• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.2 Maksud Tuturan Fatis

Setiap orang yang bertutur tentu terdapat maksud yang ingin disampaikannya. Rahardi (2003: 16-17) memaparkan bahwa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-budaya tertentu. Artinya pragmatik mengkaji makna satuan lingual tertentu secara eksternal. Wijana dan Muhammad (2008: 10-11) juga mendefinisikan maksud sebagai elemen luar bahasa yang bersumber dari pembicara. Jadi, maksud yang ada dalam setiap tuturan adalah milik si penutur, bukan milik tuturan. Tuturan adalah media bagi penutur untuk menyampaikan maksud tertentu.

Dalam pembahasan ini, peneliti akan mendeskripsikan maksud dari tuturan basa-basi yang dituturkan oleh penutur dan mitra tutur. Peneliti juga menggunakan partikel fatis (ah, ayo, deh, dong, ding, halo, kan, kek, kok, -lah, lho, mari, nah, dan ya) yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (1986: 111) untuk mempertegas dan mengukuhkan maksud yang ingin disampaikan oleh peserta komunikasi melalui tuturan basa-basinya. Berikut ini merupakan analisis data mengenai maksud tuturan fatis antara dosen dan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

A. Maksud Tuturan Fatis Kategori Meminta Maaf

Tuturan fatis meminta maaf (apologize) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresiakan penyesalan atas peristiwa yang terjadi pada diri sendiri. Jadi tuturan fatis meminta maaf yang diucapkan oleh seseorang memiliki maksud penyesalan atau rasa tidak enak hati yang ingin ditujukkan seseorang kepada lawan bicaranya, atas konteks yang melingkupi tuturan fatis tersebut. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis meminta maaf yang diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tuturan A1

P : Hem, belum ada contohnya maksudmu? MT : Iya pak, belum ada contohnya maksudnya. P : Kok bisa?

MT : Karena di datanya kemarin belum ada pak. Jadi saya masih itu pak.

P : Ya mungkin tidak ada, jangan dipaksakan kalo tidak ada. jadi nggak pusing. MT : Iya pak.

P : Jadi batasnya adalah, cara berpikirnya begini sumber data kan tiga itu, kalau di situ nggak ada ya jangan dicari.Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada, tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah, itu artinya keterbatasan pemahaman si peneliti,mohon maaf.

(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)

(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur tentang bagaimana menganalisis suatu topik skripsi. Penutur merasa sungkan dengan apa yang dikatakannya kepada mitra tutur meskipun itu adalah kenyataan yang sebenarnya.)

Tuturan A1 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Mitra tutur merasa kesulitan dengan contoh yang harus didapatnya, mitra tutur meminta

saran penutur tentang hal tersebut. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur agar tidak terlalu memaksakan diri untuk mendapatkan data yang sesuai dengan teori yang digunakan.

Maksud penutur melalui tuturan fatis tersebut adalah penutur tidak benar-benar meminta maaf kepada mitra tutur karena penutur tidak bersalah. Penutur menuturkan demikian agar mitra tutur tidak tersinggung dengan pernyataan dari penutur. Hal itu dilakukan untuk menjaga hubungan baik antara penutur dan mitra tutur.

B. Maksud Tuturan Fatis Kategori Menerima

Tuturan fatis menerima (Accept) yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-basi dari lawan tutur. Berdasarkan hal inilah, seseorang dapat menuturkan sebuah ungkapan atau basa-basi yang bermaksud menanggapi, menerima, atau bahkan menghargai tuturan dari orang lain. Tentunya maksud dari tuturan fatis menerima ini dipengaruhi oleh konteks dan niat pribadi dari “si pengucapnya”. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis menerima yang diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tuturan B1

P : Kamu kok punya buku sintaksis? Pinjem? MT :Pinjam perpuskokPak.

P : Saya mau beli lagi tuh ndak ada e.

(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur bertanya tentang buku sintaksis yang dibawa mitra tutur. Penutur penasaran darimana mitra tutur mendapatkan buku sintaksis tersebut.)

Tuturan B1 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Penutur berusaha untuk mempertahankan pembicaraan dengan mitra tutur. Penutur memulai percakapan dengan menanyakan buku sintaksis yang dibawa oleh mitra tutur.

Maksud tuturan tersebut adalah penutur berusaha untuk mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur. Penutur membuka pembicaraan dengan menyakan tentang buku sintaksis yang dibawa oleh mitra tutur. Penutur tidak benar-benar ingin tahu dari mana mitra tutur mendapatkan buku tersebut, sedangkan mitra tutur menjawab pertanyaan dari penutur untuk menjaga sopan santun dan menghargai penutur.

Tuturan B2

MT : Ehmmm.. Haduh pak! P :Kenapatoh?

MT : Terus yang ehmmm… apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya ini harus ditambahi lagi atau sudah pak?

P : Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah. (Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)

(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur bermaksud menanyakan tentang kesulitannya dalam mengerjakan skripsi namun mitra tutur bingung bagaimana harus menjelaskannya kepada penutur.)

Tuturan B2 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Mitra tutur bingung dengan skripsi yang dikerjakannya. Mitra tutur meminta penjelasan dari penutur agar dia dapat lebih jelas dalam mengerjakan skripsinya. Penutur menanggapi mitra tutur dengan sabar agar dapat memberikan penjelasan yang baik kepada mitra tutur.

Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar menanyakan kesulitan mitra tutur. Penutur hanya sekadar memecah kesunyian karena mitra tutur terlihat bingung untuk menyusun kalimat. Penutur berusaha dengan sabar menanyakan ada apa agar mitra tutur tidak takut ketika bertanya tentang skripsinya. Penutur menggunakan bentuk fatis toh untuk menekankan bahwa penutur menunggu mitra tutur memberikan pertanyaan tentang skripsnya.

Tuturan B3

P : Ya coba nanti anu, anu apa namanya ini ehmm sambil jalan, kamu yang penting kerja dulu bab 2 tapi sambil baca-baca nanti kalo ada tambahkan ke bab 1. MT : Iya pak.

P :Enakkoknggak masalahkok.Ehemmbaju baruya? Bagus e… MT : Iya pak, hehehehe…

P : Oh anunya mana itu sil.

MT : Oh iya, saya belum, atau sekarang?

(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)

(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur melihat bahwa mitra tutur memakai baju baru dan memuji baju yang dikenakan oleh mitra tutur.)

Tuturan B3 di atas, penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Penutur

berusaha untuk memecah kesunyian dan menjaga hubungan baik antara penutur dan mitra tutur. Penutur melihat bahwa mitra tutur memakai baju baru dan berpenampilan berbeda dari biasanya.

Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar memuji penampilan mitra tutur. Penutur hanya sekedar untuk memecah kesunyian dan menjalin hubungan baik dengan mitra tutur. Pujian yang dituturkan penutur tersebut dilakukan agar mitra tutur tidak merasa tegang dengan bimbingan skripsi pada hari itu. Penutur melihat bahwa mitra tutur sangat tegang jadi untuk mencairkan suasana penutur berusaha untuk memuji penampilan mitra tutur yang memang tampak sangat berbeda dengan biasanya.

Tuturan B5

P : Kenapa nggak nyisir? Wah jan! Aduh kamu ngapel terus nyampek rumah tidur ya?

MT : Iya Pak, hehehe. Lelah e Pak. P :Ngapain aja lelahtuh? MT : Kemarin Pak, membuat lelah.

(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)

(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur kaget dengan penampilan mitra tutur yang berantakan ketika datang bimbingan.)

Dalam tuturan B5 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur kaget dengan penampilan mitra tutur yang berantakan ketika datang bimbingan skripsi. Penampilan mitra tutur sangat tidak rapi dan tidak pantas untuk menemui

dosen. Penutur merasa kurang dihargai sebagai dosen karena mitra tutur datang dengan penampilan yang sangat berantakan.

Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur ingin agar mitra tutur memperbaiki penampilannya ketika bimbingan. Penutur terus memberikan pertanyaan agar mendapatkan alasan yang tepat mengapa mitra tutur terlihat tidak siap ketika datang bimbingan. Meskipun tidak memberikan teguran secara langsung, penutur berharap bahwa mitra tutur dapat mengerti maksud dari penutur yang tidak suka jika mitra tutur datang bimbingan dengan penampilan yang berantakan seperti itu.

Tuturan B6

MT1 : Si Mei mana e? MT2 : Mei?

P :LhosiMei kenapa?

MT2 : Nggak tau pak nggak pernah keliatanepak. P : Dia belum ikut krs juga toh?

(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)

(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun dan mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur

menanyakan keadaan temannya yang tidak pernah terlihat lagi di kampus dan mengkhawatirkan keadaannya.)

Tuturan B6 di atas, penutur adalah dosen laki-laki berusia 42 tahun, mitra tutur 1 adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun dan mitra tutur 2 adalah mahasiwa perempuan berusia 22 tahun. Mitra tutur 1 dan mitra tutur 2 sedang membicarakan salah satu teman mereka yang tidak pernah terlihat di kampus. Penutur ikut terlibat dalam pembicaraan dengan ikut menanyakan salah satu

mahasiswanya tersebut. Hal itu dilakukan agar penutur merasa dilibatkan dalam pembicaraan antara mitra tutur 1 dan mitra tutur 2.

Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak hanya sekedar untuk menanyakan keadaan dari mahasiswa yang tidak pernah terlihat di kampus tersebut, namun penutur juga ingin dilibatkan dalam pembicaraan. Jika kedua mitra tutur hanya berbincang berdua penutur merasa tidak dihargai padahal penutur ada di depan kedua mitra tutur. Maka, penutur mencoba untuk terlibat dalam pembicaraan antara mitra tutur 1 dan mitra tutur 2.

Tuturan B7

P : Ada sop empal lho. Sop empal gandrung. Arah mau masuk ke Kanisius. MT :Oh,iya, Pak, nanti saya carinya.

P : Namanya itu sop empal gandrung, mungkin gandrung itu namanya yang punya. Ini langsung dibetulin nanti hari Senin hari Jumat udah selesai.

(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)

(Konteks: Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur memberitahu mitra tutur jika ada sop yang menggunakan daging sebagai bahan utamanya yang dapat dimasukkan dalam data penelitiannya.)

Dalam tuturan B7 tersebut, penutur adalah seorang dosen berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur tentang salah satu makanan pendamping nasi yang dapat dijadikan data oleh mitra tutur. Penutur meminta mitra tutur untuk menambahkan makanan tersebut sebagai data penelitiannya agar mitra tutur dapat menyajikan data yang bervariasi.

Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur berusaha untuk melegakan hati penutur dengan memberikan kesanggupan akan menambah data penelitiannya dengan usulan dari penutur. Mitra tutur tidak benar-benar akan menambah data penelitiannya dengan makanan tersebut karena mitra tutur belum pernah melihat maupun mencicipi makanan tersebut. Namun, untuk menjaga kesopanan, mitra tutur memberikan jawaban kesanggupannya kepada penutur.

Tuturan B8

P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak. Dipisah, Pak.

P : Nah!

MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul Pak. P : Oh..

MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul. P : Saya belum pernah sih.

MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…

P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan. MT :Oh,iyaya,Pak, ada santannya ya?

(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)

(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya.)

Tuturan B8 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan di atas membicarakan tentang data penelitian yang didapat oleh mitra tutur. Penutur meminta penjelasan tentang data penelitian tersebut karena ia merasa data yang didapat mitra tutur tidak sesuai dengan kenyataan.

Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur memberikan tanggapan baik dari pernyataan penutur. Mitra tutur menunjukkan perhatiannya dengan meminta persetujuan dari penutur apakah jika memakai santan tidak boleh dikonsumsi oleh penutur. Mitra tutur mengatakan demikian dengan tujuan untuk lebih mempererat hubungan antara dia dengan penutur.

Tuturan B10

P : Terus yang ehmmm… Apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya ini harus ditambahi lagi atau sudah, Pak?

MT : Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah.

P : Karena yang saya cari itu Pak makalahnya tentang semantik semua gitu. Jadi makalahnya itu makalah-makalah biasa gitu, Pak.

MT : Nggak papa, nggak papakokkalo ada. (Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)

(Konteks:Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur bingung dengan skripsi yang dibuatnya, penutur bertanya kepada mitra tutur tentang teori yang didapatnya.)

Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun sedangkan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun. Penutur bingung dengan skripsi yang dibuatnya. Penutur meminta saran kepada mitra tutur apakah teori yang didapatnya dari sumber lain dapat dimasukkan dalam skripsinya atau tidak. Mitra tutur memberikan tanggapan baik karena ia memberikan keleluasaan kepada penutur untuk mencari teori yang sesuai dengan penelitiannya.

Maksud dari tuturan tersebut adalah mitra tutur memberikan kebebasan kepada penutur untuk mencari teori dari sumber mana saja. Namun teori itu harus sesuai dengan penelitian yang dibuatnya. Mitra tutur tidak memaksakan harus

menggunakan teori tertentu agar penutur semakin mendapatkan ilmu baru dari Tuturan B12

P : Ini sama ya? Satu nada ya?

MT : Iya Pak, cuma saya tambahi gudangan Pak.

P :Ya,ndak papa. Itukanpendamping nasi, aman jadi ndak usah. (Jumat, 26 Februari 2016 pukul 10.07-10.55 WIB)

(Konteks:Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur mengoreksi skripsi yang dibuat oleh mitra tutur karena mitra tutur menambahkan beberapa data dalam penelitiannya.)

Dalam tuturan B12 tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur memberikan koreksi skripsi yang dibuat oleh mitra tutur. Mitra tutur memberikan penjelasan tentang data penelitian yang didapatnya. Penutur memberikan tanggapan positif dengan menyetujui data yang didapat oleh mitra tutur karena sudah sesuai dengan data awal penelitian.

Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur menyetujui data yang didapat oleh mitra tutur. Penutur melakukan hal tersebut karena mitra tutur sudah sesuai dalam mendapatkan data yang sudah disepakati dari awal. Penutur memberikan tanggapan baik agar mitra tutur menambah lagi data penelitiannya sehingga semakin bervariasi data yang akan ditelitinya.

Tuturan B14

MT2 : Metodenya nggak dilihat?

MT1 : Ya Tuhan, semoga nggak dilihat ya Tuhan. P : Semoga jangan sampai dilihat.

MT1 : Ya Tuhan..

P : Aku menandatangani hal yang salah tapi daripada nanti nggak selesai-selesai. Hahahaha…

MT1 :Iyuhhh..

(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)

(Konteks:Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta mitra tutur 1 untuk menemui dosen pembimbing 2 agar melihat bab 3 yang sudah dibuat agar skripsinya dapat segera selesai.)

Dalam tuturan B14 ini, penutur merupakan seorang dosen berusia 42 tahun, mitra tutur 1 merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun, dan mitra tutur 2 merupakan mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur meminta mitra tutur 1 untuk menemui dosen pembimbing dua agar penutur dapat segera memberikan tanda tangan sehingga mitra tutur 1 dapat melanjutkan mengerjakan bab selanjutnya. Mitra tutur sangat berharap bahwa dosen pembimbing dua tidak mempersulitnya. Penutur memberikan dukungan dengan lelucon agar mitra tutur 1 tidak terlalu terbebani dengan skripsinya.

Maksud dari tuturan di atas adalah mitra tutur tidak benar-benar memberi tanggapan mengejek, namun mitra tutur juga merasa tidak percaya dengan pernyataan penutur yang akan membantunya. Mitra tutur merasa penutur juga sering mempersulitnya dalam mengerjakan skripsi. Tanggapan tersebut dituturkan mitra tutur dalam keadaan sedang bergurau dengan penutur. Maka mitra tutur berani memberikan tanggapan seperti itu.

Tuturan B15

P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak. Dipisah, Pak.

P : Nah!

MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul, Pak. P :Oh..

P : Saya belum pernah sih.

MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…

P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan. MT : Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?

(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)

(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya.)

Tuturan B15 ini, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya. Penutur tidak yakin dengan data yang didapat oleh mitra tutur. Namun mitra tutur mempunyai penjelasan yang kuat tentang data penelitian yang didapatnya.

Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak benar-benar paham dengan penjelasan dari mitra tutur. Penutur memberikan tanggapan baik agar mitra tutur merasa dihargai penjelasannya karena penutur merasa jelas. Meskipun sebenarnya penutur belum pernah menemukan rumah makan yang menyediakan menu seperti yang dituturkan oleh mitra tutur.

Tuturan B16

P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak. Dipisah, Pak.

P :Nah!

(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)

(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya.)

Dalam tuturan B16 di atas, penutur adalah seorang dosen laki-laki 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya. Penutur merasa bahwa data penelitian yang didapat mitra tutur tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Penutur merasa benar dengan pendapat yang dikemukakannya karena ia belum pernah melihat nama hidangan pendamping nasi seperti yang dipaparkan oleh mitra tutur dalam skripsinya.

Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur meminta perhatian dari mitra tutur agar mendengarkan penjelasannya. Selain itu, penutur juga merasa bahwa pendapatnya benar karena mitra tutur juga setuju dengan pendapat dari penutur. Namun ternyata mitra tutur memiliki penjelasan lain mengapa mitra tutur menuliskan data penelitian seperti itu. Penutur tidak membenarkan ataupun menyalahkan data yang didapat mitra tutur. Penutur hanya ingin meminta penjelasan karena ia belum pernah menemukan hidangan pendamping nasi seperti yang dipaparkan oleh mitra tutur.

C. Maksud Tuturan Fatis Kategori Menolak

Tuturan fatis menolak (reject) yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur. Jadi bentuk tuturan fatis menolak yang dituturkan oleh seseorang bermaksud melanggar atau bahkan menyangkal tuturan dari orang lain. Berikut ini merupakan maksud tuturan fatis menolak yang diucapkan oleh dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tuturan C1

P : Ini saya kembalikan, bab 3 dilupakan dulu jangan masuk bab 3. MT : Bab 3 yang ini itu sama dengan yang kemarin Pak.

P :Iya tetapi saya tidak mau. Kamu fokus dulu ke yang ini! MT : Iya pak, kan cuma contoh Pak

(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)

(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur meminta supaya mitra tutur fokus dulu ke satu hal agar

konsentrasinya tidak terpecah dengan hal-hal yang lain.)

Tuturan C1 di atas, Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana tegang karena terjadi perdebatan antara penutur dan mitra tutur. Penutur meminta mitra tutur agar fokus dulu mengerjakan bab 2 karena masih banyak kesalahan yang dibuat dalam bab 2. Mitra tutur meminta agar penutur menerima bab 3 yang sudah dibawanya, namun ditolak oleh penutur.

Maksud tuturan di atas adalah penutur menolak pendapat dari mitra tutur. Hal

Dokumen terkait