• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.3 Sumber Data

Data penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa data utama yang didapatkan dari informan. Sumber data ini diperoleh melalui informan yang berhubungan dengan kepemilikan nama orang yang bersangkutan. Sumber informasi tersebut sekaligus bahasa yang digunakan mewakili kelompok tutur daerah atau desa yang sudah ditetapkan. Sumber data tersebut diperoleh dengan menanyakan beberapa daftar pertanyaan kepada informan di Kecamatan Dolog Masagal . Oleh karena itu, seorang informan harus memunyai kriteria tertentu agar data yang di dapatkan lebih akurat.

Data sekunder adalah data yang berasal dari tangan kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Data sekunder bisa berupa jurnal ilmiah dan buku-buku Bahasa Simalungun.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap atau lebih dikenal dengan wawancara, serta mencatat hal-hal yang perlu untuk penelitian ini. Adanya percakapan antara peneliti dengan informan menimbulkan terjadinya kontak antarmereka. Dalam penelitian antropolinguistik, kontak tersebut dimaksudkan sebagai kontak antara peneliti dengan informan di setiap daerah pengamatan.

Agar keterangan dan data terkumpul, kita harus memilih informan yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik pula. Adapun syarat-syarat sebagai informan menurut Mahsun, (2005:134-135) adalah :

a. Berjenis kelamin pria atau wanita

b. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun)

c. Orang tua, istri, dan suami informasi lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak memiliki mobilitas yang tinggi.

d. Berstatus sosial menengah ke atas.

e. Dapat berbahasa Indonesia.

f. Sehat jesmani dan rohani.

g. Berpendidikan minimal tamat SD atau sederajat.

h. Pekerjaan bertani atau buruh.

i. Menguasai dialek atau bahasa yang diteliti dan mampu mempergunakannya dengan baik.

Pada pelaksanaan teknik cakap semuka peneliti langsung melakukan percakapan dengan pengguna bahasa sebagai informan dengan bersumber pada pancingan yang sudah disiapkan (berupa daftar tanya) atau secara spontanitas (pancingan dapat muncul di tengah-tengah percakapan). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan minimal kepada tiga informan. Pertanyaan yang dilakukan pada waktu wawancara:

1. Apa yang diketahui tentang proses pemberian nama pada masyarakat tersebut?

2. Apa makna nama-nama orang dalam masyarakat tersebut?

3. Apa saja nilai-nilai budaya yang terdapat pada nama orang dalam masyarakat tersebut?

Penelitian ini menggunakan teknik lanjutan berupa teknik tatap semuka.

Peneliti langsung mendatangi setiap orang yang menjadi target penelitian dan melakukan percakapan melalui daftar pertanyaan yang telah disediakan kepada informan.

Teknik lanjutan cakap semuka juga didukung oleh teknik catat dan teknik rekam. Kedua teknik ini berguna untuk melengkapi data dan memperkuat data dalam pengumpulannya. Teknik catat digunakan untuk membantu dan mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, kemudian digabungkan dengan teknik rekam untuk memperkuat data pada teknik catat dengan memeriksa data pada teknik rekam.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dalam pengkajian data dalam penelitian “Makna Nama Orang pada Masyarakat Batak Simalungun” ini adalah metode padan. Disebut metode padan karena metode ini menggunakan alat penentu referen bahasa, organ wicara, bahasa, dan mitra wicara (Sudaryanto,1993:13). Alat penentunya berada di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan ini dapat dilakukan dengan teknik dasar yang dimaksud disebut teknik pilah unsur penentunya (PUP). Makna nama orang pada masyarakat Batak Simalungun akan diketahui berkat daya pilah yang digunakan oleh peneliti.

Analisis data masalah pertama berdasarkan jenis nama orang pada masyarakat Batak Simalungun, Adat Mangalop parhorasan merupakan memohon berkat sebelum pemberian nama oleh kedua orang tua bayi tersebut. Berupa doa yang dierikan orangtua agar sehat sampai melahirkan. Seorang anak laki-laki yang baru lahir dalam sebuah keluarga langsung diberi nama “si ucok”, kemudian setelah beberapa hari keluarga tersebut mengadakan acara adat pemberian nama kepada anak laki-laki tersebut. Berdasarkan acara adat yang telah dilaksanakan, maka anak laki-laki tersebut diberi nama “Hamonangan” dan diikuti dengan pemberian marga secara patrilineal (garis keturunan ayah) yaitu bermarga “Damanik”.

Dengan demikian nama lengkap anak tersebut adalah “Hamonangan Damanik”.

Kemudian anak tersebut menikah dan memunyai anak, maka dia dan istrinya diberi nama baru yang diambil dari nama anak sulungnya dengan ditambah kata yang dapat menunjuk pada kata yang bermakna “ayah”, dan “ibu”. Misalnya, anak sulungnya bernama “Tuahsen”, maka dia akan diberi nama Pa Tuahsen, Bapak

“si Tuahsen” dan istrinya diberi nama Na Tuahsen, Ibu “si Tuahsen”. Nama tersebut akan berubah juga apabila si anak tersebut telah memiliki cucu. Hal demikian disebut jenis nama Pandiloon “panggilan”. Tetapi pada pelaksanaannya nama yang telah diberi kepada seorang anak dapat diganti atau diubah dengan alasan tertentu, misalnya jika anak tersebut sering sakit. maka, untuk mengatasinya dapat dilakukan acara untuk mengganti nama anak tersebut.

Demikian juga dengan makna nama orang pada masyarakat Batak Simalungun memiliki ciri khas sebagai penanda kebudayaan tersebut, karena ada mitos pada masyarakat Batak Simalungun bahwa nama itu tidak cocok disandang si anak. Berikut adalah contoh data nama dalam bahasa Batak Simalungun.

Misalnya, 1) Tuahsen, “Berkat”,2) Hamonangan, “Kemenangan”, 3) Rohdearni,

“Makin lebih baik”, 4) Lihar, “Terang”. Dari data tersebut dapat dilakukan analisis makna berdasarkan makna-makna nama berdasarkan Sibarani. Hal ini masuk ke dalam rumusan masalah data kedua. 1) Tuahsen, “Berkat” bermakna semoga menjadi berkat ditengah-tengah keluarga, 2)Hamonangan “Kemenangan‟

bermakna semoga selalu mendapat kemenangan di dalam hidup, 3) Rohdearni

“makin lebih baik” bermakna semoga menjadi anak yang lebih baik kepada orang tua, 4) Lihar “Terang” bermakna semoga menjadi penerang bagi keluarga. Dari analisis tersebut dapat simpulkan bahwa semua data tersebut dikelompokkan ke

dalam makna nama jenis pengharapan. Dari data masalah ketiga, Nilai budaya yang terdapat pada analisis data rumusan masalah ketiga. 1) Tuahsen, “Berkat”

nilai budaya dari nama tersebut adalah kedamaian. (2) Hamonangan

“Kemenangan” memiliki nilai kesejahteraan. (3) Rohdearni “makin lebih baik”

memiliki nilai kedamaian, (4) Lihar “Terang” memiliki nilai kesejahteraan.

3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan biasanya mendeskripsikan secara mendalam apa yang menjadi inti permasalahan dalam suatu penelitian sehingga siap untuk disajikan dan dinikmati oleh para pembacanya. Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik penyajian informal. Sudaryanto mendefenisikan metode penyajian informal ini sebagai hasil analisis yang disajikan dilakukan dengan kata-kata biasa (a natural language) (Sudaryanto, 2015:240).

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proses Pemberian Nama Orang Pada Masyarakat Batak Simalungun Dalam masyarakat Batak Simalungun, Nama merupakan sebuah doa yang disematkan oleh orang tua kepada anak-anaknya dan merupakan elemen terpenting dalam masyarakat. Pada masyarakat Batak Simalungun memiliki tatacara yang khas dalam memberikan nama kepada seorang anak. Nama merupakan pertanyaan kedua yang umumnya dinyatakan dalam perkenalan masyarakat Batak Simalungun selain marga. Sebelum memasuki masa mengandung, pasangan suami istri umumnya dipanggil dengan panggilan „Pa Paima‟ untuk laki-laki dan „Na paima‟ untuk panggilan perempuan. Tata cara tersebut dimulai dari proses penyambutan kelahiran sampai pemberian nama.

Tahapan upacara yang dilakukan di masyarakat Batak Simalungun adalah : 4.1.4 Mangalop parhorasan (memohon berkat)

Mangalop Parhorasan merupakan adat Batak Simalungun yaitu memohon berkat. Dalam hal ini pihak orangtua calon bayi yang datang ke rumah orangtua (orangtua suami) untuk memohon berkat dari orangtua tersebut. upacara ini bisa dilakukan di rumah tepatnya di ruang tamu. Dalam upacara ini tidak terlalu banyak mengundang masyarakat karena upacara memohon berkat ini tidak terlalu besar bagi masyarakat Batak Simalungun. Upacara ini dilakukan untuk memohon berkat kepada orangtua dan mengucakapkan terimah kasih kepada Tuhan dengan meneguhkan pikiran Ibu dari sang bayi saat melahirkan nanti. Inti dari upacara Mangalop Parhorasan dalam adat simalungun ini adalah Orangtua calon bayi

yang menjemput berkat kerumah orangtuanya, bukan orangtua yang mengantarkan berkat ke rumah orangtua calon bayi.

4.1.2 Mandekkei (Memberi ikan)

Adat Mandekkei merupakan tradisi yang ada dimasyarakat Batak Simalungun. Dalam adat ini pihak tondong(orangtua istri) memberikan makanan khas Batak Simalungun yang disebut mandekkei kepada calon ibu serta berkat

“pasu-pasu” dan membawa makanan berupa dayok nabinatur(ayam yang sudah dimasak dan disusun rapi), pisang, jeruk purut, buah semangka, rudang (bunga pisang) dll serta hiou bittang maratur yang diberikan kepada orangtua calon bayi.

Tujuan diberikan nya hiou ini untuk mengatur anak, boru, dan bayi agar menjadi keluarga yang baik dikemudian hari. Dalam acara ini pemberian makanan dari orangtua perempuan (orangtua istri) menjadi inti utama dari upacara. Upacara ini dilakukan pada saat umur kandungan sudah memasuki tujuh bulan. Istilah ini, dikenal dalam masyarakat umum dengan istilah tujuh bulanan. Panggilan kepada calon ayah adalah Pa Paima dan calon ini Na Paima.

4.1.3 Manganggapi (Menjaga)

Manganggapi adalah tahap yang dilakukan mulai dari hari pertama kelahiran sampai hari ketujuh. Tahap ini dilakukan untuk menjaga dan mengawasi ibu dan bayinya dari gangguan makhluk halus atau roh jahat yang mungkin saja membahayakan keselamatan keduanya terutama bayinya. Menjaga dilakukan dengan mengumumkan berita kelahiran kepada masyarakat dan keluarga, sehingga mereka datang secara serentak untuk menjaga ibu dan bayinya.

Masyarakat yang menjaga ibu dan bayi kebanyakan bapak-bapak. Masyarakat yang menjaga biasanya melakukan kegiatan agar tidak merasa bosan dan ngantuk.

Dalam hal ini goran-goran “ nama kecil” yang disandang anak yang baru lahir sesuai dengan jenis kelaminnya. Jika anaknya laki-laki maka dipanggilan dengan sebutan “si ucok” atau jika perempuan maka dipanggil dengan sebutan “si butet”. Begitu pula dengan panggilan orangtua nya, sesuai dengan jenis kelamin anak tersebut. Pa ucok dan Ma ucok untuk panggilan kepada kedua orangtua yang memiliki anak lakilaki atau Pa butet dan Ma butet untuk panggilan kedua orangtua yang memiliki anak perempuan.

4.1.4 Mambere goran (Memberi nama)

Membere goran adalah sistem pemilihan nama yang dilakukan oleh keluarga. Nama tersebut bisa diberikan orangtua bayi, orangtua dari suami, orangtua dari istri, dan keluarga. Nama –nama yang diberikan kepada sang bayi harus memiliki makna-makna yang baik. Ketika akan memilih nama sang bayi, calon nama-nama sang bayi ditulis di dalam kertas, dimasukkan ke dalam balbahul yakni semacam kantongan yang terbuat dari ayaman pandan yang berisi beras. Kemudian kantong itu diguncang-guncang sehingga calon nama-nama yang sudah dimasukkan itu teracak secara random. Setelah itu, salah satu calon nama diambil. Nama yang muncul, itulah yang disematkan kepada sang bayi. Dalam Upacara adat Batak Simalungun ada 2 adat dalam pemberian nama:

1. Nitak Siang-Siang (penenang hati)

Nitak siang-siang ini merupakan upacara adat Batak Simalungun yang diberikan saat pemberian nama, Upacara adat ini berupa nitak (tepung beras) berisi telur ditengah-tengah nitak dan dayok naminatur . Upacara ini diberikan saat di rumah, tepatnya berada diruang tamu. Orang yang menyampaikan nitak siang-siang kepada orangtua bayi adalah orangtua beserta keluarga dan

masyarakat yang turut serta mengikuti upacara tersebut. Dalam hal menyampakan itak siang-siang ini orangtua laki-laki mengarah ke bayi mengatakan :

On ma nitak siang-siang

(Inilah makanan penenang hati)

Ase siang ma paruhuran

(agar terang suasana hati)

Ase gabur pasarian

( agar mudah rejeki)

On ma tamperan goranmu

(inilah diberi namamu)

Ase tampe ma pasu-pasu hubam

(agar diberi anugrah padamu)

Ase hubam marhite pasu-pasu ni Tuhan

( agar diberikan kepadamu berkat yang dari Tuhan)

Dalam hal ini orangtua (orangtua suami) memberikan doa agar selalu diberkati Tuhan dan memberikan ucapan syukur kepada orangtua bayi.

2. paabinghon pahompu (menggendong cucu)

Dalam masyarakat Batak Simalungun paabingkon merupakan adat istiadat dalam pemberian nama di masyarakat Batak Simalungun. Orangtua (orangtua istri) memberi dayok nabinatur kepada orangtua bayi dan juga

memberikan parombah (kain panjang) kepada bayi, lalu ibu dari bayi menggendong anak tersebut dengan parombah (kain panjang) yang diberikan orangtua (orangtua istri). Lalu ibu bayi tersebut diberikan kepada orangtua (orangtua istri) agar diabing (digendong). Orangtua yang menggendong menghadap wajah bayi dan mengatakan :

On ma parombah (inilah kain panjang)

Panjang umur ma janah murah rejeki

(panjang umurlah dan murah rejeki)

Setelah orangtua (orangtua istri)selesai mengatakan hal tersebut orangtua pun membuat beras berupa pasu-pasu (berkat) kekepala bayi. Setelah melakukan hal tersebut orangtua mengembalikan bayi kepada ibunya beserta kain panjang dan beras . hal ini dilakukan berupa doa agar bayi sehat selalu dan mendapatkan umur yang panjang .

4.2 Makna Nama Orang pada Mayarakat Batak Simalungun di Desa Bangun Pane, Kecamatan Dolog Masagal, Kabupaten Simalungun

4.2.1 Makna Futuratif

Makn futuratif adalah makna nama yang mengandung pengharapan agar kehidupan pemilik nama seperti makna namanya. makna nama yang mengandung pengharapan agar kehidupan pemilik nama seperti makna namanya. Dalam kehidupan bermasyarakat khususnya pada suku Batak Simalungun, makna nama futuratif banyak ditemukan dalam nama, karena pada umumnya sebuah nama mengandung makna pengharapan yang menyangkut masa depan sipemilik nama.

Harapan setiap orang akan selalu baik, walaupun harapan itu tidak terpenuhi sesuai dengan harapan-harapan yang tedapat dalam nama-nama tersebut. Paling sedikit anakanak itu yang menyandang nama itu akan diingatkan bahwa mereka memiliki nama yang mengandung arti yang baik. Jadi, bila mereka akan berbuat hal-hal yang tidak baik, paling sedikit mereka akan berpikir dengan menyandang nama tersebut mereka akan malu untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Dari analisis penelitian tersebut, ada beberapa nama yang mengandung makna nama futuratif dalam masyarakat Batak Simalungun, di Desa Bangun Pane, Kecamatan Dolog Masagal.

1. Dear „Baik‟

Nama Dear merupakan kata adjektiva. Nama Dear ini digunakan sebagai nama orang di masyarakat Batak Simalungun. Nama tersebut bermakan bahwa orangtua memberikan nama Dear kepada anaknya berharapan supaya dia nantinya menjadi orang yang baik, baik terhadap keluarga maupun sesama. Makna futuratif

yang terdapat pada nama tersebut adalah semoga menjadi anak yang baik dan bisa menjadi panutan bagi saudara dan keluarganya.

2. Sahman „Pasti

Nama Sahman adalah kata nomina yang menunjukkan hal keyakinan kepada seorang anak yang menjadikan keyakinan sebagai hal utama untuk kedepannya. Orangtua memberikan nama Sahman mengharapkan supaya anaknya bisa selalu mendapat kepastian. Makna nama futuratif yang terdapat pada nama Sahman semoga menjadi anak yang berhasil dan sukses dalam dunia pekerjaan.

3. Andohar „Semoga‟

Nama Andohar merupakan kelas adverbia yang digunakan sebagai nama orang di Desa Bangun Pane. Orangtua memberikan nama Andohar mengharapkan supaya anaknya bisa menjadi anak yang lebih baik. Makna nama Futuratif yang terdapat pada nama Andohar semoga menjadi anak yang selalu mendapat jalan keluar dari setiap permasalahan yang ada di dalam kehidupan.

4. Rohma „Datanglah‟

Nama Rohma merupakan kelas verba yang digunakan dalam masyrakat Batak Simalungun. Orangtua yang memerikan nama tersebut berharap anaknya nantinya selalu mendatangkan hal-hal yang baik. Makna futuratif yang terkandung pada nama Rohma semoga menjadi anak yang selalu mendatangkan kebaikan bagi masyarakat yang membutuhkan.

5. Hamonangan „Kemenangan‟

Nama Hamonangan merupakan kata nomina yang menunjukkan hal tentang kemenangan. Orangtua yang memberikan nama tersebut berharap anaknya mendapatkan kemenangan. Makna futuratif yang terkandung pada nama

Hamonangan semoga selalu mendapat kemenangan di dalam persaingan pekerjaan.

6. Rossi Magina „selamanya‟

Nama Rossi Magina merupakan kata nomina yang digunakan sebagai nama di masyarakat Batak Simalungun. Orangtua yang memberikan nama tersebut berharap anaknya kelak menjadi orang yang baik. Makna futuratif yang terkandung pada nama Rossi Magina semoga selamanya kelak menjadi anak yang selalu membanggakan orang tua dalam meraih prestasi.

7. Hasiholan „Kerinduan‟

Nama Hasiholan merupakan kata nomina yang menunjukan kerinduan.

Nama ini digunakan sebagai nama orang di desa bangun pane. Orangtua yang memberikan nama tersebut berharap anaknya kelak menjadi seseorang yang selalu dirindukan. Makna futuratif yang terkandung dalam nama Hasiholan semoga kelak menjadi anak yang selalu dirindukan karena selalu memberikan dampak yang baik nantinya bagi masyarakat.

8. Tuahsen „Berkat‟

Nama Tuahsen merupakan kata nomina yang menunjukkan kebaikan dalam hidup. Nama Tuahsen diberikan Orangtuanya agar kelak anaknya selalu mendapat kebaikan. Makna futuratif dalam nama Tuahsen adalah semoga anaknya selalu mendapat berkat atau kebaikan dikemuadian hari.

9. Haporsayaan „Kepercayaan‟

Nama Haporsayaan merupakan kata nomina yang menunjukkan anggapan atau keyakinan. Nama ini juga digunakan di masyarakat Batak Simalungun.

Makna futuratif yang terkadung dalam nama Haporsayaan adalah orangtua

berharap anaknya menjadi orang yang dapat dipercayai oleh keluarga, teman, sahabat, dan masyarakat.

10. Dorma „ Pengasih pada sesama‟

Nama Dorma merupakan kata nomina yang menunjukkan orang yang mengasihi. Nama Dorma sering sekali digunakan masyarakat karena memiliki makna yang baik. Nama Dorma merupakan nama yang mempunya makna yang sangat bagus. Makna futuratif yang ada pada nama Dorma yaitu semoga selalu menjadi pengasih pada sesama terutama bagi keluarga.

11. Rohmainim „Anak kesayangan‟

Nama Rohmainim merupakan kata yang dapat digunakan sebagai nomina.

Makna nama yang terdapat dalam nama Rohmainim atau makna futuratif yang terdapat pada nama tersebut adalah semoga anak tersebut menjadi anak kesayangan ditengah-tengah keluarga ataupun masyarakat karena merupakan anak pertama dan cucu pertama bagi keluarganya.

12. Holong „Kasih‟

Nama Holong merupakan kelas kata nomina yang digunakan sebagai nama masyarakat Batak Simalungun di Desa Bangun Pane. Kata Holong dalam penggunaannya pada bahasa Batak Simalungun, sering dijumpai pada saat seseorang mengungkapkan perasaannya kepada pasangannya. Nama Holong mengandung makna pengharapan atau makna futuratif yaitu semoga anak bernama Holong selalu mendapat kasih.

13. Risdo „penuh‟

Nama Risdo merupakan nama yang memiliki makna pengharapan berupa makna futuratif. Nama Risdo merupakan kelas kata adjektiva yang digunakan

sebagai nama orang di Desa Bangun Pane. Nama tersebut menyiratkan makna harapan atau futuratif. Makna futuratif yang terkandung pada nama Risdo adalah adanya harapan semoga anak tersebut menjadi orang yang selalu penuh dengan harapan atau impian untuk menjadi kebanggan bagi keluarga.

14. Horas „makmur‟

Nama Horas merupakan bagian dari kelas kata adjektiva yang digunakan sebagai nama masyarakat Batak Simalungun. Kata Horas dalam penggunaannya pada Batak Simalungun, sering dijumpai pada upacara salam sejahtera untuk masyarakat Batak Simalungun. Kata Horas dalam masyarakat Batak Simalungun sama dengan penggunaan kata salam Menjuah-juah pada pada bahasa Batak Karo, njuah-juah pada Batak Pakpak, atau hai atau helo dalam bahasa Indonesia pada umumnya. Nama Horas mengandung makna pengharapan atau futuratif yaitu semoga anak bernama Horas hidup dengan makmur.

15. Binsar „bangkit‟

Nama Binsar merupakan kelas kata verba yang artinya bangkit. Nama tersebut mengandung harapan tersendiri yang diberikan orangtuanya kepada anaknya. Harapan atau makna futuratif yang terdapat pada nama Binsar ditunjukkan dengan tersiratnya harapan semoga anak yang bernama Binsar kelak menjadi anak yang selalu bangkit dari setiap keterpurukan dan masalah yang dihadapi anak tersebut dikemudian hari karena pada saat mengandung orangtua dari calon bayi mendapat keterpurukan dan mencoba bangkit kembali .

16. Basar „ramah‟

Nama Basar merupakan nama dalam bahasa Batak Simalungun yang digunakan sebagai nama masyarakat Batak Simalungun yang menunjukkan

pengharapan. Nama Basar merupakan kelas kata adjektiva yang artinya ramah.

Nama tersebut mengandung makna pengharapan supaya anak yang diberikan nama Basar memiliki sifat yang ramah sesuai dengan orangtuanya yang selalu ramah kepada masyarakat sekitar. Makna pengharapan tersebut merupakan makna futuratif yang terkandung dalam nama Basar.

17. Ajar „nasib‟

Ajar merupakan sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang. Nama Ajar merupakan kelas kata nomina yang digunakan sebagai nama orang masyarakat Batak Simalungun di Desa Bangun Pane. Harapan atau makna futuratif yang terdapat pada nama Ajar adalah orangtua berharap semoga anaknya kelak memiliki nasib yang baik. Tidak seperti nasip yang dihadapi otangtuanya saat ini.

18. Lihar „terang‟

Nama Lihar juga digunakan di dalam masyarakat Batak Simalungun di Bangun Pane. Nama Lihar ini diberikan orangtua kepada anaknya bertujuan agar anaknya tersebut kelak menjadi anak yang selalu menjadi penerang atau menjadi penuntun kebaikan bagi keluarga atau masyarakat. Harapan tersebut merupakan futuratif yang tersirat dalam nama Lihar.

19. Tongon „benar‟

Nama Tongon merupakan nama yang digunakan di masyarakat Batak Simalungun di Desa Bangun Pane. Nama Tongon mempunyai arti benar, betul, dan perihal lainnya. Harapan tentang kebenaran disangkut-pautkan kepada karakter anak yang memiliki nama Tongon di masa depan. Makna yang terkandung dalam nama Tongon adalah makna futuratif yang terkandung dalam

nama Tongon adalah harapan semoga anak yang selalu memberikan kebenaran di dalam berbagai hal.

20. Damei „ damai‟

Nama Damei merupakan kelas kata nomina yaitu tenteram, tenang. Makna nama yang terdapat dalam nama Damei atau makna futuratif yang terdapat pada nama Damei yaitu semoga anak yang memiliki nama tersebut selalu mendapat

Nama Damei merupakan kelas kata nomina yaitu tenteram, tenang. Makna nama yang terdapat dalam nama Damei atau makna futuratif yang terdapat pada nama Damei yaitu semoga anak yang memiliki nama tersebut selalu mendapat

Dokumen terkait