2. ANTIBIOTIK LAIN
7.6 Mahasiswa mengetahui tentang penyakit clamydia trachomatis Definisi
Klamidiasis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, yang sering menyerang pada usia 15- 25 tahun (Karmila, 2001).
Etiologi
Penyakit klamidiasis disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.Chlamydia trachomatis dapat ditemukan tinggal di dalam sel manusia.Klamidiasis dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal, anal atauoral, dan dapat menyebabkan bayi tertular dari ibunya selama masa kehamilandan persalinan. Klamidia dapat menyerang siapa saja, laki-laki maupunperempuan semua usia, terutama dewasa mua yang kehidupan seksualnya tidak sehat, misalnya sering bergonta-ganti pasangan, tidak menggunakan kondomsaat
berhubungan seksual, melakukan hubungan seksual tidak wajar (anal,oral), dan lain-lain (Kemenkes, 2011).
a. Morfologi
Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya berkembang biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut badan inklusi (BI). Chlamydia trachomatis berbeda dari kebanyakkan bakteri karena berkembang mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa badan inisial. Badan elementer (BE) dan badan retikulat (BR) atau badan inisial. Badan elementer ukurannya lebih kecil (300 nm) terletak ekstraselular dan merupakan bentuk yang infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar (1 um), terletak intraselular dan tidak infeksius. Morfologi inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya (Atlanta, 2010).
b. Klasifikasi
Ordo : Chlamydiales Famili : Chlamydiaceae Genus : Chlamydia
Spesies : Chlamydia trachomatis (Atlanta, 2010)
Faktor risiko
Usia dibawah 25 tahun.
Berganti pasangan dalam 12 bulan terakhir.
Mempunyai lebih dari satu pasangan seks dalam 12 bulan terakhir Tidak menggunakan kondom atau dam gigi
Pasangan seks mengidap IMS yang lain (Kemenkes, 2011)
Epidemiologi
Penyakit klamidiasis merupakan penyakit menular seksual tersering dinegara industri. Antara 35-50 persen dari kasus penyakit kelamin non-gonored i p e r k i r a k a n d i s e b a b k a n o l e h C h l a m y d i a t r a c h o m a t i s , y a n g t e r j a d i s e c a r a umum di seluruh dunia, terutama di negara industri dan di negara-negara baratyang menganut paham free sex. Klamidia diperkirakan terjadi pada 200 orangdiantara 100 ribu orang, atau sekitar 0,2 % dari seluruh populasi.
Antara 0,5-1j u t a k a s u s k l a m i d i a k e m u n g k i n a n t e r j a d i d i I n g g r i s s e t i a p t a h u n n ya d a n mayoritas asimtomatik serta tetap tidak terdiagnosis.Klamidiasis menyebabkan 250.000-500.000 kasus Pelvic Inflammatory Disease(PID) atau penyakit infeksi sistem saluran reproduksi padaperempuan setiap tahun di Amerika Serikat. Klamidia menyebabkan lebih dari250.000 kasus epididimitis di Amerika Serikat setiap tahun, dan diperkirakan sekitar 2,3 juta orang di Amerika Serikat terinfeksi klamidia (Karmila, 2001).
Patofisiologi
B a k t e r i C h l a m y d i a t r a c h o m a t i s d a p a t m a s u k k e t u b u h m a n u s i a melalui beberapa cara, dapat melalui hubungan seksual maupun kontak dengan mata. Orang yang terinfeksi klamidia dapat menularkan bakteri Chlamydiatrachomatis melalui sentuhan fisik, hubungan seksual, jabatan tangan. Daritangan yang sudah terinfeksi ini bakteri bisa masuk ke tubuh, misalnya melaluimata saat secara tidak sengaja mengucek-ngucek mata. klamidiasis disebabkan oleh bakteri dan dapat ditularkan melalui seks tanpa pelindung pada vagina, mulut atau dubur. Wanita hamil dapat menularkan Chlamydia pada janin, menyebabkan infeksi mata dan paru-paru yang serius. Bila menderita Chlamydia, juga akan menjadi mudah
tertular dan menularkan HIV. Kesulitannya adalah kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa mereka mengidap klamidia karena mereka tidak merasa atau melihat ada yang salah. Tanpa mereka ketahui mereka dapat menularkan Chlamydia pada pasangan mereka (Kemenkes, 2011).
Siklus hidup Chlamydia trachomatis
Gambar 3. Siklus hidup Chlamydia trachomatis(Kemenkes, 2011).
Gejala Klinis
Rasa terbakar atau sakit sewaktu mengeluarkan air seni. Keluaran vagina yang tidak biasa.
Rasa sakit pada perut bagian bawah. Rasa sakit sewaktu melakukan seks.
Pendarahan yang tidak biasa atau bercak di antara waktu haid. Keluaran keputihan atau kuning dari penis.
Rasa terbakar atau sakit sewaktu mengeluarkan air seni. Iritasi atau pedih disekitar uretra (lubang penis).
Tanpa pengobatan dini, wanita dan gadis dapat menderita infeksi pada serviks, kandungan dan tuba fallopian. Ini disebut dengan Pelvic Inflammatory Diseases (PID). Tuba fallopian (yang membawa telur ke kandungan) dapat berparut bahkan dapat tersumbat. Hal ini juga mencegah telur yang sudah dibuahi masuk ke dalam kandungan, dan menyebabkan kehamilan ektopik (di mana telur tumbuh di tuba fallopian) yang memerlukan pembedahan dan dapat menyebabkan kematian. Ingat, kebanyakan anak laki-laki dan pria yang mengidap chlamydia tidak merasakan tanda apapun (Kemenkes, 2011).
Penyakit yang ditimbulkan Laki-laki
a. Urethritis
Infeksi di uretra merupakan manifestasi primer infeksi chlamydia. Masa inkubasi untuk uretritis yang disebabkan oleh C. trachomatis bervariasi dari sekitar 1–3 minggu. Pasien dengan chlamydia, uretritis mengeluh adanya duh tubuh yang jernih dan nyeri pada waktu buang air kecil (dysuria). Infeksi uretra oleh karena chlamydia ini dapat juga terjadi asimtomatik(Karmila, 2001).
Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan pewarnaan Gram atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah lekosit PMN melebihi 5 pada pembesaran 1000 x merupakan indikasi uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25% pria yang menderita gonore, diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena chlamydia tidak diobati sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra posterio dan menyebabkan epididimitis dan mungkin prostatitis (Karmila, 2001).
b. Proktitis
Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada pria homoseks. Keluhan penderita ringan dimana dapat ditemukan cairan mukus dari rektum dan tanda-tanda iritasi, berupa nyeri pada rektum dan perdarahan (Karmila, 2001).
c. Epididimitis
Sering kali disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, yang dapat diisolasi dari uretra atau dari aspirasi epididimis. Dari hasil penelitian terakhir mengatakan bahwa C. trachomatis merupakan penyebab utama epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun (sekitar 70 - 90%). Secara klinis, chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan pembengkakan skrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan dengan chlamydial uretritis, walaupun uretritisnya asimtomatik (Karmila, 2001).
d. Prostatitis
Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan gonore atau uretritis non gonore. Infeksi C. trachomatis pada prostat dan epididimis pada umumnya merupakan penyebab infertilitas pada pria (Karmila, 2001).
e. Sindroma Reiter
Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu: artritis, uretritis dan konjungtivitis, yang dikaitkan dengan infeksi genital oleh C. trachomatis. Hal ini disokong dengan ditemukannya badan elementer dari C. trachomatis pada sendi penderita dengan menggunakan teknik direct immunofluerescence (Karmila, 2001). Perempuan
a. Servisitis
Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa serviks. Tidak ada gejala-gejala yang khas membedakan servisitis karena C. trachomatis dan servisitis karena organisme lain. Pada pemeriksaan dijumpai duh tubuh yang mukopurulen dan serviks yang ektopi. Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi serviks, prevalerisi servisitis yang disebabkan C. trachomatis lebih banyak ditemukan pada penderita yang menunjukkan ektopi serviks dibandingkan yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral dapat menambah resiko infeksi Chlamydia trachomatis pada serviks, oleh karena kontrasepsi oral dapat menyebabkan ektopi serviks (Karmila, 2001).
b. Endometritis
Servisitis oleh karena infeksi C. trachomatis dapat meluas ke endometrium sehingga terjadi endometritis. Tanda dari endometritis antara lain menorrhagia dan nyeri panggul yang ringan. Pemeriksaan laboratorium, chlamydia dapat ditemukan pada aspirat endometrium (Karmila, 2001).
Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden sehingga infeksi sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba (terjadi tuba scarring). Hal ini dapat menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik. Wanita dengan PID, lebih separuh disebabkan oleh Chlamydia, umumnya mengeluh rasa tidak enak terus di perut bawah. Itu lantaran infeksi menyebar ke rahim, saluran telur, indung telur, bahkan sampai ke leher rahim juga (Karmila, 2001).
d. Perihepatitis
Infeksi C. trachomatis dapat meluas dari serviks melalui endometrium ke tuba dan kemudian parakolikal menuju ke diafragma kanan. Beberapa dari penyebaran ini menyerang permukaan anterior liver dan peritoneum yang berdekan sehingga menimbulkan perihepatitis. Parenkim hati tidak diserang sehingga tes fungsi hati biasanya normal. Bila tidak diobati, kendati tidak menimbulkan keluhan berarti, penyakit bisa menjalar ke mana-mana bagian organ reproduksi baik pria maupun wanita.. Pengidap chlamydia juga lebih rentan untuk terserang HIV/AIDS dibanding yang tidak mengidapnya. Diperkirakan yang positif Chlamydia 3 sampai 5 kali lebih berisiko terserang HIV/AIDS (Karmila, 2001). Diagnosis
Hal ini bisa dipastikan dengan mengetes cairan smear untuk melihat adanya antigen klamidia. Bagi wanita aktif seksual yang tidak hamil, metode skrining dianjurkan pada mereka yangberusia di bawah 25 tahun dan wanita lainnya yang beresiko terinfeksi. Faktor resiko mencakup sejarah klamidia atau infeksi menular seksual lainnya,bergonta-ganti pasangan seksual, dan penggunaan kondom yang tidak konsisten. Metode skrining penting untuk menegakkan diagnosis penyakitklamidia yang asimtomatik (dimulai di Amerika Serikat dan direkomendasikandi Inggris). Namun para ahli masih
belum menemukan kesepakatan universalapakah skrining penting untuk laki-laki atau tidak.
Diagnosis terhadap infeksi klamidia berkembang pesat dari tahun1990-an sampai 2006. Nucleic acid amplification test (NAAT), seperti padapolymerase chain reaction (PCR), transcription mediated amplification (TMA),dan DNA strand displacement amplification (SDA) sekarang menjadi tes-tesandalan. NAAT untuk klamidia dapat dilakukan dengan mengambil sampelspesimen yang dikumpulkan dari leher rahim (perempuan) atau uretra (laki-laki). Tes PCR swab genital dilakukan pada vagina, serviks, anus atau urin (Kemenkes, 2011).
Penatalaksanaan a. Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibiotik pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/hari selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan dosisnya lebih kecil(Kemenkes, 2011).
b. Azitromisin
Azitromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum(Kemenkes, 2011).
Regimen alternatif dapat diberikan:
a. Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari.
Regimen untuk wanita hamil:
Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari (Kemenkes, 2011). Pencegahan
a. Selalu memakai kondom atau dam gigi dan pelumas berdasar air. Kondom adalah cara terbaik untuk melindungi anda dari chlamydia dan IMS yang lain. Selalu pakai kondom sewaktu melakukan seks vagina atau dubur, dan dam gigi sewaktu seks mulut., sampai anda sangat yakin bahwa anda dan pasangan anda tidak menderita IMS. b. Bina hubungan berjangka waktu lama di mana tak satupun anda
telah tertular, dan tak satupun anda mempunyai pasangan yang lain. c. Batasi pasangan seks anda. Makin sedikit orang bersama anda
melakukan seks, makin kurang kesempatan anda untuk melakukan seks dengan orang yang menderita chlamydia.
d. Melakukan pemeriksaan IMS yang teratur. (Kemenkes, 2011)
7.7 Mahasiswa mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS