• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.2 Makna nama orang pada masyarakat Batak Simalungun di Desa Bangun

4.2.3 Makna Nama Kenangan

Makna nama kenangan adalah makna nama yang mengandung pemberitahuan situasi berkesan saat berada dalam kandungan, baik itu situasi baik atau buruk. Makna nama kenangan juga terdapat dalam nama orang masyarakat Batak Simalungun di Desa Bangun Pane, Kecamatan Dolog Masagal, Kabupaten Simalungun. Contoh nama yang mengandung makna nama keangan yaitu:

50. Tiar „wanita terpuji‟

Makna kenangan yang terkandung dalam nama Tiar di atas adalah ibu dari calon bayi tersebut menjadi wanita terpuji saat bayi tersebut ada dalam kandungan.

Maka dari itu orangtua memberikan nama Tiar agar menjadi sebuah kenangan bahwa ibunya pernah menjadi wanita terpuji pada saat perlombaan vokal solo di gereja.

51. Pariaman „musim panen‟

Makna kenangan yang berkaitan dengan nama Pariaman adalah kejadian yang menceritakan anak yang lahir saat musim panen. Pada saat melahirankan ayah dari bayi berada di sawah karena pada saat itu merupakan musim panen.

Kenangan tersebut membuat orangtuanya agar selalu ingat bahwa anak tersebut lahir pada musim panen.

52. Kahean „hilir‟

Nama Kahean merupakan kata nomina. Makna kenangan yang berkaitan dengan nama Kahean yaitu anak tersebut tepat lahir di Desa Kahean yang ada di Kabupaten Simalungun. Tujuan diberikan orangtuanya nama itu agar anak tersebut mengingat bahwa dia lahir di Desa Kahean. Meskipun anak tersebut nantinya merantau jauh maka anak tersebut selalu ingat dengan Desa Kahean.

53. Atok „sampai hati‟

Kenangan yang ditunjukkan dalam nama Atok yaitu kenangan saat anak tersebut masih berada dalam kandungan, keluarga berdebab dengan adanya pembagian harta. Orangtua bayi tersebut sampai hati mengalah agar tidak terjadi perdebatan. Makna kenangan mengenai nama seperti yang terdapat pada nama Atok dinyatakan dalam penamaan.

54. Tonggoh „Doa‟

Nama Tonggoh merupakan seruan menyatakan permohonan. Adanya permohonan disebabkan adanya kesulitan atau pemasalahan yang dihadapi keluarga tersebut. Pada saat mengandung anak tersebut sang ibu pernah jatuh.

Dalam kontek ini, nama Tonggoh merujuk kepada permohonan iba kepada Tuhan agar anak tersebut lahir dengan normal. Maka seluruh keluarga berdoa untuk mengharapkan pengasihan dari Tuhan.

Berikut ini dijelaskan makna kenangan nama orang dalam masyarakat Batak Simalungun di Desa Bangun Pane, Kecamatan Dolog Masagal, Kabupaten Simalungun (tabel 3)

No Nama Makna Makna Kenangan

50 Atok Sampai hati saat anak tersebut masih

berada dalam kandungan, keluarga berdebab dengan adanya pembagian harta.

Orangtua bayi tersebut sampai hati mengalah agar tidak terjadi perdebatan

51 Kahean Hilir diberikan orangtuanya nama

itu agar anak tersebut mengingat bahwa dia lahir di Desa Kahean. Meskipun anak tersebut nantinya merantau jauh maka anak tersebut selalu ingat dengan Desa Kahean.

52 Pariaman Musim panen kejadian yang menceritakan anak yang lahir saat musim panen. Kenangan tersebut membuat orangtuanya agar selalu ingat bahwa anak tersebut lahir pada musim panen.

53 Tiar Wanita terpuji ibu dari calon bayi tersebut menjadi wanita terpuji saat

bayi tersebut ada dalam kandungan. Maka dari itu orangtua memberikan nama Tiar agar menjadi sebuah kenangan bahwa ibunya pernah menjadi wanita terpuji pada saat perlombaan vokal solo di gereja.

54 Tonggoh Doa Adanya permohonan

disebabkan adanya kesulitan atau pemasalahan yang dihadapi keluarga tersebut.

Pada saat mengandung anak tersebut sang ibu pernah jatuh.

Dalam kontek ini, nama Tonggoh merujuk kepada permohonan iba kepada Tuhan agar anak tersebut lahir dengan normal. Maka seluruh keluarga berdoa untuk mengharapkan pengasihan dari Tuhan

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nama yang mengandung makna kenangan dalam masyarakat Batak Simalungun di Desa Bangun Pane,

Kecamatan Dolog Masagal, Kabupaten Simalungun terdapat 5 nama. Orangtua memberikan nama tersebut kepada anak karena pada saat anak dilahirkan orangtua mendapat kisah yang dibuat menjadi kenangan melalui nama anak tersebut.

4.3 Nilai Budaya Yang Terkandung Dalam Makna Nama Orang Pada Mayarakat Batak Simalungun.

Nilai-nilai dalam masyarakat merupakan hal yang diasosiakan secara turun-temurun dari generasi Menurut Sibarani, (2012:133) jenis kearifan lokal mengandung nilai-nilai budaya antara lain: (1) kesejahtraan, (2) kerja keras, (3) displin, (4) pendidikan, (5) kesehatan, (6) gotong royong, (7) pengelolaan gender, (8) pelestarian dan kreativitas budaya, (9) peduli lingkungan, (10) kedamaian, (11) kesopansantunan, (12) kejujuran, (13) kesetiakawanan sosial, (14) kerukunan dan penyelesaian konflik, (15) komitmen, (16) pikiran positif dan rasa syukur.

System nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup (Koentjaningrat, 2004:25). Nilai-nilai budaya yang merupakan nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan, simbolsimbol, dengan kateristik yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang terjadi atau sedang yang terjadi. Nilai-nilai budaya dalam masyarakat Pakpak Dairi dapat dilihat dalam analisis dibawah:

4.3.1 Nilai Kedamaian

Nilai kedamaian seringkali ditafsirkan sebagai sikap persahabatan, sportifitas, namun tidak jarang damai berpijak di tempat yang salah demi menggapai

kepentingan-kepentingan tertentu. Berbicara tentang nilai kedamaian sepertinya tidak akan ada habisnya, namun yang jelas kita tidak boleh melupakan aspek rakyat, kepentingan umum dalam tataran norma yang telah disepakati, sebagai titik acuan perdamaian, dan nilai kedamaian yang dimaksud adalah kesopansantunan, kesetiakawanan sosial, kerukunan, komitmen, pikiran positif dan rasa syukur.

A. Nilai Komitmen

Komitmen menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu janji pada diri kita sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tanggungjawab tindakan kita melakukan, menjalankan, memasukkan, mengerjakan.

 Haporsayaan „Kepercayaan‟

Nama Haporsayaan di atas merupakan nama yang berhubungan dengan Nilai komitmen yang berkaitan dengan perbuatan keteguhan. Maka dengan itu masyarakat Batak Simalungun menganilisis nama tersebut dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam bentuk penamaan orang.

B. Nilai Kesopansantunan

Nilai kesopansantunan adalah nilai peraturan sosial yang mengarah ke halhal berkenaan dengan cara seseorang bertingkah laku wajar dalam kehidupan bermasyarakat (Rustono 1999:68). Nilai kesopansantunan juga dapat berarti nilai yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri dalam mengatur pergaulan sehingga setiap anggota masyarakat saling hormat menghormati, dan nama orang yang mengandung nilai kesopansantuan diantaranya adalah:

C. Kerukunan

Nilai kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik”

dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati”

dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran. Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka nilai kerukunan adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat. Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka nilai kerukunan adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat.

 Damei

Nama Damei merupakan nama yang digunakan di masyarakat Batak Simalungun. Nama Damei memiliki nilai budaya kedamaian. Makan dengan itu masyarakat Batak Simalungun menganalisis nama tersebut dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam bentuk nama orang.

4.3.2 Nilai Kesejahteraan

Nilai kesejahteraan sosial adalah nilai yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga sosial dan telah terencana demi menciptakan individu atau masyarakat yang terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan selanjutnya masyarakat atau individu itu dapat mengatasi masalah sosialnya sendiri, nilai kesejahteraan kemudian dibagi menjadi nilai kerja keras, disiplin, dan kesehatan.

A. Nilai kerja keras

Nilai kerja keras menurut Suyanto (2009) diartikan sebagai nilai melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguhuntuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan. nilai kerja keras dapat dilakukan dalam segala hal, mungkin dalam bekerja mencari rezeki, menuntut ilmu, berkreasi, membantu

orang lain, atau kegiatan yang lain. Berikut ini dapat dianalisis nama-nama yang mengandung nilai kerja keras seperti:

 Ringgas „rajin‟

Nama Ringgas merupakan nama yang berhubungan dengan nilai budaya kerja keras. Pemberian nama Ringgas ini di dalam masyarakat Batak Simalungun mengandung nilai budaya yang sangat erat hubungannya dengan kebaikan. Maka dengan itulah masyarakat Batak Simalungun khususnya di Desa Bangun Pane dapat membentuk sebuah nilai budaya kerja keras.

 Binsar „bangkit‟

Nama Binsar merupakan nama yang berhubungan dengan nilai budaya kerja keras. Pemberian nama Binsar ini di dalam masyarakat Batak Simalungun mengandung nilai budaya yang erat hubungannya dengan bangun. Maka dengan itulah masyarakat Batak Simalungun khususnya di Desa Bangun Pane dapat membentuk nilai budaya kerja keras.

B. Nilai Moral

Nilai moral adalah suatu nilai budaya yang diwujudkan dalam bentuk prilaku yang berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang menjadi dasar kehidupan manusia dalam masyarakat (Sonny Keraf, 2017).

 Dear „Baik‟

Nama Dear di atas merupakan nama yang berhubungan dengan nilai budaya moral yang berkaitan dengan perbuatan baik. Untuk itulah masyarakat Batak Simalungun dapat menganalisis nama tersebut dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam bentuk penamaan orang.

 Anju „sabar, bujuk‟

Nama Anju di atas merupakan nama yang berhubungan dengan nilai moral yang berkaitan dengan perbuatan sabar. Maka dengan itu masyarakat Batak Simalungun dapat menganalisis nama tersebut dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam bentuk penamaan orang.

C. Nilai Kesehatan

Nilai kesehatan adalah keadaan yang menunjukkan fisik, mental, dan sosial bukan hanya terbebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.Indikator sehat ini telah dilengkapi oleh badan, sehingga nilai kesehatan merupakan anugerah yang sangat berharga dan tidak dapat diukur dengan apapun (Winslow 1920).

 Rohsehatni „selalu sehat‟

Nama Rohsehatni merupakan nama yang berhubungan dengan nilai kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan. Maka dengan itu masyarakat Ba tak Simalungun menganalisis nama tersebut dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam bentuk penamaan orang.

D. Nilai Pengelolaan gender

Menurut Nikmatus Sholihah seorang ahli dibidang profesi kesehatan, menyatakan bahwa nilai pengelolaan gender merupakan nilai pembagian peran kedudukan antara tugas laki-laki dan perempuanyang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat yang dainggap sesuai dengan adat-istiadat, norma, kepercayaan bahkan kebiasaan masyarakat tertentu.

 Dalahi „laki-laki‟

Nilai pengelolaan gender yang terdapat pada nama Dalahi yaitu mengacu kepada jenis kelamin laki-laki. Untuk itu masyarakat Batak Simalungun

menganalisis nama tersebut dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam bentuk nama orang.

 Daboru „perempuan‟

Nama Daboru merupakan nama yang berhubungan dengan nilai pengelolaan gender yang berkaitan dengan jenis kelamin perempuan. Maka dengan itu masyarakat Batak Simalungun menganalisis nama tersebut dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam bentuk nama orang.

E. Nilai Kedamaian

Seringkali ditafsirkan sebagai sikap persahabatan, sportifitas, namun tidak jarang damai berpijak di tempat yang salah demi menggapai kepentingan-kepentingan tertentu. Berbicara tentang nilai kedamaian sepertinya tidak akan ada habisnya, namun yang jelas kita tidak boleh melupakan aspek rakyat, kepentingan umum dalam tataran norma yang telah disepakati, sebagai titik acuan perdamaian, dan nilai kedamaian yang dimaksud adalah kesopansantunan, kesetiakawanan sosial, kerukunan, komitmen, pikiran positif dan rasa syukur.

 Horas „makmur‟

Nama Horas merupakan nama yang berhubungan dengan nilai kedamaian.

Maka dengan itu masyarakat Batak Simalungun menganalisis nama tersebut dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam bentuk nama.

 Bungaran „mendapat kemakmuran‟

Nama Bungaran merupakan nama yang sering digunakan di masyarakat Batak Simalungun. Nama bungaron memiliki nilai budaya kedamaian. Maka dengan itu masyarakat Batak Simalungun menganalisis nama tersebut dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam bentuk nama orang.

F. Nilai Kejujuran

Kejujuran adalah salah satu sikap yang dimana perbuatannya, ucapannya yang dikeluarkan dari hati, sesuai dengan fakta.

 Tongon „benar‟

Nama Tongon merupakan nama yang berhubungan dengan nilai kejujuran yang berkaitan dengan kebaikan. Maka dengan itu masyarakat Batak Simalungun menganalisis nama tersebut dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam bentuk nama orang.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui analisa yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka dapat di ambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Proses penamaan orang dalam masyarakat Batak Simalungun di Desa Bangun Pane Kecamatan Dolog Masagal dimulai dengan mangalop maerhorasan, mandekkei, manganggap, dan mambere goran. dalam adat Batak Simalungun ada dua adat di dalam pemberian nama yaitu : itak siang-siang dan paabingkon pahompu.

2. Makna nama orang pada masyarakat Batak Simalungun di Desa Bangun Pane dikaji berdasarkan Anropolinguistik ada tiga yaitu makna nama futuratif, makna nama situasional, dan makna nama kenangan. Dari keseluruhan nama dianalisis, terdapat 31 nama yang mengandung makna futuratif, 16 nama yang mengandung makna nama situasional, dan 6 nama yang mengandung makna nama kenangan.

3. Nilai-nilai budaya Batak Simalungun yang terdapat pada nama masyarakat Batak Simalungun di Desa Bangun Pane meliputi nilai kesejahteraan, kerja keras, moral, pendidikan, kesehatan, pengelolaan gender, kedamaian, kesopansantunan, kejujuran, komitmen.

5.2 Saran

1. Perkembangan zaman memunyai pengaruh bersar terhadap kebudayaan termaksut kepada budaya pemerian nama orang yang berhubungan dengan Antropolinguistik. Diharapkan kepada peneliti bahasa untuk dapat meningkatkan penelitian Antropolingistik dalam kajian penamaan dan makna nama guna melestarikan keragaman bahasa yang merupakan salah satu ciri khas budaya Indonesia.

2. penelitian ini hendak dilanjutkan dengan penelitian yang lebih baik lagi.

Sehingga masyarakat dalam maupun luar dapat mengetahui perkembangan dan perubahan yang terdapat pada penggunaan bahasa daerah terseut dalam kehidupan sehari-hari.

3. penelitian ini hendaknya dilanjutkan dengan penambahan leksikon-leksikon yang mungkin baru dalam bahasa daerah itu, atau leksikon yang mungkin saja belum ditemukan sebelumnya dalam penamaan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pusaka.

Amalian, Zulfiana. 2016. “ Akulturasi Budaya Dalam Pemberian Nama Anak Pada Keluarga Perkawinan Campuran Antara Suku Balidan Non-Bali Desa Kalibukbuk Dan Desa Gerogak Kabupaten Buleleng (Tesis). Semarang.:

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro.

Bandana, I GDE Wayan Soken. 2005. “Sistem Nama Orang Bali Kajian Struktur dan Makna” Google (Online). www.google.com. Daikses pada Tanggal 08 Januari 2019.

Basaria, ida. 2012. Hipotesis Sapir-Whorf pada Umpasa Bahasa Batak Toba.

Medan Fakultas Ilmu Budaya USU.

Beratha, Sutjiati. 1998. Materi Kajian Linguistik Kebudayaan. Dalam Linguistik Edisi 9, September 1998. Denpasar: Program Magister (S2) Linguistik, Universitas Udayana. Hal 45.

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : RinekaCipta.

Hasyim, M. 1985. Kamus Simalungun-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat, 1980. Pengantar Antropologi 1:Jakarta : Rineka Cipta.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi ,metode dan tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:

Rosdakarya.

Mungkur, Lisnawati. 2017. Makna Nama Orang dalam Masyarakat Pakpak Dairi:

Kajian Antropolinguistik. (skripsi). Medan: USU.

Parera, J.D.1991. Teori Semantik. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahmawati, Dian. 2009. “Pemaknaan Orang Tua Terhadap Pemberian Nama Anak” Google (Online).www.google.com. Diakses pada Tanggal 08 Januari 2019.

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press.

Sibarani, Robet.2012: Kearifan Lokal (Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan(ATL).

Sibarani, R. 2004. Antropolinguistik. Medan: Poda

Sibarani, R dan H.G Tarigan 1993. Makna Nama Dalam Bahasa Nusantara:

Sebuah Kajian Antropolinguistik. Bandung: Siliwangi.

Silaen, Desma. 2017. Penamaan dan Makna Nama Orang Dalam Masyarakat Batak Toba Di Kecamatan Habinsaran.(skripsi). Medan: USU.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press

Sudaryanto. 2015. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Sudika, Setya Yuwana. 2000. Metode Penelitian Kebudayaan. Unesa Unipress/Citra Wacana: Surabaya.

Sugiri, Eddy. 2003. Perspektif Budaya perubahan Nama Diri Bagi WNI Keturunan Tionghoa di Wilayah Pemerintahan Kota Surabaya dalam Jurnal Bahasa dan Seni Tahun 31, Nomor 1, Februari 2003.

Sugiri, Eddy. 2000. Faktor dan Bentuk Pergeseran Pandangan Masyarakat Jawa dalam Proses Pemberian Nama Diri : Kajian Antropologi Linguistik.

Wahana TH IX. Surabaya: IKIP PGRI.

Ulmann, Stephen. 2007. Pengantar Semantik. Jakarta: Pustaka Belajar.

LAMPIRAN

Dokumen terkait