• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa mengetahui tentang penyakit Kondiloma Akuminata Definisi

2. ANTIBIOTIK LAIN

7.5 Mahasiswa mengetahui tentang penyakit Kondiloma Akuminata Definisi

Kondiloma akuminata ( KA ) adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh virus pailoma humanus (VPH) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa( Mansjoer, 2014 ).

Etiologi

Virus papilloma humanus ( VPH ) , virus DNA yang tergolong dalam family papova . Tipe yang ditemui adalah tipe 6 , 11 , 16 , 18 , 30 , 31 , 33 , 35 , 39 , 41 , 42 , 44 , 51 , 52 , dan 56 . Tipe 6 dan 11 sering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepithelial serviks ringan . Tipe 16 dan 18 mempunyai potensi keganasan yang tinggi dan sering dijumpai pada kanker serviks . Sampai saat ini sudah dapat diidentifikasikan 80 tipe virus papilloma humanus( Mansjoer, 2014 ).

VPH adalah virus DNA yang merupakan virus epiteliotropik ( menginfeksi epitel ) dan tergolong dalam family Papovaviridae. Dengan menguunakan cara hibridasi DNA , sampai saat ini telah dapat diisolasi lebih dari 100 tipe VPH , namun yang dapat menimbulkan KA sekitar 23 tipe . VPH belum dapat dibiak dalam kultur sel ( in vitro ) sehingga penelitian terhadap virus tersebut sangat . Telah diketahui bahwa ada hubungan antara infeksi VPH tipe tertentu pada genital dengan terjadinya karsinoma serviks . Berdasarkan kemungkinan terjadinya displasisa epitel dan kegansan maka VPH dibagi menjadi VPH yang mempunyai risiko rendah ( Low Risk ) dan VPH yang mempunyai resiko tinggi ( High Risk ) VPH tipe 6 dan tipe 11 paling sering ditemukan pada KA yang eksofitik dan pada dysplasia derajat rendah ( Low Risk ) . Sedangkan VPH tipe 16 dan 18 sering ditemukan pada dysplasia derajat tinggi dan keganasan ( High Risk )( Mansjoer, 2014 ).

Patofisiologi

Sel dari lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV.Hal ini berpenetrasi melalui kulit dan menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase virus laten dimulai dengan tidak ada tanda atau gejala dan dapat berakhir hingga 1 bulan dan 1 tahun. Mengikut fase laten, produksi DNA virus, kapsid dan partikel dimulai. Sel Host menjadi terinfeksi dan timbul atipikal morfologis koilocytosis dari kondiloma akuminata.Area yang paling sering

terkena adalah penis, vulva, vagina, serviks, perineum dan perineal.Lesi mukosa yang tidak biasa adalah di oropharynx, larynx, dan trachea telah dilaporkan. HPV-6 bahkan telah dilaporkan di area lain yang tidak biasa (ekstremitas). Lesi simultan multiple juga sering dan melibatkan keadaan subklinis sebagaimana anatomi yang berdifferensiasi dengan baik. Infeksi subklinis telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi dan potensi akan onkogenik.VPH masuk kedalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit sehingga kondiloma akuminatum sering timbul pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual( Sudoyo,2014 ).

Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk: 1. Bentuk akuminata

Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab.Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari.Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol.Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.

2. Bentuk papul

Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum.Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.

3. Bentuk datar

Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong (Mansjoer, 2014).

Gejala Klinis

a. Terdapat papul atau tumor (benjolan), dapat soliter (tunggal) atau multipel (banyak) dengan permukaan yang verukous atau mirip jengger ayam.

b. Terkadang penderita mengeluh nyeri. Jika timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak sedap.

c. Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna. Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis. Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor, terkadang pada porsio uteri.

Masa inkubasi berlangsung antara 1 – 8 bulan ( rata - rata 2 - 3 bulan ) Terutama mengenai daerah lipatan yang lembab , misalnya daerah genetalis eksterna . Pada pria dapat mengenai perineum , sekitar anus , sulkus koronarius , glans penis , muara uretra eksterna , korpus dan pangkal penis . Pada wanita didaerah vulva dan sekitarnya , introitus vagina , kadang - kadang pada portio uteri . Adanya fluor albus dan kehamilan dapat mempercepat pertumbuhan penyakit .

Jika telah lama agak kehitaman , permukaannya berjonjot ( papilomatosa ) dan jika besar dapat dilakukan percobaan sondase . Bila timbul infeksi sekunder warna akan menjadi keabu - abuan dan berbau tidak enak . Giant Condyloma pernah dilaporkan menimbulkan keganasan sehingga harus dilakukan biopsy .

Masa inkubasi KA berlangsung antara 1 8 bulan ( rata – rata 2 -3 bulan ). VPH masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit ,

sehingga KA sering timbul di daerah yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual .

Pada pria tempat sering terkena adalah glans penis , sulkus koronarius , frenulum dan batang penis , sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum( Sudoyo, 2014) .

Penegakan Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan:

1. Tes asam asetat

Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit).

2. kolposkopi

Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan.Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat.

3. Histopatologi

Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma( Sudoyo, 2014).

Diagnosis Banding

1. Kondiloma lata atau kondiloma latum (pada sifilis). 2. Moluskum kontagiosum.

3. Veruka vulgaris.

4. Karsinoma sel skuamos 5. Rhabdomyolysis Penatalaksanaan

Dapat dilakukan dengan kemoterapi , bedah listrik , bedah beku , bedah scalpel , laser CO2 , interferon , dan imunoterapi . Pemilihan cara pengobatan bergantung pada besar , lokalisasi , jenis dan jumlah lesi serta keterampilan dokter yang melakukan pengobatan .

Secara kemoterapi , dapat diberikan :

a. Tingtur Podifilin 15 - 25 % . Setelah melindungi kulit di sekitarnya dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi , oleskan tingtur pada lesi dan biarkan selama 4 - 6 jam kemudian cuci . Jika belum sembuh , dapat diulangi setelah 3 hari . Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena dapat bersifat toksik dengan gejala mual , muntah , nyeri , abdomen , gangguan nafas , dll . Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil . b. Asam triklorasetat 50 % dioleskan seminggu sekali , hati - hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam . Dapat diberikan pada wanita yang hamil .

c. 5-fluorourasil 1 - 5 % dalam krim , terutama untuk lesi pada meatus uretra . Diberikan setiap hari sampai lesi hilang , sebaiknya tidak misksi selama 2 jam setelah pengobatan .

Ada beberapa cara pengobatan KA , yaitu kemoterapi , tindakan bedah dan imunutropi . Pemilihan cara pengobatan yang dipakai tergantung pada

besar , lokalisasi , jenis dan jumlah lesi , serta keterampilan dokter yang melakukan pengobatan .

a. Kemoterapi

1. Tinkutra podofilin 10 % - 25 % . Setelah melindungi kulit di sekitarnya dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi , oleskan tingtur pada lesi dan biarkan selama 4 - 6 jam kemudian cuci . Jika belum sembuh , dapat diulangi setelah 3 hari . Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3 cc karena dapat bersifat toksik dengan gejala mual , muntah , nyeri , abdomen , gangguan nafas , dll . Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil . 2.Podofilotoksin ( podofiloks ) bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam podofilin . Setelah pemakaian podofiloks , dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi pada pemakaian podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan reaksi sistemik belum pernah dilaporkan . Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak dua kali sehari selama tiga hari berturut - turut .

3. Asam triklorasetat 50 % dioleskan seminggu sekali , hati - hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam . Dapat diberikan pada wanita yang hamil .

4. 5-fluorourasil 1 - 5 % dalam krim , terutama untuk lesi pada meatus uretra . Diberikan setiap hari sampai lesi hilang , sebaiknya tidak misksi selama 2 jam setelah pengobatan .

b. Tindakan bedah 1.Bedah scalpel 2.Bedah litrik

3.Bedah beku ( N2 cair N2O cair ) 4.Bedah laser ( CO2 )

c.Interferon

Pemberiannya dalam bentuk suntikan ( intramuscular atau intralesi ) atau bentuk krim , dan dapat diberikan bersama pengobatan yang lain . Secara klinis terbukti bahwa interferon alfa , beta , dan gama bermanfaat dalam pengobatan infeksi VPH . Dosis interferon alfa yang diberikan adalah 4 - 6 kali IU intramuscular , 3 kali seminggu selama 6 minggu . Interferon beta diberikan dengan dosis 2 kali 10 mega IU intramuscular selama 10 hari berturut - turut .

d.Immunoterapi

Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadapn pengobatan dapat diberikan pengobatan bersama immunodulator .Salah satu obat yang saat ini sering dipakai adalah Imiquimod. Imiquimod dalam bentuk krem , dioleskan 3 x seminggu , paling lama 16 minggu . Dicuci setelah 6 – 8 jam pemakaian .

1. Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi kematian fetus/janin). 2. Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA) 80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu. 3. Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang. 4. Bedah listrik (elektrokauterisasi).

5. Bedah beku dengan nitrogen cair. 6. Bedah skalpel.

7. Laser karbondioksida.

8. Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim).

a. Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU i.m. 3 x seminggu selama 6 minggu atau

dengan dosis 1-5 mU i.m. selama 6 minggu.

b. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x10 g unit i.m. selama 10 hari berturut-turut.

9. Pada pria yang tidak dikhitan (disunat) dapat dilakukan eksisi dan sirkumsisi (khitan).

( Sudoyo, 2014 ) Prognosis

Penyakit ini dapat disembuhkan total, namun kadang – kadang dapat kambuh setelah pengobatan karena adanya infeksi ulang atau timbulnya penyakit yang masih laten. Mengingat virus ini juga meningkatkan resiko terjadinya penyakit kanker serviks [kanker mulut rahim], maka jika memang seseorang sudah positif terkena kondiloma akuminata sebaiknya dilakukan test pap smear juga. Test ini juga dianjurkan bagi wanita paling tidak setiap 1 tahun setelah aktif secara seksual.

a. Mortalitas merupakan hal sekunder terhadap perubahan maligna menjadi karsinoma pada pria dan wanita.

b. Infeksi HPV tampak untuk menjadi lebih sering dan memburuk pada pasien dengan variasi tipe defisiensi imun. Angka rekurensi, ukuran, ketidaknyamanan dan risiko dari perkembangan onkologis merupakan yang tertinggi di antara pasien ini.Infeksi sekunder adalah hal yang tidak biasa.

c. Kesakitan laten menjadi lebih aktif selama kehamilan. Vulva kondiloma akuminata dapat berkaitan dengan parturitas.Trauma kemudian dapat muncul, menghasilkan krusta atau eritema.Perdarahan telah dilaporkan pada lesi yang besar yang dapat timbul selama kehamilan.

c. Pada pria, perdarahan telah dilaporkan sesuai datarnya meatus uretra penis, biasanya dikaitkan dengan HPV-16. Akhirnya, obstruksi uretra akut pada wanita juga dapat timbul.

d. Kedua jenis kelamin dapat rentan terhadap infeksi.

e. Penyakit tambahan dapat menjadi lebih sering pada pria (dilaporkan pada 75% pasien).

f. Prevalensi adalah yang terbesar pada orang dengan usia antara 17-33 tahun, dengan insidensi meningkat pada orang yang berusia 20-24 tahun. g. Merokok, kontrasepsi oral, pasangan seksual yang banyak, dan usia koitus awal merupakan factor resiko dalam mendapatkan kondiloma akuminata.

h. Umumnya, dua pertiga individu yang mempunyai kontak seksual dengan seorang partner yang mempunyai kondiloma akuminata akan timbul lesi dalam waktu 3 bulan.

j. Keluahan utama biasanya salah satu dari benjolan yang tidak nyeri, pruritus, atau keluar cairan(zubier f, 2009).

7.6 Mahasiswa mengetahui tentang penyakit clamydia trachomatis