ukuran yang lebih minimalis sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana, hal inilah yang menjadikan alat musik keyboard lebih banyak digunakan untuk melatih paduan suara dibandingkan dengan piano. Selain itu keyboard bisa memainkan suara trompet, suling, gitar, biola, dan alat musik lainnya.

Ekstrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir belum memiliki keyboard sendiri dan keyboard yang selalu digunakan adalah keyboard milik pembina.

Selain digunakan untuk mengiringi lagu, keyboard juga digunakan untuk membunyikan nada dasar pada lagu yang sedang dilatih. Keyboard juga sangat berguna untuk membantu anggota yang kesulitan dalam membunyikan nada-nada tertentu. Pelatih mewajibkan keberadaan keyboard disetiap jadwal latihan.

3.2.4.2 Garpu Tala (Penala)

Penala atau lebih umum disebut dengan garpu tala, adalah instrumen musik yang hanya menghasilkan satu nada saja (monophonic) dan terbuat dari besi yang berbentuk huruf Y. Bunyi yang dihasilkan oleh garpu tala memiliki frekuensi yang tetap dan berasal dari geteran pada batang ganda. Cara menggunakan garpu tala adalah dengan membenturkan bagian batang ganda pada

(48)

sesuatu, kemudian mendekatkan ujung dari batang tunggal pada garpu tala di bagian telinga sehingga akan terdengar bunyinya. Penggunaan garpu tala ini dapat dikatakan cukup sulit karena hanya terdapat satu nada saja, sehingga jika nada yang diinginkan berbeda dengan nada pada garpu tala tersebut penggunanya harus menggunakan feeling-nya dengan mengandalkan nada pada garpu tala tersebut sebagai tolak ukurnya. Berdasarkan jenis nada yang dihasilkan, umumnya garpu tala terbagi menjadi dua jenis, yaitu garpu tala dengan nada C (264 Hz) dan garpu tala dengan nada A (440 Hz).

Jenis garpu tala yang digunakan pada ekstrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir adalah garpu tala dengan nada A. Garpu tala bukan merupakan benda yang selalu digunakan dalam latihan, tetapi ketika menjelang festival pelatih akan menggunakan garpu tala untuk menemukan nada dasar sembari berlatih, selain itu pelatih selalu menggunakan garpu tala pada saat memimpin paduan suara untuk tampil bernyanyi.

3.2.4.3 Kastanyet

Kastanyet adalah alat musik yang terdiri dari dua keping kayu atau plastik keras yang berbentuk cekung yang dimainkan dengan cara dipukul atau diketuk. Suara yang dihasilkan dari kastanyet menyerupai tepukan tangan dengan suara yang lebih keras dan berasal dari benturan antara kedua keping kayu atau plastik.

Kastanyet yang digunakan oleh ekstrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir adalah kastanyet yang berbahan plastik. Pelatih menggunakan kastanyet

(49)

sebagai panduan tempo yang dimainkan oleh pelatih pada saat latihan bernyanyi.

Kastanyet merupakan benda yang diwajibkan pelatih untuk selalu ada dalam latihan.

3.3 Kegiatan

Ekstrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir memiliki banyak kegiatan yang berdasarkan jenis kegiatannya dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan latihan, kerohanian, penampilan, dan kegiatan lainnya yang tidak memiliki pengelompokan secara spesifik yang bertujuan mempererat kebersamaan antar anggota.

3.3.1 Latihan 3.3.1.1 Latihan rutin

Latihan rutin merupakan kegiatan reguler untuk melatih vokal dan lagu yang dilaksanakan oleh paduan suara Elyoenai Choir. Kegiatan ini dilaksanakan dua kali dalam seminggu dengan durasi dua sampai dua setengah jam setiap hari kamis (15.00-17.00 WIB) dan sabtu (14.30-17.00 WIB) di sekolah SMA Negeri 3 Medan atau di rumah anggota jika sekolah tidak dapat digunakan. Kegiatan ini dimulai dengan ibadah atau renungan singkat, dilanjutkan dengan pemanasan, latihan lagu dan vokal, kemudian pengumuman dan diakhiri dengan doa penutup.

(50)

Gambar 3.1 : Latihan Rutin (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)

3.3.1.2 Latihan khusus

Latihan khusus merupakan latihan untuk mempelajari lagu oleh setiap suara. Kegiatan ini dilakukan sekali seminggu dengan waktu dan hari yang tidak tetap dan berubah-ubah yang disesuaikan dengan waktu setiap anggota. Kegiatan ini dipimpin oleh siswa kelas XI ataupun XII di setiap suara dan bertujuan untuk menyempurnakan apa yang sudah dilatih pada pertemuan terakhir sehingga akan memudahkan kerja pelatih dipertemuan berikutnya. Latihan khusus hanya dilaksanakan ketika akan mempelajari materi lagu yang baru dan menjelang festival.

(51)

3.3.1.3 Latihan fisik

Gambar 3.2 : Latihan Fisik (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik anggota.

Kegiatan ini biasa dilakukan di tempat-tempat yang berbeda disetiap pertemuannya baik di dalam gedung sekolah maupun di tempat lain di luar gedung sekolah, disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Berhubung paduan suara Elyoenai Choir berada dalam naungan sekolah SMA Negeri 3 Medan, tidak mudah untuk menentukan jadwal untuk melaksanakan kegiatan ini, sehingga kegiatan ini biasa hanya dilakukan dihari libur yang menyebabkan kegiatan ini tidak memiliki jadwal yang pasti. Kegiatan ini biasa diisi dengan berlari keliling lapangan, memperagakan posisi setengah jongkok sembari melakukan humming, dan lain sebagainya.

(52)

3.3.2 Kerohanian 3.3.2.1 Kubu doa

Gambar 3.3 : Kubu Doa (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)

Kubu doa adalah kegiatan ibadah kecil yang bertujuan untuk mengembangkan sisi kerohanian anggota. Kegiatan ini tidak terbatas untuk anggota Elyoenai Choir saja tetapi terbuka untuk siswa-siswi SMA Negeri 3 Medan lainnya yang ingin ikut dalam kegiatan ibadah ini. Kegiatan ini dilaksanakan satu kali dalam satu bulan yang bertempat di rumah anggota maupun di dalam gedung sekolah.

3.3.2.2 Doa pagi dan kontak doa

Doa pagi merupakan kegiatan untuk memanjatkan doa sebelum

(53)

masuk di dalam sebuah ruangan. Kegiatan ini dimulai dengan bernyanyi, membaca buku renungan dan diakhiri dengan doa Kegiatan ini terbuka untuk setiap siswa-siswi Kristen di SMA Negeri 3 Medan.

Kontak doa adalah kegiatan untuk berdoa yang dilakukan seluruh anggota paduan suara. Kegiatan ini dimulai pada pukul sembilan malam dimana sebelumnya akan diumumkan topik apa saja yang akan didoakan.

3.3.3 Penampilan

3.3.3.1 Kunjungan Gereja

Gambar 3.4 : Kunjungan di Gereja HKBP Sidorame (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)

Kunjungan gereja adalah kegiatan menampilkan nyanyian paduan suara pada ibadah gereja (biasanya merupakan gereja dari anggota) yang dilaksanakan satu hingga dua kali dalam satu bulan. Selain untuk memberikan persembahan

(54)

pujian dalam ibadah, kegiatan ini juga bertujuan untuk melatih mental tampil bagi setiap anggota agar terbiasa dan tidak gugup ketika tampil di depan banyak orang.

3.3.3.2 Memimpin dan tampil pada PA SMA Negeri 3 Medan

Gambar 3.5 : Penampilan di PA SMA Negeri 3 Medan (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)

Pendalaman Alkitab (PA) adalah kegiatan ibadah yang dilaksanakan oleh sekolah SMA Negeri 3 Medan setiap minggunya pada hari jumat dan diikuti oleh seluruh siswa-siswa Kristen di sekolah. Satu kali dalam tiap bulannya paduan suara Elyoenai Choir bertugas untuk memimpin PA dan menampilakan nyanyian paduan suara untuk memberikan persembahan pujian. Selain itu paduan suara Elyoenai Choir juga akan tampil di PA pada saat menjelang festival dengan tujuan untuk menambah jam terbang tiap anggota.

3.3.3.3 Promosi pada MOS SMA Negeri 3 Medan

Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk memberikan pertunjukan penampilan sekaligus membuka rekrutmen anggota untuk setiap ekstrakurikuler.

(55)

Kegiatan ini rutin dilaksanakan sekali setahun pada awal tahun ajaran baru dan bertujuan untuk menarik perhatian siswa-siswi baru dengan penampilan yang disajikan untuk mau ikut bergabung dalam ekstrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir.

Gambar 3.6 : Penampilan di MOS SMA Negeri 3 Medan (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)

3.3.3.4 Mengikuti festival

Kegiatan ini adalah kegitan untuk mengikuti perlombaan paduan suara.

Menjelang festival biasanya intensitas latihan rutin dan latihan khusus akan ditingkatkan hari maupun durasinya. Penampilan baik pada PA maupun pada kunjungan gereja juga akan dilaksanakan untuk membiasakan anggota sehingga pada hari festivalnya dapat memberikan penampilan yang terbaik.

(56)

Gambar 3.7 : Penampilan Festival Christmas Carol di Plaza Millenium (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)

3.3.4 Lain-lain

3.3.4.1 Kunjungan kepada anggota

Kegiatan ini merupakan kegiatan kunjungan apabila terdapat undangan baik itu pernikahan, ulang tahun, syukuran dan lain sebagainya dari anggota, kerabat anggota, maupun alumni kepada paduan suara Elyoenai Choir. Selain itu kunjungan juga dilakukan jika ada anggota ataupun alumni paduan suara yang sedang tidak sehat. Pada kunjungan ini biasanya paduan suara Elyoenai Choir akan menampilakan satu hingga dua lagu paduan suara.

3.3.4.2 Pelepasan demisioner

Pelepasan demisioner merupakan kegiatan untuk memberikan penghargaan dan ucapan terimakasih terhadap anggota Elyoenai Choir kelas XII yang akan menjadi alumni. Kegiatan ini dilaksanakan sekali dalam setahun.

(57)

3.3.4.3 Penerimaan Anggota Baru

Penerimaan Anggota Baru (PAB) adalah kegiatan peresmian siswa-siwi yang telah disahkan melalui rapat pengurus menjadi anggota resmi. Kegiatan ini biasa dilaksanakan selama dua hari satu malam yang bertempat di dalam sekolah maupun di luar sekolah (tergantung situasi dan izin yang diberikan). Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan keakraban serta mengenalkan sejarah, kegiatan, alumni, anggota dan lain sebagainya yang berhubungan dengan paduan suara Elyoenai Choir kepada anggota baru.

Gambar 3.8 : Penerimaan Anggota Baru (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)

3.3.4.4 Mengadakan lomba

Perlombaan ini merupakaan perlombaan kecil yang disusun oleh BPH dengan menyusun penanggungjawab untuk setiap lombanya dan hanya diikuti oleh anggota paduan suara saja. Beberapa perlombaan diantaranya: perombaan

(58)

Perlombaan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan anggota di luar dari kemampuan teknik olah vokal.

Gambar 3.9 : Pemberian Hadiah kepada Pemenang Lomba (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)

3.3.4.5 Perayaan hari ulang tahun Elyoenai Choir

Merayakan hari ulang tahun paduan suara Elyoenai Choir pada tanggal 02 agustus setiap tahunnya. Perayaan ini biasa diisi dengan kegiatan games, barbeku, dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mempererat hubungan antar anggota

(59)

Gambar 3.10 : Perayaan Ulang Tahun Paduan Suara Elyoenai Choir ke-17 Tahun (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)

.

(60)

BAB IV

MANAJEMEN PERTUNJUKAN DAN LATIHAN PADUAN SUARA ELYOENAI CHOIR

4.1 Manajemen

4.1.1 Konsep Manajemen

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mejelaskan bahwa manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran; pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi. Manullang (2015) mengatakan bahwa terdapat istilah manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu:

i. Manajemen sebagai suatu proses.

ii. Manajemen sebagai suatu kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen.

iii. Manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu.

Selanjutnya Jazuli (2014) mengemukakan beberapa definisi dari manajemen, yaitu:

i. Manajemen adalah kegiatan kepemimpinan atau proses bimbingan dan pengawasan dalam segala bentuk usaha pencapaian tujuan yang dilakukan oleh pimpinan.

ii. Manajemen merupakan suatu proses, kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas.

iii. Manajemen merupakan seni dan ilmu mengolah keahlian.

(61)

4.1.2 Organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat tiga definisi dari organisasi, yiatu:

1) Kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu.

2) Kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.

3) Strategi yang dimanfaatkan dalam upaya memperbesar kinerja memori.

Dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan bagimana susunan pengurus yang diterapkan oleh paduan suara Elyoenai Choir. S. P. Hasibuan dalam bukunya yang berjudul Organisasi dan Motivasi (1996:26) mengatakan struktur organisasi adalah suatu gambar yang mengambarkan tipe organisasi atau bagan organisasi (Organization Chart), pendepertemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi. Dalam hal ini yang penulis maksud adalah struktur kepengurusan dalam paduan suara Elyoenai Choir.

4.1.2.1 Struktur organisasi

Sejak berdirinya ektrakurikuler paduan suara Elyoenai Choir pada tahun 2002 hingga saat ini telah terjadi banyak perubahan baik dalam hal keanggotaan maupun dalam hal Badan Pengurus Harian (BPH) yang ada pada paduan suara ini.

(62)

Struktur organisasi yang terdapat pada paduan suara Elyoenai Choir dapat dibagi menjadi 2 bagian, yiatu Badan Pengurus Harian (BPH) dan Pendamping.

1. Badan Pengurus Harian (BPH) i. Ketua

ii. Wakil Ketua iii. Sekretaris

iv. Wakil Sekretaris v. Bendahara vi. Seksi Dana vii. Seksi Humas viii. Seksi Kerohanian

ix. Seksi Peralatan, Tempat dan Transportasi x. Seksi Koor

2. Pendamping i. Pembina ii. Penasihat iii. Pelatih

iv. Majelis

4.1.2.2 Penerimaan anggota

Gambar

Gambar 3.1 : Latihan Rutin  (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)
Gambar 3.2 : Latihan Fisik  (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)
Gambar 3.3 : Kubu Doa  (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)
Gambar 3.4 : Kunjungan di Gereja HKBP Sidorame  (Sumber: Dokumen Elyoenai Choir)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa alasan yang dikemukakan petani antara lain adalah (1) harga bibit terlalu mahal (49%), (2) serangan karat puru hanya bersifat sementara (30%), (3) akan beralih ke tanaman

Hal yang sama dinyatakan Harto (1993), bahwa model hidrologi adalah sebuah sajian sederhana dari sebuah sistem hidrologi yang kompleks. Adapun tujuan penggunaan suatu model

Proses aplikasi SWAT dilakukan dalam empat tahapan, yaitu: (1) membuat batas DAS menggunakan data DEM ( SRTM 90 m x 90 m); (2) membangun HRU (Create Hydrogical Response

Bila Anda gagal untuk memenuhi syarat sebagai Afiliasi Master karena Anda tidak mencapai 1.000 PGPV unencumbered selama satu bulan di mana Distributor downline memenuhi syarat

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan sistem informasi akuntansi penggajian dan pengupahan serta pengendalian internal

Lama di Jawa Barat”. Buku tersebut mengulas mengenai penduduk Cianjur mengalami kemajuan. Hal itu didorong dengan keberhasilannya Cianjur sebagai penghasil kopi.

Pada tuturan penarik amal dalam peristiwa tutur penarikan dana masjid Nurul Jannah di Kampung Durenan Kabupaten Jember ditemukan empat jenis tindak tutur, yakni

Para ulama ahli fara’id berbeda pendapat mengenai kewarisan khuntsa musykil setelah penghitungan dua perkiraan (di perkirakan laki-laki dan perempuan). Oleh karna