• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Makroekonomi

1. Makroekonomi Faktor Domestik

Menurut Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.

Menurut Dornbusch dan Fischer (1987:6), inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus- menerus. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. (Khalwaty, 2000:5).

Menurut Judisseno (2005:16), Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga barang-barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang.

Menurut Boediono (1985:161)

“inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak di sebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barang-barang lain.”

27 Menurut Mc Connell Brue (2002) “inflation is a rise in the general level of prices. This does not mean that all prices are rising. Even during periods of rapid inflation, some prices may be relatively constant while other are falling”.

Menurut Case dan Fair (2001: 58), inflasi adalah kenaikan tingkat harga keseluruhan. Itu terjadi ketika harga naik secara serempak. Kita mengukur inflasi dengan melihat sejumlah besar barang dan jasa dan menghitung kenaikan harga rata-rata selama beberapa periode waktu.

1). Jenis-jenis Inflasi

Menurut Boediono (1985:162) Inflasi dapat di golongkan menjadi dua golongan, golongan pertama didasarkan pada “parah” atau tidaknya inflasi tersebut, yaitu ;

a. Inflasi ringan ( dibawah 10% setahun) b. Inflasi sedang (antara10-30% setahun) c. Inflasi berat ( antara 30-100% setahun) d. Hiperinflasi (diatas 100% setahun).

Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari inflasi. Atas dasar ini di bedakan 2 macam inflasi:

28 a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai

barang terlalu kuat. Infasi ini disebut demand pull inflation Gambar 2.1 Demand pull Inflation

(Sumber : Boediono, 1985)

Gambar tersebut menunjukan demand pull inflation. Karena permintaan masyarakat akan barang-barang (agregate demand) bertambah (misalkan, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah), maka kurva agregate demand bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke H2.

D2 D1 S Harga Output H2 H1 Q1 Q2

29 b) Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, ini disebut cos

pusht inflation.

Gambar 2.2 Cost Push Inflation (Sumber : Boediono, 1985)

Gambar tersebut menunjukan cost push inflation, yaitu jika biaya produksi naik (misalkan karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (Agregate supply) bergeser dari S1 ke S2.

2). Efek Buruk Inflasi

Menurut Sukirno (2004:338), efek-efek buruk dari inflasi yaitu sebagai berikut : D Harga Output S2 S1 H4 H3 Q4 Q3

30 a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

Inflasi yang tinggi tingkatnya akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.

b. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.

c. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.

Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu- individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.

d. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-

31 institusi Keuangan lain merupakan simpanan Keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.

e. Memperburuk pembagian kekayaan

Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatanya, dan pemilik kekayaan bersifat Keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.

3). Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi

Kebijakan yang mungkin dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu:

a. Kebijakan fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah.

b. Kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan membatasi kredit.

c. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas pajak atas bahan mentah,

32 melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produksi dan perkembangan teknologi.

Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban.

b. Uang Beredar

Menurut Boediono (1985:2), pengertian paling sempit yang termasuk dalam definisi uang beredar adalah uang kertas dan uang logam yang ada di masyarakat.

Menurut Judisseno (2005:64), Uang beredar adalah uang yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat (currency money) berupa uang kertas dan uang logam yang dikenal dengan sebutan uang kartal, serta lembaran-lembaran yang dapat menggantikan fungsi uang seperti cek dan bilyet giro dan lembaran lainnya yang dikenal dengan sebutan uang giral.

Menurut Case, Fair dan Oster (2009:205), money is a means of payments or medium exchange, a store of value, and a unit of account.

33 Menurut David C. Colander (2004:265) money is highly liquid financial asset that’s generally accepted in exchange for other goods, is used as a reference in valuing other goods, and can be stored as wealth. Lebih lanjut David Colander menjelaskan bahwa uang memiliki tiga fungsi yakni :

1. It serves as a medium of exchange

2. It serves as a unit of account

3. It serves as a strore of wealth

Pengertian uang beredar yang umum digunakan di Indonesia dapat digunakan dalam dua kategori yaitu uang beredar dalam arti sempit atau narrow money (M1) dan uang beredar dalam arti luas atau broad money (M2). M1 terdiri atas uang kartal yang beredar dimasyarakat (tidak termasuk uang kartal yang ada dibank) ditambah dengan uang giral. M2 merupakan penjumlahan dari M1 ditambah tabungan dan deposito berjangka atau disebut juga uang kuasi (quasi money). Perubahan jumlah uang yang beredar ditentukan oleh hasil interaksi antara masyarakat, lembaga Keuangan dan bank sentral. Jumlah uang beredar adalah hasil kali uang pinar (monetary base) dengan pengganda uang (money multiplier).

34 Dari definisi jumlah uang beredar terbagi menjadi 2 yaitu :

1). Uang dalam arti sempit (M1)

M1 is the component of the money supply that consists of currency in the hands of the public plus checking accounts and travelers’s checks. (David C. Colander 2004:269).

M1 diartikan agregat moneter yang mengukur jumlah medium pertukaran, didefinisikan sebagai jumlah uang yang dipegang dalam bentuk valuta dan rekening giro. (Fabozzi,1999:101).

M1 diartikan sebagai uang tunai (uang kartal dan logam) yang dipegang oleh masyarakat tidak termasuk uang yang ada dikas bank serta kas negara. Uang tersebut dikenal dengan uang kartal kemudian ditambah uang yang berada dalam rekening giro perbankan yang dapat langsung digunakan untuk menguangkan cek, dan bisa disebut dengan uang giral (Judisseno, 2005:64). Bentuk persamaannya adalah:

M1 = C+DD Dimana:

M1 = uang dalam artu sempit C = currency, uang kartal DD = demand deposit, uang giral

Pengertian uang giral (DD) diatas hanya mencakup saldo rekening Koran atau giro milik masyarakat umum yang disimpan

35 dibank dan digunakan oleh pemiliknya untuk berbelanja atau membayar (Boediono, 1985:4).

2). Uang Dalam Arti Luas

M2 is made up m1 plus saving deposits, small denomination time deposits, and money market mutual funds (David C. Colander 2004:270).

M2 diartikan agregat moneter yang mengukur semua bentuk uang yang memiliki kapasitas sebagai penyimpan nilai, didefinisikan sebagai semua M1 ditambah uang yang ditempatkan dalam deposito berjangka dan tabungan pada bank-bank dan lembaga-lembaga depositori, ditambah semua uang yang diinvestasikan dalam reksadana-reksadana pasar uang riel, ditambah sejumlah rekening tambahan seperti overnight repurchase agreement. (Fabozzi, 1999:101)

M2 yaitu simbol yang digunakan untuk uang dalam arti luas (broad money) yang terdiri dari M1 ditambah dengan deposito berjangka (times deposits) dan saldo tabungan (saving deposits) yang diniliki oleh masyarakat pada bank-bank umum. (Judisseno, 2005:64).

M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi. Uang kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid yang terdiri

36 dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank. Bentuk persamaannya adalah :

M2 = M1+TD+SD Dimana :

M2 = uang dalam arti luas M1 = uang dalam arti sempit

TD = time deposit (deposito berjangka) SD = saving deposits (saldo tabungan)

Masyarakat adalah konsumen akhir dari uang yang tercipta, yang mereka gunakan untuk memperlancar kegiatan-kegiatan produksi, konsumsi dan pertukaran mereka. Uang beredar tercipta melalui proses interaksi antara “penawaran” dan “permintaan”. Dengan kata lain perkataan proses penciptaan uang digambarkan sebagi suatu “proses pasar”. Jumlah uang beredar bisa naik atau turun tergantung hasil tarik menarik antara permintaan dan penawaran uang yang tercermin pada perilaku para pelaku utama pasar uang tersebut.

Perkembangan uang beredar di indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kegiatan luar negeri, sektor pemerintahan, sektor swasta, domestik, dan sektor lainnya. Transaksi-transaksi dari sektor-sektor tersebut dicatat dalam neraca sistem moneter yang memperlihatkan besarnya jumlah uang yang beredar dan faktor- faktor yang mempengaruhi perubahannya.

37

c. Nilai Tukar Rp/US$

Menurut David C. Colande (2004:460), exchange rate is determined in what called the “forex market” (foreign exchange market). In the forex market, taders buy and sell currencies, taking orders from banks which in turn take order for currencies from individuals and companies that wants to exchanged one currency for another.

Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara kedalam satu bahasa yang sama. (Kurgmen, 2004:40).

Nilai tukar tersebut ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan pasar atau istilah lainnya adalah mekanisme pasar. Jika harga rupiah terhadap dollar melemah, maka sebaliknya permintaan terhadap mata uang dollar akan meningkat. Hal ini disebabkan karena investor cenderung akan melepas rupiah dan akan membeli dollar. Kurs tersebut ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan dan kurva penawaran dari mata uang asing tersebut.

Menurut Lipsey dan Purvis (1997:189), Nilai tukar (exchange rate) adalah harga suatu mata uang dalam satuan mata uang asing; ini adalah jumlah mata uang suatu Negara asing yang harus dibayarkan untuk mendapatkan satu unit mata uang domestik.

38 Menurut Sadono Sukirno (2004:197) kurs (nilai tukar) valuta asing adalah suatu nilai yang menunjukkan mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. Sedangkan menurut Suad Husnan (1998) menyatakan bahwa kurs valuta asing di Indonesia biasanya dinyatakan sebagai berapa rupiah yang diperlukan oleh bank untuk membeli satu unit mata uang (kurs beli) dan berapa rupiah yang akan deterima kalau menjual satu unit mata uang asing (kurs jual).

Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Menurut Bank Indonesia (2003) pada dasarnya terdapa tiga sistem nilai tukar, yaitu:

1. Fixed exchange rate (sistem nilai tukar tetap)

2. Managed floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang terkendali).

3. Floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang)

Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu, misalnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar amerika adalah Rp 8000 per dolar. Pada nilai tukar ini bank sentral akan siap untuk menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi atau revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.

39 Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran diatas permintaan, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan diatas penawaran yang ada dipasar valuta asing.

Selain kedua sistem nilai tukar tersebut diatas, terdapat variasi sistem nilai tukar diantara keduanya, seperti nilai tukar mengambang terkendali. Dalam nilai tukar mengambang terkendali ini, nilai tukar ditentukan sesuai dengan mekanisme pasar sepanjang dalam intervention band yang ditetapkan bank sentral.

Perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap setiap jenis saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham yang lainnya terkena dampak negatif. Misalnya, kenaikan kurs US$ yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dollar sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara itu, emiten yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs US$ tersebut. Ini berarti harga saham emiten yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek, sementara emiten yang terkena dampak positif akan meningkat harga sahamanya. Sebagian emiten yang tercatat di Bursa Efek akan terkena dampak negatif dan sebagian lagi terkena dampak positif dari perubahan kurs US$ yang tajam. Selanjutnya,

40 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya. Oleh karena itu, investor harus ekstra hati-hati dalam menggunakna IHSG sebagai acuan untuk menganalisis saham individu.

d. Suku Bunga SBI 1). Suku Bunga

Suku bunga merupakan salah satu variabel yang paling banyak diamati dalam perekonomian. Hampir setiap hari pergerakannya dilaporkan di surat kabar.

Menurut Fabozzi (1999:204), Suku bunga adalah harga yang dibayar “peminjam” (“debitur”) kepada “pihak yang meminjamakan” (“kreditur”) untuk pemakaian sumber daya selama interval waktu tertentu.

Menurut Frederic S. Mishkin (2002:4),“Interest rate is the cost of borrowing or the price paid for the rental of funds (usally expressed as a percentage of the rental of US$100 per year)”.

Bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya (surplus spending units) untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan menggunakan uang tersebut utuk menutupi kekurangannya (deficit spending units) .(Judisseno, 2005:81)

41 Bunga adalah biaya yang dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dananya, sedangkan tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan atas suatu pinjaman yang dinyatakan sebagai presentase pinjaman. Besarnya sama dengan jumlah bunga yang diterima per tahun dibagi jumlah pinjaman. (Case dan Fair, 2001:153).

Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah suatu harga atau biaya yang diberikan peminjam atau pihak yang memiliki kekurangan dana kepada pihak yang meminjamakan dana atau memiliki kelebihan dana atas penggunaan dana tersebut pada jarak waktu tertentu. Dengan kata lain, orang yang diberi kesempatan meminjam harus membayar biaya atas pinjamannya tersebut. Biaya peminjaman, diukur dalam rupiah per tahun per rupiah yang dipinjam, adalah suku bunga.

Jumlah pinjaman yang diberikan disebut principal dan harga yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai presentase dari principal per unit waktu (umumnya, setahun). Dalam bagian ini, dibahas dua teori penentuan suku bunga yang paling berpengaruh yaitu: teori Fisher, yang mendasari loanable funds theory, dan liquidity preference theory dari Keynes.

42 a. Pendekatan Klasik Fisher (Loanable Funds Theory)

Irving Fisher telah menganalisis penentuan tingkat suku bunga dalam ekonomi dengan mempelajari mengapa orang-orang menabung (mengapa mereka tidak mengkonsumsi semua sumber daya mereka) dan mengapa orang lain yang meminjam. Di sini dibahas teori Fisher dalam konteks sebuah perekonomian yang sangat sederhana. Perekonomian tersebut hanya terdiri dari para individu yang melakukan konsumsi dan menabung penghasilan berjalan mereka, perusahaan-perusahaan yang meminjam penghasilan yang tidak dikonsumsi dan berinvestasi;suatu pasar tempat di mana para penabung memberi pinjaman sumber daya kepada para peminjam, dan proyek-proyek tempat perusahaan berinvestasi. Suku bunga atas pinjaman tersebut tidak mengandung premi bagi risiko kegagalan (default risk) karena perusahaan- perusahaan peminjam diasumsikan akan mampu memenuhi semua kewajibannya. (Sukirno 2004: 204).

b. Pendekatan Keynes (liquidity preference theory)

Keynes menantang pandangan ekonom klasik, bahwa tingkat bunga tidak menentukan besar kecilnya investasi maupun tabungan masyarakat. Tabungan dan investasi menurut Keynes ditentukan dan dipengaruhi secara langsung oleh tingkat pendapatan masyarakat itu sendiri. Terutama untuk tabungan, menurut Keynes, orang akan menabung jika orang tersebut

43 memiliki kelebihan uang (marginal prospensity to save), yaitu pendapatannya di atas kebutuhan konsumsinya. Sehingga Keynes yakin bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan tingkat tabungan masyarakat. Demikian juga halnya dengan investasi, Keynes berkeyakinan bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan tingkat investasi, walaupun diakui bahwa adalah salah satu pertimbangan untuk investasi adalah tingkat bunga. (Judisseno 2005: 83).

Dalam teori, analisis mengenai suku bunga selalu menganggap bahwa dalam perekonomian terdapat hanya satu suku bunga, namun kenyataannya keadaannya jauh berbeda karena terdapat beberapa suku bunga dalam perekonomian.

Menurut Sadono Sukirno (2005:382), hal tersebut karena disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pebedaan resiko

Bank memberikan suku bunga yang berbeda dalam memberikan pinjaman. Bagi usaha yang telah lama berkembang atau usaha yang tidak mengandung banyak resiko, maka bank bersedia mengenakan suku bunga rendah, sedagkan untuk usaha yang beresiko tinggi, bank juga akan mengenakan suku bunga pinjaman yang tinggi pula.

44 2. Jangka waktu pinjaman

Semakin lama sejumlah modal dipinjamakan, semakin besar tingkat bunga yang harus dibayar. Salah satu sebabnya karena risiko yang ditanggung peminjam akan semakin besar dengan jangka waktu yang relative panjang. Disisi lain disebabkan karena pemilik modal kehilangan kebebasan untuk mengunakan modalnya dalam jangka waktu yang lebih lama. Di samping itu, para peminjam bersedioa membayar tingkat bunga yang lebih tinggi karena mereka mempunyai waktu yang lebih panjang untuk mengembalikan pinjamnnya.

3. Biaya administrasi pinjaman

Jumlah dana yang dipinjam sangat berbeda, sedangkan biaya administrasi untuk memproses pinjamnnya tersebut tidak banyak berbeda. Dengan demikian, berdasarkan pada pertimbangan biaya administrasi pinjaman, pinjaman yang lebih sedikit jumlahya akan membayar tingkat bunga yang lebih tinggi.

Kenaikan tingkat suku bunga pinjaman memiliki dampak negatif terhadap setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat turunnya harga saham di pasar. Di sisi lain, naiknya suku bunga deposito akan mendorong investor untuk menjual saham dan kemudian menabung hasil penjualan itu dalam deposito. Penjualan saham secara besar-besaran akan

45 menjatuhkan harga saham di pasar. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga pinjaman atau suku bunga deposito akan mengakibatkan akan mengakibatkan turunnya harga saham. Begitupun sebaliknya, penurunan bunga deposito akan mendorong investor mengalihkan investasinya dari perbankan ke pasar modal. Investor akan memborong saham sehingga harga saham terdorong naik akibat meningkatnya permintaan saham.

2). Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah, dan agen pemerintah, yang umumnya berjangka waktu maksimum satu tahun. Surat utang yang demikian merupakan investasi yang sangat likuid, yang dapat dijual (money market instruments) dan bank yang ditunjuk oleh Bank Indonesia sebagai peserta lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) disebut dealer primer. (www.bi.go.id)

Menurut Setia Atmaja (2008:20)

“Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat hutang Bank Indonesia yang berjangka kurang dari setahun. SBI digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu alat untuk mengelola tingkat suku bunga. Di Amerika Serikat, instrument serupa SBI adalah Treasury Bills, surat hutang jangka pendek yang diterbitkan pemerintah AS.”

Sertifikat Bank Indonesia merupakan salah satu mekanisme yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap

46 penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumakan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan.

Sebagai salah satu piranti moneter, perdagangan SBI baik di pasar primer maupun di pasar sekunder, selain ditujukan untuk mengatur jumlah uang primer yang beredar di masyarakat, juga ditujukan untuk mengatur tingkat suku bunga. Peraturan jumlah uang primer dan suku bunga merupakan sasaran dari kebijakan moneter. Sasaran utamanya adalah

Dokumen terkait