BAB II: PROSES PELAKSANAAN UPACARA SADRANAN DI PADUKUHAN
2.3 Proses Ritual Pelaksanaan Upacara Sadranan di Padukuhan Kalibulus
2.3.3 Makna Simbolik yang Terkandung dari Setiap sesaji dalam Upacara
Orang Jawa percaya kepada roh-roh yang dianggap menempati seluruh alam, roh mempunyai pengaruh yang penting di dalam kehidupan manusia karena mampu berbuat hal- hal yang tidak dapat dilakukan oleh manusia. Di antara roh-roh yang paling penting adalah roh-roh nenek moyang/ leluhur serta sanak saudara kita. Terutama orang sangat percaya, bahwa roh nenek moyang selalu memberikan perlindungan. Untuk itu upacara sadranan dilaksanakan sebagai wujud penghormatan kepada roh nenek moyang dengan ritual berupa pemberian doa-doa dan sesaji.
Sesaji merupakan unsur yang pokok dalam pelaksanaan sebuah upacara tradisi. Menurut penuturan yang disampaikan oleh kaum (tokoh agama) Padukuhan Kalibulus yaitu mbah Sasradiharjo (80 tahun), sesaji yang digunakan dalam upacara sadranan di Padukuhan Kalibulus mempunyai makna sebagai berikut:
a. Sego Gurih
Sego gurih berupa nasi yang dimasak dengan menggunkan santan dan digunakan sebagai wujud persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar seluruh keluarga, sanak saudara selalu diberi keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
b Nasi Tumpeng
Nasi tumpeng, nasi yang berbentuk kerucut seperti bentuk gunung. Nasi tumpeng ini mempunyai makna agar sekeluarga dan sanak saudara yang masih hidup tetap disenangi oleh masyarakat sekitar.
c. Golong
Golong, nasi yang dimasak dengan campuran santan dan setelah matang dibentuk bulat-bulat, berukuran kira-kira satu kepalan tangan orang dewasa. Nasi golong rasanya gurih. Nasi golong mempunyai makna semua yang menjadi keinginan kita diharapkan akan tercapai apabila mempunyai tekad yang kuat dan semoga seluruh sanak saudara yang ditinggalkan selalu hidup rukun.
d. Ketan Kolak
Ketan mempunyai makna mengirim tanda penghormatan kepada para leluhur yang telah meningal dunia, agar selalu dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa supaya diampuni segala kesalahannya. Kolak pisang dan ketela mempunyai makna untuk menolak segala perbuatan buruk dan agar selalu dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa.
e. Apem
Adalah kue yang dibuat dari tepung beras lalu dicampur dengan gula setelah itu diletakkan di atas cetakan lalu dikukus. Apem dalam sesaji mempunyai makna sebagai sebuah payung, supaya jika hujan tidak kehujanan dan jika panas tidak kepanasan dan supaya para nabi menuntun langkah arwah orang yang sudah meninggal dunia serta mengampuni dosa yang pernah dibuat selama hidup di dunia.
f. Buah-buahan
Buah-buahan yang digunakan dalam sesaji melambangkan sebagai sarana penyegar untuk para leluhur atau sanak saudara yang telah meninggal dunia dan dimakamkan di pemakaman Kalibulus.
g. Tukon Pasar
Adalah serangkaian jajanan yang dibeli di pasar. Kue-kue di dalam sesaji ini antara lain roti bolu, lemper dan lain- lain. Tukon pasar
mempunyai makna kekayaan selama hidup dan semoga orang yang ditinggalkan diberikan rejeki dan berkah.
h. Pisang Raja Setangkep
Sebagai sarana untuk memohon pengampunan dosa kepada para malaikat dan mempunyai makna agar orang yang telah meninggal dunia menjadi mulia di mata Tuhan Yang Maha Esa serta memperoleh kemudahan dalam perjalanannya ke alam baka.
i. Ingkung
Adalah satu ekor ayam utuh yang dimasak dengan menggunakan berbagai macam bumbu sepeti bawang merah, bawang putih, ketumbar, merica, daun salam, laos, sere, daun jeruk, garam, lengkuas, jahe, kunyit, bumbu masak, gula merah dan santan kental. Ingkung merupakan salah satu syarat yang harus ada dalam sesaji untuk upacara sadranan dan dimaksudkan sebagai sarana pelengkap nasi tumpeng.
j. Air Putih
Melambangkan kesucian yaitu agar arwah orang yang telah meninggal dunia disucikan dan arwahnya dapat diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa atau kemurnian hati, yaitu melambangkan kemurnian hati warga masyarakat Padukuhan Kalibulus yang mengikuti upacara sadranan.
k. Kembang Setaman
Biasanya terdiri dari tiga macam bunga yaitu cempaka, kenanga dan mawar. Bunga-bunga ini mempunyai makna sebagai sarana menyampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar arwah sanak/saudara yang telah meninggal dunia mendapatkan tempat yang baik di alam baka.
Demikian uraian berbagai macam sesaji yang disediakan beserta makna simbolis yang terdapat dalam upacara sadranan yang dilaksanakan di Padukuhan Kalibulus. Warga masyarakat Paduk uhan Kalibulus selalu mempersiapkan secara lengkap berbagai macam sesaji yang diperlukan dalam pelaksanaan upacara sadranan karena apabila ada sesaji yang ditinggalkan, menurut kepercayaan warga masyarakat sekitar akan terasa tidak lengkap dan dikhawatirkan akan menimbulkan hal- hal yang tidak diinginkan.
2.3.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara Sadranan di Padukuhan Kalibulus
Dalam penyelenggaraan upacara sadranan pihak-pihak yang terlibat adalah juru kunci yaitu bapak Prapto Diharjo (55 tahun). Beliau adalah keturunan juru kunci yang terdahulu dan bertugas menjaga dan mengurus makam. Juru kunci merupakan pemegang kunci upacara karena beliau yang mengetahui seluk beluk pemakaman Kalibulus. Untuk itu kehadiran juru kunci pada pelaksanaan upacara sadranan sangat penting dan sampai saat ini setiap kali dalam pelaksanaan upacara sadranan juru kunci tidak pernah berhalangan hadir. Selain itu, pihak yang terlibat
dalam upacara sadranan adalah kepala Padukuhan Kalibulus, modin yang bertugas untuk membacakan doa yaitu bapak Heri Barnadi, dan dihadiri oleh rombongan tamu undangan yang terdiri dari Kepala Bidang Peninggalan Budaya dan Nilai Tradisi Kabupaten Sleman, Camat Ngemplak, Lurah Ngemplak, para pejabat dan sesepuh desa dan tentunya didukung, dihadiri oleh seluruh warga masyarakat Padukuhan Kalibulus.
Demikian deskripsi proses ritual upacara sadranan yang dilaksanakan di Padukuhan Kalibulus, Bimomartani, Ngemplak, Sleman beserta penjelasan waktu serta tempat pelaksanaan, yang dilaksanakan di pemakaman Padukuhan Kalibulus, setiap tahun pada tanggal 23 Ruwah, dan sesaji yang selalu digunakan dalam upacara sadranan sekaligus menerangkan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan upacara sadranan di Padukuhan Kalibulus.
41 3.1 Pengantar
Dalam Bab III akan diuraikan pandangan masyarakat tentang upacara sadranan yang dilaksanakan di Padukuhan Kalibulus, Bimomartani, Ngemplak, Sleman. Uraian mengenai pandangan masya rakat tentang upacara sadranan didasarkan pada makna dan fungsi. Seberapa pentingnya upacara sadranan untuk kehidupan sehari- hari sehingga masih dilakukan sampai saat ini. Serta dikaitkan dengan agama dan kepercayaan yang diyakini masyarakat Padukuhan Kalibulus.
3.2 Pengertian Pandangan Masyarakat Secara Umum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988 : 643) pandangan berarti pengetahuan atau pendapat, hasil perbuatan memandang (memperhatikan, melihat). Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebutuhan yang mereka anggap sama (KBBI,1988 : 564). Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk- makhluk manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat yang tertentu (Koentjaraningrat, 1969 : 98). Pandangan masyarakat mengenai upacara sadranan yang masih di lakukan sampai saat ini oleh masyarakat Padukuhan Kalibulus, akan dibahas peneliti secara mendalam dan akan diungkapkan pada bab ini. Sehingga kita akan mampu melihat bagaimanakah sesungguhnya pandanga n masyarakat tentang upacara
sadranan yang masih dilakukan sampai saat ini dari segi makna fungsi, agama dan kepercayaan untuk kehidupan sehari- hari.
3.3 Pandangan Masyarakat Padukuhan Kalibulus tentang Upacara Sadranan Berdasarkan Makna, Fungsi, serta Agama dan Kepercayaan
3.3.1 Pandangan Masyarakat Padukuhan Kalibulus tentang Pelaksanan Upacara Sadranan Berdasarkan Makna Fungsi
Di Padukuhan Kalibulus terdapat berbagai macam masyarakat. Jadi untuk menguraikan pandangan masyarakat tentang upacara sadranan penulis mengambil beberapa pendapat atau pandangan masyarakat Padukuhan Kalibulus berdasarkan makna fungsi atau apa arti, pentingnya dan kegunaan upacara sadranan masih dilaksanakan sampai saat ini di Padukuhan Kalibulus oleh warga masyarakatnya.
Dari beberapa pendapat yang diperoleh dan diutarakan juru kunci makam, modin, ketua RT, tokoh masyarakat sampai wakil dari ibu- ibu serta dari remaja dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut mereka upacara sadranan yang dilaksanakan rutin setiap satu tahun sekali, yang jatuh pada setiap tanggal 23 Ruwah di Padukuhan Kalibulus mempunyai makna dan fungsi sebagai berikut:
a. upacara sadranan sangat penting dilaksanakan karena merupakan waktu yang tepat untuk berkunjung ke makam leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal dunia dengan menaburkan bunga di atas pusaranya dan mendokan arwahnya,
b. melestarikan budaya leluhur, karena upacara sadranan dilakukan oleh warga masyarakat Padukuhan Kalibulus sejak dari zaman dahulu, zaman nenek moyang atau leluhur (mbah Demang) Padukuhan Kalibulus,
c. merupakan satu ritual dalam rangka memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya arwah-arwah leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal dunia dapat diampuni dan diterima amal kebaikannya,
d. sebagai bentuk peringatan bahwa nantinya kita semua sebagai manusia akan mengala mi hal yang sama yaitu kematian,
e. upacara sadranan sebagai sarana untuk memohon maaf kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua kesalahan yang telah kita perbuat serta sebagai perwujudan untuk selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa, f. merupakan suatu ungkapan balas budi kepada orang tua yang dari kecil telah merawat kita dan saat ini telah meninggal dunia,
g. bentuk ucapan terima kasih kepada leluhur, orang tua dan sanak saudara yang telah meninggal dunia dengan merawat pusaranya,
h. dengan mengikuti pelaksanaan upacara sadranan membuat hati dan pikran tenang, tentram menjalani kehidupan sehari- hari.
3.3.2 Pandangan Masyarakat Padukuhan Kalibulus tentang Upacara Sadranan Berdasarkan Agama dan Kepercayaan
Ditinjau dari agama dan kepercayaan yang dianut oleh warga masyarakat Padukuhan Kalibulus tentang pelaksanaan upacara sadranan yang dilaksanakan pada hari Kamis Legi 23 Ruwah yang lalu, dari beberapa pendapat yang telah
diutarakan kepada penulis oleh beberapa masyarakat seperti dari juru kunci makam, modin, ketua RT, tokoh masyarakat sampai wakil dari ibu- ibu serta dari remaja dapat ditarik kesimpulan bahwa, sebagai berikut.
a. Menurut pendapat mereka berdasarkan agama yang dianut, ada kebebasan dalam melaksanakan upacara sadranan. Pelaksanaan upacara sadranan tersebut menggunakan ritual dengan tata cara agama Islam karena sebagian besar warga masyarakat Paduk uhan Kalibulus menganut agama Islam. Jadi tidak terdapat larangan untuk mengikuti upacara sadranan dalam ajaran agama yang dianut oleh sebagian besar warga masyarakat Padukuhan Kalibulus ini. Pada dasarnya kegiatan upacara sadranan merupakan suatu tradisi yang sudah turun temurun dari leluhur dan di balik pelaksanaan upacara sadranan terdapat nilai tentang Ketuhanan, yaitu adanya kepercayaan bahwa Tuhan adalah yang mempunyai kuasa dan sumber kehidupan, hidup mati seseorang Tuhan yang menentukan. Oleh karena itu upacara sadranan merupakan salah satu sarana sebagai ungkapan syukur dan memohon maaf kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam pelaksanaan upacara sadranan terdapat ritual-ritual doa untuk mendoakan arwah leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal dunia. Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa upacara sadranan tidak bertentangan dengan agama yang dia nut oleh warga masyarakat Padukuhan Kalibulus.
b. Menurut pendapat mereka terdapat kepercayaan bahwa dengan melaksanakan upacara sadranan warga masyarakat Padukuhan Kalibulus akan mendapatkan berkah (ngalap berkah). Ada kepercayaan dalam warga masyarakat terutama kalangan orang tua (bapak ibu) bahwa setelah mengikuti upacara sadranan mereka akan mendapatkan, sesuatu mungkin dalam bentuk abstrak (bisa dirasakan tetapi tidak bisa dilihat), seperti perasaan yang tenang dalam menjalani kehidupan sehari- hari maupun konkrit (bisa dilihat dan dirasakan) seperti adanya kepercayaan bahwa rejeki dan pekerjaan akan lancar, usaha yang dijalani akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Sehingga secara tidak langsung akan berdampak ke segi finansial atau ekonomi. Namun sebaliknya, terdapat fenomena yang tercipta di kalangan muda Padukuhan Kalibulus tentang pelaksanaan upacara sadranan. Bagi mereka mengikuti upacara sadranan hanya sekedar untuk turut meramaikan tanpa mengerti lebih dalam akan fungsi dan makna serta manfaatnya. Bagi mereka pelaksanaan upacara sadranan yang dilaksanakan di Padukuhan Kalibulus lebih kepada sebagai sebuah hiburan tersendiri.
Demikian penjelasan pandangan masyarakat secara umum dan pandangan masyarakat Padukuhan Kalibulus tentang upacara sadranan yang didasarkan pada makna dan fungsi yaitu seberapa pentingnya upacara sadranan masih dilakukan sampai saat ini, dan dikaitkan dengan agama yang yakini serta ada tidaknya kepercayaan masyarakat Padukuhan Kalibulus tentang makna dan fungs i upacara sadranan itu sendiri untuk kehidupan sehari- hari.
46 SLEMAN
4.1 Pengantar
Dalam bab IV ini akan dijelaskan kajian mengenai makna dan fungsi upacara sadranan yang dilaksanakan di Padukuhan Kalibulus, Bimomartani, Ngemplak, Sleman. Penjelasan mengenai makna dan fungsi upacara sadranan didasarkan pada kebiasaan yang dilakukan oleh warga masyarakat Padukuhan Kalibulus yang menyelenggarakan upacara sadranan setiap tahun sekali, yang jatuh pada setiap tanggal 23 Ruwah menurut penaggalan Jawa.
4.2 Makna Upacara Sadranan
Dari gambaran mengenai kebiasaan yang dilakukan oleh warga masyarakat Padukuhan Kalibulus dalam menyelenggarakan dan memperingati upacara sadranan, serta dari beberapa pendapat yang diperoleh dan diutarakan oleh narasumber, yaitu juru kunci makam Padukuhan Kalibulus, modin, Ketua RT 02, tokoh masyarakat, perwakilan ibu- ibu warga Padukuhan Kalibulus dsn perwakilan dari remaja Padukuhan Kalibulus, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai makna atau arti dari penyelengaraan upacara sadranan adalah sebagai berikut.
4.2.1 Menjaga hubungan antara jiwa orang yang telah meninggal dunia dengan orang yang masih hidup
Pelaksanan upacara sadranan dipercaya dapat menjaga hubungan antara jiwa orang yang sudah meninggal dunia, terutama jiwa para leluhur atau sanak saudara dengan orang atau kerabatnya yang masih hidup.. Upacara sadranan menjadi sarana penghubung antara orang yang meninggal dengan orang yang ditinggalkan yaitu dengan selalu mengunjungi, membersihkan makam leluhur atau kerabat yang telah meninggal dunia, menaburkan bunga di atas pusaranya, serta mendoakan arwahnya. Hal ini dilakukan sebagai perwujudan bahwa kita tidak pernah melupakan leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal dunia dengan merawat dan menjaga kebersihan makamnya.
4.2.2 Upacara sadranan sebagai sebuah kultural atau tradisi
Upacara sadranan menurut warga masyarakat Padukuhan Kalibulus merupakan sebuah kebudayaan, seperti pelaksanaan ritual bersih desa dan malam satu sura yang selalu rutin dilaksanakan di Padukuhan Kalibulus. Sadranan sudah merupakan sebuah tradisi bagi warga masyarakat Padukuhan Kalibulus karena sudah dilakukan turun temurun dari zaman nenek moyang dahulu sampai anak cucu mereka saat ini. Upacara sadranan ini dilakukan satu tahun sekali yang jatuh pada tanggal 23 Ruwah penanggalan Jawa. Ritual ziarah ke makam leluhur dan sanak saudara untuk mendoakan arwah leluhur dan sanak saudaranya dengan menaburkan bunga di atas pusaranya.
4.2.3 Upacara sadranan sebagai bentuk penghormatan
Upacara sadranan yang dilaksanakan di Padukuhan Kalibulus setiap tanggal 23 Ruwah ini dilakukan oleh warga masyarakat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal dunia. Proses ritual sadranan dilakukan dengan berdoa dan menaburkan bunga di atas pusara arwah para leluhur atau sanak saudara yang telah meninggal dunia agar arwahnya dapat diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Warga masyarakat percaya ketika nyadran roh leluhur dan sanak saudara akan datang mengunjungi rumah.
4.2.4 Upacara sadranan sebagai bentuk pembersihan diri
Pelaksanaan upacara sadranan mengandung makna membersihkan diri secara batiniah. Dengan mengikuti upacara sadranan merupakan upaya warga masyarakat Padukuhan Kalibulus untuk membersihkan diri dengan meminta maaf kepada leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal dunia atas kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Selain itu, memohon doa restu agar dalam melaksanakan ibadah puasa mendapatkan ketenangan dan kelancaran.
4.3 Fungsi Upacara Sadranan
Dalam pelaksanaan upacara sadranan yang dilaksanakan pada hari Kamis Legi 23 Ruwah yang lalu, dari beberapa pendapat yang telah diutarakan kepada penulis oleh beberapa masyarakat seperti dari juru kunci makam, modin, ketua RT, tokoh masyarakat sampai wakil dari ibu- ibu serta dari remaja Maka dapat
ditarik kesimpulan fungsi upacara sadranan yang dilakukan di Padukuhan Kalibulus, Bimomartani, Ngemplak, Sleman, sebagai berikut.
4.3.1 Fungsi Religius
Fungsi religius yang terkandung dalam pelaksanaan upacara sadranan adalah menekankan pada hubungan antara manusia dengan Tuhan, yaitu sebagai ungkapan perwujudan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan berdoa memohon agar arwah leluhur dan sanak saudara dapat diterima dan diberikan tempat yang layak karena hanya dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa semua itu dapat terwujud.
4.3.2 Fungsi Sosial
Upacara sadranan yang dilakukan oleh warga masyarakat Padukuhan Kalibulus mencerminkan fungsi sosial di dalamnya yaitu untuk memelihara hubungan yang harmoni antar sesama warga masyarakat Padukuhan Kalibulus. Hal ini terlihat dalam pelaksanaan upacara sadranan dibutuhkan kerja sama dan komunikasi antar seluruh warga masyarakat Padukuhan Kalibulus tanpa harus memandang status sosial dan kepercayaan. Baik dalam mempersiapkan sesaji yang dibutuhkan, peralatan yang diperlukan, semua membutuhkan kerja sama dari bapak, ibu maupun para remajanya. Warga masyarakat yang mengikuti upacara tersebut memiliki kedudukan yang sama. Upacara sadranan juga meningkatkan keruk unan antar warga masyarakat Padukuhan Kalibulus. Ketika warga masyarakat Padukuhan Kalibulus melaksanakan upacara sadranan dengan saling
mendoakan arwah para leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal dunia yang kemudian dilanjutkan dengan menaburkan bunga di atas pusaranya mencerminkan sikap sosial yaitu peduli terhadap sesama serta mencerminkan sikap kerukunan antar umat manusia.
Selain itu fungsi sosial dalam pelaksanaan upacara sadranan juga tercermin dengan adanya silaturahmi yang terjalin antar saudara karena biasanya pelaksanaan upacara sadranan juga dijadikan sebagai sarana temu kangen antar saudara yang sudah lama tidak bertemu karena kesibukan masing- masing dan jarak tempat tinggal yang jauh dari kampung halaman. Biasanya ketika sadranan banyak orang meluangkan waktu untuk pulang ke kampung halamannya untuk berziarah ke makam leluhur atau sanak saudara yang telah meninggal dunia sekaligus bertemu saudara sekerabat yang masih hidup. Jadi upacara sadranan juga menciptakan silaturahmi antar sesama anggota keluarga, sehingga mencerminkan sikap bersosialisasi antar saudara sekerabat.
Demikian penjelasan tentang makna dan fungsi secara umum serta penjelasan makna dan fungsi upacara sadranan yang dilaksanakan di Padukuhan Kalibulus. Makna upacara sadranan di Padukuhan Kalibulus adalah menjaga hubungan antara jiwa orang yang telah meninggal dunia dengan orang yang masih hidup, upacara sadranan sebagai sebuah kultural atau tradisi, upacara sadranan sebagai bentuk penghormatan dan upacara sadranan sebagai bentuk pembersihan diri serta upacara sadranan mempunyai fungsi religius dan fungsi sosial.
51 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang upacara sadranan di Padukuhan Kalibulus Bimomartani Nge mplak Sleman yang dilaksanakan pada Kamis Legi tanggal 23 Ruwah 1940 H di pemakaman Padukuhan Kalibulus. Penelitian mencakup deskripsi proses ritual, pandangan masyarakat dan kajian makna, fungsi.
Upacara sadranan merupakan tradisi untuk ziarah ke makam leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal dunia. Yaitu dengan mengirimkan doa dan menaburkan bunga di atas pusaranya. Upacara sadranan di Padukuhan Kalibulus dikemas dalam tata upacara adat dan sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu yang merupakan warisan nenek moyang dan dilaksanakan setiap satu tahun sekali.
Proses ritual upacara sadranan dimulai dengan adanya kirab oleh masyarakat Padukuhan Kalibulus, yang membawa sesaji, bunga (kembang setaman) untuk ziarah, dan membawa pusaka serta rombongan pembawa peti dari kayu (jodang) dan ibu- ibu yang membawa nampan bulat dari bahan bambu (tenong) yang berisi makanan berupa nasi tumpeng, berbagai macam sayur, buah-buahan dan ikan. Kepala dusun beserta rombongan kirab pembawa bunga dan sesaji diikuti para tokoh dan sesepuh desa memasuki area pemakaman Kalibulus dan melaksanakan upacara ritual sadranan
yang berupa kegiatan ziarah ke makam leluhur, sesepuh atau tokoh masyarakat Padukuhan Kalibulus dan sanak-saudara dengan berdoa, membakar kemenyan dan menaburkan bunga di atas makam leluhur dan sanak-saudara yang telah meninggal dunia. Sesaji yang berupa dupa dan kemenyan serta sesaji yang berupa makanan seperti nasi tumpeng, buah-buahan, apem, dan seperangkat minuman diletakkan di depan makam leluhur/ sesepuh masyarakat Padukuhan Kalibulus. Rombongan bapak dan ibu yang membawa berbagai macam makanan langsung menuju tenda yang telah disiapkan oleh panitia untuk meletakkan berbagai macam makanan tersebut yang nantinya akan dimakan bersama-sama oleh semua warga desa setelah didoakan oleh modin dan setelah upacara ritual sadranan selesai dilaksanakan.
Sesaji dalam upacara sadranan terdiri dari dan memiliki makna simbolik yaitu sebagai berikut (a) Sego Gurih adalah berupa nasi yang dimasak dengan menggunakan santan dan digunakan sebagai wujud persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar seluruh keluarga, sanak saudara selalu diberi keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa, (b) Nasi Tumpeng adalah nasi yang berbentuk kerucut seperti bentuk gunung. Nasi tumpeng ini mempunyai makna agar seluruh keluarga dan sanak saudara yang masih hidup tetap disena ngi oleh masyarakat sekitar, (c) Golong adalah nasi yang dimasak dengan menggunakan santan dan setelah matang dibentuk bulat-bulat, berukuran kira-kira satu kepalan tangan orang dewasa. Nasi golong rasanya gurih. Nasi golong mempunyai makna semua yang menjadi keinginan kita diharapkan akan tercapai apabila mempunyai tekad yang kuat dan semoga seluruh sanak saudara yang ditinggalkan selalu hidup rukun, (d) Ketan Kolak, Ketan