• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.6 Metode Analisis Data

4.1.4 Majas Perulangan

Yang termasuk ke dalam majas perulangan ini ada empat jenis yaitu maja aliterasi, maja antanaklasis, kiasmus, dan repetisi. Berikut aka dijelaskan satu persatu mengenai majas tersebut dalam bahasa Melayu Kampung Masjid Kecamatan Kualuh Hilir.

4.1.4.1 Majas Aliterasi Contoh :

1. Mananam mako sapokat Mamotik mako sa ‘Menanam sepakat’

dapat

‘Memanen sesuai yang didapat’

Contoh di atas memiliki pengertian secara filosofi tentang kondisi masyarakat Melayu yang umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan masih sepenuhnya mengandalkan kondisi alam dalam hal bercocok tanam. Majas tersebut mendeskripsikan kearifan lokal orang melayu yang pada realitas sosialnya selalu mengutamakan kerjasama dan gotong royong dalam mengerjakan sesuatu yang bersifat kolektif. Kalimat mananam sapokat berarti melakukan pekerjaan dengan terlebih dahulu bersepakat (musyawarah) sehingga dapat memetik hasil yang memuaskan.

Perilaku seperti ini masih sering kita jumpai sampai sekarang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu Kampung Masjid.

Berdasarkan contoh di atas penulis mengategorikan majas tersebut ke dalam majas eliterasi karena dalam kalimatnya terdapat kata-kata yang memanfaatkan purwakanti yang permulaannya sama bunyinya.

2. Basimpul kuat ba

‘Bersimpul kuat bontuk elok.

Berbentuk indah’.

Kalimat di atas memiliki makna filosofis dalam masyarakat Kulauh karena merupakan motto atau semboyan dari Kabupaten Labuhanbatu Utara yang mencerminkan identitas dan kepribadian masyarakatnya. Kalimat basimpul kuat memiliki pengertian akan kondisi sosial masyarakatnya yang memegang teguh nilai-nilai persatuan, kesatuan dan kebersamaan sehingga terwujudnya rasa kebersamaan untuk membentuk suatu masyarakat yang elok.

Penulis mengategorikan kalimat di atas ke dalam majas aliterasi karena memanfaatkan purwakanti atau kata-kata yang permulaannya sama bunyinya, seperti pada kata basimpul kuat babontuk elok.

3. Buah la padi baya sulaseh dulang awak manumpang baya ka jawo sajo

buah la hati baya kakaseh urang awak manumpang baya katawo sajo

si anak sampan baya mamuat goni singgah sakojap baya di sunge palas bilo datang baya urang nan baek budi biso tak biso baya kami ba

Contoh di atas merupakan petikan dari senandung Kualuh. Pada bait pertama bertemakan tentang kasih yang tak sampai karena orang yang dicintai telah menjadi milik orang lain, yang diungkapkan dalam kalimat buah lah hati baya kakaseh urang. Sedangkan bait kedua berupa ungkapan terima kasih kepada seseorang baik budi yang memberikan sesuatu luar biasa sehingga tak dapat terbalas lagi. Seperti yang diungkapkan pada kalimat Bilo datang baya urang nan baek budi, Biso tak biso baya kami balas.

las

Majas ini penulis kategorikan ke dalam majas aliterasi karena kata-kata karena memanfaatkan purwakanti atau kata kata yang permulaannya sama bunyinya. Artinya setiap kata-kata yang permulaannya sama maka disebut sebagai majas aliterasi. Seperti pada bait pertama terdapat kata buah dan awak. Dan pada bait kedua terdapat pada kata si anak dan singgah juga bilo dan biso.

4.1.4.2 Majas Antanaklasis Contoh :

1. Kutengok gayo ko tu gayo ‘Kulihat

pareman. tingkahmu itu seperti

Berdasarkan contoh di atas penulis mengategorikan kalimat di atas ke dalam majas antanaklis karena dalam kalimat tersebut mengandung kata yang sama akan tetapi memiliki makna yang berbeda atau yang berhomonim. Yaitu pada kata gayo yang pertama bermakna kelakuan atau sikap, sedangkan kata gayo yang kedua bermakna seperti.

preman’.

2. Putek bungo tanjungtu dah

‘Putik bunga tanjung itu sudah putus’. putek.

Berdasarkan contoh di atas penulis mengategorikannya ke dalam majas antanaklasis karena mengandung ulangan kata yang sama bunyinya akan tetapi memiliki makna yang berbeda satu sama lain.

Pada kata putek yang pertama bermakna putik atau bakal buah atau kepala putik yang merupakan bagian bunga sebagai pasangan benang sari. Sedangkan putek yang kedua berarti sudah terputus, patah atau lepas menjadi dua bagian sehingga tidak ada hubungan lagi.

3. Mogah awak manengok rumah nan mogah

tu. Senang kita melihat rumah yang mewah itu’.

Berdasarkan contoh di atas penulis mengategorikannya ke dalam majas antanaklasis karena mengandung ulangan kata yang sama bunyinya akan tetapi memiliki makna yang berbeda satu sama lain.

Pada kata mogah yang pertama dalam bahasa melayu bermakna suatu kata untuk perasaan senang atau bahagia. Sedangkan kata mogah yang kedua adalah sinonim dari kata megah bermakna suatu kemewahan atau keindahan yang luar biasa.

4.1.4.3 Majas Kiasmus Contoh :

1. Kinin banyak batino peel nyo mocam jantan, sapala-pala jantan peelnyo mocam batino

‘Sekarang banyak .

perempuan tingkahnya seperti laki, sedangkan laki-laki tingkahnya seperti perempuan

Contoh di atas merupakan majas kiasmus, karena di dalam kalimatnya mengandung kata-kata yang yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi antara dua kata yang bertentangan. Yaitu pada kata batino dengan jantan, di mana kedua kata tersebut salaing bertentanga.

’.

2. Urang nan kayo dirasonyo dio miskin, urang nan miskin maraso dio kayo ‘Orang yang

. kaya merasa dia miskin, orang yang miskin merasa dia kaya Contoh kalimat di atas merupakan majas kiasmus karena di dalam kalimat tersebut berisikakn perulangan atau repetisi antara dua kata yang saling bertentangan dalam satu kalimat yaitu pada kata kayo dan miskin.

3. Korupsi memang manyonangkan urang atas sajo, tapi manyusahkan urang

‘Korupsi hanya menyenangkan orang atas saja, tapi menyusahkan orang bawahan’.

bawahan .

Contoh kalimat di atas merupakan majas kiasmus karena di dalam kalimat tersebut berisikakn perulangan atau repetisi antara dua kata yang saling bertentangan dalam satu kalimat yaitu pada kata manyonangkan dan manyusahkan. 4.1.4.4 Majas Repetisi 1. Ondak sonang ondak monang ondak tonang ondak konyang Ingin senang ingin menang ingin tenang ingin

Contoh di atas memiliki makna filosofi yang mencerminkan sifat yang tidak baik, seseorang yang malas untuk bekerja akan tetapi memiliki angan-angan yang tinggi. Sifat –sifat seperti itu memang dimiliki setiap

orang atau sebagian orang, oleh karena itu majas di atas merupakan sindiran.

Penulis mengategorikan majas di atas ke dalam majas repetisi karena mengandung kata atau kelompok kata yang berulang berkali-kali.

4.2 Fungsi Majas dalam Bahasa Melayu pada Masyarakat Kualuh Hilir

Dokumen terkait