• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Demokrasi sebagai Dasar dan Tujuan Pendidikan

Setiap negara di dunia ini mempunyai dasar pendidikannya. Dasar merupakan landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsinya untuk memberi arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Dengan demikian, dasar merupakan pencerminan falsafah hidup suatu bangsa. Maka sistem pendidikan setiap negara itu berbeda antara satu negara dengan yang lainnya karena mereka mempunyai falsafah hidup yang berbeda (Ramayulis, 2008: 121). Pemberian pengetahuan dan proses pembelajaran apapun haruslah dilandasi pada pandangan hidup yang diterima.

Di samping dasar, tujuan pendidikan juga dianggap sangat penting dan merupakan persoalan sentral yang diakui dalam pendidikan, baru kemudian dibicarakan persoalan-persoalan yang lainnya seperti materi ajar, kurikulum, metode dan lain sebagainya. Ketika seseorang atau individu ingin mendesain sebuah program pendidikan, maka pertama sekali setelah harus dimulai dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai setelah jelas falsafahnya. Karena, tanpa adanya perumusan tujuan pendidikan yang jelas, semua kegiatan pendidikan yang akan dikerjakan tanpa arah dan bisa jadi salah kaprah. Maka, merumuskan tujuan pendidikan atau tujuan pembelajaran yang jelas dan baik adalah menjadi sangat esensial dari keseluruhan pemikiran pendidikan (Saifullah Idris, 2014: 113-118).

PENDIDIKAN DAN NILAI-NILAI DEMOKRASI

Bab

5

80

Dr. Saifullah Idris, S.Ag., M. Ag.

1. Nilai Demokrasi Sebagai Dasar Pendidikan

John Dewey, mengatakan bahwa demokrasi itu bukan hanya berbicara tentang pemilihan pemimpin politik semata, tetapi lebih dari itu, yaitu demokrasi memiliki nilai-nilai sebagai way of life, atau pandangan hidup bagi setiap anggota masyarakat dalam mengembangkan berbagai aspek kehidupannya, termasuk dalam bidang pendidikan.

Sebagai pandangan hidup, nilai-nilai demokrasi dapat dijadikan sebagai landasan berpikir dan bersikap dalam mengembangkan pendidikan secara umum dan juga dalam mengembangkan proses pembelajaran secara khusus. Nilai-nilai demokrasi tersebut adalah kebebasan individu, persamaan, dan persaudaraan. Melalui nilai kebebasan individu, maka setiap pribadi yang terlibat dalam pengembangan pendidikan mempunyai kebebasan untuk berpikir dan mengerjakan apa yang dapat dikerjakan dan apa yang tidak bisa dikerjakan. Maka tuntutan kebebasan adalah sebuah tuntutan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang untuk memperluas kekuatan yang dimilikinya dalam pengembangan pendidikan. Kebebasan yang dimiliki tersebut dapat menyelamatkan dirinya dari segala bentuk-bentuk tekanan, paksaan, monopoli, penjajahan dan bentuk-bentuk sejenis lainnya.

Kebebasan yang dimiliki oleh setiap individu tersebut merupakan anugerah yang diberikan sang pencipta kepada manusia sebagai makhluk yang berakal di muka bumi ini. Karena ia berakal, maka kebebasan itu diberikan. Dengan demikian, manusia diberikan kebebasan untuk berkarya, berpendapat, mengembangkan kemampuan pikirnya, dan kebebasan menentukan nasibnya sendiri.

Memalui nilai persamaan, setiap yang terlibat dalam pengembangan pendidikan memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mengembangkan kreativitas, inovasi dan kapasitasnya. Demikian juga di mata hukum, di mana setiap pribadi diperlakukan

Internalisasi Nilai dalam Pendidikan

81

sama di mata hukum dan memiliki hak yang sama dalam memilih dan mendukung siapa saja yang mereka inginkan untuk menjadi pimpinan, baik dalam bidang pendidikan ataupun di luar bidang pendidikan.

Dengan persamaan ini manusia akan menjadi dirinya sendiri, karena pada dasarnya semua manusia di bumi ini adalah sama. Yang menyamakan mereka adalah karena manusia diberi kemampuan untuk berpikir, sedangkan yang membedakan mereka antara satu dengan yang lainnya adalah pada kapasitas berpikirnya. Tetapi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan mereka memiliki hak yang sama. Sebagai pendidik, harus memperlakukan dan mengayomi peserta didiknya secara adil dan bijaksana tanpa membeda-bedakan di antara mereka.

Melalui nilai persaudaraan, setiap individu yang terlibat dalam pengembangan pendidikan diharapkan dapat terlibat secara aktif dan kreatif untuk melakukan hubungan yang baik dan penuh kasih sayang antar sesama, baik antara guru dengan atasannya seperti kepala sekolah, kepala Dinas/instansinya, antara guru dengan sesama guru, antara guru dengan peserta didik, guru dengan staf atau karyawan di sekolah, dan guru dengan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program pembelajaran. Dengan adanya suatu suasana persaudaraan yang baik antara pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan, maka akan mudah untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.

2. Nilai Demokrasi Sebagai Tujuan Pendidikan

Berbeda dengan John Dewey yang menyatakan bahwa demokrasi bukan hanya berbicara tentang politik semata, tetapi juga mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai pandangan hidup, Brubacher menegaskan, bahwa di samping nilai demokrasi sebagai landasan filosofis pengembangan pendidikan, nilai-nilai

82

Dr. Saifullah Idris, S.Ag., M. Ag.

demokrasi juga sebagai tujuan yang ingin dicapai dalam berbagai aktivitas pendidikan dan di internalisasikan kepada peserta didik. Dengan demikian, tujuan pendidikan merupakan persoalan asasi, inti dan sari pati dari seluruh proses aktivitas di dalam pendidikan, dan berfungsi sebagai petunjuk yang mengarahkan proses pendidikan, memotivasi dan memberi kriteria tolak ukur dalam evaluasi pendidikan (John S. Brubacher, 1962: 95).

Tujuan pendidikan adalah perubahan-perubahan yang diinginkan yang diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dan pada kehidupan pribadinya, atau pada kehidupan masyarakat dan pada alam sekitar tentang individu itu hidup atau pada proses pendidikan sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai proporsi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat (Omar Muhammad, 1979: 399).

Tujuan pendidikan sangat terkait dengan nilai. Karena tujuan pendidikan pada hakikatnya mengandung pilihan ke arah proses pencapaian nilai-nilai yang telah ditetapkan, sehingga nilai menjadi dasar bagi ketentuan tujuan-tujuan pendidikan. Nilai-nilai yang telah ditetapkan tersebut menjadi dasar dan tujuan, yaitu: nilai-nilai materi, nilai-nilai sosial, nilai-nilai etika, nilai-nilai estetika, dan nilai-nilai religius (Omar Muhammad, 1979: 403-404). Oleh karena itu, tujuan pendidikan juga tidak terlepas dan ditentukan oleh way of life orang yang memprogramkan pendidikan tersebut.

Di samping itu, tujuan pendidikan adalah terjadinya tingkat perkembangan normatif yang lebih baik pada peserta didik. Tingkat perkembangan normatif lebih baik juga mengandung makna bahwa peserta didik itu mengalami proses perkembangan. Artinya, pendidikan berupaya membantu agar proses perkembangan peserta didik itu cocok dan sesuai dengan nilai pandangan hidup manusia. Maka, tujuan pendidikan yang baik itu ada tiga (Noeng Muhadjir, 2000: 2), yaitu:

Internalisasi Nilai dalam Pendidikan

83

Pertama, tujuan yang baik berfungsi sebagai alat atau instrumental values untuk mencapai tujuan lain. Yang dalam bahasa John Dewey

disebutkan sebagai means untuk mencapai ends, yang pada proses berikutnya ends tersebut menjadi means untuk mencapai ends baru.

Kedua, tujuan yang berada dalam peserta didik itu sendiri, dan

tujuan itu adalah perkembangan atau pertumbuhan peserta didik itu sendiri, seperti mempunyai etika pergaulan, memiliki perilaku terpuji, dan watak terpuji. Ketiga, tujuan yang merupakan sesuatu yang ideal, sesuatu yang berada di luar peserta didik, yaitu livings values.

Lebih lanjut, tujuan juga mempunyai beberapa tahapan (Ramayulis, 2008: 134-147), yaitu: tujuan tertinggi/terakhir, tujuan umum, tujuan khusus, dan tujuan sementara. Pertama, tujuan tertinggi/terakhir. Tujuan ini diyakini sebagai sesuatu yang ideal dan dapat memotivasi usaha pendidikan dan menjadikan aktivitas pendidikan lebih bermakna. Kedua, tujuan umum. Tujuan ini lebih mengutamakan pendekatan filosofis, lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan ini berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik. Ketiga, tujuan khusus. Tujuan ini adalah pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum. Tujuan ini bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan di mana perlu sesuai dan cocok dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi dan umum itu. Pengkhususan tersebut didasarkan pada: budaya dan cita-cita suatu bangsa, minat, bakat, dan kesanggupan peserta didik, dan tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu.

Keempat, tujuan sementara. Tujuan ini dikembangkan dalam rangka

menjawab segala tuntutan kehidupan. Karena tujuan ini kondisional, tergantung faktor di mana peserta didik itu tinggal atau hidup.

Berbeda dengan di atas, tujuan juga mempunya tiga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif, peserta didik dituntut untuk

84

Dr. Saifullah Idris, S.Ag., M. Ag.

mencapai pengetahuan yang banyak. Aspek afektif, peserta didik dituntut untuk mendapatkan sikap dan perilaku yang baik. Aspek psikomotorik, peserta didik dituntut untuk menguasai keterampilan. Dengan demikian, jika dilihat dari segi tahapan tujuan pendidikan, maka nilai-nilai demokrasi termasuk dalam wilayah tujuan umum. Sedangkan jika dilihat dari segi aspek tujuan pendidikan, maka nilai-nilai demokrasi memasuki wilayah afektif.