BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Analisis Data
4.2.1 Wujud Tuturan Fatis
Harimurti Kridalaksana (1986: 111) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Malinowski dalam tesis Arimi (1998) mendefinisikan phatic communion atau basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan yang disertai dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan.
Arimi (1998: 95) mengatakan bahwa secara praktis basa-basi didefinisikan sebagai fenomena bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur, akan tetapi secara sadar pula tidak diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Basa-basi
memiliki peranan penting dalam hubungan manusia dalam berkomunikasi. Dalam penggunaan bahasa untuk keperluan basa-basi ini tentulah bukan isi pembicaraan tetapi sikap yang diperlihatkan oleh si pembicara. Si pembicara dapat melakukan gerak atau sikap badan tertentu dan alunan suara tertentu yang dilazimkan dalam suatu masyarakat bahasa.
Arimi (1998) membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-basi murni dan polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan.
Berikut ini merupakan hasil analasis data mengenai wujud tuturan fatis antara dosen dan mahasiswa pada program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang diperoleh peneliti berdasarkan kategori acknowledgements.
A. Wujud Tuturan Fatis Kategori Meminta Maaf
Tuturan fatis meminta maaf yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan aatas peristiwa yang terjadi pada diri sendiri. Dalam hal ini, seseorang dapat mengungkapkan rasa penyesalannya terhadap kesalahan yang diperbuatnya kepada orang lain. Berikut ini merupakan wujud tuturan fatis meminta maaf
antara dosen dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuturan A1
P : Hem, belum ada contohnya maksudmu? MT : Iya pak, belum ada contohnya maksudnya. P : Kok bisa?
MT : Karena di datanya kemarin belum ada pak. Jadi saya masih itu pak.
P : Ya mungkin tidak ada, jangan dipaksakan kalo tidak ada. jadi nggak pusing. MT : Iya pak.
P : Jadi batasnya adalah, cara berpikirnya begini sumber data kan tiga itu, kalau di situ nggak ada ya jangan dicari.Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada, tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah, itu artinya keterbatasan pemahaman si peneliti,mohon maaf.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur menjelaskan kepada mitra tutur tentang bagaimana menganalisis suatu topik skripsi. Penutur merasa sungkan dengan apa yang dikatakannya kepada mitra tutur meskipun itu adalah kenyataan yang sebenarnya.)
Tuturan dengan kode A1 tersebut terjadi karena penutur merasa sungkan dengan mitra tutur dengan apa yang dikatakannya yang dapat menyinggung mitra tutur meskipun apa yang dikatakannya itu merupakan kenyataan yang sebenarnya. Tuturan A1 merupakan basa-basi meminta maaf dengan bentuk tuturan “Lalu kemudian kalau mungkin di situ ada, tetapi kamu tidak mendapat, ya sudah, itu artinya keterbatasan pemahaman si peneliti,mohon maaf”.Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun, sedangkan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Tuturan tersebut dapat dikatakan sebgai tuturan basa-basi meminta maaf karena dengan tuturan tersebut penutur ingin menjaga hubungan baik antara dirinya dengan mitra tutur. Secara tidak langsung penutur juga menunjukkan etika dan tatakrama agar tidak menyinggung perasaan mitra
tutur. Basa-basi tersebut termasuk dalam subkategori basa-basi meminta maaf karena fungsi tuturannya untuk mengekspresikan penyesalan (Ibrahim, 1993). Penutur menggunakan basa-basi meminta maaf tersebut sebagai media untuk menunjukkan rasa penyesalannya telah berkata suatu hal yang dirasa dapat menyinggung perasaan mitra tutur.
Wujud basa-basi dari tuturan A1 tersebut merupakan basa-basi polar. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan (Arimi 1998). Dalam hal ini, penutur melihat bahwa mitra tutur kesulitan mendapatkan data yang sesuai dengan teori yang didapatnya sehingga penutur menjelaskan bahwa mitra tutur tidak perlu memaksakan dirinya secara berlebihan. Penutur memilih ungkapan tersebut agar mitra tutur tidak tersinggung karena keterbatasan yang dimilikinya. Penutur tidak benar-benar meminta maaf kepada mitra tutur karena penutur tidak melakukan kesalahan apapun. Permintaan maaf yang dituturkan penutur dimaksudkan agar mitra tutur tidak tersinggung dengan pernyataan dari penutur.
B. Wujud Tuturan Fatis Kategori Menerima
Tuturan fatis menerima yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-basi dari lawan tutur. Dalam hal ini, seseorang dapat menggunakan ungkapan-ungkapan tertentu untuk menghargai basa-basi dari orang lain atau untuk sekadar membuat orang lain senang.
Tuturan B1
P : Kamu kok punya buku sintaksis? Pinjem? MT :Pinjam perpuskokPak.
P : Saya mau beli lagi tuh ndak ada e.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur bertanya tentang buku sintaksis yang dibawa mitra tutur. Penutur penasaran darimana mitra tutur mendapatkan buku sintaksis tersebut.)
Tuturan B1 merupakan tuturan yang diucapkan oleh mitra tutur dengan bentuk tuturan“Pinjam perpuskokPak”.Dalam tuturan ini penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Tuturan B1 merupakan basa-basi menerima karena mitra tutur bersedia menanggapi tuturan dengan didasari rasa menghargai kepada penutur. Ibrahim (1993: 16) mendefinisikan basa-basi menerima adalah suatu kekuatan bahasa yang berguna untuk menanggapi tuturan dari orang lain yang didasari rasa menghargai dari diri sendiri. Bentuk fatiskokdalam tuturan yang bercetak tebal di atas membuktikan bahwa tuturan B1 tersebut merupakan basa-basi menerima. Bentuk fatis kok yang bertugas untuk menekankan alasan atau jawaban membuktikan bahwa mitra tutur menghargai tuturan dari penutur yang bertanya tentang buku sintaksis yang dibawanya. Jadi dari basa-basi tersebut mitra tutur berusaha untuk menunjukkan rasa menghargai dengan menjawab pertanyaan dari penutur dengan sopan.
Wujud dari tuturan B1 adalah basa-basi murni. Arimi (1998) mengatakan bahwa basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh
penutur selaras dengan kenyataan. Dalam hal ini, buku sintaksis yang ditanyakan oleh penutur memang benar dipinjam mitra tutur di perpustakaan karena ada label perpustakaan di sudutnya. Fenomena basa-basi ini juga terlihat pada tuturan B4, B10, dan B12 yang dapat dilihat pada lampiran tabulasi basa-basi menerima.
Tuturan B2
MT : Ehmmm.. Haduh pak! P :Kenapatoh?
MT : Terus yang ehmmm… apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya ini harus ditambahi lagi atau sudah pak?
P : Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah. (Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur bermaksud menanyakan tentang kesulitannya dalam
mengerjakan skripsi namun mitra tutur bingung bagaimana harus menjelaskannya kepada penutur.)
Tuturan B2 merupakan tuturan yang diucapkan penutur dengan menggunakan ungkapan “Kenapa toh?”.Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Tuturan B2 tersebut merupakan basa-basi karena penutur berusaha untuk mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur dengan menanyakan kegelisahan mitra tutur. Anwar (1984: 46) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik. Tuturan B2 merupakan basa-basi menerima karena penutur berusaha untuk mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur yang terlihat gelisah.
Berdasarkan konteksnya tuturan di atas memiliki wujud basa-basi polar. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan (Arimi, 1998). Penutur menanggapi kegelisahan mitra tutur dengan menanyakan penyebab kegelisahannya untuk menjaga kesopanan, meskipun sebenarnya penutur sedang terburu-buru karena ada sesuatu hal lain yang harus dikerjakannya. Penutur melakukan hal demikian agar mitra tutur merasa dihargai oleh penutur dan agar komunikasi selanjutnya dapat berjalan dengan baik.
Tuturan B3
P : Ya coba nanti anu, anu apa namanya ini ehmm sambil jalan, kamu yang penting kerja dulu bab 2 tapi sambil baca-baca nanti kalo ada tambahkan ke bab 1. MT : Iya pak.
P :Enakkoknggak masalahkok.Ehemmbaju baruya? Bagus e… MT : Iya pak, hehehehe…
P : Oh anunya mana itu sil.
MT : Oh iya, saya belum, atau sekarang?
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur melihat bahwa mitra tutur memakai baju baru dan memuji baju yang dikenakan oleh mitra tutur.)
Tuturan B3 merupakan tuturan basa-basi dengan menggunakan ungkapan “Enak kok nggak masalah kok. Ehemm baju baru ya? Bagus e…”. Dalam tuturan tersebut, penutur merupakan seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan mahasiswa perempuan berusia 21 tahun. Tuturan yang bercetak tebal merupakan basa-basi karena penutur berusaha memecah kesunyian dan mempertahankan pembicaraannya dengan mitra tutur karena penutur merasa
mitra tutur bosan dengan bimbingan hari itu. Anwar (1984: 46) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejumput kata-kata yang dipakai untuk sekadar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik.
Tuturan B3 di atas merupakan basa-basi menerima karena penutur menegaskan kembali pernyataannya dengan menggunakan bentuk fatis kok. Penutur juga mencairkan suasana bimbingan dengan memuji pakaian yang dikenakan mitra tutur. Hal tersebut dilakukan penutur agar mitra tutur tidak merasa bosan dengan suasana bimbingan yang monoton. Bentuk fatis ya dalam tuturan yang bercetak tebal tersebut digunakan untuk meminta persetujuan atau pendapat dari mitra tutur apakah benar pakaian yang dipakai mitra tutur itu baru atau tidak.
Wujud tuturan basa-basi dari tuturan B3 tersebut adalah basa-basi polar. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya. Tuturan B3 termasuk basa-basi polar karena penutur tidak benar-benar bermaksud memuji pakaian yang dikenakan mitra tutur karena hal yang ingin dilakukan penutur adalah untuk mencairkan suasana bimbingan yang membosankan baik bagi penutur maupun mitra tutur.
Tuturan B5
P : Kenapa nggak nyisir? Wah jan! Aduh kamu ngapel terus nyampek rumah tidur ya?
MT : Iya Pak, hehehe. Lelah e Pak. P :Ngapain aja lelahtuh? MT : Kemarin Pak, membuat lelah.
(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur kaget dengan penampilan mitra tutur yang berantakan ketika datang bimbingan.)
Tuturan B5 merupakan tuturan yang diungkapkan penutur dengan menggunakan bentuk tuturan “Ngapain aja lelah tuh?”.Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan yang bercetak tebal tersebut merupakan basa-basi karena penutur menghargai jawaban mitra tutur dengan bertanya lagi tentang keadaan mitra tutur yang datang bimbingan dengan penampilan yang berantakan. Maliknowski dalam tesis Arimi (1998) mendefinisikan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta komunikasi.
Tuturan B5 tersebut merupakan basa-basi menerima karena penutur menanggapi jawaban mitra tutur dengan memberikan pertanyaan lagi agar penutur mendapatkan alasan yang tepat dengan keadaan mitra tutur yang seperti itu. Dalam tuturan yang bercetak tebal tersebut juga digunakan bentuk faits tuh yang bertugas untuk menegaskan pertanyaan dari penutur. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana santai sebelum bimbingan skripsi dimulai, penutur kaget dengan penampilan mitra tutur yang berantakan dan berusaha untuk menegur mitra tutur demi menjaga hubungan baik antara penutur dan mitra tutur.
Wujud tuturan basa-basi dari tuturan di atas adalah basa-basi murni karena penutur benar-benar ingin tahu mengapa mitra tutur datang bimbingan dengan keadaan yang demikian. Penutur merasa mitra tutur tidak siap untuk bimbingan
maka penutur membuat suasana bimbingan yang santai agar mitra tutur tidak terlalu terbebani dengan bimbingan hari itu.
Tuturan B6
MT1 : Si Mei mana e? MT2 : Mei?
P :LhosiMei kenapa?
MT2 : Nggak tau pak nggak pernah keliatanepak. P : Dia belum ikut krs juga toh?
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun dan mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Mitra tutur
menanyakan keadaan temannya yang tidak pernah terlihat lagi di kampus dan mengkhawatirkan keadaannya.)
Tuturan B6 merupakan tuturan basa-basi dengan bentuk tuturan “Lho si Mei kenapa?”. Penutur adalah dosen laki-laki berusia 42 tahun, mitra tutur 1 adalah mahasiswa perempuan berusia 21 tahun dan mitra tutur 2 adalah mahasiwa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi. Sudaryanto (1991: 26) mengatakan bahwa tuturan berupa tegur sapa, sopan santun dan ramah tamah yang menyangkut perangkat etika, tata susila dan tata karma pergaulan. Dalam tuturan tersebut penutur berusaha untuk ikut terlibat dalam pembicaraan antara mitra tutur 1 dan mitra tutur 2 dengan menanyakan keadaan mahasiswa yang tidak pernah terlihat lagi di kampus. Tuturan B6 merupakan tuturan basa-basi menerima karena penutur memberi tanggapan terhadap pernyataan yang dibuat oleh mtra tutur 1 dan mitra tutur 2. Penutur merasa mahasiswa yang tidak pernah terlihat di kampus itu juga adalah tanggungjawabnya sebagai dosen, maka ia perlu tahu keadaan mahasiswa yang
dibicarakan tersebut dengan ikut terlibat dalam pembicaraan sehingga dapat meemperoleh informasi yang tepat.
Basa-basi dalam tuturan B6 memiliki wujud basa-basi murni. Hal itu dikarenakan tuturan yang diungkapkan penutur sesuai dengan apa yang terlihat. Penutur terlihat panik mengetahui ada salah satu mahasiswanya yang tidak pernah terlihat lagi di kampus. Penutur menunjukkan kekhawatirannya dengan ikut terlibat dalam pembicaraan dengan mitra tutur 1 dan mitra tutur 2. Dengan ikut terlibat dalam pembicaraan penutur dapat mengetahui dengan jelas apa penyebab mahasiswa yang dibicarakan itu tidak terlihat lagi di kampus. Fenomena basa-basi seperti ini juga terlihat dalam tuturan B13 yang dapat dilihat dalam tabulasi basa-basi menerima.
Tuturan B7
P : Ada sop empal lho. Sop empal gandrung. Arah mau masuk ke Kanisius. MT :Ohiya Pak, nanti saya carinya.
P : Namanya itu sop empal gandrung, mungkin gandrung itu namanya yang punya. Ini langsung dibetulin nanti hari Senin hari Jumat udah selesai.
(Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur memberitahu mitra tutur jika ada sop yang menggunakan daging sebagai bahan utamanya yang dapat dimasukkan dalam data penelitiannya.)
Tuturan B7 merupakan sebuah tuturan yang diucapkan mitra tutur dengan menggunakan bentuk tuturan “Oh iya Pak, nanti saya carinya”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang dosen berusia 42 tahun dan mitra tutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 22 tahun. Tuturan yang bercetak tebal
tersebut merupakan basa-basi karena mitra tutur berusaha untuk menunjukkan kesopanan dan melegakan hati penutur. Sudaryanto (1991: 26) mengatakan bahwa basa-basi merupakan tuturan berupa tegur sapa, sopan santun dan ramah tamah yang menyangkut perangakt etika, tata susila, dan tata karma pergaulan. Mitra tutur menanggapi tuturan dari penutur dengan sopan untuk melegakan hati penutur sehingga penutur menganggap mitra tutur akan melakukan apa yang diungkapan oleh penutur.
Tuturan B7 di atas termasuk dalam subkategori basa-basi menerima. Arimi (1998) mengatakan bahwa basa-basi menerima yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-basi dari lawan tutur. Dalam hal ini, penutur meminta mitra tutur untuk datang ke suatu tempat yang dapat menjadi referensi untuk data penelitiannya. Mitra tutur menjawab tuturan dari penutur dengan jawaban “Ohiya Pak, nanti saya carinya”. Dari jawaban mitra tutur dapat dilihat bahwa mitra tutur menerima basa-basi dari penutur untuk menunjukkan kesopanannya.
Wujud basa-basi dari tuturan basa-basi di atas adalah basa-basi polar karena ekspresi yang ditunjukkan mitra tutur ketika memberikan jawaban kepada penutur berbeda dengan jawaban yang diungkapkan. Ekspresi yang ditunjukkan mitra tutur seperti enggan untuk mencari tempat yang dimaksud penutur. Meskipun begitu mitra tutur tetap menanggapi basa-basi dari penutur untuk menunjukkan kesopanannya dan melegakan hati penutur.
Tuturan B8
P : Apakah antara sup dan gulai itu dicampur? MT : Enggak. Dipisah, Pak.
P : Nah!
MT : Tapi kalau di daftar menunya itu mereka nulisnya sogul Pak. P : Oh..
MT : Nulisnya langsung sogul ini harganya ini. Jadi pesan 1 porsi sogul. P : Saya belum pernah sih.
MT : Iya Pak, itu yang paling dekat di ini lho Pak, ehmm…
P : Nek ada gulainya saya ndak makan, mungkin supnya bisa saya makan. MT :Oh,iyaya,Pak, ada santannya ya?
(Senin, 22 Februari 2016 pukul 15.12-16.20 WIB)
(Konteks:Penutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Mitra tutur adalah mahasiswa perempuan berumur 22 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai Penutur meminta penjelasan kepada mitra tutur tentang data penelitian yang didapatnya.)
Tuturan B8 di atas menggunakan bentuk tuturan “Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?”. Tuturan tersebut termasuk dalam tuturan basa-basi karena mitra tutur telah mencoba untuk menanggapi tuturan dari penutur dengan sebuah tuturan ringan yang dapat menjaga hubungan baik dengan penutur. Malinowski (1923:315) mengatakan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan.
Tuturan B8 di atas termasuk dalam kategori basa-basi menerima. Hal itu dikarenakan mitra tutur bersedia menanggapi tuturan yang didasari dengan rasa menghargai kepada penutur. Mitra tutur mencoba untuk memahami penutur yang memiliki penyakit tertentu sehingga tidak dapat mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung santan. Mitra tutur memberikan tanggapan baik untuk
menjaga kesopansantunannya terhadap penutur yang merupakan dosen pembimbingnya. Tuturan “Oh, iya ya, Pak, ada santannya ya?” menunjukkan bahwa mitra tutur memberikan perhatian kepada penutur dengan menanyakan hal tersebut. Tuturan di atas memiliki wujud tuturan basa-basi murni karena mitra tutur memberikan tanggapan baik kepada penutur. Mitra tutur memberikan tanggapan baik serta gerakan kepala mengangguk yang menunjukkan bahwa dia paham dengan pernyataan dari penutur.
Tuturan B10
P : Terus yang ehmmm… Apa namanya. Ehmmm… yang kajian pustakanya ini harus ditambahi lagi atau sudah, Pak?
MT : Cukup. Ya nanti kalo sambil jalan nemu ya ditambah.
P : Karena yang saya cari itu Pak makalahnya tentang semantik semua gitu. Jadi makalahnya itu makalah-makalah biasa gitu, Pak.
MT : Nggak papa, nggak papakokkalo ada. (Senin, 15 Februari 2016 pukul 09.55-11.15 WIB)
(Konteks:Penutur adalah mahasiswa perempuan berumur 21 tahun. Mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur bingung dengan skripsi yang dibuatnya, penutur bertanya kepada mitra tutur tentang teori yang didapatnya.)
Tuturan B10 di atas menggunakan bentuk tuturan “Nggak papa, nggak papa kok kalo ada”. Dalam tuturan tersebut, penutur adalah seorang mahasiswa perempuan berusia 21 tahun sedangkan mitra tutur adalah seorang dosen laki-laki berusia 42 tahun. Tuturan B10 merupakan tuturan fatis karena memiliki persamaan karakteristik dengan tuturan basa-basi. Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara (Kridalaksana, 1986: 111). Komunikasi fatis dapat juga disebut dengan basa-basi, karena basa-basi merupakan bagian dari
komunikasi fatis. Basa-basi memiliki fungsi sosial yang digunakan dalam situasi ramah tamah dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan oleh peserta komunikasi dengan saling bertukar kata-kata dalam pembicaraan ringan dan perasaan gembira untuk membentuk hidup yang menyenangkan (Malinowski dalam tesis Waridin, 2008: 13).
Berdasarkan teori Malinowski, basa-basi itu sendiri cenderung memiliki fungsi sosial dari pada mengomunikasikan ide. Artinya, basa-basi adalah tuturan yang lebih mengutamakan pengaruh atau manfaatnya dari pada pesan yang sebenarnya ingin disampaikan. Jadi, basa-basi pada umumnya adalah tuturan yang tidak membicarakan hal-hal penting, namun cenderung mengutamakan fungsi sosialnya. Tuturan B10 di atas adalah tuturan fatis, bukan tuturan basa-basi. Tuturan tersebut disebut sebagai tuturan fatis karena mitra tutur memberikan tanggapan baik tentang pertanyaan dari penutur berkaitan dengan skripsinya.