• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yang dimaksud dengan sistem nilai dan moral adalah suatu keseluruhan tatanan yang terdiri dari dua atau lebih dari komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi atau bekerja sama dalam satu kesatuan atau keterpaduan yang bulat yang berorientasi kepada nilai dan moralitas Islami. Jadi tekanannya pada action system.

Sistem nilai atau sistem moral yang dijadikan kerangka acuan yang menjadi rujukan cara berprilaku lahiriah dan rohaniah manusia muslim ialah nilai dan moralitas yang diajarkan oleh agama Islam sebagai wahyu Allah, yang diturunkan kepada utusan-Nya Muhammad SAW.

Nilai dan moralitas Islami adalah bersifat menyeluruh, bulat dan terpadu, tidak terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang satu

NILAI DALAM PANDANGAN PENDIDIKAN ISLAM

Bab

2

30

Dr. Saifullah Idris, S.Ag., M. Ag.

sama lain berdiri sendiri. Suatu kebulatan nilai dan moralitas itu mengandung aspek normatif (kaidah, pedoman) dan operatif (menjadi landasan amal perbuatan).

Nilai-nilai dalam Islam mengandung dua kategori arti dilihat dari segi normatif yaitu pertimbangan tentang baik dan buruk, benar dan salah, haq dan bathil, diridai dan dikutuk oleh Allah SWT. Sedangkan bila dilihat dari tataran operatif nilai tersebut mengandung lima pengertian kategorial yang menjadi prinsip standarisasi perilaku manusia yaitu: wajib atau fardhu, sunnat atau mustahab, mubah atau jaiz, makruh, dan haram.

Nilai-nilai yang tercakup di dalam sistem nilai Islami yang merupakan komponen atau sub-sistem adalah:

1) Sistem nilai kultural yang senada dan senafas dengan Islam.

2) Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.

3) Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masing-masing individu yang didorong oleh fungsi-fungsi psikologisnya untuk berprilaku secara terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukannya, yaitu Islam.

4) Sistem nilai tingkah laku dari makhluk (manusia) yang mengandung interelasi atau interkomunikasi dengan yang lainnya. Tingkah laku ini timbul karena adanya tuntutan dari kebutuhan mempertahankan hidup yang banyak diwarnai oleh nilai-nilai yang motivatif dalam pribadinya. Perlu diperjelas bahwa apa yang disebut dengan nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi bagian-bagiannya. Nilai lebih mengutamakan berfungsinya pemeliharaan pola dari sistem sosial.

Internalisasi Nilai dalam Pendidikan

31

Menurut Al-Maududi, sistem moral Islami memiliki ciri-ciri yang sempurna, berbeda dengan yang lain. Ciri-ciri tersebut terletak pada tiga hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Keridahaan Allah merupakan tujuan hidup muslim. Keridhaan ini menjadi sumber standar moral yang tinggi dan menjadi jalan bagi evolusi moral kemanusiaan. Sikap mencari keridhaan Allah memberikan sanksi moral untuk mencintai dan takut kepada Allah yang pada gilirannya mendorong manusia untuk menaati hukum moral tanpa paksaan dari luar. Dengan dilandasi iman kepada Allah dan hari kiamat, manusia terdorong untuk mengikuti bimbingan moral secara sungguh-sungguh dan jujur seraya berserah diri dengan ikhlas kepada Allah.

2) Semua lingkup kehidupan manusia senantiasa ditegakkan di atas moral Islami sehingga moralitas Islami berkuasa penuh atas semua urusan kehidupan manusia, sedang hawa nafsu dan veste interes picik tidak diberi kesempatan menguasai kehidupan manusia. Moral Islami mementingkan keseimbangan dalam semua aspek kehidupan manusia individual maupun sosial, serta melindunginya sejak buaian sampai ke liang lahat.

3) Islam menuntut manusia agar melaksanakan sistem kehidupan yang didasarkan atas norma-norma kebajikan dan jauh dari kejahatan. Ia memerintahkan perbuatan yang makruf dan menjauhi kemungkaran, bahkan manusia dituntut agar menegakkan keadilan dan menumpas kejahatan dalam segala bentuknya. Kebajikan harus dimenangkan atas kejahatan. Getaran hati nurani harus dapat mengalahkan perilaku jahat dan nafsu rendah.

32

Dr. Saifullah Idris, S.Ag., M. Ag.

Pendapat di atas didasarkan pada QS. Al Hajj: 41, Ali Imran: 110. Dengan demikian, sistem moral Islami berpusat pada sikap mencari ridha Allah, pengendalian hawa nafsu negatif dan kemampuan berbuat kebajikan serta menjauhi perbuatan jahat.

Menurut Sayyid Qutb, moralitas Islami tidak hanya terbatas dari kumpulan belenggu, dan larangan-larangan. Pada hakikatnya, adalah suatu kekuatan konstruktif dan positif, merupakan suatu kekuatan pendorong bagi perkembangan yang berkesinambungan dan bagi kesadaran pribadi di dalam proses perkembangan tersebut. Perkembangan tersebut diwarnai oleh kemurnian yang bulat.

Selanjutnya menurutnya, moralitas Islami bersumber dari watak tabi’i manusia yang senafas dengan nilai Islami yaitu dorongan batin yang menuntut pembebasan jiwa dari beban batin karena perbuatan dosa dan keji yang bertentangan dengan perintah Ilahi. Atas dorongan batin inilah manusia dengan fitrahnya merasa wajib untuk berbuat kebajikan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk sesamanya.

Itulah sebabnya jiwa manusia secara natural mampu melaksanakan nilai-nilai wahyu yang bersifat mutlak (absolut), karena Allah menciptakannya dengan memberi kelengkapan psikologis berupa potensi dan disposisi untuk mengembangkan nilai-nilai Islami tersebut dalam tingkah laku hidup individual dan sosial. Sedangkan nilai-nilai demokrasi adalah bersifat relatif, bisa berubah sesuai dengan keadaan tempat dan waktu. Karena secara historis demokrasi lahir bukan dari wahyu, tetapi hasil ciptaan dan kesempatan manusia.

Mengingat kualitas nilai Islami yang absolut itu, maka manusia tidak dapat mengubahnya secara bebas disesuaikan dengan situasi dan kondisi perkembangan kebudayaan masyarakat. Bahkan tidak boleh digunakan untuk mensahkan selera nafsu negatif manusia dalam segala bentuk kreasinya.

Internalisasi Nilai dalam Pendidikan

33

Fungsi nilai yang absolut itu adalah menuntut dan mengarahkan nilai-nilai kultural yang kualitasnya bersifat relativitas, yaitu nilai yang bergantung pada situasi dan kondisi perkembangan kebudayaan manusia. Namun nilai absolut itu juga memiliki kelenturan normatif terhadap kebudayaan dalam batas-batas konfigurasi (kerangka) tertentu, tanpa meninggalkan prinsip fundamentalnya. Seperti, dalam seni budaya, Islam telah memberikan prinsip bahwa seni diperlukan bagi kehidupan manusia untuk memperhalus budi sehingga membawa dekat kepada Maha Pencipta keindahan.