• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV INDAHNYA KERAGAMAN RITUAL DAN

B. Makna Ritual Agamaku dan Temanku Berbeda

Mengamati

Amatilah gambar berikut ini. Selanjutnya, carilah informasi berkaitan dengan gambar tersebut dan hubungannya dengan fenomena yang ada di lingkungan kalian!

Gambar 4.9 Ritual dalam agama Buddha Sumber: https://samaggi-phala.or.id

Ritual dalam setiap agama berbeda-beda, demikian juga halnya dengan ritual dalam agama Buddha. Di dalam agama Buddha, yang dimaksud ritual umat Buddha adalah semua kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan peningkatan keyakinan terhadap agama Buddha. Ritual dalam agama Buddha meliputi puja bakti atau kebaktian yang dilakukan setiap hari Minggu atau upacara-upacara tertentu, misalnya pelimpahan jasa, upacara avamanggala (upacara keluaga meninggal), upacara manggala (upacara kebahagiaan), dan upacara hari-hari besar agama Buddha.

ritual, agamaku, temanku

Membaca

1. Ritual dalam Agama Buddha

Ritual dalam agama Buddha sering sering dikatakan puja bakti/kebaktian. Da-lam agama Buddha, puja dilakukan dengan cara yang berbeda-beda dan meng-gunakan doa yang berbeda sesuai dengan aliran masing-masing. Dalam ritual/

kebaktian, ada yang menggunakan bahasa Mandarin, bahasa Sanskerta, bahasa Pali, bahasa Jepang, Tibetan, dan bahasa yang lain.

Puja Bakti’ memiliki pengertian bahwa kita memuja, menghormat, dan berbakti dengan menjalankan ajaran Buddha. ‘Pemujaan’ timbul ketika pada zaman dahulu, para bhikkhu dan murid Buddha lainnya bersujud kepada Sang Buddha. Mereka memuja, menghormat dengan membawa bunga, dupa dan lilin. Kalau sekarang, bunganya sudah disediakan di vihara, lilinnya juga sudah dihidupkan, jadi orang tinggal memasang dupa saja. Begitulah tradisi pemujaan. Kemudian, tentang istilah berbakti. Ketika kita membaca Paritta, sebenarnya adalah merupakan pengganti khotbah Buddha, mengulang khot-bah Sang Buddha, merenungkan isinya dan membawanya pulang ke rumah untuk dilaksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari.

a. Puja Bakti Manggala (Puja Bakti Memperoleh Berkah)

Puja bakti manggala biasanya dilakukan dalam kondisi umat Buddha dalam keadaan senang atau bahagia. Misalnya, ketika membuka usaha/bidang-bisnis baru, kantor baru, demi berkah kejayaan, kebahagiaan, kesehatan, paras bagus, kekayaan, kekuatan, dan berbagai macam keberhasilan serta demi tujuan melenyapkan berbagai bentuk rintangan, halangan, gangguan (baik yang tampak mata maupun tak tampak), penderitaan, kesedihan, dan lain-lain sebagainya.

Gambar 4.10 Puja Bakti menempati rumah baru.

Sumber: https://buddhaku.my.id/puja-bakti-manggala/

b. Puja Bakti Avamanggala (Puja Bakti Memperoleh berkah)

Puja bakti avamanggala dilakukan umat Buddha ketika dalam kondisi tidak menyenangkan (ada keluarga yang meninggal). Namun demikian, sebagai umat Buddha, kalian harus mengetahui makna dari puja bakti manggala maupun avamanggala.

2. Pembiasaan Kebaktian di Sekolah

Ritual/kebaktian di sekolah yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pelajaran agama Buddha identik dengan pembiasaan, dengan cara berdoa dan mengikuti kebiasaan di sekolah tersebut. Pada umumnya, sebelum pelajaran agama Buddha dimulai, siswa dan guru memanjat Paritta Namaskara Gatha.

Tujuan kebaktian di sekolah agar para siswa lebih yakin terhadap ajaran Sang Buddha. Tujuan lainnya ialah batin siswa agar lebih tenang dan konsentrasi dalam belajar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebaktian di sekolah adalah mempersiapkan suasana tenang dan batin yang damai.

Suasana tenang dan damai akan membuat pembacaan Paritta lebih hikmat.

Gambar 4.11 Kegiatan ABC (Anak Buddhis Cerdas) dihadiri pembina rohbud dan kepala sekolah Sumber: Kemendikbudristek/Saring Santosa, 2019

Sebagai contoh kegiatan yang dilaksanakan di suatu sekolah, biasanya program tahunan dalam rangka peringatan hari besar Waisak mengadakan kegiatan ABC (Anak Buddhis Cerdas) atau Olimpiade Buddhis. Hal ini sebagai wahana untuk mengenalkan sekolah kepada anak SMP.

Serangkaian acara ABC atau perlombaan dimulai setelah terlebih dahulu diadakan puja bakti. Kebaktian diikuti seluruh panitia dan peserta lomba. Kemudian, sambutan oleh kepala sekolah sekaligus membuka acara ABC. Namun demikian, tidak mudah membentuk kerohanian Buddha di suatu sekolah yang tidak bercirikan Buddha. Salah satu alasannya karena keterbatasan jumlah siswa yang ada pada sekolah tersebut.

3. Pembiasaan Kebaktian di Vihara

Di dalam agama Buddha, terdapat empat kelompok umat Buddha (parisa), yaitu: bhikkhu, bhikkhuni, upāsaka, dan upāsika. Bhikkhu dan bhikkhuni adalah umat Buddha yang melatih diri menjalankan kehidupan suci yang ditunjukkan Buddha untuk mengakhiri penderitaan. Mereka sering disebut sebagai umat Buddha pabbajitā (yang meninggalkan kehidupan berumah tangga). Kediaman para bhikkhu di vihara. Jika umat ingin bertemu dengan para bhikkhu, dia hadir dan membiasakan diri datang ke vihara. Ada banyak manfat yang dapat diperoleh ketika melakukan ritual/puja bakti di vihara.

Upāsaka dan upāsika adalah umat Buddha laki-laki dan perempuan yang menjalankan kehidupan keduniawian. Mereka sering disebut sebagai gharāvāsa, umat awam perumah tangga. Ada yang menikah dan ada juga yang tidak menikah (dalam agama Buddha seseorang tidak diwajibkan harus menikah atau harus menjadi bhikkhu. Semua ini bergantung pada pilihan hidup masing-masing). Kata upāsaka/upāsika memiliki pengertian orang yang mengenal dekat, “akrab” dengan Buddha, Dharma, dan Sangha.

Sebagai seorang umat Buddha yang berkeyakinan kepada Tiratana dan sudah menyatakan berlindung kepada Buddha, Dharma, dan Sangha.

(Buddham saranam gacchāmi, Dhammam saranam gacchāmi, Sangham saranam gacchāmi), tentu untuk selanjutnya harus berusaha untuk menjadi seorang umat Buddha yang baik.

Untuk menjadi seorang umat Buddha yang baik, selain dia hafal Paritta, hendaknya juga rajin datang ke vihara. Dia juga memiliki sifat dan tingkah laku yang baik, ucapan yang ramah, sopan santun di mana pun berada.

Dia juga memiliki pengendalian diri yang baik dalam ucapan, pikiran serta perbuatan badan jasmani, punya malu berbuat jahat (hiri) dan takut akan akibatnya (ottappa).

Manfaat melakukan puja bakti di vihara sebagai berikut.

a. Akan meningkatkan dan memperkuat keyakinan (saddha) pada Tiratana (Buddha, Dharma dan Sangha).

b. Berkembangnya Brahmavihāra. (Metta) cinta kasih, (karuna) kasih sayang, (mudita) simpati, dan (upekkha) batin.

c. Berkembangnya pengendalian diri (samvara).

d. Berkembangnya perasaan puas (santutthi).

e. Berkembangnya kesabaran (khanti).

f. Berkembangnya kebahagiaan (sukha).

Selain itu, melakukan puja bakti di vihara, kita bisa melakukan banyak kebajikan melalui ucapan, pikiran perbuatan. Dengan banyak melakukan kebajikan, kita akan mendapatkan berkah utama.

4. Pembiasaan Ritual Lain Kebajikan yang dilakukan melalui Fangsen. Fangsen berarti berarti melepaskan makhuk hidup Kembali kea lam bebas, berdana dengan Dharma, berdana dengan kasih sayang. Berdana dalam ketiga hal ini adalah kebajikan yang tak terhingga besarnya.

Kebaikan terbesar yang diperoleh dengan melakukan fangshen adalah terhindar dari segala malapetaka dan panjang umur.

Hal ini sering dilakukan oleh

umat Buddha untuk melatih dan mempraktikan cinta kasih dan kasih sayang terhadap semua makhluk. Sebaiknya, umat Buddha memberikan apresiasi dan mengikuti kegiatan seperti ini, yang secara langsung telah menyelamatkan makhluk hidup. Seperti dicontoh oleh Pangeran Siddharta ketika masih kecil, menyelamatkan burung yang dipanah orang lain. Masih ingatkah kalian tentang peristiwa ini?

Berdiskusi

Aktivitas Siswa: Tugas Kelompok

Setelah kalian mengamati teks tersebut, lakukan aktivitas berikut!

1. Diskusikan tentang manfaat praktik puja bakti/kebaktian yang yang dilakukan di sekolah!

2. Pernahkah kalian mengikuti ritual puja bakti hari raya agama Buddha? Apa sajakah urutan paritta/mantra pada kegiatan tersebut?

3. Peristiwa apakah yang diperingati pada hari-hari raya agama Buddha?

4. Bagaimana sikap kalian jika ada teman yang berbeda sekte, dalam melaksanakan ritual puja bakti di sekolah?

5. Carilah persamaaan makna ritual agama Buddha yang berbeda-beda aliran/

sekte!

6. Presentasikan di depan kelas.

Gambar 4.12 Umat dan Bhikkhu melepaskan satwa Sumber: Kemendikbudristek/Saring Santosa, 2019

Renungkan pesan berikut ini untuk dijadikan inspirasi dalam diri kita!

Inspirasi Dharma

“Bukan karena kelahiran seseorang disebut vasala (sampah masyarakat).

Bukan karena kelahiran seseorangdisebut Brahmana (orang mulia).

Hanya karena perbuatan seseorang disebut vasala (sampah masyarakat).

Hanya karena perbuatan seseorang disebut Brahmana (orang mulia).”

(Vasala Sutta, Sutta Nipâta)

C. Temanku Beribadahlah